Anda di halaman 1dari 153

GAMBAR TEKNIK

Disusun Oleh :
Setyo Supratno, S.Pd., M.T

Fakultas Teknik
Universitas Islam “45’’
Bekasi
2015
TINJAUAN MATA KULIAH

Gambar Teknik merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki
oleh mahasiswa dan lulusan Bidang Teknik Elektro. Sebelum memasuki bidang
ilmu elektro yang lebih advance, mahasiswa perlu dibekali dengan kemampuan
mengenal berbagai simbol-simbol komponen listrik dan elektronika, mengenal
berbagai macam bentuk gambar teknik (Gambar denah, Gambar Rancangan
Teknis, Diagram garis tunggal, diagram pengawatan dan Gambar rangkaian listrik
dan elektronika). Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, mahasiswa
juga dibekali dengan kemampuan menggambar secara manual maupun dengan
software komputer.
Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam 14 kali pertemuan dengan
menitikberatkan praktek menggambar teknik secara konvensional maupun dengan
software. Sedangkan penugasan gambar teknik dirumah bertujuan untuk
memperkuat pengusaaan konseptual maupun praktek mengenai bambar teknik.
Dalam satu semester materi perkuliahan gambar teknik dibagi dalam beberapa
modul, diantaranya :

Modul 1 : Ruang lingkup gambar teknik


Modul 1. Kegiatan belajar 1. Ruang lingkup gambar teknik
Kegiatan belajar 1, berisi tentang definisi gambar teknik ditinjau dari
beberapa keilmuan. Fungsi dari pada gambar teknik dilihat dari segi teknik
maupun non teknik. Jenis gambar teknik dilihat dai proses pembuatannya dan
fungsinya.
Modul 2 : Alat Gambar dan Elemen Gambar Teknik
Modul 2. Kegiatan belajar 2. Alat Gambar dan Elemen Gambar Teknik
Kegiatan belajar 2 ini berisi: Berbagai macam alat gambar diantaranya:
Rapido, mal, pensil, jangka, busur dan lain-lain. Alat-alat gambar teknik ini
banyak dipakai dalam praktek pembuatan sebuah gambar teknik, dijelasakan juga
fungsi diripada alat gambar teknik tersebut sehingga mahasiswa akan semakin
terampil dalam menggunakan peraltan gambar teknik.

i
Modul 3 : Ukuran, Skala dan Arsiran
Modul 3. Kegiatan belajar 3. Ukuran, Skala dan Arsiran
Kegiatan belajar 3 ini berisi: teknik-teknik memberikan ukuran, skala dan
teknik memberikan skala pada obyek. Definisi arsiran dalam gambar teknik, jenis
arsiran dan cara menggambar arsiran itu sendiri.
Modul 4: Komponen elektronika dan listrik, Softaware Protel 99 dan
tahapan instalasi listrik.
Modul 4. Kegiatan belajar 4. Komponen elektronika dan listrik, Softaware
Protel 99 dan tahapan instalasi listrik.
Kegiatan belajar 4 ini berisi: mengenali komponen elektronika dan
listrik beserta lambangnya. Penggunaan software protel 99 digunakan untuk
mendisain PCB dan mencoba mensimulasikannya. Tahapan instalasi listrik dalam
modul ini diberikan mulai dari perhitungan beban, perhitungan lampu sampai
dengan perhitungan penampang kabel.
Modul 5: Pegenalan pengendalian motor dan penggambaran dengan
softaware AutoCad 2014
Modul 5. Kegiatan belajar 5. Pegenalan AutoCad 2013
Kegiatan belajar 5 ini berisi: tentang penggunaan dasar dari pada AutuCad
2014. Penggunaan AutoCad 2014 dalam gambar teknik sangat mutlak diperlukan.
AutoCad 2014 memberikan kemudahan bagi pengguna dalam pembuatan proyek
gambar teknik untuk berbagai disiplin ilmu.
Tujuan akhir dari mata kuliah ini adalah mahasiswa mampu menguasai konsep
gambar teknik baik dari penguasaan teori dan penerapannya. Diharpakan juga
mahasiswa mampu menerapkannnya dalam aplikasi software.Untuk mendukung
hal tersebut maka mahasiswa harus menguasai kompetensi dibawah ini :
1. Hakikat gambar teknik dan menggambar Proyeksi (Konsep dan Praktek)
2. Elemen gambar teknik dan peralatan gambar teknik serta cara
penggunaannya.
3. Teknik arsiran, Gambar belahan, potongan, skala, dan ukuran.
4. Menggunakan AutoCad dan Software elektro yang lain

ii
DAFTAR ISI

TINJAUAN MATA KULIAH................................................................................. i


DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I.......................................................................................................................2
1.1 Pendahuluan................................................................................................2
1.2 Definsi gambar Teknik ...............................................................................2
1.3 Fungsi Gambar Teknik ...............................................................................3
1.4 Menggambar Mistar....................................................................................4
1.5 Menggambar Proyeksi ................................................................................5
1.6 Menggambar Potongan .............................................................................29
BAB II....................................................................................................................37
2.1 Alat dan Bahan Konvensional ..................................................................37
2.2 Pensil dan Pena (Rapido) ..........................................................................38
2.3 Jangka .......................................................................................................39
2.4 Macam-Macam Penggaris ........................................................................39
2.5 Alat-Alat Lain dan Software Pendukung ..................................................41
2.6 Gambar Teknik dan Elemen Pelengkapnya..............................................47
BAB III..................................................................................................................55
3.1 Pedoman pemberian ukuran......................................................................55
3.2 Ukuran Skala Pada Gambar ......................................................................63
3.3 Arsiran pada Obyek ..................................................................................65
BAB IV..................................................................................................................72
4.1 Komponen Elektronika .............................................................................72
4.2 Gambar Skematik Rangkaian Elektronika ..............................................79
4.3 Disain PCB dengan Protel 99..................................................................82
4.4 Komponen Listrik .....................................................................................99
4.5 Gambar Instalasi Listrik ........................................................................102
BAB V..................................................................................................................129
5.1 Pengendalian Langsung (Direct On Line) ..............................................129
5.2 Pengendalian Motor Dengan 2 Tombol..................................................130
5.3 Pengendalian Motor Secara Berurutan ...................................................131
5.4 Menggambar dengan AutoCad 2014 ......................................................132

iii
5.5 Tutorial AutoCad Dasar ......................................................................... 135
5.6 Penskalaan Gambar ................................................................................ 145
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 147

iv
Kompetensi Dasar : Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan pada materi
ini diharapkan memahami ruang lingkup gambar teknik
(Deskripsi, fungsi, tujuan) dan macam-macam metode
gambar teknik.
Sub pokok Bahasan : 1. Definisi gambar teknnik
2. Definsi gambar Teknik
3. Menggambar Mistar
4. Menggambar Proyeksi
5. Menggambar Potongan.
Deskripsi Singkat : Penguasaan konsep gambar teknik sangat diperlukan
dalam praktek menggambar teknik, baik menggambar
secara manual maupun dengan menggunakan software
aplikasi.
Pertanyaaan Kunci : Bagiamana cara menggambar teknik dengan baik dan
benar?

1
BAB I
RUANG LINGKUP GAMBAR TEKNIK

1.1 Pendahuluan

Gambar teknik merupakan perpaduan antara gambar seni dan gambar


science yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan beberapa persoalan
keteknikan. Seni dalam hal ini mengenai aspek keindahan bentuknya, sedangkan
science menyangkut segi ukuran, kekuatan, ketahanan, bahan, efisiensi, cara
mengerjakan dan sebagainya. Gambar teknik berfungsi sebagai bahasa tertulis
dalam bentuk gambar antara perencana dan pelaksana, sebagai konsekuensinya
kedua pihak harus betul-betul memahami dalam arti harus dapat membuat,
membaca dan mengoreksi gambar. Gambar teknik juga mengandung unsur seni,
tetapi juga harus memperhatikan aturan-aturan tertentu, seperti di Indonesia dalam
dunia teknik listrik aturan yang ada antar lain PUIL (Persyaratan Umum Instalasi
Listrik). Dalam suatu perancangan, produk yang dihasilkan adalah gambar dan
analisa. Gambar adalah bahasa teknik yang diwujudkan dalam kesepakatan
simbol. Gambar ini dapat berupa gambar sket, gambar perspektif, gambar
proyeksi, gambar denah serta gambar situasi. Gambar denah ruangan atau
bangunan rumah (gedung) yang akan dipasang instalasi digambar dengan
menggunakan lambang-lambang (simbol-simbol) yang berlaku untuk instalasi
listrik.

1.2 Definsi gambar Teknik

1. Penyampaian Informasi
2. Penyimpanan dan penggunaan keterangan (data teknis)
3. Cara-cara pemikiran (perencanaan) dala penyiapan informasi

Sehingga: Gambar Teknik merupakan suatu bentuk ungkapan dari suatu gagasan
atau pemikiran mengenai suatu sistim, proses, cara kerja, konstruksi, diagram,

2
rangkaian dan petunjuk yang bertujuan untuk memberikan instruksi dan informasi
yang dinyatakan dalam bentuk gambar, atau lukisan teknis.

1.3 Fungsi Gambar Teknik

Gambar teknik adalah bahasa teknik dan pola penyampaian informasi


seperti yang telah dibahas pada bab diatas. Fungsi-fungsi gambar dapat
digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Penyampaian Informasi
Gambar berfungsi untuk meneruskan maksud dari perancang dengan
tepat kepada orang-orang yang bersangkutan, kepada perencanaan proses,
pembuatan, pemeriksaan dan sebagainya. Orang-orang yang bersangkutan
bukan hanya orang-orang pabrik atau orang dibengkel sendiri, tetapi juga
orang-orang dalam pabrik atau bengkel sub kontrak atau orang-orang asing
dengan bahasa lain.
Penafsiran gambar diperlukan untuk penentuan gambar secara objektif.
Untuk itu standar-standar sebagai bahasa teknik diperlukan untuk
menyediakan “ketentuan-ketentuan yang cukup”.
2. Pengawetan, penyimpanan dan Penggunaan Keterangan
Gambar merupakan data teknik yang sangat ampuh, dimana teknologi
dari suatu perusahaan dipadatkan dikumpulkan. Oleh karena itu gambar bukan
saja diawetkan untuk mensuplai bagian-bagian produk untuk perbaikan
(reparasi) atau untuk diperbaiki, tetapi gambar diperlukan juga disimpandan
dipergunakan sebagai bahan informasi untuk rencana-rencana baru
dikemudian hari. Sehingga diperlukan penyimpanan, kondifikasi nomor urut
gambar dan sebagainya.
3. Cara-cara Pemikiran Dalam Penyiapan Informasi
Dalam perencanaan, konsep abstrak yang terlintas dalam pikiran
diwujudkan dalam bentuk gambar melalui proses. Masalahnya pertama-tama
dianalisa dan disintesa dengan gambar. Kemudian gambarnya diteliti dan
dievaluasi. Proses ini diulang-ulang, sehingga dapat dihasilkan gambar-
gambar yang sempurna.

3
Dengan demikian menggambar tidak hanya melukis gambar, tetapi
berfungsi juga sebagai peningkat daya berfikir untuk perencanaan. Oleh
karena itu siswa tanpa kemampuan menggambar, kekurangan cara
penyampaian keinginan, maupun kekurangan cara menerangkan yang sangat
penting.

1.4 Menggambar Mistar

Menggambar mistar sebenarnya hampir mirip dengan menggambar


bentuk. Menggambar bentuk adalah menggambar kemiripan bentuk/model suatu
benda dengan mengunakan keterampilan tangan (tanpa bantuan mistar), ukuran-
ukuran perbandingan dari benda yang kita gambar hanya dibuat berdasarkan
perkiraan kemampuan pengamatan.
Mengenai menggambar mistar adalah menggambar ketepatan bentuk suatu
benda dengan menggunakan penggaris (mistar) dan alat bantu lainnya seperti
jangka, trekpen, rapido, dll. Perbandingan ukuran skala sangat diperhatikan dalam
menggambar mistar, selain itu juga harus memperhatikan ketepatan ketebalan
garis, kerataan garis dan juga sambungan atau hubungan garis.
Dengan demikian gambar mistar dapat diartikan membuat suatu gambar baik
berupa hiasan atau bangun-bangun geometris melalui konstruksi matematis
dengan bantuan mistar.
1.4.1 Fungsi dan tujuan menggambar mistar

Berdasarkan fungsinya, menggambar mistar juga sering disebut dengan


menggambar teknik, menggambar konstruksi, atau gambar kerja, hal itu karena
gambar mistar memiliki fungsi atau tujuan untuk :
1. Membuat hiasan berupa bangun-bangun geometris yang banyak digunakan
dalam kegiatan perancangan tekstil dan tata ruang.
2. Sebagai gambar kerja yang dapat menjelaskan bagian-bagian konstruksi dari
suatu bangun atau benda secara terperinci , misalnya gambar konstruksi
bangunan, rancangan furniture, rancangan mesin, dan sebagainya.
3. Sebagai gambar penjelasan dari wujud suatu benda atau bangun dengan
perbandingan ukuran yang akurat sehingga mendekati wujud yang sebenarnya.

4
1.5 Menggambar Proyeksi

Gambar Proyeksi adalah gambar bayangan atau konstruksi suatu benda


yang mana dapat kita ketahui tentang kejelasan suatu objek secara matematis.
Dalam menggambar proyeksi dituntut keterampilan menggunakan alat-alat seperti
mistar, jangka, pinsil, rapido/trek-pen, dan alat-alat matematis lainnya. Di
samping itu, juga harus mampu menarik garis secara terukur seperti ketebalan
garis, kerataan garis dan sambungan garis. Secara umum proyeksi dapat dilihat
pada Gambar 1.1 dibawah ini :

PROYEKSI

Proyeksi Piktorial Proyeksi Ortogonal Proyeksi Pandangan


(Posisi benda) (Posisi Pemproyeksian) (Posisi Pandangan)

- Proyeksi isometric - Sebuah titik - Proyeksi Eropa


- Proyeksi dimetri - Sebuah garis - Proyeksi Amerika
- Proyeksi Miring - Sebuah bidang
- Proyeksi perspeksif - Sebuah benda

Gambar 1.1 Proyeksi

1.5.1 Proyeksi Piktorial


Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah bidang dua
dimensi, dapat dilakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan
aturan menggambar. Beberapa macam cara proyeksi antara lain :
1. Proyeksi piktorial isometri
Untuk mengetahui apakah suatu gambar diproyeksikan dengan cara
isometri atau untuk memproyeksikan gambar tiga dimensi pada bidang dengan
proyeksi isometri, maka perlu diketahui ciri-ciri dan syarat-syarat untuk
menampilkan suatau gambar dengan proyeksi isometri. Adapun ciri dan syarat
proyeksi tersebut sebagai berikut :
a). Ciri pada sumbu

5
- Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis mendatar.
- Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°.
b). Ciri pada ukurannya
Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang benda
yang digambarnya. Contohnya ada pada Gambar 1.2.

20

50

20

Gambar 1.2 Proyeksi isometri

120°
x y
30°

30°

x
y

titik referensi

Gambar 1.3 Proyeksi isometri dengan posisi normal

Penyajian gambar dengan proyeksi isometri dapat dilakukan dengan


beberapa posisi (kedudukan), yaitu posisi normal, terbalik, dan horisontal.
(1) Proyeksi isometri dengan posisi normal (Gambar 1.3)

6
(2) Proyeksi isometri dengan posisi terbalik (Gambar 1.4)
z
z

titik referensi

30°
30°

y 120° x

y x

Gambar 1.4 Proyeksi isometri dengan posisi terbalik

(3) Proyeksi isometri dengan posisi horisontal (Gambar 1.5)


y
y
30°

titik referensi
120 z
°

z
30°

Gambar 1.5 Proyeksi isometri dengan posisi horisontal

2. Proyeksi Dimetri
Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan ketentuan yang perlu
diketahui seperti di bawah ini. Contohnya pada Gambar 1.6.

7
a. Ciri pada sumbu
Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada sumbu y mempunyai
sudut 40°.
b. Ketentuan ukuran
Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala pada sumbu y = 1 :
2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1

40

40
40

Gambar 1.6 Proyeksi dimetri

Keterangan :
- Ukuran pada sumbu x 40 mm
1
- Ukuran gambar pada sumbu y digambar nya, yaitu 20 mm
2
- Ukuran pada sumbu z 40 mm

3. Proyeksi miring
Pada proyeksi miring, sumbu x berhimpit dengan garis
horisontal/mendatar dan sumbu y mempunyai sudut 45° dengan garis mendatar.
Skala pada proyeksi miring sama dengan skala pada proyeksi dimetri, yaitu skala
pada sumbu x = 1 : 1, dan pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1.
Contoh ada pada Gambar 1.7.

8
z

y y

45°
x

Gambar 1.7 Proyeksi miring

4. Gambar Perspektif
Dalam gambar teknik, gambar perspektif jarang dipakai. Gambar
perspektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Perspektif dengan satu titik hilang
TH (Titik Hilang)

Gambar 1.8 Perspektif dengan satu titik hilang

9
Perspektif 1 titik hilang berarti gambar perspektif yang terjadi saat sebuah
objek dilihat dengan garis pusat pandangan tegak lurus terhadap salah satu
permukaannya. Sistem perespektif ini digunakan untuk menggambar obyek
(benda) yang terletak relatif dekat dengan mata. Karena letak obyek yang cukup
dekat, akibatnya mata memiliki sudut pandang yang sempit, sehingga garis-garis
batas benda akan menuju satu titik lenyap saja, kecuali bila sejajar dengan horizon
dan tegak lurus terhadapnya. Gambar yang demikian sering disebut
dengan parallel perspektif sebab banyak menggunakan garis-garis bantu yang
sejajar horizon dan vertikal. Penerapan gambar ini banyak digunakan pada
gambar rancang bangun (desain) interior seperti pada Gambar 1.8.
2. Perspektif dengan dua titik hilang

Gambar 1.9 Perspektif dengan dua titik hilang

10
Perspektif dua titik hilang menggambarkan objek dengan menggunakan
dua titik hilang yang terletak berjauhan di sebelah kanan dan kiri pada garis
cakrawala. Perspektif dengan dua titik hilang digunakan untuk menggambar
perspektif obyek yang memiliki kelompok garis horizontal yang tidak sejajar
dengan bidang gambar, atau dengan kata lain kelompok garis horizontal tersebut
selalu membentuk sudut dengan bidang gambar. Dalam gambar arsitektur
perspektif dengan dua titik hilang biasanya dipergunakan untuk menggambarkan
ruang luar (eksterior) suatu bangunan. Gambar perspektif dua titik hilang
merupakan gambar perspektif yang paling mudah dan banyak digunakan, hal ini
dikarenakan hasilnya cenderung tidak statis dan tidak simetris sehingga lebih
wajar dilihat. Dapat digunakan untuk situasi apapun baik interior maupun
eksterior bangunan.
3. Perspektif dengan tiga titik hilang

Gambar 1.10 Perspektif dengan tiga titik hilang

11
1.5.2 Gambar proyeksi ortogonal
Berikut ini akan dibicarakan tentang Gambar Proyeksi Ortogonal secara
terinci. Gambar proyeksi ortogonal yang lazim digunakan ada dua cara yaitu cara
Eropa dan cara Amerika. Pada cara Eropa mempergunakan tiga bidang proyeksi
saling berpotongan tegak lurus satu sama yang lain, di mana benda yang
diproyeksikan berada di antara ketiga bidang tersebut. Sedangkan cara Amerika
mempergunakan enam bidang proyeksi yaitu benda dipandang dari enam sisi.
Berikut yang dibahas hanya gambar proyeksi cara Eropa.

z
P2

P3
o x

P1
y
Gambar 1.11 Bidang Perpotongan

Perpotongan di antara tiga bidang proyeksi cara Eropa akan membentuk


sebuah ruangan yang disebut dengan ruang nyata. Bidang-bidang proyeksi
tersebut adalah :
1. Bidang mendatar, disebut Bidang Proyeksi 1 (benda dilihat dari arah atas)
2. Bidang tegak, disebut Bidang Proyeksi 2 (benda dilihat dari arah depan)
3. Bidang samping, disebut Bidang Proyeksi 3 (benda dilihat dari samping)
Perpotongan di antara tiga bidang proyeksi cara Eropa akan membentuk
sebuah ruangan yang disebut dengan ruang nyata. Bidang-bidang proyeksi
tersebut adalah :

12
1. Bidang mendatar, disebut Bidang Proyeksi 1 (benda dilihat dari arah atas)
2. Bidang tegak, disebut Bidang Proyeksi 2 (benda dilihat dari arah depan)
3. Bidang samping, disebut Bidang Proyeksi 3 (benda dilihat dari samping)
Perhatikan Gambar 1.11!
Selanjutnya, dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa perpotongan tiga
bidang proyeksi tersebut membentuk tiga buah sumbu, masing-masing adalah :
1. Sumbu o-x, sebagai perpotongan bidang P1 dan P2.
2. Sumbu o-y, sebagai perpotongan bidang P1 dan P3.
3. Sumbu o-z, sebagai perpotongan bidang P2 dan P3
z
Gambar A
P2

X
P3 P1
Y o

z
Gambar B P3
P2

Y X
o

P1

Y
Gambar 1.12 Bidang Proyeksi
P1
Susunan bidang-bidang proyeksi seperti di atas yang membentuk ruang
nyata disebut dengan bidang gambar proyeksi stereometri. Dalam gambar
stereometri ini, di samping menampilkan gambar proyeksi 1, 2, dan 3 juga
menampilkan gambar ruang objeknya. Dari bentuk gambar stereometri akan

13
disederhanakan menjadi bentuk gambar proyeksinya saja. Perhatikan bentuk
Gambar 1.12.
Penjelasan Gambar 1.12:
Untuk mendapatkan bidang-bidang proyeksi yang datar, dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Sumbu o-x dan o-z dianggap sebagai engsel, sedangkan sumbu o-y dianggap
dapat dibagi menjadi dua bilah.
2. Bidang P1 diputar ke bawah hingga datar dengan bidang P2.
3. Bidang P3 diputar ke samping hingga datar dengan P3 (perhatikan Gam bar.
B).
Setelah memahami bagaimana terbentuknya bidang-bidang proyeksi dan
sumbu-sumbu proyeksi, sekarang kita mulai membuat gambar proyeksi itu
sendiri. Kita akan mempelajarinya secara bertahap, dimulai dari proyeksi sebuah
titik, kemudian garis, bidang, baru selanjutnya memproyeksikan suatu benda
(benda geometris tiga dimensi).
1. Proyeksi Sebuah Titik

z
P2

A2

P3 A3 AA
o x x
A1

P1
y
Gambar 1.13 Stereometri sebuah titik A

14
z
P3 P2

A3 A2

y x
o

A1

P1

y
Gambar 1.14 Proyeksi sebuah titik A

Untuk membuat gambar proyeksi dari sebuah titik, atau juga objek lainnya,
sebaiknya dilakukan dua tahapan kerja, yang pertama membuat gambar
stereometrinya (Gambar 1.13) dan kedua membuat gambar proyeksinya (Gambar
1.14). Perhatikan Gambar 1.14 yang merupakan gambar proyeksi titik A yang
terletak 2 cm di atas bidang P1, 1 cm di depan bidang P2 dan 3 cm di samping
bidang P3.
Penjelasan Gambar 1.14.
1) Titik A1 adalah proyeksi titik A pada bidang P1 dengan koordinat (x,y) dengan
nilai (3,1). Tarik garis proyeksi dari nilai x tegak lurus sumbu o-x dengan jarak
nilai y dan sebaliknya.
2) Titik A2 adalah proyeksi titik A pada bidang P2 dengan koordinat (x,z) dengan
nilai (3,2). Tarik garis proyeksi dari nilai x tegak lurus sumbu o-x dengan jarak
nilai z dan sebaliknya.

15
3) Titik A3 adalah proyeksi titik A pada bidang P3 dengan koordinat (y,z) dengan
nilai (1,2). Tarik garis proyeksi dari nilai y tegak lurus sumbu o-y dengan jarak
nilai z dan sebaliknya.
4) Titik A pada gambar stereometri adalah benda yang sebenarnya dengan
koordinat (x,y,z) dengan nilai (3,1,2). Titik A didapat dengan menarik garis
proyeksi dari titik A1, A2 dan A3 tegak lurus dengan bidang-bidang
proyeksinya.
Latihan Soal :
1. Diketahui titik B yang terletak pada koordinat (4,3,5). Cari dan buat gambar
stereometri serta gambar proyeksinya!
2. Diketahui titik C dengan koordinat (4, 6, 0). Cari dan buat gambar
stereometri serta gambar proyeksinya!

2. Gambar Proyeksi Sebuah Garis


Menggambar proyeksi sebuah garis dapat diartikan menggambar proyeksi
dua buah titik. Namun dalam membuat gambar proyeksinya harus kita pandang
sebagai sebuah garis yang utuh, hal itu menyebabkan terdapatnya beberapa
kemungkinan hasil gambar proyeksi sebuah garis, antara lain :
 Proyeksi dari sebuah garis lurus akan berupa garis lurus juga, tetapi bila garis
tersebut tegak lurus dengan bidang proyeksinya maka hasil proyeksinya berupa
sebuah titik.
 Proyeksi dari sebuah garis yang sejajar dengan bidang priyeksinya maka hasil
proyeksinya akan sama panjang dengan garis tersebut, dan bila sebuah garis
yang tidak sejajar dan tidak tegak lurus dengan bidang proyeksinya maka hasil
proyeksinya lebih pendek dari garis tersebut.
Perhatikan dan pelajari Gambar 1.15-1.18.

16
z
P2

A2 B2

P3

B3A3 A B
o x

A1 B1
P1
y
Gambar 1.15 Stereometri garis AB

P3 P2

B3A3 A2 B2

y o x

A1 B1

P1

y
Gambar 1.16 Stereometri garis AB

17
Gambar 1.17 Proyeksi garis CD

z
D3 D2

C3 C2

y x
o
D1

C1

y
Gambar 1.18 Proyeksi garis CD

Latihan Soal :
1. Diketahui garis BC dengan koordinat titik B (1,2,3,). Garis BC panjangnya 5
cm dan sejajar dengan sumbu o-y Cari dan buat gambar stereometri serta
gambar proyeksinya!

18
2. Diketahui garis CD dengan koordinat titik C (2,2,1). Garis CD = 6 cm yang
semula sejajar dengan sumbu o-z, kemudian diputar kekanan hingga
membentuk sudut 450 dengan sumbu o-x Cari dan buat gambar stereometri
serta gambar proyeksinya!
3. Gambar Proyeksi Sebuah Bidang
Sebuah bidang dibentuk oleh tiga buah garis atau lebih. Oleh karena itu,
untuk membuat gambar proyeksi sebuah bidang sama dengan memproyeksi
beberapa buah garis. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada proyeksi garis
dapat berlaku juga pada proyeksi bidang. Perhatikan dan pelajari Gambar 1.19.

Gambar Proyeksi z
z

D2 C2

C3D3
C3D3 D2 C2
D C

A2 B2 x
B3A3 A2 B2
o
y o x
B3A3 A B
D1A1 C1B1

y D1A1 C1B1
y
Gambar 1.19 Stereometri bidang ABCD

Penjelasan Gambar 1.19


 Bidang ABCD gambar proyeksinya pada bidang P1 berupa sebuah garis yang
sama panjang dengan sisi AB, sejajar sumbu o-x atau tegak lurus sumbu o-y.
 Proyeksi bidang ABCD pada bidang P2 berupa bidang yang sama besar dengan
bidang asalnya, bidang tersebut sejajar dengan bidang P2 dan tegak lurus
dengan bidang P1 dan P3.
 Proyeksi bidang ABCD pada bidang P3 berupa sebuah garis yang sama
panjang dengan sisi BC, sejajar sumbu o-z dan tegak lurus sumbu o-y.

19
Tugas: Gambarlah bidang proyeksinya

Gambar 1.20 Proyeksi bidang EFG

z
G3 G2

E3 F3 E2 F3
y x
o
G1
F1

E1
y

Gambar 1.21 Proyeksi bidang EFG

20
Penjelasan gambar
 Gambar Proyeksi pada bidang P1, P2 dan P3 berupa bidang segitiga.
 Ketiga segitiga pada masing-masing bidang proyeksi tidak ada yang ukuranya
dengan segitiga asalnya yaitu segitiga EFG, ini disebabkan karena letak dari
segitiga EFG tidak sejajar dan tidak tegak lurus dengan bidang-bidang
proyeksinya.
Latihan Soal :
1. Diketahui bidang berbentuk ‘T’ (Gambar 1.22) dengan koordinat titik A
(3,2,1,). Garis AB // dengan sumbu o-x dan garis BC // dengan sumbu o-z
Cari dan buat gambar stereometri serta gambar proyeksinya
8 cm
2 cm
2 cm 2 cm
D C

6 cm

A B
4 cm
Gambar 1.22 Bidang T

2. Diketahui Bidang segi-empat ABCD dengan koordinat titik A (2,2,1). Garis


AB = 6 cm // dengan sumbu o-y dan garis BC = 7 cm // sumbu o-z. Bidang
ABCD semula sejajar dengan bidang P3, kemudian diputar ke kanan dengan
garis AB sebagai sumbu putar hingga membentuk sudut 450 dengan bidang
P1. Cari dan buat gambar stereometri serta gambar proyeksinya!
4. Gambar Proyeksi Sebuah Benda Tiga Dimensi
Memproyeksikan sebuah benda tiga dimensi seperti kubus, balok, limas
dan sebagainya sama artinya memproyeksikan beberapa buah bidang.
Kemungkinan gambar proyeksinya pada bidang P1, P2 dan P3 berupa sebuah
bidang. Perhatikan Gambar 1.23 dan pelajarilah.

21
z
P2

H2E2 G2F2
F3E3 E F

D2A2 C2B2
P3 B3A3 A B
X
G3H3 H o G

E1A1 F1B1
C3D3 D C

H1D1 G1C1
P1
Y
Gambar 1.23 Stereometri benda 3 dimensi

Gambar Proyeksi Balok


z

G3H3 F3E3 H2E1 G2F2

C3D3 B3A3 D2A2 C2B2


y x x
o

E1A1 F1B1

H1D1 G1C1
Gambar 1.24 Proyeksi benda 3 dimensi
y

22
Ketentuan gambar proyeksi balok pada Gambar 1.24 adalah sebagai berikut:
EFGH
Ditentukan proyeksi balok dengan kordinat titik A (1,1,1), Garis AB
ABCD
panjangnya 5 cm sejajar dengan sumbu o-x dan tegak lurus sumbu o-y. Garis BC
panjangnya 4 cm sejajar sumbu o-y dan tegak lurus sumbu o-x. Alas balok adalah
bidang ABCD sejajar dengan bidang P1. Tinggi balok 2,5 cm.

Latihan Soal:
1. Diketahui bentuk bangun pada Gambar 1.25 dengan ketentuan sebagai
berikut :
Titik A terletak pada koordinat (3,2,1), garis AB sejajar dengan sumbu o-x
dan bidang alas bangun (bidang ABCD) sejajar dengan bidang P1. Buatlah
gambar proyeksinya !

F G

E H 3 cm

5 cm

2 cm
B C

5 cm
A D

6 cm 2 cm
Gambar 1.25 Contoh Bangun 1

23
Ketentuan garis :
Garis tepi : 0,8mm tinta hitam
Garis sumbu : 0,6mm tinta hitam
Garis gambar proyeksi : 0,8 mm tinta hitam
Garis konstruksi : 0,1 mm tinta merah

2. Diketahui bentuk bangun pada Gambar 1.26 dengan ketentuan sebagai


berikut :
Titik A terletak pada koordinat (2,2,1), garis AB sejajar dengan sumbu o-x
dan bidang alas bangun (bidang ABCD) sejajar dengan bidang P1. Buatlah
gambar proyeksinya dan diarsir rapi dengan pensil tipis!

E F

H G 3 cm

1,5 cm

2,5 cm

4 cm

A B

6 cm
D C 1cm

3,5 cm 4 cm 0,5cm

Gambar 1.26 Contoh Bangun 2

Ketentuan garis :
Garis tepi : 0,8 mm tinta hitam

24
Garis sumbu : 0,6 mm tinta hitam
Garis gambar proyeksi : 0,8 mm tinta hitam
Garis konstruksi : 0,1 mm tinta merah

3. Diketahui bentuk bangun pada Gambar 1.27 dengan ketentuan sebagai


berikut :
Titik A terletak pada koordinat (1,2,1), garis AB sejajar dengan sumbu o-x
dan bidang alas bangun (bidang ABCD) sejajar dengan bidang P1. Buatlah
gambar proyeksinya dan diarsir rapi dengan pensil tipis!

1 cm E F

H G
1,5 cm

5,5 cm

A B
2 cm
1 cm

1 cm A

4 cm

1 cm D C

1 cm 1 cm 2 cm 2,5 cm 2 cm 1 cm 1 cm

Gambar 1.27 Contoh Bangun 3

25
Ketentuan garis :
Garis tepi : 0,8 mm tinta hitam
Garis sumbu : 0,6 mm tinta hitam
Garis gambar proyeksi : 0,8 mm tinta hitam
Garis konstruksi : 0,1 mm tinta merah

1.5.3 Proyeksi pandangan


Proyeksi Eropa dan Amerika merupakan proyeksi yang digunakan untuk
memproyeksikan pandangan dari sebuah gambar tiga dimensi terhadap bidang
dua dimensi. Untuk membedakan proyeksi Eropa dan proyeksi Amerika, perlu
diberi lambang proyeksi. Dalam standar ISO (ISO/DIS 128), telah ditepkan bahwa
cara kedua proyeksi boleh dipergunakan. Sedangkan untuk keseragaman ISO,
gambar sebaiknya digambar menurut proyeksi Eropa (Kuadran I atau dikenal
dengan proyeksi sudut pertama).
Dalam sebuah gambar tidak diperkenankan terdapat gambar dengan
menggunakan kedua proyeksi secara bersamaan. Simbol proyeksi ditempatkan
disisi kanan bawah kertas gambar. Simbol/lambang proyeksi tersebut adalah
sebuah kerucut terpancung (Gambar 1.28).

Gambar 1.28 Proyeksi Eropa

1. Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada yang
menyebutkan proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan ini tergantung dari masing
pengarang buku yang menjadi refrensi. Dapat dikatakan bahwa Proyeksi Eropa ini

26
merupakan proyeksi yang letak bidangnya terbalik dengan arah pandangannya
(lihat Gambar 1.29).

P.A
P.Be

P.Ka

P.Ki

P.D

P.Ba

(P. bawah)

(P. kanan) (P. depan) (P. Kiri) (P. Belakang)

(P. atas)

Gambar 1.29 Proyeksi Eropa

Keterangan :
P.A = Pandangan Atas
P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang

27
2. Proyeksi Amerika
Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan juga ada yang
menyebutkan proyeksi kuadran III. Proyekasi Amerika merupakan proyeksi yang
letak bidangnya sama dengan arah pandangannya (lihat gambar 1.30).

P.A
P.Be

P.Ka

P.Ki

P.D

P.Ba

(P. atas)

(P. kiri) (P. depan) (P. kanan) (P. Belakang)

(P. bawah)

Gambar 1.30 Proyeksi Amerika

Keterangan :
P.A = Pandangan Atas

28
P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang

1.6 Menggambar Potongan

Penggunaan potongan sering kali ditemukan pada penggambaran benda-


benda yang memiliki rongga di dalamnya. Untuk menggambarkan bagian benda
yang tidak tampak dari luar dapat digunakan garis putus-putus. Tetapi jika bagian
yang tersembunyi tersebut mempunyai bentuk yang rumit, maka akan didapat
gambar yang rumit pula dan sulit dimengerti. Untuk mengatasi hal ini, maka dapat
digunakan cara potongan atau penampang (cross-section). Gambar
penampang/potongan dibayangkan sebagai potongan yang diambil melalui sebuah
benda untuk memperlihatkan bentuk atau susunan bagian dalam. Beberapa contoh
gambar potongan ada pada Gambar 1.31.

Gambar 1.31 Contoh gambar potongan

29
Jenis-jenis potongan :
1. Potongan penuh (full section)
Terjadi ketika bidang pemotong melalui benda seutuhnya seperti Gambar
1.32.

Gambar 1.32 Gambar potongan penuh

2. Potongan separoh (half section)

Gambar 1.33 Gambar potongan separuh

30
Dibuat dengan menggunakan pemotongan separoh pada benda. Kemudian,
separoh digambar sebagai potongan dan separoh lainnya digambar dengan
pandangan luar (outside). Biasanya, garis yang tidak tampak (tersembunyi) tidak
digambar karena detail bagian dalam telah tampak pada bagian yang terpotong.
Adapaun contoh gambar potongan separuh ada pada Gambar 1.33.
3. Potongan meloncat
Potongan meloncat atau potongan penuh dengan bidang offset dimana
bidang pemotong di-offset pada bagian lain untuk menunjukan beberapa detail
yang terlewatkan. Adapun contoh gambar potongan meloncat ada pada Gambar
1.34.

Gambar 1.34 Gambar potongan meloncat

31
4. Potongan yang diputar (Rotated Section)
Bagian-bagian benda tertentu seperti : ruji-ruji roda, kait, tuas, rusuk
penguat, dan sebagainya, dapat ditampilkan hasil potongannya setelah lebih
dahulu diputar 90°. Penggambarannya dapat di tempat potongan atau di tempat
lain. Adapun contoh gambar potongan ada pada Gambar 1.35.

Gambar 1.35 Gambar potongan putar

5. Potongan sobekan (Broken-Out Section)

Gambar 1.36 Gambar potongan sobekan

Tipe potongan ini hanya beberapa bagian saja yang dipotong. Bidang
pemotong melalui sebagian benda. Bagian depan benda pada bidang dirobek dan
dibuang sehingga menunjukan detail bagian dalam area ini. Garis tak beraturan
digunakan untuk menunjukan robekan. Adapun contoh gambar potongan sobekan
ada pada Gambar 1.36.

32
6. Potongan Berurutan (Removed Section)
Tipe pemotongan ini hampir sama dengan potongan yang diputar namun
potongannya digambarkan di luar benda. Potongan – potongan berurutan dapat
disusun. Hal ini diperlukan untuk memberi ukuran atau alasan lain. Adapun
contoh gambar potongan berurutan ada pada Gambar 1.37.

Gambar 1.37 Gambar potongan berurutan

7. Potongan penampang tipis


Penampang tipis adalah benda-benda yang terbuat dari plat dan profil
dapat digambar dengan garis tebal atau seluruhnya dihitamkan. Jika bagian-bagian
terletak berdampingan, bagian yang berbatasan dibiarkan berwarna putih. untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.38.

33
Gambar 1.38 Potongan penampang tipis

Latihan Soal:
1. Apa yang anda ketahui tentang gambar proyeksi, sebutkan jenisnya
2. Sebuah kubus dengan ukuran panjang sisi 5x5, Buatlah gambar :
a. Proyeksi Isometri
b. proyeksi dimetrinya.
3. Dari gambar dibawah ini buatlah gambar Proyeksi Amerika (Minimal 3
Pandangan), Jika arah anak panah menjadi pandangan depan.

4. Dari gambar dibawah ini buatlah gambar Proyeksi Eropa (Minimal 3


Pandangan), Jika arah anak panah menjadi pandangan depan.

34
5. Buatlah gambar dengan mengikuti petunjuk dibawah ini:
a. Sebuah bidang EFGH dengan ukuran 3x3 cm, terletak pada poin (6,7,9) dititik
E: Buatlah gambar stereometri dan proyeksinya
b. Jika diputar 45O searah jarum jam dari arah depan pada titik E, gambarlah
stereometri dan proyeksinya

35
Kompetensi Dasar : Setelah mahasiswa mengikuti materi ini diharapkan
mampu mengenali alat-alat gambar teknik dan fungsinya,
serta mampu menggunakannya dengan benar.
Sub pokok Bahasan : 1. Alat dan Bahan Konvensional
2. Pensil dan Pena ( Rapido )
3. Jangka
4. Macam-Macam Penggaris
5. Alat-Alat Lain dan Software Pendukung
6. Gambar Teknik dan Elemen Pelengkapnya
Deskripsi Singkat : Pengenalan alat-alat gambar teknik merupakan hal
penting untuk bisa menggunakan alat tersebut sesuai
dengan fungsinya dan penggunaan elemen–elemen
gambar teknik akan akan menambah nilai dan seni
daripada gambar tersebut.
Pertanyaaan Kunci : - Apa saja alat-alat gambar teknik dan bagaimana cara
menggunakannya?
- Bagaimana cara menggunakan elemen-elemen
gambar teknik?

36
BAB II
ALAT GAMBAR DAN ELEMEN GAMBAR
TEKNIK

2.1 Alat dan Bahan Konvensional

Macam-macam bahan yang digunakan dalam menggambar adalah


a) Kertas gambar putih (manila/padalarang), kertas sketsa dan kertas milimeter :
digunakan untuk gambar tata letak yang digambar dengan pensil.
b) Kertas kalkir : digunakan untuk gambar asli, yang kemudian dapat dibuat
gambar cetak biru (blue print) atau cetak kontak (contact print).
c) Film gambar : digunakan untuk mendokumentasikan gambar yang teliti dan
keawetannya sangat diperlukan, serta tidak boleh memuai atau menyusut.

Tabel 2.1 Lambang dan ukuran kertas gambar

Kertas gambar yang dipergunakan mempunyai ukuran-ukuran yang telah


dinormalisir. Ukuran yang paling banyak dipergunakan adalah dari seri A. Seri A
ini mempunyai ukuran standar yang dinyatakan dengan membubuhkan 0 (nol) di
belakang huruf A, dan ukuran-ukuran yang lebih kecil dengan membubuhkan
angka 1 sampai dengan 4. Ukuran standar, yaitu A0, mempunyai luas 1 m2,
dengan perbandingan panjang terhadap lebar sebagai. Ukuran-ukuran berikutnya
diperoleh dengan membagi dua ukuran yang mendahuluinya. Misalnya ukuran A3

37
mempunyai setengah ukuran A2, dan sebagainya. Untuk jelasnya ukuran kertas
gambar dari seri A ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pada umunya kertas gambar
diletakkan dengan sisi yang panjang mendatar, kecuali untuk kertas ukuran A4,
yang sisi panjangnya diletakkan vertikal. Pada Tabel 1 diberikan juga ukuran garis
tepi dari masing-masing ukuran kertas.

2.2 Pensil dan Pena (Rapido)

Gambar 2.1 Pensil Mekanik dengan Isian

Gambar 2.2 Pena Teknik

Pensil mekanik dengan isian digunakan untuk menggambar dengan pensil.


Ada beberapa tingkat kekerasan. Penggunaannya didasarkan atas permukaan dan
jenis kertas gambar. Jenis isian pensil gambar terdapat dari 9H (sangat keras)
sampai 8B (sangat lunak).
Menggambar sebaiknya digunakan tingkat kekerasan berikut:
a) Garis bantu = 2H
b) Garis =F
c) Tulisan, garis penuh tebal = HB
Isian halus pada pensil mekanik dengan ketebalan 0,3 mm dan 0,5 mm sangat
cocok untuk penggambaran diatas kertas atau kertas kalkir. Dengan isian ini maka
tidak perlu meraut atau meruncingkan pensil. Ketebalan garis yang sama juga
dicapai (Gambar 2.1). Pena gambar: untuk gambar kerja dapat digunakan
ketebalan : 0,25 putih, 0,35 kuning, 0,50 coklat dan 0,70 biru (Gambar 2.2).

38
2.3 Jangka

Ada tiga macam jangka yang digunakan untuk menggambar, tergantung


besar kecilnya lingkaran yang akan digambar. Jangka besar untuk menggambar
lingkaran dengan diameter 100 – 200 mm, jangka menengah untuk lingkaran dari
20 – 100 mm, dan jangka kecil untuk lingkaran 5 – 30 mm. Disamping itu
terdapat sebuah jangka untuk membuat lingkaran dengan jari-jari kecil, seperti
misalnya untuk pembulatan. Ada dua macam jangka yaitu jangka orleon dan
jangka pegas (Gambar 2.3). Dengan alat penyambung dapat dihasilkan lingkaran
dengan jari-jari 250 mm.

Gambar 2.3 Macam-Macam Jangka

2.4 Macam-Macam Penggaris

Gambar 2.3. Macam-Macam Penggaris

a) Penggaris –T Sebuah penggaris – T terdiri dari sebuah kepala dan sebuah daun.
Garis-garis horizontal ditarik dengan penggaris –T ini, dengan menekankan
kepalanya pada tepi kiri dari meja gambar, dan menggesernya keatas atau ke

39
bawah. Supaya hasil dari garis-garis dapat sejajar benar, kepala dari penggaris
ini harus betul-betul diikat pada daunnya. Contohnya pada Gambar 2.3(a).
b) Penggaris Segi-Tiga
Sepasang segitiga terdiri dari segitiga siku sama kaki dan sebuah segitiga siku
600. Ukuran segitiga ini ditentukan oleh panjang 1, dan berkisar antara 100
sampai 300 mm. Contoh penggaris segitiga ada pada Gambar 2.3(b).

Gambar 2.4 Macam-macam Mal (Sablon)

c) Sablon ( mal )

40
Sablon atau yang digunakan untuk teknik elektro antara lain: mal lengkungan, mal
bentuk, mal huruf dan mal untuk symbol simbol elektro dan elektronika. Gambar
2.4 menunjukkan malmal tersebut.

2.5 Alat-Alat Lain dan Software Pendukung

Berbagai macam alat dipergunakan untuk menggambar,disamping alat-alat yang


telah dibahas sebelumnya.
a) Mistar Skala : Untuk gambar mesin dipergunakan mistar skala dari bambu atau
plastik, yang panjangnya pada umumnya adalah 300 mm. Disamping ini
terdapat pula mistar skala dengan penampang segi tiga dengan ukuran yang
diperkecil. (Gambar 2.5)

Gambar 2.5 Mistar Skala

b) Busur derajat : busur derajat dibuat dari logam, yaitu aluminium, atau plastik.
Biasanya busur derajat ini mempunyai garis-garis pembagi dari 0 sampai
dengan 1800 (Gambar 2.6). Dengan alat ini dapat diukur sudut atau membagi
sudut.

Gambar 2.6 Busur Derajat

c) Penghapus : Untuk membuang garis yang salah dipergunakan penghapus


dengan mutu yang baik. Ada penghapus yang dibuat dari karet, dan ada yang

41
dibuat dari plastik. Penghapus yang baik harus dapat menghilangkan garis atau
gambar yang tidak diinginkan, dan tidak merusak kertasnya. Untuk
menghilangkan garis atau gambar dengan tinta, harus dipakai penghapus yang
khusus.
d) Pelindung penghapus: Pelindung penghapus ini dipakai bila kita ingin
menghilangkan garis yang berdekatan. Dengan alat ini garis-garis yang perlu
dapat terlindung dari penghapusan. Hanya garis, atau bagian garis yang salah
dapat dihapus. Seperti tampak pada Gambar 2.7, pelindung tersebut
mempunyai berbagai bentuk lubang. Dengan demikian bagian yang diperlukan
dapat dilindungi dan bagian yang hanya harus dibuang tampil pada lubang.

Gambar 2.7 Pelindung Penghapus

e) Pita Gambar : Untuk menempelkan kertas gambar diatas papan gambar tidak
lagi dipergunakan paku payung, karena ini akan merusak papan gambar, dan
akan mengganggu pergerakan penggaris. Sekarang terdapat pita gambar yang
akan menempelkan pita gambar pada papan gambar. Jangan menggunakan pita
rekat (cellotape), karena daya rekatnya yang terlalu kuat akan merusak kertas
gambar bila ingin melepas kertas gambar dari meja gambar. Pita gambar
mempunyai daya lekat yang cukup untuk menempelkan kertas gambar, dan
tidak merusak kertasnya jika dibuka.
f) Alas kertas gambar : Jika kertas gambar diletakkan langsung diatas papan
gambar, akan terdapat berkas-berkas garis dan tusukan jarum dari jangka. Hal

42
ini kadang-kadang akan mengganggu pada saat kita menggambar. Untuk
menghindarkan hal ini dipasaran terdapat alas kertas gambar dari kertas lunak.
Ada juga yang dibuat dari karet magnetik. Untuk menempelkan kertas
gambarnya tidak dipakai pita gambar, melainkan pita tipis dari baja tahan karat.
Yang terakhir ini sangat ini sangat mudah penggunaannya.
g) Papan Gambar dan Meja Gambar : Papan gambar harus mempunyai permukaan
yang rata dan tepi yang lurus, dimana kepala dari penggaris –T digeser. Papan
gambar dibuat dari pohon cemara, kayu pohon linde, kayu lapis (plywood) atau
hardboard. Ukurannya disesuaikan dengan ukuran kertas, misalnya untuk
ukuran kertas A0 mempunyai ukuran 1.200 mm x 900 mm, kertas ukuran A1
mempunyai ukuran 600 mm x 450 mm. Belakangan ini terdapat papan gambar
yang telah dilapisi dengan alas kertas gambar. Papan gambar ini dapat
diletakkan diatas standar yang dibuat khusus untuk tujuan ini. Standar ini dapat
diubah-ubah kedudukannya. Gambar 2.8 tampak sebuah standar papan gambar
yang sederhana, yang hanya dapat merubah kemiringannya, sedangkan Gambar
2.9 menunjukkan sebuah standar papan gambar yang dapat diatur
ketinggiannya maupun kemiringannya. Papan gambar khusus yang dipasang
diatas sebuah standar disebut juga meja gambar. Papan gambar sederhana dapat
diletakkan diatas meja biasa.

Gambar 2.8 Meja Gambar

43
h) Mesin Gambar Mesin gambar adalah sebuah alat, yang dapat menggantikan
alat-alat gambar lainnya, seperti busur derajat, penggaris –T, segi tiga dan
ukuran. Sebuah mesin gambar dilengkapi dengan mekanisme gerak sejajar
yang terdiri dari 4 batang penghubung ( link ) seperti tampak pada Gambar 2.9
di bawah ini.

Gambar 2.9 Mekanisme Batang dari Sebuah Mesin Gambar.

Sepasang batang penghubung dipasang secara tetap pada sebuah alat, yang
dapat dipasang pula pada papan gambar. Pada pasangan yang lain ditempatkan
sepasang penggaris tegak lurus, dan dapat diputar pada sudut yang dikehendaki..
Dengan alat ini dapat ditarik garis-garis sejajar, dan garis-garis tegak lurus dengan
mudah. Disamping mesin gambar jenis mekanisme batang ini terdapat mesin
gambar yang tidak menggunakan batang penghubung. Sebagai penggantinya
dipakai roda-roda dan pita baja. Mesin gambar jenis ini dapat dilihat pada Gambar
2.10.

Gambar 2.10 Mesin Gambar Pita

Pada Tabel 2.2 terdapat jenis-jenis mesin gambar yang ada di negeri
Jepang, yang telah diperinci oleh standar Jepang JIS. Penggaris yang dipasang
pada mesin gambar ini dapat dilepas dan diganti dengan penggaris yang

44
mempunyai ukuran dengan bermacam-macam skala. Misalnya : 2 : 1, 1 : 2,5, 1 :
5, dan sebagainya. Bahan yang dipakai dapat berupa kayu yang dilapisi dengan
sejenis plastik, dimana terdapat goresan-goresan pembagi ukuran, atau seluruhnya
dibuat dari plastik tembus cahaya dengan goresan-goresan yang sama. Yang
terakhir ini dapat juga dipakai untuk menarik garis dengan tinta, sedangkan
penggaris dari kayu mempunyai penggaris khusus untuk ini. Belakangan ini
terdapat mesin gambar kereta, yang dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Mesin Gambar Kereta

Tabel 2.2 Jenis-jenis mesin gambar

Pada mesin ini pasangan penggaris dan alat putarnya ditempatkan pada
sebuah kereta vertikal, dimana penggarisnya dapat digerakkan secara vertikal, dan
seluruhnya ini dapat digerakkan secara horizontal pada kereta horizontal. Mesin
gambar jenis pita dan jenis batang disebut juga jenis lengan, berbeda dengan jenis
kereta. Jenis yang terakhir ini mempunyai konstruksi yang lebih kuat dan kekar di

45
bandingkan dengan jenis lengan. Disamping ini kedudukan penggaris dapat
dikunci pada kereta vertikal, sehingga memudahkan penggambaran bagian-bagian
yang simetris. Mesin gambar kereta ini memerlukan luas yang lebih kecil
dibandingkan dengan mesin gambar jenis lengan, karena bagian-bagiannya
menonjol keluar dari bidang papan gambar. Oleh karena itu mesin jenis ini makin
banyak dipakai, terutama dalam ruang gambar dengan jumlah mesin gambar yang
banyak.
i) Computer Aided Design (CAD)
Computer Aided Design adalah pembuatan design gambar yang
menggunakan computer dengan memasukkan data. Bagian yang sudah digambar
dapat diCopy, dipantulkan, diputar dan sebagainya untuk dipindahkan pada
pekerjaan berikutnya. Program CAD menyimpan geometri bagian-bagian, maka
secara otomatis ukuran dapat ditampilkan. Pada perubahan bagian yang kemudian
ditiadakan, ukuran akan mengikuti dengan sendirinya. Setelah itu gambar dapat
dicetak pada sebuah printer.

Gambar 2.12 Computer Aided Design

Bekerja dengan komputer memiliki banyak keuntungan. Bagian-bagian


gambar yang sudah satu kali dikerjakan, dapat disisipkan pada gambar lain.

Gambar 2.13 Unit CAD dan Kelengkapannya

46
2.6 Gambar Teknik dan Elemen Pelengkapnya

Menggambar merupakan salah satu cara komunikasi antara seseorang


dengan yang lainnya. Hal ini dapat dipahami karena dengan melihat suatu gambar
maka seseorang akan dapat mengerti arti gambar itu, atau mengerti maksud si
pembuat gambar sehingga terjadi komunikasi antara si penggambar dengan orang
yang melihat gambar tersebut. Namur, arti suatu gambar bagi seseorang dapat
berbeda dengan yang lainnya (tidak eksak). Contohnya sebuah gambar
pemandangan. Orang yang melihatnya tidak bisa menentukan secara pasti/eksak,
misalnya tingginya berapa meter, lebarnya, jauhnya, lebar jalan, dan lain-lain
tidak dengan ukuran yang eksak.
Gambar teknik juga merupakan suatu alat komunikasi, tetapi gambar
teknik tidak akan menimbulkan tafsiran yang berbeda bagi orang yang
melihatnya. Oleh karena itu, perlu ada tandatanda/patokan tertentu sebagai suatu
perjanjian bersama. Patokan-patokan tersebut biasanya terdapat dalam suatu
standar atau normalisasi. Standar ini penting untuk dipahami oleh orang teknik,
atau orang yang akan memahami /membuat gambar teknik. Jadi, di dalam gambar
teknik harus memakai tanda-tanda gambar standa dan seragam, selengkap
mungkin agar dapat memberikan pengertian yang lengkap dan dimengerti oleh
orang lain.
2.6.1 Huruf Teknik

Gambar 2.14 Huruf Teknik

47
Di dalam gambar teknik juga harus ada keseragaman bentuk huruf, yaitu
huruf teknik, yang berupa huruf besar cetak, sederhana, tidak diblok/tebal tanpa
tambahan variasi apa pun. Untuk lebih jelasnya dapat melihat pada Gambar 2.14.
2.6.2 Normalisasi Ukuran Kertas
Adapun ukuran kertas yang biasa digunakan dalam gambar teknik tertera
pada Tabel 2.3. Untuk membuat gambar yang membutuhkan beberapa kertas
sekaligus, dianjurkan memakai kertas dengan ukuran yang sama. Untuk
menentukan ukuran-ukuran tersebut dalam tabel, dipakai patokan/ukuran standar,
yaitu A0, yang luasnya adalah 1 m2 dengan perbandingan panjang : lebar = 2 : 1.
Ukuran-ukuran selanjutnya A1, A2, A3, A4, di mana luas ukuran A1 = 1/2 luas
A0, luas A2 = 1/2 luas A1 dan seterusnya. Perbandingan panjang dan lebar tetap
sehingga ukuran-ukuran tersebut dapat dicari seperti pada tabel di atas. Selain
ukuran A, ada juga ukuran kertas B dan C, namun dalam modul ini tidak ditinjau.

Tabel 2.3 Macam-macam ukuran kertas


Nama Ukuran Garis Tepi
2 x Ao 1189 x 1682 10
Ao 841 x 1189 10
Al 594 x 841 10
A2 420 x 594 10
A3 297 x 420 10
A4 210 x 297 5
A5 148 x 210 5

2.6.3 Jenis Garis dan Tebal Garis


Macam-macam garis yang biasa dipakai dalam gambar teknik adalah sebagai
berikut:
a. Garis kontinu
Ada dua macam ketebalan yangbiasa digunakan. Yang pertama 0,2 - 0,3
mm atau 0,4 - 0,8 mm. Fungsinya untuk melukis bagian-bagian benda yang terlihat
dan untuk garis tepi kertas gambar

48
b. Garis strip-strip
Ketebalannya 0,1 - 0,15 mm, kira-kira 1/2 tebal garis gambar. Berfungsi
untuk melukis bagian-bagian yang tidak terlihat, di belakang irisan ataupun apabila
penglihatan terhalang.
c. Garis strip-titik
Kira-kira ketebalannya 1/2 tebal garis gambar. Merupakan garis irisan
atau potongan. Fungsinya:
 garis-garis sumbu
 tempat irisan (ditambah) huruf-huruf pada ujung dan pangkal garis ini
 membatasi lukisan bila sebagian benda yang dilukis dibuang bagian-bagian
yang terletak di bagian muka irisan
d. Garis tipis
Ketebalannya kira-kira 0,1 mm atau kira-kira 1/2 tebal garis gambar.
Berfungsi untuk garis ukuran, garis pembantu dan arsiran.
e. Garis titik-titik
Berfungsi untuk menyatakan bagian bangunan yang akan dibongkar.
Tabel 2.4 Referensi menggambar dengan software bantuan gambar teknik

Tabel 2.4 Referensi Software Gambar Teknik

49
2.6.4. Membuat dan Menata Gambar (Gambar 2.14)
Beberapa petunjuk untuk membuat gambar adalah sebagai berikut:
1. Apa yang akan digambar serta ketentuan-ketentuan yang perlu pada
gambar tersebut harus benar-benar dipahami terlebih dahulu.
2. Pergunakan skala.
3. Pilih ukuran kertas yang akan digunakan.
4. Pembuatan gambar:
a. Gambar pada kertas harus ditempatkan sedemikian rupa agar
gambar-gambar dapat tersusun secara teratur.
b. Garis-garis sumbu dan garis-garis luar harus ditarik.
c. Garis-garis yang tidak diperlukan harus dihapus agar tidak
mengganggu.
d. Gambar harus diselesaikan.
e. Ukuran-ukuran yang dipergunakan harus benar-benar lengkap.
f. Kotak nama harus dibuat dan diisi.
Hal-hal yang perlu dipahami adalah letak gambar; kotak nama; dan
melipat kertas gambar. Sedangkan hal yang perlu diperhatikan dalam menata
gambar adalah: simetris dan teratur.

Gambar 2.14 Membuat dan Menata Gambar

50
2.6.5 Kop Gambar
Kop gambar atau kotak nama digambarkan pada bagian bawah sebelah
kanan kertas gambar dan berisi keterangan gambar selengkapnya baik mengenai
diri si penggambar, pemeriksa, judul gambar, ukuran, dan lain-lain. Biasanya
dipakai pada ukuran kertas gambar yang kecil (AZ, A3, A) di mans dalam 1
lembar kertas gambar tidak terlalu banyakyang digambar sehingga keterangannya
juga tidak perlu kertas besar (A2, Al, Ao, 2AO). Bentuk kotak searah vertical atas
ke bawah digambar di sebelah kanan kertas gambar (tepi kanan). Di sini dapat
juga diisi pada catatan, perhitungan ringan yang perlu disertakan, misalnya
perhitungan tangga, bersangkut paut dengan peil lantai atas dan bawah. Ilustrasi
dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Contoh Kop Gambar

2.6.5 Melipat Gambar


Untuk menyajikan gambar secara resmi, kertas gambar harus dilipat (tidak
boleh digulung) sedemikian rupa sehingga menjadi ukuran yang lebih kecil dan
mudah ditumpuk. Ukuran setelah dilipat menjadi sebesar A4 atau folio baik tidur
maupun berdiri. Hal yang menjadi catatan adalah:
 Nama harus selalu ada pada bagian depan.
 Ukuran lipatan A, atau folio.
 Standar di sini adalah BS 1192: 1969.
Bila dibukukan, yaitu bila gambar harus dijadikan satu dengan uraian
tertulis atau perhitungan struktur, berupa buku maka harus dilipat seperti gambar
berikut (bagian kanan). Ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 2.16.

51
Gambar 2.16 Ilustrasi Cara Melipat Kertas

Latihan Soal
1. Sebutkan jenis dan kegunaan kertas gambar untuk menggambar teknik !
2. Sebutkan beberapa peralatan gambar menurut jenis dan kegunaannya !
3. Apa alasannya membuat gambar lingkaran untuk teknik elektro dan
elektronika lebih praktis menggunakan sablon/mal lingkaran dari pada
jangka ?
4. Apa keuntungan penggunaan mesin gambar dibanding dengan meja
gambar konvensional ?
5. Software apa saja yang diaplikasikan untuk menggambar teknik elektro ?
6. Sebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk mendesain gambar teknik
berbasis komputer !
7. Mengapa huruf dan angka pada gambar teknik perlu standar.
8. Ada berapa macam bentuk skala yang ada, beserta contoh penerapannya.
9. Mengapa dalam menggambar teknik diperlukan berbagai macam jenis
pensil yang ada ?

52
10. Untuk keperluan yang sama, apa keuntungan penggunaan mesin gambar
dibanding dengan alat yang lain ?
11. Mengapa pembuatan gambar lingkaran untuk teknik elektro dan
elektronika lebih efektif menggunakan sablon / mal lingkaran dari pada
jangka

53
Kompetensi Dasar : Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan pada materi
ini diharapkan mampu menerapkan metode pemberian
ukuran pada obyek dan penggunaan skala serta arsiran.
Sub pokok Bahasan : 1.Ukuran
2. Skala
3. Arsiran
Deskripsi Singkat : Penggunaan ukuran dan skala dalam gambar teknik
sangat mutlak diperlukan untuk mengidentifikasikan
karakteristik benda.
Pertanyaaan Kunci : - Bagaimana metode pemberian ukuran, Skala dan
arsiran?

54
BAB III
UKURAN, SKALA DAN ARSIRAN

3.1 Pedoman pemberian ukuran

Dalam memberikan ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda


harus menentukan secara jelas tujuannya, dan tidak boleh menimbulkan salah
tafsir. Oleh karena itu dibuatlah aturan-aturan dasar untuk memberi ukuran yang
menentukan cara-caranya dalam memberi ukuran.
1. Garis Ukur dan Garis Bantu
Untuk menentukan ukuran sebuah dimensi linier, ditarik garis-garis
bantu melalui batas gambar pandangan benda, dan garis ukurnya ditarik tegak
lurus, hal ini ada pengecualiannya pada garis bantu. Sebuah garis ukur, dengan
mata panahnya, menunjukkan besarnya ukuran dari suatu permukaan atau garis
sejajar dengan garis ukur. Garis bantu dan garis ukur ditarik dengan garis tipis.
Garis bantu ditarik sedikit melebihi, kira-kira 2 mm, garis ukur. Di
beberapa negara seperti Amerika, garis bantu tidak langsung berhubungan
dengan garis gambar, tetapi dengan jarak sedikit, untuk membedakan garis
gambar dengan garis bantu.
2. Tinggi dan Arah Angka Ukur
Angka ukur dan huruf-huruf harus digambar dengan jelas pada gambar
aslinya maupun pada salinan gambar yang diperkecil. Pada tahun-tahun akhir
ini dibuat microfilm dari gambar, dibesarkan dan dicetak ulang. Walaupun
demikian angka-angka atau huruf-huruf tetap harus dapat dibaca dengan jelas.
Oleh karena itu angka-angka dan huruf-huruf harus digambar sebesar mungkin.
Pada peraturan ISO 3098 ditentukan tinggi dan bentuk angka-angka dan huruf-
huruf. Angka-angka dan huruf-huruf harus diletakkan ditengah-tengah dan
sedikit di atas garis ukur.

55
Hampir seluruh ukuran dari gambar yang diperlukan merupakan ukuran
horizontal atau vertical. Ukuran yang pertama harus dapat dibaca dari bawah
gambar. Ini berarti bahwa angka ukur horizontal harus terletak di atas garis
ukur, dan ukuran vertical harus terletak di sebelah kiri garis ukur. Angka dan
garis ukur mempunyai jarak sedikit.
Di beberapa negara semua angka ukur ditulis mendatar, dalam hal ini
garis ukur vertical diputus ditengah-tengah untuk penempatan angka. Dengan
demikian semua angka dapat dibaca dari bawah kertas gambar.
Angka-angka ukur yang tidak horizontal maupun vertical, harus ditulis
sesuai dengan garis ukurnya. Sedapatnya ukuran-ukuran jangan di letakkan
didaerah yang diarsir. Ukuran Standar (Normal) seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Contoh ukuran normal

Gambar 3.2 Contoh ukuran sudut

Ukuran sudut, garis ukurnya berupa garis lengkung. Azas dasar yang
harus dipertahankan disini adalah bahwa garis ukur harus merupakan garis
tulis. Jadi angka selalu harus di atas garis ukur.

56
3. Ujung dan Pangkal Garis Ukur
Ujung dan pangkal garis ukur harus menunjukkan dimana garis ukur
mulai dan berhenti. Ada tiga cara untuk menunjukkan hal ini, yaitu dengan
anak panah tertutup, garis miring dan titik. Cara dengan garis miring banyak
dipergunakan pada bidang sipil dan arsitektur. Pada bidang permesinan cara ini
tidak dipergunakan. Bentuk anak panah ditentukan oleh perbandingan panjang
dan tebal sebagai 2 : 1 dan harus dihitamkan.
Tanda titik dipergunakan bilamana tidak cukup tempat untuk
menempatkan anak panah. Hal ini umumnya terdapat pada ukuran berantai,
atau pangkal ukuran beruntun.

Gambar 3.3 Ujung dan pangkal garis ukur

4. Ukuran dan toleransinya


Angka ukuran yang menunjukkan ukuran benda pada umumnya tidak
dapat dipenuhi dengan tepat. Batas-batas ketidak tepatan ini harus dinyatakan
dalam gambar juga.
a. Ukuran dengan Toleransinya, yang ditentukan dalam ISO 2768
“Penyimpangan Ukuran yang diizinkan pada pengerjaan dengan mesin tanpa
penentuan toleransinya”.
b. Ukuran dengan ketentuan toleransi linier.
c. Ukuran dengan lambang toleransi, yang menentukan toleransi, sesuai
ISO/R286 “Sistim ISO tentang batas dan suaian : Bagian I Umum, toleransi
dan penyimpangan”
d. Ukuran teoritis tepat tanpa toleransi linear, yang ditentukan oleh ISO 1101/I
“Toleransi bentuk dan posisi : Bagian I Umum, Penunjukkan dalam gambar”

57
Toleransi posisi harus diterapkan pada posisi yang sebenarnya, yang telah
ditentukan ukurannya.
e. Ukuran yang biasanya tanpa toleransi; dipakai hanya sebagai bahan
informasi, hal ini disebut dimensi referensi dan tidak menentukan operasi
produksi atau pemeriksaan. Sebuah dimensi referensi diturunkan dari nilai-
nilai yang tercantum dalam gambar atau gambar-gambar yang mempunyai
hubungan.
5. Dimensi fungsional, non-fungsional dan tambahan

Gambar 3.4 Ukuran fungsional

Gambar 3.4 memperlihatkan sebuah tuas (link) yang dihubungkan pada


sebuah benda dengan sebuah pen. Sesuai fungsi dari susunan tersebut, ukuran-
ukurannya dibagi dalam golongan-golongan: ukuran-ukuran fungsional F,
ukuran-ukuran bukan (non) funsional NF dan ukuran- ukuran tambahan Aux.
a. Suatu dimensi fungsional adalah ukuran yang diperlukan untuk fungsi dari
bagian atau komponen, umpamanya bagian-bagian yang disusun, cara kerja
dari bagian dan lain sebagainya.
b. Suatu dimensi non fungsional adalah ukuran yang tidak langsung
mempengaruhi fungsi secara prinsipil.
c. Suatu dimensi tambahan adalah dimensi referansi yang telah disebut pada
bagian sebelumnya. Ukuran ini diberikan dalam tanda kurung tanpa
toleransi, hanya sebagai bahan informasi.

58
3.1.1. Cara-cara memberi ukuran
Sesuai dengan aturan dasar untuk memberi ukuran yang telah dibahas di
atas, ukuran-ukuran panjang, profil atau sudut harus diperinci oleh cara-cara
khusus.
1) Dimensi Linear

Gambar 3.5 Tempat pemberian ukuran yang sempit

Gambar 3.6 Contoh pemberian ukuran

Pada dasarnya ukuran-ukuran linear haris diperinci oleh garis bantu, garis
ukur dan angka ukur. Jika ruang antara garis bantu terlalu sempit untuk
menempatkan anak panah, anak panah dapat diganti dengan titik pada Gambar
3.5. Contoh-contoh dan cara-cara memberi ukuran dapat dilihat pada Gambar 3.6.

59
2) Ukuran dengan koordinat (Gambar 3.7)

Gambar 3.7 Pemberian ukuran koordinat

3) Ukuran diameter (Gambar 3.8)

Gambar 3.8 Pemberian ukuran diameter

4) Ukuran Benda Spherical (Gambar 3.9)


Lambang S digunakan dalam memberi ukuran pada bonda berbentuk bola,
lalu diikuti keterangan yang menunjukkan radius maupun diameter. Ilustrasi pada
Gambar 3.9.

60
Gambar 3.9 Pemberian ukuran bola

5) Ukuran radius (Gambar 3.10)

Gambar 3.10 Pemberian ukuran radius

6) Ukuran bentuk-bentuk tertentu (kurva) (Gambar 3.11)

Gambar 3.11 Pemberian ukuran pada kurva

61
7) Ukuran tirus (Gambar 3.12)

Gambar 3.12 Pemberian ukuran tirus

8) Ukuran Chamfer (Gambar 3.13)

Gambar 3.13 Pemberian ukuran chamfer

9) Ukuran dengan catatan

Gambar 3.14 Pemberian Ukuran dengan Catatan

62
3.2 Ukuran Skala Pada Gambar

Definisi skala pada gambar adalah perbandingan paling sederhana antara


jarak pada gambar dengan jarak pada objek sebenarnya yang menggunakan satuan
jarak pada gambar. Contohnya jika diketahui jarak antara dua titik pada gambar
10 cm sedangkan jarak sebenarnya adalah 10 m. Jika kedua jarak tersebut
menggunakan satuan yang jarak pada gambar yaitu cm, maka jarak pada gambar
adalah 10 cm dan jarak sebenarnya adalah 1.000 cm. Perbadingan jarak pada
gambar dengan jarak sebenarnya adalah 10:1000, dan perbandingan paling
sederhana adalah 1:100.
3.3.1 Langkah-Langkah Menentukan Skala pada Gambar
Untuk menentukan skala pada gambar gunakan langkah-langkah sebagai berikut:
 Langkah 1: Tentukan jarak pada gambar
 Langkah 2: Tentukan jarak sebenarnya
 Langkah 3: Samakan satuan jarak dengan cara mengubah satuan jarak
sebenarnya ke satuan jarak pada gambar
 Langkah 4: Nyatakan skala dalam bentuk perbandingan (jarak pada
gambar):(jarak sebenarnya)
 Langkah 5: Nyatakan skala dalam bentuk perbandingan yang paling sederhana

3.3.2 Cara Mengubah Satuan Jarak

Tabel 3.1 Konversi Satuan Jarak

63
Satuan jarak dalam sistem metrik didasarkan pada satuan dasar “meter”
contohnyacentimeter, meter, kilometer, dan lain sebagainya. Hubungan antara
satuan-satuan tersebut didasarkan pada faktor koversi sebagai berikut:
1 meter (m) = 100 cm
1 kilometer (km) = 1.000 m
1 kilometer = 100.000 cm
Faktor konversi satuan jarak lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Contoh Cara Menentukan Skala pada Gambar


1. Soal: Diketahui jarak antara kota A dan kota B pada peta adalah 13 cm
padahal jarak sebenarnya antara kota A dan kota B adalah 260 kilometer.
Tentukan skala gambar peta tersebut.
Jawab:
Langkah 1: jarak pada gambar = 13 cm
Langkah 2: Jarak sebenarnya = 260 km
Langkah 3: Samakan satuan ke dalam cm, maka jarak sebenarnya = 260 x
100.000 = 26.000.000 cm
Langkah 4: Membuat skala yaitu 13:26.000.000
Langkah 5: Menyederhanakan skala yaitu 1:2.000.000
2. Soal: Diketahui lebar sebuah rumah pada gambar denah adalah 3 cm,
sedangkan jarak sebenarnya lebar rumah tersebut adalah 9 meter. Berapa
skala gambar denah rumah tersebut?
Jawab:
Langkah 1: jarak pada gambar =3 cm
Langkah 2: Jarak sebenarnya = 9 m
Langkah 3: Samakan satuan ke dalam cm, maka jarak sebenarnya = 9 x
100 = 900 cm
Langkah 4: Membuat skala yaitu 3:900
Langkah 5: Menyederhanakan skala yaitu 1:300

64
3.3 Arsiran pada Obyek

Arsiran berfungs untuk membedakan gambar potongan dari gambar


pandangan, dipergunakan arsir, yaitu garis-garis tipis miring. Kemiringan garis
arsir adalah 45° terhadap garis sumbu, atau terhadap garis gambar, beberapa
teknik gambar arsir dapat dilihat pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15 Pedoman umum garis arsir

Gambar 3.16 Garis arsir miring 45o

Gambar 3.17 Garis arsir berdampingan

65
Seperti ditunjukan pada Gambar 3.16 jarak garis-garis arsir disesuaikan dengan
besarnya gambar. Bagian-bagian potongan yang terpisah diarsir dengan sudut
yang sama. Arsiran dari bagian-bagian yang berdampingan harus dibedakan
sudutnya, agar jelas perbedaannya, penampang-penampang yang luas dapat diarsir
secara terbatas, yaitu hanya pada kelilingnya saja, dapat dilihat pada Gambar 3.17.
Potongan-potongan sejajar dari benda yang sama, yang terdapat pada potongan
meloncat diarsir serupa, tetapi dapat juga digeser jika dipandang perlu, lihat
Gambar 3.18. Garis-garis arsir dapat dihilangkan untuk menulis huruf atau angka,
jika hal ini tidak dapat dilakukan di luar daerah arsir Gambar 3.19.

Gambar 3.18 Arsir pada potongan sejajar

Gambar 3.19 Arsir dan angka

Lambang garis-garis arsir Gambar 3.20 juga telah digunakan untuk


menandakan bahan yang spesifik. Lambang ini menyajikan jenis bahan yang
umum saja, seperti besi cor, kuningan dan baja. Akan tetapi, karena sekarang
sudah ada banyak jenis bahan dan masing-masing memiliki banyak sub jenis,

66
maka nama atau lambang umum saja tidak cukup. Misalnya, terdapat ratusan jenis
baja. Selama spesifikasi rinci bahan harus dituliskan dalam bentuk catatan atau
blok judul, garis arsir umum (besi cor) dapat saja digunakan untuk semua bahan
pada gambar rinciannya (elemen mesin tunggal). Lambang garis arsir dapat
digunakan dalam gambar rakitan apabila kita ingin menandai bahan yang berbeda:
jika tidak, lambang umum digunakan untuk semua elemen mesinnya.

Gambar 3.20 Lambang garis arsir

Gambar 3.21 Metode penggunaan pensil

67
Metode penggambaran garis arsir yang benar ditunjukkan pada Gambar
3.21. Gambar garis-garis arsir dengan pencil runcing, dengan kekerasan-sedang
(H atau 2H) dengan ujung yang berbentuk kerucut (konis). Dalam menarik garis
harus selalu pada 45° dengan bidang datar seperti yang ditunjukkan, kecuali jika
ada beberapa keunggulan menggunakan sudut yang berbeda. Pisahkan garis arsir
semerata mungkin dengan bantuan mata dari kira-kira 1,5 mm (1/16 ") hingga 3
mm (1/8") atau lebih, yang tergantung pada ukuran gambar atau luas potongan.

Gambar 3.22 Contoh Gambar Arsir

Untuk sebagian besar gambar, pisahkan garis arsir kira-kira 2,5 mm (3/32
") atau kurang sedikit. Sebagai kaidah, pisahkan garis arsir ini sejauh mungkin
tetapi masih cukup dekat untuk menonjolkan secara jelas luasan potongan
tersebut. Setelah beberapa garis pertama telah ditarik, lihat berulang-ulang ke
jarak semula untuk menghindari jarak yang secara perlahan-lahan menjauh atau
mendekat (Gambar 3.22(b)). Para pemula hampir menarik garis arsir ini terlalu
rapat (Gambar 3.22(c)). Hal ini sangat menjemukan karena dengan jarak yang
dekat ketidakpastian yang kurang dalam pemberian jarak akan nyata.
Garis arsir haruslah tipis dan seragam, tidak pernah berbeda-beda
tebalnya, seperti pada Gambar 3.22(d). Harus ada kontras yang nyata di antara
tebal garis gambar yang tampak dan garis arsir. Garis arsir tidak boleh terlalu
tebal. seperti pada Gambar 3.22(e) Hindari menarik garis arsir melewati atau
tidak sampai ke garis tampak, seperti pada Gambar 3.22(f). Jika garis arsir yang
digambar dengan sudut 45° dengan garis datar akan sejajar atau tegak lurus
terhadap garis gambar yang tampak, sudutnya harus diubah menjadi 30°, 60°, atau
dengan sudut lainnya (Gambar 3.23).

68
Gambar 3.23 Arah garis arsir

Ukuran harus dibuat di luar luasan yang dipotong, tetapi jika hal ini tidak
dapat dihindari, garis arsir harus dihilangkan di tempat pencantuman angka
ukuran tersebut (lihat gambar 3.24) Garis arsir dapat ditarik berdekatan dengan
batas luasan potongan (garis gambar potongan), asalkan kejelasan tidak
dikorbankan.

Gambar 3.24 Dimensi dan garis arsir

Gambar 3.25 Garis arsiran berselang

Luasan yang berarsir selalu dibatasi seluruhnya oleh garis tepi yang
tampak, tidak pemah dibatasi oleh garis tak tampak, seperti pada Gambar 3.25,

69
karena dalam setiap hal permukaan yang dipotong dan garis-garis batasnya akan
selalu tampak. Juga, garis tampak tidak dapat memotong luasan yang berarsir.
Pada pandangan potongan suatu benda, tersendiri atau rakitan, garis-garis
arsir pada luasan yang dipotong harus sejajar, tidak seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3.22(f). Penggunaan garis arsir dalam arah yang berlawanan merupakan
pertanda bagian yang berbeda, seperti ketika dua elemen mesin atau lebih
bersebelahan dalam gambar rakitan. Beberapa contoh garis arsir ada pada Gambar
3.25.

Gambar 3.25 Menvisualkan potongan

Gambar 3.26 Gambar potongan lengkap

70
Kompetensi Dasar : Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan pada materi
ini diharapkan mampu menggambar lambang komponen
elektronika dan listrik untuk keperluan gambar teknik
dan mampu menggunakan aplikasi protel untuk disain
PCB.
Mahasiswa juga mampu merencanakan isntalasi listrik
Sub pokok Bahasan : 1. Penggunaan software aplikasi protel 99 untuk disain
PCB dan simulasi.
2. Perencanaan instalasi listrik rumah, perhitungan beban
sampai dengan penentuan penampang kabel.
Deskripsi Singkat : Pemahaman komponen elektronika dan listrik sangat
membantu meningkatkan pemahaman cara kerja sebuah
rangkaian yang disimulasikan.
Pertanyaaan Kunci : - Bagaimana cara menggambar dan mendisain PCB
dengan Software protel 99?
- Bagaimana tahapan instalasi listrik dirumah?

71
BAB IV
KOMPONEN ELEKTRONIKA DAN
LISTRIK DALAM GAMBAR TEKNIK
4.1 Komponen Elektronika

Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari


beberapa jenis komponen elektronika dan masing-masing komponen elektronika
tersebut memiliki fungsi-fungsinya tersendiri di dalam sebuah rangkaian
elektronika. Seiring dengan perkembangan teknologi, komponen-komponen
elektronika makin bervariasi dan jenisnya pun bertambah banyak. Tetapi
komponen-komponen dasar pembentuk sebuah peralatan elektronika seperti
Resistor, Kapasitor, Transistor, Dioda, Induktor dan IC masih tetap digunakan
hingga saat ini. Adapun symbol dan nama komponen dapat dilihat pada Gambar
4.1.

72
73
74
Gambar 4.1 Gambar dan simbol komponen elektronika

Tabel 4.1 Simbol dan fungsi komponen


Simbol Komponen Resistor Fungsi Komponen Resistor

Resistor
Resistor berfungsi sebagai penghambat arus
yang mengalir dalam rangkaian listrik
Resistor

Potensio Meter
Resistor berfungsi sebagai penghambat arus
dalam rangkaian listrik, nilai resistansi dapat
diatur
Potensio Meter

Variable Resistor
Resistor berfungsi sebagai penghambat arus
dalam rangkaian listrik, nilai resistansi dapat
diatur
Variable Resistor

Condensator Bipolar
Berfungsi untuk menyimpan arus listrik
sementara waktu
Condensator Nonpolar

75
Condensator Bipolar Electrolytic Condensator (ELCO)

Kapasitor berpolar Electrolytic Condensator (ELCO)

Condensator yang nilai kapasitansinya dapat


Kapasitor Variable
diatur

Berfungsi sebagai penyearah yang dapat


Dioda mengalirkan arus listrik satu arah (forward
bias)

Simbol Komponen Dioda Fungsi Komponen Dioda

Dioda Zener Penyetabil Tegangan DC (Searah)

Dioda dengan drop tegangan rendah, biasanya


Dioda Schottky
terdapat dalam IC logika

Dioda Varactor Gabungan Dioda dan Kapasitor

Dioda Tunnel Dioda Tunnel

LED (Light Emitting Akan menghasilkan cahaya ketika dialiri arus


Diode) listrik DC satu arah

Menhasilkan arus listrik ketika mendapat


Photo Dioda
cahaya

Arus listrik akan mengalir (EC) ketika basis


Transistor NPN
(B) diberi positif

Arus listrik akan mengalir (CE) ketika basis


Transistor PNP
(B) diberi negatif

Gabungan dari dua transistor Bipolar untuk


Transistor Darlington
meningkatkan penguatan

76
Transistor JFET-N Field Effect Transistor kanal N

Transistor JFET-P Field Effect Transistor kanal P

Transistor NMOS Transistor MOSFET kanal N

Transistor PMOS Transistor MOSFET kanal P

Komponen Fungsi

Motor Motor Listrik

Trafo, Transformer, Penurun dan penaik tegangan AC (Bolak


Transformator Balik)

Bel Listrik Berbunyi ketika dialiri arus listrik

Buzzer Penghasil suara buzz saat dialiri arus listrik

Fuse, Sikring
Pengaman. Akan putus ketika melebihi
kapasitas arus
Fuse, Sikring

Bus

Terdiri dari banyak jalur data atau jalur


Bus
address

Bus

77
Sebagi isolasi antar dua rangkaian yang
Opto Coupler
berbeda. Dihubungkan oleh cahaya

Loudspeaker Mengubah signal listrik menjadi suara

Mic, Microphone Mengubah signal suara menjadi arus listrik

Op-Amp, Operational
Penguat signal input
Amplifier

Schmitt Trigger Dapat mengurangi noise

ADC, Analog to Digital Mengubah signal analog menjadi data digital

DAC, Digital to Analog Mengubah data digital menjadi signal analog

Crystal, Ocsilator Penghasil pulsa

Fungsi simbol-simbol komponen elektronika yaitu untuk mempermudah


dan mengetahui karakteristik komponen dalam sebuah rangkaian elektronika.
Belajar elektronika haruslah memahami dan mengetahui, simbol-simbol
komponen yang digunakan dalam sebuah rangkaian elektronika. Seperti halnya
jika kita ingin memperbaiki peralatan elektronika, perusahaan pembuat peralatan
akan menggambar rangkaian yang di produksinya pada skema rangkaian sehingga
para pengguna/ teknisi akan mudah melacak kerusakan pada peralatan tersebut.
Pada gambar berikut adalah koleksi simbol-simbol komponen elektronika yang
banyak digunakan dalam rangkaian elektronika. Beberapa simbol dan fungsi
komponen dapat dicermati pada Tabel 4.1.

78
4.2 Gambar Skematik Rangkaian Elektronika

Skema rangkaian elektronika merupakan blueprint dari model peratalan


elektronik yang ingin dibangun. Apapun jenis alat yang ingin dibuat harus terlebih
dahulu dibuatkan skemanya. Karena dengan adanya skema dapat diketahui apa
saja yang dibutuhkan dan apa saja yang perlu dilakukan untuk membangun alat
tersebut. Hal tersebut dapat menjadi patokan apakah bahan-bahan/ komponen
pembangunnya telah tersedia, serta memperkirakan kemampuan dalam merangkai
komponen tersebut menjadi alat yang diinginkan. Untuk membuat, membaca dan
mengerti mengenai skema rangkaian elektronika harus memiliki ilmu elektronika
dasar. Dengan ilmu tersebut dapat diperoleh pengetahuan mengenai bahan-bahan
pembangun peralatan elektronika serta kemampuan untuk merangkai bahan
tersebut menjadi suatu rangkaian menjadi alat elektronik. Bahan pembangun itu
disebut dengan komponen yang terdiri dari berbagai jenis, bentuk serta kegunaan
yang beranekaragam dan terus berkembang sesuai kemajuan zaman. Sangat
penting untuk mengetahui keseluruhan komponen yang ada sekarang ini, karena
komponen yang beraneka ragam inilah nantinya yang akan menentukan
bagaimana kerja dan fungsinya suatu alat elektronik setelah dirangkai nanti.
Contoh-contoh rangkaian dibawah ini merupakan salah satu rangkaian power
suplay disertakan juga cara kerjanya.
a. Penyearah gelombang penuh dengan jembatan dioda (dioda bridge)
Pada dioda bridge, hanya ada 2 dioda saja yang menghantarkan arus untuk
setiap siklus tegangan AC sedangkan 2 dioda lainnya bersifat sebagai isolator
pada saat siklus yang sama. Untuk memahami cara kerja dioda bridge,
perhatikanlah Gambar 4.2 dan 4.3.
Saat siklus positif tegangan AC, arus mengalir melalui dioda B menuju beban dan
kembali melalui dioda C. Pada saat yang bersamaan pula, dioda A dan D
mengalami reverse bias sehingga tidak ada arus yg mengalir atau kedua dioda
tersebut bersifat sebagai isolator. Sedangkan pada saat siklus negatif tegangan
AC, arus mengalir melalui dioda D menuju beban dan kembali melalui dioda A.

79
Karena dioda B dan C mengalami reverse bias maka arus tidak dapat mengalir
pada kedua dioda ini.

Gambar 4.2 siklus positif tegangan AC

Gambar 4.3 Siklus Negatif tegangan AC

Kedua hal ini terjadi berulang secara terus menerus hingga didapatkan
tegangan beban yang berbentuk gelombang penuh yang sudah disearahkan
(tegangan DC). Grafik sinyal dari penyearah gelombang penuh dengan jembatan
dioda (dioda bridge) ditunjukkan seperti pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Tampilan sinusoidal beberapa siklus

Jembatan dioda (dioda bridge) tersedia dalam bentuk 1 komponen saja


atau pun bisa dibuat dengan menggunakan 4 dioda yang sama karakteristiknya.

80
Yang harus diperhatikan adalah besarus yang dilewatkan oleh dioda harus lebih
besar dari besar arus yang dilewatkan pada rangkaian.
Penyearah gelombang penuh dengan sistem jembatan ini bisa
menggunakan sembarang trafo baik yang CT maupun yang biasa, atau bahkan
bisa juga tanpa menggunakan trafo. Rangkaian dasarnya adalah seperti pada
Gambar 4.5. Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh sistem jembatan
dapat dijelaskan melalui gambar dibawah. Pada saat rangkaian jembatan
mendapatkan bagian positip dari siklus sinyal ac : D1 dan D3 hidup (ON), karena
mendapat bias maju D2 dan D4 mati (OFF), karena mendapat bias mundur
Sehingga arus I1 mengalir melalui D1, RL, dan D3. Sedangkan apabila jembatan
memperoleh bagian siklus negatip, maka D2 dan D4 hidup (ON), karena mendapat
bias maju D1 dan D3 mati (OFF), karena mendapat bias mundur sehingga arus I2
mengalir melalui D2, RL, dan D4.

Penyearah (Rectifier) Gelombang Penuh Sistem Jembatan (Bridge)

Gambar 4.5 Skematik penyearah gelombang penuh

Arah arus I1 dan I2 yang melewati RL sebagaimana terlihat pada Gambar


4.6 adalah sama, yaitu dari ujung atas R L menuju ground. Dengan demikian arus
yang mengalir ke beban (IL) merupakan penjumlahan dari dua arus I1 dan I2,
dengan menempati paruh waktu masing-masing. Besarnya arus rata-rata pada
beban adalah sama seperti penyearah gelombang penuh dengan trafo CT, yaitu:
Idc = 2Im/p = 0.636 Im. Untuk harga Vdc dengan memperhitungkan harga Vγ
adalah: Vdc=0,6363 (V_{m}-2V\gamma ) Harga 2Vγ ini diperoleh karena pada
setiap siklus terdapat dua buah dioda yang berhubungan secara seri. Disamping
harga 2Vγ ini, perbedaan lainnya dibanding dengan trafo CT adalah harga PIV.

81
Pada penyearah gelombang penuh dengan sistem jembatan ini PIV masing-
masing dioda adalah: PIV=V_{m}

Gambar 4.6 Proses Penyearahan gelombang penuh sistem jembatan

4.3 Disain PCB dengan Protel 99

Protel 99 merupakan program yang dikeluarkan oleh perusahaan perangkat


lunak terkenal protel technology Inc. fitur program ini memudahkan pengguna
untuk menggambar dan mendisain PCB (Printer Circuit Board) dengan cepat.hal
ini didukung oleh penampilan yang user friendly dan sejumlah komponen
elektronika (library) dan pattern pad (kaki/pin komponen elektronika) dari
sejumlah pabrik dan standar komponen seperti TTL, seperti CMOS, National,
Intel, Zilog, analog device dan lain-lain. Adapun kelebihan lain dari protel 99
diantaranya:
1) Dijalankan menggunakan Sistem Operasi Windows yang banyak dipakai oleh
pengguna komputer di dunia
2) Bisa digunakan merancang PCB (Printer Circuit Board) dengan multilayer
(beberapa lapisan), sehingga mampu menangani pembuatan PCB (Printer
Circuit Board) yang sangat kompleks (rumit)
3) Mudah dalam penggunaannya karena menu utamanya sudah diwakili dengan
menggunakan button (tombol)
4) Terdapat fasilitas Auto Route, yakni suatu fasilitas yang secara otomatis akan
membuat jalur layout PCB (Printer Circuit Board).

82
5) Terdapat fitur untuk mensimulasikan rangkaian elektronika sehingga hasil
simulasi dapat diketahui atau dirunning sebelum produk dibuat.
Secara garis besar pembuatan disain PCB meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Membuat dokumen schematic
2. Membuat dokumen PCB (Printer Circuit Board)
3. Mencetak dokumen PCB (Printer Circuit Board)
4.3.1 Pembuatan data base
Setelah software protel terinstall pada komputer langkah selanjutnya
adalah pembuatan data base pada konfigurasi explorer software protel 99. Dalam
satu data base terdapat minimal satu rangkaian atau lebih. Langkah ini
dimaksudkan untuk memudahkan pengguna dalam hal sinkronisasi antara
schematic dan document PCB. Sehingga ketika footnet dibuat akan terjadi
kesamaan pada proses create Netlis, loadnet dan Routing all. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1. Klik dobel pada shortcut atau icon protel 99
2. Setelah terbuka akan tampil layar seperti pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Tampilan awal Protel 99

3. Selanjutnya Untuk memulai aplikasi, anda pilih menu File New (yang ada di
kiri atas) (lalu akan tampil New Design Database) (Gambar 4.8)
4. Browse (Untuk memilih lokasi File atau membuat folder baru khusus
Protel) (Gambar 4.9)

83
Gambar 4.8 Tampilan awal memulai pembuatan data base

Gambar 4.9 Tampilan Browse untuk penempatan data base

5. Rubah File name (misal Power Suplay), SAVE (Saat menyimpan, pastikan
SAVE as type adalah Design Files (*.Ddb), SAVE OK (Pada New Design
Database). Lihat Gambar 4.10)

Gambar 4.10 Tampilan pembuatan data base dan penempatan data base

6. Isikan password untuk keperluan akses yang terbatas


7. Langkah tersebut kemudian dilanjutkan dengan masuk ke dalam folder
Document, setelah didalam folder ini, lalu pilih File > New, lalu pilih
Schematic document, pilih simbol seperti Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Tampilan pembuatan dokumen schematik

84
8. Lalu Rename Sheet1.Sch (ini menjadi seperti Power Suplay) Enter. Untuk
mempermudah tahap desain, anda dapat mengulangi perintah diatas kembali,
dengan mengklik menu PCB Document. Lihat simbol pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Tampilan Pembuatan Dokumen PCB

9. Dari Gambar 4.12 tampilan pembuatan dokumen PCB dapat dirubah juga
menjadi nama power suplai, sehingga ketika dilihat dalam folder document
maka tampilannnya akan seperti Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Tampilan Dokumen PCB dan Schematic pada Data Base Power Supply

4.3.2 Pembuatan dokumen schematic


Klik 2 kali untuk membuka schematic document (Schema Power Suplai).
Dalam Schematic Doc akan dibuat gambar rangkaian yang nantinya akan
dipindahkan ke PCB Doc.

Gambar 4.14 Tampilan awal pembuatan dokumen schematic

Untuk meletakkan komponen yang ada di Library Miscellaneous


Devices.lib, caranya adalah : pilih salah satu Part Type (lihat Gambar 4.15),

85
pilih Place atau klik 2 kali. Klik Kiri untuk meletakan komponen dan Klik
Kanan untuk “melepas” lalu baru bisa memilih komponen yang lain.

Gambar 4.15 Tampilan pencarian dan penempatan komponen pada lembar


schematic

Setelah semua komponen diletakkan pada lembaran schematic


selanjutnya komponen tersebut harus dihubungkan dengan simbol Place Wire
(biasanya terletak di kiri atas) atau klik kanan Place Wire (Lihat Gambar 4.16).

Gambar 4.16 Place wire untuk menghubungkan antar komponen

Sentuhkan ke ujung kaki komponen yang satu dengan yang lain


sampai ada tanda bulatan hitam (lihat Gambar 4.17), klik kiri untuk

86
menyambungkannya dan klik kanan untuk melepasnya dan klik kanan sekali
lagi untuk menonaktifkannya.

Gambar 4.17 Cara menyambungkan komponen dengan place wire

4.3.3 Pembuatan designator

Gambar 4.18 Pembuatan Footprint dan designator

Setelahsemua komponen rangkaian tersambung sekarang tinggal memberi


nama dan nilai atau tipe untuk komponennya. Caranya adalah dengan
mengklik 2 kali pada komponen, lalu akan tampil seperti Gambar 4.18. Rubah
Designator seperti R1, R2, Q1, atau C1 dan lain-lain. (dalam pengetikan
Designator ini tidak boleh menggunakan spasi dan jangan sampai ada
komponen yang nama Designator yang sama kecuali untuk komponen –

87
komponen tertentu seperti IC). Part Type-nya adalah nilai atau type komponen
tersebut, seperti 100K, 47uF, BD140, dll (Part Type ini tidak mutlak harus
diisi tetapi untuk memudahkan pemasangan komponen disarankan untuk
mengisinya). Footprint (ini adalah bagian yang penting, jangan sampai
salah membuat/mengetik nama Footprint) adalah suatu nama yang diberikan
untuk komponen yang dibuat di Schematic.doc agar nanti pada saat
mengatur letak - letak komponen pada Pcb.doc ukurannya sama persis dengan
komponen yang sebenarnya. Untuk mencari contoh nama – nama Footprint

caranya adalah masuk ke Pcb.doc lalu klik (Gambar 4.9) biasanya terletak
dibawah toolbar Help, setelah itu akan tampil seperti pada Tabel 4.2.

Gambar 4.19 Pencarian daftar footprint

Tabel 4.2 Daftar Komponen dan Footprint


Nama Komponen Footprint
RESISTOR AXIAL0.3 , AXIAL0.4 , AXIAL0.5 ,.....
TRANSISTOR PNP TO-5 , TO-18 , TO-39 , TO-46 , ......
TRANSISTOR NPN TO-5 , TO-18 , TO-39 , TO-46 , ......
KAPASITOR POLAR RB.2/.4 , RB.3/.6 , .........
KAPASITOR NON POLAR RAD0.2 , RAD0.3 ,........
BATERE SIP2 ( UNTUK PIN CONNECTOR )
MOTOR SIP2 ( UNTUK PIN CONNECTOR )
DIODE DIODE0.4 , DIODE0.7 (Akan Error )
LED RAD0.2 ( Akan Error )
LAMPU SIP2 ( UNTUK PIN CONNECTOR )
IC DIP8, DIP14
LDR (Tidak ada ) RAD0.2 ( Standarnya )

88
Setelah selesai memberi nama Designator, Part Type dan
Footprint-nya, simpan pekerjaan ini dengan meng-KLIK (gambar Disket)
atau Klik File SAVE atau SAVE All. Sekarang klik Design – Creat Netlist
(lihat Gambar 4.20). Setelah meng-Klik Create Netlist akan muncul seperti
Gambar 4.21, klik OK.

Gambar 4.20 Menggunakan Create Netlist

Gambar 4.21 Persetujuan Create Netlist

Lalu akan tercipta file baru yang bernama Sche Power suplay.net,
file ini tidak perlu disunting, langsung saja buka file Power Suplay.Pcb yang
telah dibuat. Sekarang pindah ke PCB.Doc. Pilih Design Load Nets (lihat
Gambar 4.22).

89
Gambar 4.22 Mengaktifkan Load Nets pad PCB.Doc

Setelah tahap ini maka akan muncul tampilan seperti Gambar 4.23.

Gambar 4.23 Kotak dialog untuk mencari file power suplay.net

90
Pilih Browse, lalu cari File dengan nama Schema Power suplay.net yang
berada di dalam folder Document, klik OK. Ketika pilihan Execute diklik maka
akan diketahui tahap selanjutnya yaitu proses berhasil dan tidaknya footprint yang
diketik pada masing-masing komponen. Beberapa contoh hasil create net list yang
error ada pada Gambar 4.24.

Gambar 4.24 Create Net List Error

Error Pada Protel biasanya disebabkan karena :


1. Salah pengetikan nama Footprint
2. Belum mengisi nama pada Footprint
3. Menggunakan Spasi Pada pengetikan nama Designator
4. Ada nama Designator yang sama tetapi Part Type-nya berbeda dalam satu
Sheet. Contoh : R1 untuk Resistor kemudian R1 untuk Transistor.
5. Footprint yang tidak sesuai dengan Part Type. Contoh: Transistor
menggunakan Footprint komponen yang dua kaki, seperti SIP2. Transistor
mempunyai tiga kaki sedangkan SIP2 hanya mempunyai dua kaki. Tetapi bila
menggunakan komponen yang hanya dua kaki lalu digunakan Footprint yang
tiga kaki atau lebih, tidak akan muncul Error.

Jika tidak ingin ada Error dalam pembuatan Protel ini, hal – hal yang
harus diperhatikan adalah :
1. Jangan menggunakan Spasi pada pengetikan Designator.
2. Jangan sampai ada dua komponen yang nama Designator-nya sama ( kecuali
untuk IC )

91
3. Pastikan Number dan Designator sudah sama. ( Designator yang dimaksud
disini bukan Designator untuk pemberian nama komponen, melainkan untuk
Pad ).
4. Jangan menggunakan Footprint yang Pad-nya lebih sedikit daripada jumlah
kaki pada komponennya. Contohnya : HEADER 3 ( 3 kaki ) menggunakan
Footprint SIP2 (2 Pad ). Lihat Gambar 4.25.

( HEADER 3 ) ( SIP2 ).

Gambar 4.25 Header 3 dan SIP 2

4.3.4 Pembuatan footprint


1. Masuk ke PCB Doc
2. Pilih Design _ Browse Component _ Edit.
3. Setelah Pilih Edit, akan masuk ke dalam PCB footprint.lib
4. Pilih Add
5. Akan muncul tampilan baru, yaitu Welcome To PCB Component Wizard. Klik
Next saja hingga Finish. Lalu hapus (Ctrl + Delete) komponen ini, caranya:
blok semua gambar komponen, seperti memblok tulisan pada Microsoft Word.
Perhatikan Pad yang bernama A1, Pad ini terletak di koordinat X:0mil Y:0mil
(terletak di sebelah kiri bawah) jika tidak terlihat, klik View _ Status Bar.
Dalam pembuatan footprint, Pad utama suatu komponen harus berada pada
koordinat 0,0 ini agar saat mengatur letak komponen tidak kesulitan.
6. Klik simbol lalu klik di koordinat 0,0 dan satu lagi di sebelah kanannya,
lalu rubah layer menjadi TopOverlay yang ada di bagian bawah layar.
7. Buat jarak antar Pad adalah 3 mm (untuk merubah satuan dari ke mil ke mm,
tekan Q Pada keyboard), untuk mengukur jarak antar Pad gunakan Place
Dimension.
8. Setelah jarak antar Pad = 3 mm, buat lingkaran yang sesuai dengan diameter
LED yaitu 5.5 mm. Jika sudah selesai membuat lingkaran, beri tanda Pada +
atau terserah anda untuk menandakan itu adalah Anoda, misal kita beri tanda +
untuk Pad sebelah kiri.

92
9. Untuk membuat garis, gunakan simbol atau Place Line untuk
membuat tanda +.
10. Jika sudah selesai nanti bentuknya akan seperti Gambar 4.26.

Gambar 4.26 Hasil Footprint 1

11. Namun pada Footprint ini masih ada kekurangan yaitu, diameter Pad masih
kurang besar karena hanya sebesar 1.524 mm, untuk merubah diameternya,
klik 2 kali pada bagian Pad. Lalu akan muncul tampilan seperti Gambar 4.27.
Lalu rubah Pad pada bagian yang diberi tanda + menjadi seperti berikut.

Gambar 4.27 Pad

Keterangan Gambar 4.27:


 X-Size _ untuk menentukan diameter anjang Pad
Y-Size _ untuk menetukan diameter lebar Pad
Designator _ untuk menentukan nama dari Pad (ini yang harus diingat). bila
di
Miscellaneous Devices.lib, Number-nya 1 maka Designator di PCB
footprint.lib .lib –nya juga 1. Bila Number-nya A maka Designator di PCB
footprint.lib .lib -nya juga A

93
Hole Size _ untuk menentukan ukuran lubang untuk mengebor
(sesuaikan dengan bor yang dipakai atau dengan ukuran kaki
komponennya).
12. Setelah selesai mengubah – ubah ukuran kedua Pad tersebut komponen dapat
di -rename (ubah nama sama dengan nama footprint-nya). Setelah itu PCB
dapat disimpan atau diperbarui (Update PCB itu hanya merubah bentuk
Footprint saat itu saja, maksudnya bila File PCB Footprint.Lib ditutup dan
tidak disimpan maka bila saat dibuka kembali File-nya, bentuknya akan
kembali seperti semula).
13. Jika sudah selesai menyunting, nanti bentuknya menjadi seperti Gambar 4.28.
Memang disini tanda + tidak terlihat karena tertutup Pad, tapi bila di preview
pasti akan terlihat.

Gambar 4.28 Hasil Footprint 2

14. Setelah selesai merubah kedua Pad tersebut menjadi A dan K, seperti Gambar
4.28. Sekarang number pada Miscellaneous Devices.lib dan designator pada PCB
footprint.lib untuk LED sudah selesai dan sama (lihat Gambar 4.29).

Gambar 4.29 Pin dan Pad

Lalu rename Footprint ini, misal : LED. Setelah diganti nama menjadi LED,
simpan. Kembali ke Schematic.doc, ketik LED pada Footprint komponen
LED1.

94
15. Setelah semuanya sudah sama dan selesai diberi Footprint semua dan tidak
ada Error maupun Warning lihat bagian Status, jika sudah ada tulisan All
Macross Validated, pilih Execute. Sekarang temukan komponen yang dibuat
di Schematic Doc. Sebaiknya cek juga untuk komponen potensiometer, NPN
dan PNP, pasti di situ terdapat kesalahan. Untuk Footprint semua jenis
komponen aktif seperti Transistor, FET, JFET, UJT, SCR, dll sebaiknya
diberi tanda dimana E C B-nya pada Transistor, atau A KG pada SCR, juga
untuk yang lainnya.
16. Sebaiknya semua Footprint yang terdapat pada Miscellaneous Devices.lib
maupun PCB footprint.lib sebaiknya diperbaiki semua, dan sebelum membuat
Footprint juga sebaiknya memiliki komponen tersebut seperti relay. Relay
yang bertipe SPDT terdiri dari 5 kaki (2 untuk POWER, 1 untuk COMMON,
1 untuk NO, dan 1 untuk NC) dan dalam pembuatan Footprint ini semua
komponen harus di lihat dari ATAS, karena PCB.doc sebenarnya adalah
tampak atasnya proyek yang kita buat.
4.3.5 Pengaturan Komponen Pada PCB Documen
1. Bila setelah di-Execute ditemukan komponennya terkumpul menjadi satu dan
berwarna hijau terang, blok semuanya, lalu klik lalu klik atau
ketik E _ E _ A. Setelah itu atur letak komponen – komponen ini (sebaiknya
peletakan komponen dilakukan berdasarkan schematic, agar jalurnya tidak
terlalu panjang dan tidak ada yang bertabrakan).
2. Setelah selesai pengaturan komponennya, kemudian layer dirubah menjadi
Keep Out Layer (ungu) terletak dibagian bawah, lalu klik simbol buat
bentuk sembarang yang mengelilingi komponen – komponen ini namun jangan
terlalu kecil.
3. Sekarang pilih Design _ Rules atau ketik D _ R, ada 4 “aturan” yang harus
dirubah (Gambar 4.30).
Keterangan Gambar 4.30:
 Clearence Constraint = untuk membuat jarak antara Pad dan jalur,
biasanya min 0.35 mm. Atau tergantung pemakaian. Klik bagian
Properties....

95
 Routing Layer = untuk membuat single layer atau double layer.karena yang
kita buat adalah single layer jadi yang harus dirubah adalah : Toplayer _
Not Used dan Bottomlayer _ any atau 45up ( biasanya....... ) Klik bagian
Properties....
 Widht Constraint = untuk mengatur lebar jalur, kalau bisa min. 0.5mm
 0.5 mm juga tapi coba saja dengan 0.8 mm, nanti bila banyak jalur yang
 “tabrakan” tinggal dikurangi. Max widht harus lebih besar dari Preferred
Widht .Klik bagian Properties...
 Sekarang pindah kategori yang tadinya Routing menjadi High Speed ( lihat
gambar sebelumnya), pilih Parallel Segment Constraint = untuk mengatur
jarak antar jalur, biasanya 0.35mm. Klik bagian Add....

Gambar 4.30 Design Rules

4. Pilih CLOSE, ketik A _ A _ R atau Autoroute _ All _ Route All . Bila saat
routing jalurnya memakan waktu lama ketik A _ T ( Autoroute _Stop ).
5. Jika sudah ada tampilan Design Explorer Information, pilih OK. Setelah itu
jika tidak ada jalur yang berwarna hijau terang, berarti selesai. Namun jika ada,
ketik T _U _ A ( tool unroute all ) , atur kembali komponen yang
bersangkutan, lalu ketik A _ A_ R atau klik Autoroute _ All _ Route All .

96
6. Untuk membuat nama dan NPM, gunakan simbol (String) dengan layer Bottom
Layer (biru), dengan spesifikasi : Height = min. 2 mm dan Widht = min.0.4
mm. jangan lupa checklist Mirror.
7. Hapus garis KeepOutLayer (ungu) yang berantakan tadi ketik E _ D, lalu klik
kiri untuk hapus garis itu dan klik kanan untuk nonaktifkan. Buat kembali garis
yang lebih rapi (biasanya bentuknya kotak) dan simpan.
4.3.6 Cetak Jalur dan Letak Komponen
1. Klik gambar Printer, sekarang kita berada di Print/Preview. Klik Browse
PCBprint (di sebelah kiri, dekat Explorer). Klik kanan Pada Multilayer
Composite Print _ Properties (Gambar 4.32).

Gambar 4.32 Printout Properties

2. Centang mirror, show holes, black and white lalu OK. (Gambar 4.32)
_ Move Up untuk menggeser layer ke atas.

97
_ Move Down untuk menggeser layer ke bawah.
_ Add untuk menambahkan layer.
_Remove untuk menghapus layer.
_Edit untuk merubah layer.
3. Sehingga nanti akan menjadi seperti Gambar 4.33.

Gambar 4.33 Layer PCB

4. Klik Edit>Insert Printout lalu Edit TopLayer tersebut menjadi TopOverlay


lalu klik OK, lalu tambahkan satu lagi Layer yaitu KeepOutlayer setelah itu
Check black & white sehingga nanti akan menjadi seperti Gambar 4.34.

Gambar 4.34 Printout Properties

98
5. Pilih File>Setup Printer ganti printer yang sudah di-install, kemudian Print.
Atau bisa juga langsung Print All. Gambar 4.35 digunakan untuk memasang
komponen pada PCB.

Gambar 4.35 Komponen PCB

4.4 Komponen Listrik

Tabel 4.2 Komponen Listrik


SIMBOL NAMA KOMPONEN KETERANGAN
Simbol Sambungan

Kabel/ Wire Listrik Kabel penghubung (konduktor)

Koneksi kabel Terhubung

Kabel tidak koneksi Terputus (tidak terhubung)

Simbol Saklar (Switch) dan Simbol Relay

Toggle Switch SPST Terputus dalam kondisi open

Toggle Switch SPDT Memilih dua terminal koneksi

99
Saklar Push-Button (NO) Terhubung ketika ditekan

Saklar Push-Button (NC) Terputus ketika ditekan

DIP Switch Multiswitch(Saklar banyak)

Relay SPST
Koneksi (Open dan Close) digerakan oleh
elektromagnetik.
Relay SPDT

Jumper Koneksi dengan pemasangan jumper

Solder Bridge Koneksi dengan cara disolder

Simbol Ground

Earth Ground Referensi 0 sebuah sumber listrik

Ground yang dihubungkan pada body


Chassis Ground
sebuah rangkaian listrik

Common/ Digital Ground

Simbol Power Supply

Menghasilkan tegangan searah tetap


Sumber tegangan DC
(konstan)

Sumber Arus Menghasilkan sumber arus tetap

Sumber teganga bolak-balik seperti dari


Sumber tegangan AC
PLN (Perusahaan Listrik Negara)

100
Penghasil tegangan listrik bolah-balik
Generator seperti pembangkit listrik di PLN
(Perusahaan Listrik Negara)

Battery Menghasilkan tegangan searah tetap

Battery lebih dari satu Cell Menghasilkan tegagan searah tetap

Sumber tegangan yang Sumber tegangan yang berasal dari


dapat diatur rangkaian listrik lain

Sumber arus yang dapat Sumber arus yang berasal dari rangkaian
diatur listrik lain

Simbol Meter (Alat Ukur)

Mengukur tegangan listrik dengan satuan


Volt Meter
Volt

Mengukur arus listrik dengan satuan


Ampere Meter
Ampere

Ohm Meter Mengukur resistansi dengan satuan Ohm

Watt Metter Mengukur daya listrik dengan satuan Watt

Simbol Lampu

Lampu

Akan menghasilkan cahaya ketika dialiri


Lampu
arus listrik

Lampu

Simbol Komponen Lain

101
Motor Motor Listrik

Trafo, Transformer, Penurun dan penaik tegangan AC (Bolak


Transformator Balik)

Bel Listrik Berbunyi ketika dialiri arus listrik

Buzzer Penghasil suara buzz saat dialiri arus listrik

Fuse, Sikring
Pengaman. Akan putus ketika melebihi
kapasitas arus
Fuse, Sikring

Bus

Terdiri dari banyak jalur data atau jalur


Bus
address

Bus

Crystal, Ocsilator Penghasil pulsa

4.5 Gambar Instalasi Listrik

Banyak orang yang menyerahkan urusan pemasangan instalasi listrik


mereka kepada jasa instalatir dengan biaya yang cukup besar. Jika ingin sedikit
memangkas biaya pengeluaran pemasangan listrik maka dapat memasang sendiri
di rumah dengan mempelajari tekhnik pemasangan instalasi, uraian pada modul
ini adalah salah satu cuntoh sederhana, untuk pengembangannya disesuaikan
dengan bentuk rumah yang dibangun, perlu diketahui bahwa pemasangan instalasi

102
listrik ini dipasang setelah sebuah rumah telah terpasang KWH dan MCB oleh
pihak PLN. Tahap-tahap pemasangan instalasi listrik adalah sebagai berikut:
1. Membuat gambar perencanaan untuk jalur listrik, untuk rumah baru yang
dibangunn dari awal, rencanakanlah posisi sakelar, stopkontak dan fitting
lampu sebelum rumah dibangun karena tahapan awal pemasangan listrik
dilakukan setelah pemasangan bata dan sebelum pemasangan plesteran tembok,
saat itulah dipasang pipa-pipa untuk kabel listrik pada dinding yang belum
diplester.
2. Pemasangan pipa untuk kabel listrik, pasanglah pipa kabel di dinding yang
belum diplester berikut tedusnya, tedus ini adalah tempat untuk meletakkan
sakelar atau stop kontak agar menempel kuat di dinding tembok. Untuk dinding
yang belum diplester maka untuk pemasangan pipa ini plesterannya harus
dilepas dulu dengan cara dilubangi menggunakan pahat, ukurlah ketinggian
tedus yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Pemasangan kabel jalur utama, pemasangan jalur utama ini di pasang mulai
dari tempat keluarnya kabel dari MCB sampai ujung stopkontak yang terakhir,
jalur ini dipasang pada kayu plapon melewati pipa listrik yang keluar dari
tembok.
4. Penyambungan kabel lampu, sakelar dan stopkontak. Sambunglah semua
kabel dengan benar dan aman, ukurlah panjang kabel seoptimal mungkin,
jangan sampai setelah dipasang ternyata tidak mampu menjangkau sekrup
terminal pada fitting lampu, sakelar atau stopkontak, gunakanlah kabel yang
sesuai dengan peruntukannya.
5. Pemasangan sakelar, dan stopkontak, pemasangan ini dilakukan setelah pipa
listrik sudah ditutup oles plesteran dan tembok sudah rapi dicat, tutuplah setiap
sambungan yang terbuka menggunakan isolasi khusus untuk kabel listrik,
pasanglah setiap ujung kabel yang terpasang pada setiap sekrup terminal
dengan kuat untuk menghindari peerubahan letak yang mengakibatkan
konsleting dan tidak terkoneksinya arus listrik.
6. Pemasangan fitting lampu beserta lampunya, pasanglah fitting lampu dengan
kuat menempel di plapon karena fitting ini akan menahan beban sebuah lampu,

103
pakailah fitting yang sesuai dengan jenis lampu yang akan dipasang karena
setiap lampu mempunyai panas yang berbeda-beda, fitting lampu yang terbuat
dari bahan plastik yang tipis mudah sekali meleleh oleh panas lampu.
7. Proses uji coba, cobalah nyalakan MCB diikuti menyalakan seluruh lampu dan
memasukkan steker alat elektronik ke setiap stopkontak, pemasangan dianggap
berhasil bila semua lampu dapat dinyalakan dan dimatikan oleh sakelar secara
normal dan semua stopkontak dapat menyalakan/dipakai alat elektronik.
4.5.1 Instalasi Listrik Secara Umum
Instalasi listrik terbagi menjadi dua macam yaitu instalasi listrik
penerangan dan instalasi listrik tenaga. Instalasi listrik penerangan merupakan
instalasi listrik yang bebannya berupa lampu-lampu penerangan yang banyak
dipasang pada rumah tinggal, gedung perkantoran dan gedung-gedung lainnya.
Sedangkan instalasi listrik tenaga merupakan instalasi listrik yang bebannya
berupa motor-motor listrik sebagai penggerak mesin-mesin yang banyak dipasang
pada bengkel, pabrik dan industri lainnya. Instalasi Listrik Penerangan pada
dasarnya terbagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu :
(1) Instalasi Listrik Penerangan Sistem Kawat Rentang
(2) Instalasi Listrik Penerangan Sistem Kabel Berselubung (NYM)
(3) Instalasi Listrik Penerangan Sistem Dalam Pipa PVC atau Galvanis.
Instalasi Listrik Penerangan yang akan dibahas dalam modul berisi tentang
persyaratan umum instalasi listrik Tahun 2000 (PUIL-2000), pengawatan instalasi
listrik rumah tinggal dan gedung bertingkat, komponen-komponen dan bahan-
bahan listrik yang diperlukan dalam pemasangan instalasi listrik penerangan
rumah tinggal dan gedung bertingkat. Adapun yang diharapakan setelah membaca
dan mempraktekkan modul ini adalah:
1. Memahami peraturan dan persyaratan yang direkomendasikan oleh PUIL untuk
pemasangan instalasi listrik penerangan rumah dan gedung.
2. Mengetahui bahan-bahan yang digunakan di dalam instalasi listrik penerangan
rumah dan gedung.
3. Memahami fungsi-fungsi berbagai macam hubungan-hubungan listrik pada
instalasi listrik penerangan rumah dan gedung.

104
4. Dapat melakukan pemasangan instalasi listrik penerangan rumah dan gedung
secara aman dan benar.
5. Dapat memeriksa atau memperbaiki instalasi listrik penarangan rumah dan
gedung secara aman dan benar.
4.5.2 Sejarah Singkat PUIL
Peraturan instalasi listrik (PIL) digunakan pertama kali sebagai pedoman
beberapa instansi yang berkaitan dengan instalasi listrik, yaitu AVE (Algemene
Voorschriften Voor Electrische Sterkstroom Instalaties). AVE diterbitkan oleh
dewan normalisasi pemerintah Hindia Belanda, sebagai Norma N 2004. AVE N
2004 diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun 1964
sebagai norma indonesia N16 yang kemudian dikenal sebagai Peraturan Umum
Instalasi Listrik (PUIL 1964). PUIL pertama kali diterbitkan tahun 1964 dan
disempurnakan pada penerbitan kedua pada tahun 1977 (PUIL 1977) dan
penerbitan ketiga pada tahun 1987 (PUIL 1987). Istilah “Peraturan” pada PUIL
1964, 1977, dan 1987, berubah menjadi “Persyaratan” pada PUIL 2000, dengan
maksud selain isinya mengandung kewajiban mematuhi ketentuan dan sangsinya,
juga mengandung rekomendasi atau persyaratan teknis yang dapat dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan dan pemeliharaan instalasi
listrik.
4.5.3 Substansi Isi PUIL 2000
1. Bagian 1 dan bagian 2 (Pendahuluan dan Persyaratan Dasar);
2. Bagian 3 tentang: Protection for Safety, berisi: berbagai sistem proteksi yang
bertujuan untuk menjamin/terjaminnya keselamatan umum;
3. Bagian 4 tentang: Assessment of general characteristics, berisi: perancangan
instalasi listrik, mulai dari konstruksi sampai dengan sistem proteksinya;
4. Bagian 5 tentang: Selection and erection of electrical equipment, berisi:
perlengkapan/peralatan listrik,mulai dari berbagai jenis perlengkapan yang
dipakai sampai dengan perawatannya;
5. Bagian 6 pengembangan bab 6 PUIL 1987 dengan ditambah unsur-unsur
perlengkapan hubung bagi dan kendali serta komponennya;

105
6. Bagian 7 hampir sama dengan PUIL 1987 bab 7, berisi: Penghantar dan
Pemasangannya;
7. Bagian 8 tentang: Requirements for special installations or locations, berisi:
ketentuan untuk berbagai ruang dan instalasi khusus;
8. Bagian 9 tentang: Verification, berisi: Pengusahaan instalasi listrik
Perancangan, Pembangunan, Pemasangan, Pelayanan, Pemeliharaan,
Pemeriksaan, Pengujian instalasi listrik serta proteksinya.
Sesuai dengan maksud dan tujuan PUIL, instalasi penerangan harus
direncanakan, dipasang, dan diperiksa, agar:
a. Instalasi Listrik dapat dioperasikan dengan baik;
b. Terjamin keselamatan manusia;
c. Terjamin keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya;
d. Terjamin keamanan gedung serta isinya terhadap kebakaran akibat listrik;
e. Tercapainya tujuan dari pencahayaan yaitu terwujudnya interior yang efisien
dan nyaman.
4.5.4 Ketentuan Umum
a. Setiap instalasi harus ada rencana instalasi yang disetujui;
b. Instalasi listrik harus dirancang, dipasang, dan dipelihara sedemikian sehingga
tidak menimbulkan bahaya kebakaran dan mencegah penjalaran kebakaran;
c. Peralatan dan perlengkapan listrik yang dipasang pada instalasi harus;
 Memenuhi ketentuan standar yaitu harus tercantum dengan jelas tanda
kesesuaian standar dan tanda pengenalnya: nama dan logo pembuat,
tegangan, daya dan/arus pengenal. Data teknis lain yang disahkan SNI
 Memenuhi ketentuan PUIL 2000 yaitu harus baik dan dalam keadaan
berfungsi, dipilih sesuai penggunaan dan tidak boleh dibebani melebihi
kemampuannya.
d. Instalasi listrik harus dilengkapi proteksi untuk keselamatan proteksi dari kejut
listrik yaitu proteksi dari efek termal, arus lebih dan tegangan.
e. Instalasi listrik yang baru dipasang atau mengalami perubahan harus diperiksa,
diuji dan bila perlu dicoba sebelum dioperasikan. Jika memenuhi ketentuan
PUIL 2000 akan diberi sertifikat.

106
f. Perencana, pemasang, dan pemeriksa instalasi listrik harus memiliki izin dan
harus menggunakan tenaga teknis yang kompeten sesuai dengan bidang dan
tanggung jawabnya di bidang ketenagalistrikan.

1000
1000
160 492 300
400 240 145 155
100

250
R. Fitnes
R. Kerja

480
Dapur

470
Gudang
335

Lorong 4

190
Lorong 3

Lorong 5
Kamar Kamar

300
340
300

Mandi Mandi 2
Kamar 2 Kamar 3
490

150
Lorong 1

330

2000
2000

Lorong 2
2000
2000

R. Keluarga

660
Kamar 4
490
490

Kamar 1

R. Tamu
490
500

Garasi

500
500

Teras
330

500 480 390 590


1000 1000

(a) (b)
Gambar 4.36 (a) Lantai 1 Tampak Atas dan (b) Lantai 2 Tampak Atas

Perencanaan instalasi rumah 2 lantai berikut merupakan contoh tugas


aplikasi komputer 2 dengan aplikasi AutoCad 2009 sebagai software pendukung.
Adapun tahapannya dimulai dari :
1. Langkah pertama mendisain rumah
a. Lantai 1 (Gambar 4.36(a))
b. Lantai 2 (Gambar 4.36(b))

107
Catatan : Disain rumah diatas akan dijadikan contoh perhitungan kebutuhan
lampu dan perhitungan luas penampang kabel

2. Perhitungan kebutuhan lampu


Perhitungan kebutuhan lampu setiap ruangan berbeda-beda, tergantung
kegunaan atau fungsi suatu ruangan. Suatu ruangan yang membutuhkan
konsentrasi tinggi dalam fungsinya (Seperti ruangan gambar, tempat kerja
jahit, ruangan ukir dan lain-lain) membutuhkan pencahayaan buatan dengan
lumenitas yang tinggi pula. Tabel 4.4 menunjukkan kebutuhan pencahayaan
pada setiap ruangan sesuai standar SNI 03-6197-2000.

Tabel 4.4 Kebutuhan cahaya berbagai macam ruangan

108
Tabel 4.5 memberikan gambaran umum kuat pencahayaan berbagai
macam produk lampu yang beredar di pasaran. Adapun formula untuk mencari
kebutuhan cahaya suatu ruangan dinyatakan pada (4.1). Untuk tabel Coefficients
Of Utilization ada pada Tabel 4.6 dan 4.7.

Tabel 4.5 Kuat pencahayaan berbagai macam lampu

(4.1)

Dimana:
N = Jumlah titik lampu
E = Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux)
L = Panjang ruangan (meter)
W = Lebar ruangan (meter)

 = Total lumen lampu / Lamp luminous flux

LLF = light loss factor/ factor cahaya rugi (0,7 -0,8)


CU = Coeffisien of Utilization/ Faktor pemanfaatan (50%-60%)
N = Jumlah lampu dalam satu titik

109
Tabel 4.6 Coefficients Of Utilization (untuk pencahayaan langsung)
Pattern Room Type High Reflectance Low Reflectance
Room Finishes Room Finishes
Incandescent Smaller (Low 0,70-0,80 0,60-0,70
Downlight Ceiling)
Larger (Low 0,85-0,90 0,80-0,85
Ceiling)
Larger (High 0,90-0,95 0,85-0,90
Ceiling)
Fluorecent Smaller (Low 0,35-0,45 0,30-0,40
(Prismatic Lens) Ceiling)
Larger (Low 0,50-0,60 0,45-0,50
Ceiling)
Larger (High 0,60-0,70 0,55-0,60
Ceiling)
Fluorescent Smaller (Low 0,30-0,45 0,25-0,35
(Parabolic Louver) Ceiling)
Larger (Low 0,55-0,65 0,45-0,55
Ceiling)
Larger (High 0,65-0,75 0,55-0,65
Ceiling)

Tabel 4.7 Coefficients Of Utilization (untuk pencahayaan tidak langsung)


Pattern Room Type High Reflectance Low Reflectance
Room Finishes Room Finishes
Fluorescent Smaller (Low 0,35-0,50 0,15-0,20
(Indirect Ceiling)
Luminaires)
Larger (Low 0,40-0,65 0,20-0,30
Ceiling)
Larger (High 0,50-0,75 0,30-0,40
Ceiling)
Hid (Indirect Smaller (Low 0,28-0,38 0,05-0,15
Luminaires) Ceiling)
Larger (Low 0,40-0,55 0,10-0,20
Ceiling)
Larger (High 0,50-0,65 0,10-0,25
Ceiling)

Untuk mempermudah penerapan rumus pencarian kebutuhan cahaya pada


setiap ruangan, berikut contoh penggunaannya, dimana disain rumah sudah
ditentukan ukuran maupun tata letak ruangannya.
a. Lantai 1

110
 Teras
Keterangan : E = 60
L = 3,3 M
W = 4,8 M
Ø = 1420
LLF = 0,9
CU = 0,65
n = 1

× , × ,
*N = =
∅ × , × , ×

=1,14(1 Titik Lampu)

×
* Jumlah W/M2 = =
× , ,

= 1,45 W/M2 (Tidak melebihi 10W/M2)


 Ruang Tamu
Keterangan : E = 150
L = 4,9 M
W = 5,8 M
Ø = 1420
LLF = 0,95
CU = 0,65
n = 1
× , × ,
* N = =
∅ × , × , ×

= 4,86 (5 Titik Lampu)

×
* Jumlah W/M2 = =
× , ,

= 4,04 W/M2(Tidak melebihi 10W/M2)

111
 Garasi
Keterangan :E = 60
L = 5M
W = 5M
Ø = 1900
LLF = 0,85
CU = 0,65
n = 1

× ×
*N = =
∅ × , × , ×

= 1,43 (1 Titik Lampu)

×
* Jumlah W/M2 = =
×
= 0,84 W/M2(Tidak melebihi 10W/M2)

 Kamar 1 dan 2
Keterangan :E = 120
L = 4,9 M
W = 4,0 M
Ø = 1100
LLF = 0,95
CU = 0,65
n = 1

× , ×
*N = =
∅ × , × , ×

= 3,46 (4 Titik Lampu)


×
* Jumlah W/M2 = =
× ,

= 3,67 W/M2(Tidak melebihi 10W/M2)

112
 Gudang
Keterangan :E = 150
L = 3,3 M
W = 4,0 M
Ø = 1100
LLF = 0,85
CU = 0,65
n = 1

× , ×
*N= =
∅ × , × , ×

= 3,30 (3 Titik Lampu)

×
* Jumlah W/M2 = =
× ,

= 3,13 W/M2 (Tidak melebihi 10W/M2)


 Kamar Mandi
Keterangan :E = 250
L = 3M
W = 3M
Ø = 1420
LLF = 0,9
CU = 0,65
n = 1
× ×
*N = =
∅ × , × , ×

= 2,70(3 Titik Lampu)

×
* Jumlah W/M2 = =
×

= 7,67 W/M2(Tidak melebihi 10W/M2)

113
 Dapur
Keterangan : E = 250
L = 4,7 M
W = 3,2 M
Ø = 1900
LLF = 0,9
CU = 0,65
n = 1

× , × ,
*N = =
∅ × , × , ×

= 3,38 (3 Titik Lampu)

×
* Jumlah W/M2 = =
× ,

= 4,19 W/M2 (Tidak melebihi 10W/M2)


 Lorong 1
Keterangan :E = 120
L = 3,5 M
W = 1,5 M
Ø = 1420
LLF = 0,95
CU = 0,65
n = 1

× , × ,
*N = =
∅ × , × , ×

= 0,70(1 Titik Lampu)

×
* Jumlah W/M2 = =
× , ,

= 4,50 W/M2 (Tidak melebihi 10W/M2)

114
 Lorong 2
Keterangan : E = 120
L = 3,3 M
W = 4,0 M
Ø = 1900
LLF = 0,95
CU = 0,65
n = 1

× , ×
*N = =
∅ × , × , ×

= 1,37(1 Titik Lampu)

×
* Jumlah W/M2 = =
× ,

= 1,57 W/M (Tidak melebihi 10W/M2)


2

 Lorong 3
Keterangan : E = 120
L = 8,1 M
W = 2,6 M
Ø = 1900
LLF = 0,95
CU = 0,65
n = 1

× , × ,
*N = =
∅ × , × , ×

= 2,15 (2 Titik Lampu)

×
* Jumlah W/M2 = =
× , ,

= 1,99 W/M2 (Tidak melebihi 10W/M2)

115
Catatan : Dengan cara yang sama seperti diatas dapat dicari kebutuhan
penerangan lantai 2, sehingga didapatkan kebutuhan pencahayaan lantai 1 dan
lantai 2.
3. Perhitungan kebutuhan AC
Sebelum memasang sebuah pendingin ruangan atau AC perlu diketahui
terlebih dahulu dimensi ruangan yang akan dipasang sebuah AC. Dari dimensi
ruangan tadi jumlah BTU (dalam hal ini jumlah energi untuk mendinginkan
ruangan) yang dibutuhkan oleh ruangan dapat dihitung, setelah itu dapat
ditentukan kapasitas AC yang cocok untuk ruangan tersebut berdasarkan data
kapasitas AC yang telah ditentukan (Tabel 4.8). Rumus menghitung kebutuhan
AC ada di persamaan (4.2).
× × (4.2)
Kebutuhan AC = × 500

= BTU
Keterangan:
P = Panjang Ruangan (Meter)
L = Lebar Ruangan (Meter)
T = Tinggi Ruangan (Meter)
3 = Koefisien standar panas setiap volume 1m3
500 = Asumsi standar panas/1m3, yaitu 500 BTU/Jam

Tabel 4.8 Data Kapasitas AC Sharp


Tipe AC Kapasitas AC BTU/Jam Daya

AH – A5NCY ½ PK 5000 600 Watt

AH – A7NCY ¾ PK 7000 785 Watt

AH – A9PEY 1 PK 9000 900 Watt

AH – A12NCY 1,5 PK 12000 1290 Watt

AH – A18MEY 2 PK 18000 1740 Watt

116
Perhitungan
 Lantai 1
 Kamar 1 dan 2
Keterangan: P = 4,9 M
L = 4,0 M
T = 4,0 M
× × , × , × ,
* Kebutuhan AC = × 500 = × 500

= 13067 BTU
* Maka AC yang dibutuhkan adalah:
- 1 AC 1 PK = 9000 BTU = 900 Watt
- 1 AC ½ PK = 5000 BTU = 600 Watt
Total = 14000 BTU = 1500 Watt
Catatan: 14000 BTU mendekati angka 13067 BTU
 Lantai 2
 Kamar 3 dan 4
Keterangan: P = 4,9 M
L = 3,9 M
T = 4,0 M
× × , × , × ,
* Kebutuhan AC = × 500 = × 500

= 12740 BTU
* Maka AC yang dibutuhkan adalah:
- 1 AC 1 PK = 9000 BTU = 900 Watt
- 1 AC ½ PK = 5000 BTU = 600 Watt
Total = 14000 BTU = 1500 Watt
Catatan: 14000 BTU mendekati angka 13067BTU
 Ruang Kerja
Keterangan: P = 4,8 M
L = 3,0 M
T = 4,0 M

117
× × , × , × ,
* Kebutuhan AC = × 500 = × 500

= 9600 BTU
* Maka AC yang dibutuhkan adalah:
- 1 AC 1 PK = 9000 BTU = 900 Watt
Total = 9000 BTU = 900 Watt
Catatan: 9000 BTU mendekati angka 9600 BTU
 Ruang Fitnes
Keterangan: P = 2,5 M
L = 4,9 M
T = 4,0 M

× × , × , × ,
* Kebutuhan AC = × 500 = × 500

= 8167 BTU
* Maka AC yang dibutuhkan adalah:
- 1 AC 1 PK = 9000 BTU = 900 Watt
Total = 9000 BTU = 900 Watt
Catatan: 9000 BTU mendekati angka 8167 BTU

4. Data kebutuhan beban


Setelah desain rumah ditentukan, dapat dimulai menentukan jumlah beban
yang akan dipasang pada tiap – tiap ruangan, dimana diawali dengan perhitungan
kebutuhan cahaya, kebutuhan AC dan beban-beban yang lain. Hal ini sangat
penting, karena akan berhubungan dengan daya total yang akan dipasang pada
rumah tersebut dan untuk menghitung estimasi biaya yang diperlukan. Yang
dimaksud beban meliputi, elektronik (TV, Kipas Angin, Rice cooker) dan lampu
penerangan (Lampu hemat energi atau bohlam). Data beban juga dapat
menentukan pengaman beban lebih (MCB) yang sesuai dengan daya total rumah
tersebut. Adapun beban yang didapat dari rumah dua lantai tersebut terdapat pada
Tabel 4.9.

118
Tabel 4.9 Data beban rumah dua lantai

Nama Beban Daya Jumlah Jumlah Daya

PC Komputer 250 Watt 4 1000 Watt


TV LED 32 inch 80 Watt 3 240 Watt
TV LED 49 inch 90 Watt 1 90 Watt
TV LED 22 inch 50 Watt 1 50 Watt
Kulkas 130 Watt 3 390 Watt
Rice Cooker 350 Watt 1 350 Watt
Mesin Cuci 300 Watt 1 300 Watt
Kipas Angin 90 Watt 3 270 Watt
Exhaust Fan 40 Watt 1 40 Watt
Lampu Philip Essential
18 Watt 14 252Watt
18W
Lampu Philip Essential
23 Watt 19 437 Watt
23W
Lampu Philip TL 14W 14 Watt 3 42 Watt
Lampu Philip TL 21W 21 Watt 14 294 Watt
AC Sharp 1 PK 900 Watt 6 5400 Watt
AC Sharp1/2 PK 600 Watt 4 2400 Watt
Stopkontak 20 Watt 19 380 Watt
Total 2976 Watt 98 11935 Watt

5. Perhitungan Luas Penampang Kabel


Perhitungan luas penampang kabel dimaksudkan untuk menghindari
pemilihan luas penampang kabel yang tidak sesuai dengan beban. Pemilihan
penmapang kabel yang terlalu besar menyebabkan keborosan energi listrik, karena
akan terbuang diseluruh penghantar. Sedangkan pemilihan penampamg kabel
yang kecil (tidak sesuai) akan menyebabkan panasnya penghantar yang bias
berakibat kebakaran. Beberapa produsen kabel biasanya menyertakan data teknik

119
kabel penghantar yang beredar dipasaran. Tabel 4.10 memperlihatkan data teknik
kabel penghantar salah satu produsen yang ada di Indonesia.

Tabel 4.10 Data Teknik kabel penghantar 1 fasa Cu/PVC/PVC 300/500 V (NYM)
(PT. Kabelindo)

Selanjutnya untuk mempermudah menentukan penampang kabel yang


dinginkan berikut contoh perhitungan dengan beban 893 Watt :
P = 893 (0.893 kW)
cos φ = 0.8 (Asumsi)
Susut tegangan yang diinginkan =2%
Panjang kabel yang dinginkan = 75 meter (0,075 km)
* Nilai susut tegangan didapatkan dengan persamaan (4.3)
100% (4.3)
∆ %=

maka
% 2% 220
∆ = = = 4,4
100% 100%
* Nilai arus didapatkan dengan persamaan (4.4)

= (4.4)
cos ∅
0.893
= = 5,1 (I perhitungan)
220 0.8

120
Nilai yang didapatkan diatas belum termasuk nilai spare atau cadangan
sehingga untuk nilai arus cadangan perluasan kabel tembaganya dinyatakan dalam
persamaan (4.5).
= ℎ 1,25 (4.5)

= 5,42 1,25 = 6,37


Untuk mendapatkan nilai resistansi DC maka digunakan persamaan (4.6).
∆ (4.6)
=

4,4
= = 9,21 Ω
6,37 0.075

Dengan mempertimbangkan nilai susut tegangan sebesar 2% maka nilai


resistansi 9,21  pada Tabel 4.11.

Table 4.11 NYM 2 x (1.5 - 35) mm² 300/500 V (PT. Kabelindo dan PT. KMI)

Nilai yang mendekati adalah 7,41  dengan luas penampang 2,5


didapatkan jenis kabel NYM 2 x (1.5 - 35) mm² 300/500 V pada nilai resistansi
7,41  selanjutnya dievaluasi berapa besar susut tegangan dengan menggunakan
persamaan (4.7) dan (4.3).

Δ = ( cos + sin ) (4.7)


= 6,37 0,075 7,41 Ω = 3,45
100% 3,54 100%
∆ %= = = 1,61% ( ℎ ℎ 2%)
220

121
Tabel 4.12 Data teknik kabel 3 fasa Cu/PVC/PVC 0.6/1 kV (NYY) (PT. Kabelindo)

Lantai 1
Beban = 5543 Watt
P = 5543 (5.543 kW)
Cos φ = 0.8 (Asumsi)
Susut tegangan yang diinginkan =2%
Panjang kabel yang dinginkan = 50 meter (0,05 km)
 Nilai susut tegangan yang didapatkan (Persamaan 4.3) :
%
ΔV% =
% %
ΔV = = = 7,6
% %

 Nilai arus yang didapatkan (Persamaan 4.8):

I Perhitungan = (4.8)

= = 10.54
√ ,

Nilai yang didapatkan diatas belum termasuk nilai spare atau cadangan
sehingga untuk nilai arus cadangan perluasan kabel tembaganya dicari dengan
persamaan (4.5).

122
= 10,54 1,25 = 13,17
Untuk mendapatkan nilai resistansi DC maka digunakan persamaan (4.9).
ΔV (4.9)
=
√3
,
= = 6,67 Ω
, , √
Dengan mempertimbangkan nilai susut tegangan sebesar 2% maka nilai
resistansi 4,76 . Pada Tabel 4.12 didapatkan kabel Cu/PVC/PVC 0.6/1 kV
(NYY) pada nilai resistansi 4,61 . Selanjutnya dievaluasi berapa besar susut
tegangan dengan persamaan (4.10) dan (4.3).
Δ = √3( cos + sin )
= 13,17 0,05 √3 4,61 Ω = 5,25 Volt
5,25 100%
Δ %= = 1,38% ( ℎ ℎ 2%)
380
Sehingga gambar pengawatan tunggal untuk disain rumah diatas adalah seperti
Gambar 4.37 untuk pengawatan tunggal lantai 1 dan Gambar 4.38 untuk
pengawatan tunggal lantai 1.

123
1000
400 240 145 155

100

EF
KA TV 22

TL 21
TL 14 TL 14

TL 21

RC
TL 21

470
335

TL 21

KK
TL 14ST MC
AC
1/2

TV

ES 23 ES 23
32

TL 21

300
ES 18 ES 18
ST ST
ST PC
490

ES 23
ES 18 ES 18
AC
1

TL 21

330
2000
2000

2000
ES 23
AC
1/2

ES 18 ES 18
490

PC ST

ST TV 49

ESKA ST ES
23 23
ES 18 ES 18 ES 23
490
AC

TV
32
1

ES 23 ES 23

ST ST
RST
N
500

TL 21
330

ES 23

500 480
1000

Gambar 4.37 Hasil Pengawatan Tunggal Lantai 1

124
1000
400 240 145 155

100
TL 14 TL 14 TL 21

TL 21
TL 21

470
335

TL 21

TL 14

ES 18 ES 18 ES 23 ES 23

TL 21

300
490

ES 23
ES 18 ES 18
TL 21

ES 23

330
2000

2000
ES 18 ES 18
ES 23 ES 23
490

ES 23
ES 18 ES 18
490

ES 23 ES 23
RSTN
500

TL 21
330

ES 23

500 480
1000

Gambar 4.38 Hasil Pengawatan Ganda Lantai 1

Adapun komponen yang dipakai pada disain rumah instalasi diatas ada pada Tabel
4.13.

125
AC 1/2 TV 22 TV 49
RC KA KK
Tabel 4.13 Daftar Komponen yang Digunakan dalam Pengawatan

No. Simbol TL 21 ES 23 EF
Keterangan
ST

ES 18 MC PC
1/2 TV 22 1
TV 49
Sakelar tunggal/kutub tunggal

ES23
ES18KK
AC 1
AC 1/2
TV 32
TV 22
C KA 2 Stop kontak kecil (tanpa kutub
AC 1/2 TV 22 ground) TV 49
ES 23 EF ST
RC KA KK RC KA
AC 1/2 3 TVES 23TV 49 TV 22 Sakelar
18 MC ES22 PC
AC
23TL1/2
21 ESTL
2314 EF TVSeri/Kutub
49 STganda
ES 18 KK
C1
RC
TVES32
ES
ES
4 23 ES
23
KA 18
ES 23 RC
ES KA MC TL 21 ES 23 EF
KK energi
PC
18 - ES 18 = Philip Essential
Lampu hemat
TL 21
ESEF 18
18
TL 21 ESAC
ST
23 1/2
EF
- ES 23 TV ST
18 Watt

AC 1 TV 32 22EssentialTV
= Philip
49
23 Watt
ESMC23 PC
MC
ES 18
AC 1/2 TV 22 ES 18
AC 1 5
TV 49 MC Lampu
ES
TV 3218 RC
PC
ES
KA 18
tabung (TL) KK

AC491/2TL
- TL 14 = 14 Watt
TV 22 1 TV
TL2AC 1 22TV 32
21 ESTV
23 49
TV ST
14 KK
TL - TL 21 = 21 Watt
RC KA EF
ACKK1/2 TL1TV4 22 TV 49
KA
21 ES 23 RC
6
ES 23
EF KA ES 18
ST AC
KKKipas
MC 1
angin PC TV 3
3 EF RC ES 18KA AC 1 KKST
ST
TV 32
ES TL
TL 217 MC 2321PCEF
ESMC18 PC
TL 21ESES
TL 21
ST
PC Komputer

23 23 EF
TL 14
RSTN

ES 18 TL 14 MC PC
ACAC
TV1/21 TV
32 ESTV 2232 TV
8 18
49
ES 18 TL 21MC PC
TV LED 49 inch

AC 1 TL 21 TVAC321/2 TV 22 TV 49
RC ACKA
9
1 TL 14 TVKK32 TV LED 32 inch
TL 21
TL 14 RC KK
RSTN

ST KA
RSTN

21 ES 23 10EF
AC 1/2 TL 14 TV
TL2221 ESTV 23 4922 inch ST
TV LED
EF
ES 18 MC PC
RC KAES 18 KK MC PC
ST TNN

AC 1 126 TV 32
TL 21 ES TL2321 EFAC 1 ST TV 32
SN

TL 21
TL 14 MC PC
R
AC 1/2 TV 22 TV 49
RC KA KK
ACT 1/2L 21
TV 22 TV 49
TL EE21
S 11
T
ES
23
L 1 4
23 ACEF1/2 ST
TV 22 TV 49
Exhaust Fan
S 18
RC KA1/2 KK
ACMC TV 22 TV 49
PC
ES 18 RC KA KK
12
TL 21 ES 23 EF ST
Rice Cooker

RC KA KK
AC 1 TLTV 21 32
ES 23 MesinEF ST
RSTN

AC 1/2 ESTV 1822TL TV


13 MC49 PC Cuci
ST
21 ES 23 EF
ES 18 MC PC
RC AC14KA1 TV
KK32 MC PC
ES 18
Kulkas
TL 21
AC 1 TV 32
TL 21 ES 23T L15EF 14
ACST1 TV 32
AC 1 PK

ES 18 MC PC
16 AC 1/2 TVAC22
½ PK TV 49
RSTN

AC 1 TV 32 KK
17 R ES
ST RCN KA
ES 23
Sumber Arus 3 Fasa R,S,T dan
23 Netral

TLES2118 ES ES
23 18EF ST

ES1823
ES MC PC
ES 18
AC 1 TV ES
32 23
ES 18
TL 21
TL 14

TL 21
RSTN

TL 14
TL 21
127
Kompetensi Dasar : Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan pada materi
ini diharapkan menggunakan aplikasi software autoCad
2014 untuk berbagai keperluan gambar rangkaian
pengendali motor.
Sub pokok Bahasan : 1. Pengendalian motor
2. AutoCad 2014
3. Drawing dalam AutoCAD 2014
4. Penskalaan Gambar
Deskripsi Singkat : AuotoCad merupakan salah satu software aplikasi untuk
gambar teknik dengan berbagai fitur yang menunjang
dalam menggambar 2 dimensi ataupun 3 dimensi.
Pertanyaaan Kunci : Butuh berapa lama untuk bisa menguasai AutoCad 2014?

128
BAB V
INSTALASI MOTOR LISTRIK

5.1 Pengendalian Langsung (Direct On Line)

Pengendalian hubungan langsung dikenal dengan istilah Direct On Line


(DOL) dipakai untuk mengontrol motor induksi dengan kontaktor Q1. Rangkaian
daya Gambar 5.1 memperlihatkan ada lima kawat penghantar, yaitu L1, L2, L3, N
dan PE, ada tiga buah fuse F1 yang gunanya sebagai pengaman hubung singkat
jika ada gangguan pada rangkaian daya. Sebuah kontaktor memiliki enam kontak,
sisi supply terminal 1, 3 dan 5, sedangkan disisi beban terhubung ke motor
terminal 2, 4 dan 6. Notasi ini tidak boleh dibolakbalikkan

Gambar 5.1 Pengendalian Motor Direct On Line (DOL)

Jika tombol Normally Open S1 di ON kan listrik dari jala-jala L akan


mengalir melewati fuse F2, S1, S2 melewati terminal koil A1A2 dari koil Q1 ke
netral N. Akibatnya koil kontaktor Q1 akan energized dan mengaktifkan kontak
Normally Open Q1 terminal 13,14 akan ON dan berfungsi sebagai pengunci.
Sehingga ketika salah satu tombol S1 posisi OFF aliran listrik ke koil Q1 tetap
energized dan motor induksi berputar.

129
Posisi mematikan atau OFF
Tombol tekan Normally Close S2 ditekan, maka loop tertutup dari
rangkaian akan terbuka, hilangnya aliran listrik pada koil kontaktor Q1 akan de-
energized. Akibatnya koil kontaktor OFF maka kontak-kontak daya memutuskan
aliran listrik ke motor.
Prinsip Kerja
Pada saat push button ON ditekan, maka koil kontaktor akan bekerja.
Motor dapat bekerja terus sebab kontak K1 anak kontak 13-14 menutup (self-
holding). Motor dapat dihentikan dengan menekan push button OFF. Pada saat
terjadi beban lebih (over load), maka akan memutus anak kontak

5.2 Pengendalian Motor Dengan 2 Tombol

Pengendalian motor dengan 2 tombol (Gambar 5.2) biasa digunakan untuk


mengendalikan sistem kontrol yang membutuhkan dengan kedua tangan operator
sebagai konsekuensi pengamanan. Salah satu contoh penggunaan sistem kontrol
ini adalah untuk mesin press vertical sebagai perlindungan tangan terhadap resiko
tangan tergencet mesin press.

MCB

95
OL
96 97
OL
STOP 98

START1
BUZZER
K1
START2

K1

Gambar 5.2 Pengendalian Motor dengan dua tombol

130
Prinsip Kerja
Pada saat tombol Start 1 dan 2 ditekan, maka koil kontaktor akan bekerja
danmotor running. Motor dapat bekerja terus, sebab kontak K1 pada anakkontak
13-14 menutup (self-holding). Apabila push button stop 1 ditekan,maka akan
memutus aliran listrik ke K1, sehingga motor berhenti bekerja. Motor tidak akan
bekerja jika hanya salah satu dari tombol start yang ditekan, harus kedua tombol
ditekan bersamaan agar motor dapat bekerja.

5.3 Pengendalian Motor Secara Berurutan

Gambar 5.3 Pengendalian Motor Secara Berurutan

131
Dalam proses diperlukan kerja dua atau beberapa motor induksi bekerja
secara berurutan sesuai kebutuhan (Gambar 5.3). Motor akan bekerja dengan
ketentuan motor 1 hidup kemudian baru motor kedua atau sesudahnya dapat
dihidupkan. Pengendalian motor secara berurutan dapat dilakukan dengan manual
ataupun dengan menggunakan timer (automatic).
Prinsip Kerja
Pada saat push button Start 1 ditekan, maka koil kontaktor K1 bekerja
danmotor 1 running yang disebabkan karena kontak K1 /13-14 memutus (self-
holding). Setelah motor 1 running, maka barulah motor 2 dapat running dengan
menekan push button start 2 yang mendapat arus dari K1/13-14.Motor 2 dapat
running terus sebab K2/13-14 memutus (self-holding). Bilapush button stop 1
ditekan pada saat kedua motor running, maka keduanyalangsung berhenti karena
memutuskan aliran listrik ke koil K1 dan K2/13-14 menjadi terbuka kembali.
Pada saat terjadi beban lebih (over load) pada motor 1, maka kontak
overload 1/95-96 akan putus mematikan seluruh sistem dan akan menutupover
load 1/97-98 dan menyalakan lampu indikator 1. Motor 1 dan 2 akanberhenti
sebab aliran arus terputus. Tetapi pada saat motor 2 over load,maka hanya motor 2
saja yang berhenti (over load/95-96 membuka) danover load 97-98 juga menutup
dan menyalakan lampu indikator untukmematikan seluruh sistem dengan
menekan push button stop 1.
Selain tiga penegendalian motor diatas masih banyak lagi pengendalian-
pengendalian motor 3 fasa yang harus dikuasai. Sebagai tugas pengembangan
dalam pemahaman pengendalian motor, berikut beberapa pengendalian yang dapat
digunakan sebagai latihan untuk menggambar rangkaiannya:
1. Pengendalian motor secara berurutan dengan timer
2. Pengendalian motor secara bergantian
3. Pengendalian motor membalik putaran
4. Pengendalian motor start delta

5.4 Menggambar dengan AutoCad 2014

Menggunakan meja gambar untuk menggambar teknik mempunyai

132
kerugian dari segi waktu dan tempat. Ada beberapa software yang mendukung
pekerjaan gambar teknik. Tentu dengan menggunakan software diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi waktu dan tempat. Software AutoCad merupakan salah satu
software yang dapat digunakan menggambar teknik. Beberapa keuntungan
menggunakan software dalam menggambar teknik adalah dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Persiapan menggambar yang singkat
Jika menggambar dengan menggunakan meja gambar, waktu akan terpakai
untuk mengambil kertas gambar dan menempelkan ke meja gambar, serta
meluruskan sesuai arah ruler atau bidang meja gambar, kemudian menjaga atau
mengikatnya agar tidak berubah posisinya terhadap bidang meja gambar.
Sedangkan jika menggambar dengan AutoCAD tinggal menjalankan program
AutoCAD yang terpasang pada sistem komputer kita.
2. Presisi atau Akurasi tinggi
Dapatkah mata manusia membedakan 0.1mm dan 0.05mm, dengan penggaris
skala di meja gambar? Dengan AutoCAD, alih-alih 0.05mm, 0.005mm pun
masih terdeteksi. Bahkan unit pada AutoCAD dapat mengukur hingga 13
angka dibelakang koma. Menggambar dengan AutoCAD jauh lebih presisi jika
dibandingkan dengan menggambar di meja gambar.
3. Hasil gambar design mudah di dokumentasikan
Jika menggambar dengan meja gambar, hasil gambarnya langsung berupa
kertas gambar. Ini butuh ruang penyimpanan, kontrol record, untuk tempat
penyimpanan gambar. Namun jika menggambar dengan menggunakan
AutoCAD, selain bisa langsung dicetak atau istilahnya “plotting”, gambar
design tersebut dapat disimpan pada folder di komputer sesuai nama
pelanggan, nama proyek, nama item, nama proses, sehingga dokumen gambar
yang berupa file ini bisa dengan mudah diatur penyimpanannya serta mudah
dalam mengontrolnya.
4. Waktu penggambaran relatif cepat
Dibanding dengan menggambar menggunakan meja gambar, menggambar
dengan AutoCAD tentu saja jauh lebih cepat. Contoh: menggambar sebuah

133
lingkaran di meja gambar, dengan menggunakan pensil, perlu 10 detik. Tapi
AutoCAD mampu menggambar seratus lingkaran dengan waktu yang sama.
5. Mudah disunting.
Jika salah dalam menggambar sebuah entity atau sebuah fitur, atau bagian dari
gambar, tentunya perlu untuk menghapus dan menggambar kembali bagian
yang salah tersebut. Ini akan terjadi jika menggambar dengan meja gambar
manual. Tetapi bila dengan AutoCAD, semua objek gambar bisa dengan
mudah disunting, seperti Move, Copy, Erase, Break, Trim, Extend, Offset,
Mirror, Array, Rotate, dan perintah modify lainnya.
6. Ruang gambar yang luas
Tentu tak dapat dibandingkan area kerja gambar antara meja gambar manual
dengan ruang gambar pada AutoCAD. Pada AutoCAD, area gambar yag
tersedia bisa tak terbatas, sedangkan dengan jika menggunakan meja gambar,
area gambar akan terbatas terhadap luas meja serta luas kertas. Area gambar
yang sangat luas pada AutoCAD ini juga didukung oleh area gambar untuk
proses pencetakkan atau plotting.
7. Rapi dan bersih
Karena obyek gambar pada AutoCAD adalah obyek virtual yang bisa di hapus
atau disunting tanpa meninggalkan bekas penghapus seperti halnya jika
menggambar dengan meja gambar, maka hasil gambar akan selalu bersih dan
rapi.
8. Penskalaan gambar yang luwes
Jika menggambar di meja gambar, skala gambar kita tentukan terlebih dulu. Ini
bersifat statis. Sedangkan dalam AutoCAD cukup menggambar dengan skala 1
: 1, baru pada mode layout dapat dibuat skala gambar yang berbeda antara
viewport tanpa harus menggambar lagi untuk setiap pandangan.
9. Didukung oleh system pertukaran data
Hasil sebuah gambar pada AutoCAD dapat di-export untuk dimanipulasi di
software lain. Misalnya software-software image editor.
10. Efek visual

134
Pada CAD-Model, terutama Solid Model, dapat ditambahkan “Material” dan
Efek cahaya pada saat Rendering untuk mendapatkan efek visual yang
menarik. Selanjutnya dapat digunakan untuk presentasi.

5.5 Tutorial AutoCad Dasar

AutoCad adalah aplikasi yang digunakan untuk perancang bangunan


(Arsitektur). Memulai Program AutoCAD 2014 Ikuti langkah-langkah berikut:
1. Klik tombol Start pada taskbar.
2. Pilih All Programs > Autodesk > AutoCAD 2014 , kemudian klik AutoCAD
2014
Pada saat pertama kali aplikasi AutoCAD 2014 dijalankan, akan tampil
halaman AutoCAD 2014 New Feature Workshop (Gambar 5.4).

Gambar 5.4 Tampilan awal AutoCAD 2014

Dalam dialog AutoCAD 2014 New Feature Workshop terdapat animasi


interaktif, tutorial, dan deskripsi singkat yang membantu dalam memahami
komponen-komponen baru yang terdapat dalam AutoCAD 2014.
5.5.1 Ruang Lingkup AutoCAD 2014
Sekarang tutup halaman AutoCAD 2014 New Feature Workshop dengan
memilih pilihan “maybe later” , dan kemudian tekan tombol “ OK” . Akan
tampak tampilan halaman ruang kerja AutoCAD 2014 (Gambar 5.5) dengan

135
setting default.

Gambar 5.5 Halaman ruang kerja AutoCAD 2014

a. Nama File Gambar. Menampilkan nama file dengan ekstension .DWG


b. Pull Down Menu. Terdiri dari menu-menu perintah dalam AutoCAD 2014.
Standard Toolbar. Berisi icon standar perintah-perintah umum dalam AutoCAD
2014.
c. Object Properties Toolbar. Berfungsi untuk manajemen layer, warna, dan
Modify Toolbar. Terdiri dari icon-icon untuk memodifikasi gambar.
Diantaranya adalah erase, copy object, mirror, move, rotate dan array.
d. Draw Toolbar. Terdiri dari icon-icon untuk membuat gambar. Antara lain line
circle, rectangle, point, arc dan hatch.
e. User Coordinate System (UCS) Icon. Menampilkan arah sumbu koordinat di
dalam ruang kerja. Akan sangat berguna pada saat pengerjaan gambar 3D.
Command Prompt. Tempat untuk menuliskan perintah dalam AutoCAD 2014.
terdiri dari dua bagian yaitu: Command Prompt itu sendiri dan Command
History .
f. Status Bar. Menunjukkan posisi koordinat dari kursor. Selain itu terdapat juga
tombol snap, grid, ortho, polar, osnap, otrack, lwt , dan model .
g. Scrool Bars. Berfungsi untuk menggulung atau menggeser layar. Selain toolbar
seperti yang disebutkan diatas, masih ada banyak toolbar yang lain. Yang dapat

136
ditampilkan dengan cara sebagai berikut (Gambar 5.6):
1) Klik menu View > Toolbar
2) Pada layer Costumize pilih toolbar yang akan ditampilkan dengan memberi
tanda cek pada kotak kosong di sebelah kiri. Jika sudah, klik tombol close.

Gambar 5.6 Customize Toolbar

5.5.2 Drawing dalam AutoCAD 2014


Di dalam AutoCAD 2014 terdapat dua koordinat, pertama adalah
koordinat kartesian (Gambar 5.7(a)) dan yang kedua adalah koordinat polar
(Gambar 5.7(b)). Dalam koordinat kartesian terdapat tiga sumbu koordinat, yaitu
sumbu x, y, dan z. Posisi suatu titik ditentukan dengan nilai ketiga sumbu tersebut,
dan ditulis (x, y, z). Sedangkan dalam koordinat polar hanya terdapat 2 nilai, yaitu
r sebagai representasi dari jarak, dan sebagai sudut.

(a) (b)
Gambar 5.7 Dua Jenis Koordinat

a. Memulai Gambar
Jalankan aplikasi AutoCAD 2014

137
1) Klik tombol Start > All Programs > AutoCAD 2014 , kemudian klik
AutoCAD 2014 .
2) Ketika muncul AutoCAD 2014 New Feature Workshop pilih Maybe later
kemudian tekan OK .
3) Sekarang anda berada di layer utama AutoCAD 2014.
b. Draw Toolbar
Disini akan diuraikan secara singkat perintah-perintah yang ada dalam Draw
Toolbar.
1) Line
Icon Group Command Keterangan Draw Toolbar LINE; L Untuk
membuat garis. Diatas telah dijelaskan bahwa ada dua koordinat dalam
AutoCAD 2014. Sehingga ada dua macam cara juga dalam membuat gambar
dalam AutoCAD. Yang pertama adalah dengan menggunakan koordinat
kartesian.
Contoh:
Command: LINE
Specify first point: 0,0 t.1
Specify next point or [Undo]: 100,250 t.2
Specify next point or [Undo]: (enter)
Atau bisa juga menggunakan koordinat absolute.
Contoh:
Command: LINE
Specify first point: 0,0 t.1
Specify next point or [Undo]: @100,250 t.2
Specify next point or [Undo]: (enter)
Sedangkan cara membuat garis dengan menggunakan koordinat polar adalah
sebagai berikut.
Contoh:
Command: LINE
Specify first point: (klik sembarang tempat t.1)
Specify next point or [Undo]: @25<60

138
Specify next point or [Undo]: (enter)
Selain cara-cara di atas, masih ada satu cara lagi. Yaitu dengan menggambar
secara bebas. Namun hal ini tidak menghasilkan gambar dengan ukuran yang
akurat.
Contoh:
(klik icon line)
Command: _line Specify first point: (klik t.1)
Specify next point or [Undo]: (klik t.2)
Specify next point or [Undo]: (klik t.3)
Specify next point or [Close/Undo]: (klik t.4)
Specify next point or [Close/Undo]: (klik t.5)
Specify next point or [Close/Undo]: (enter)
Construction line digunakan untuk membuat garis dengan panjang yang tak
terbatas. Digunakan sebagai garis konstruksi pada gambar.
2) Membuat garis konstruksi horisontal
Command: XLINE
Specify a point or [Hor/Ver/Ang/Bisect/Offset]: Hor
Specify through point: (klik sembarang titik t.1)
Specify through point: (enter)
3) Membuat garis konstruksi vertical
Command: XLINE
Specify a point or [Hor/Ver/Ang/Bisect/Offset]: Ver
Specify through point: (klik t.1)
Specify through point: (enter)
4) Membuat garis konstruksi dengan sudut tertentu
Command: XLINE
Specify a point or [Hor/Ver/Ang/Bisect/Offset]: Ang
Enter angle of xline (0) or [Reference]: (sudut yang diinginkan exp. 30 )
Specify through point: (klik t.1)
Specify through point: (enter)
5) Membuat garis konstruksi sejajar dengan garis lain

139
Command: XLINE
Specify a point or [Hor/Ver/Ang/Bisect/Offset]: Offset
Specify offset distance or [Through] <10.0000>: 10 (jarak antar garis)
Select a line object: (klik t.1)
Specify side to offset: (klik t.2)
Select a line object: (enter)
6) Metode Start-Center-Angle .
Membuat busur dengan cara menentukan titik awal (yang melalui busur),
titik pusat busur, dan sudut busur.
Command: ARC
Specify start point of arc or [Center]: (klik t.1)
Specify second point of arc or [Center/End]: C
Specify center point of arc: (klik t.2)
Specify end point of arc or [Angle/chord Length]: A
7) Metode Start-Center-Length .
Membuat busur dengan cara menentukan titik awal, titik pusat, dan panjang
tali busur.
Command: ARC
Specify start point of arc or [Center]: (klik t.1)
Specify second point of arc or [Center/End]: C
Specify center point of arc: (klik t.2)
Specify end point of arc or [Angle/chord Length]: L
Specify length of chord: ( masukkan panjang tali busur) tali busur
8) Metode Start-End-Angle .
Membuat busur dengan cara menentukan titik awal, titik akhir, dan sudur
busur.
Command: ARC
Specify start point of arc or [Center]: (klik t.1)
Specify second point of arc or [Center/End]: E
Specify end point of arc: (klik t.2)
Specify center point of arc or [Angle/Direction/Radius]: A

140
Specify included angle: (masukkan besar sudut exp. 60° )
9) Metode Start-End-Direction .
Membuat busur dengan cara menentukan titik awal, titik akhir dan arah
tangensial dari titik awal busur.
Command: ARC
Specify start point of arc or [Center]: (klik t.1)
Specify second point of arc or [Center/End]: E
Specify end point of arc: (klik t.2)
Specify center point of arc or [Angle/Direction/Radius]: D
Specify tangent direction for the start point of arc: (masukkan nilai arah
tangensial exp. 60)
10) Metode Start-End-Radius .
Membuat busur cara menentukan titik awal, titik akhir dan radius busur.
Command: ARC
Specify start point of arc or [Center]: (klik t.1)
Specify second point of arc or [Center/End]: E
5.5.2 Menggambar 3D
Sebelum memulai menggambar object 3D, sebaiknya kemampuan untuk
menggambar object 2D diperdalam dahulu. Selain itu koordinat kartesian 3D
(sumbu x, y, dan z) juga harus dipahami secara seksama. Inti menggambar 3D
adalah kemampuan untuk berkhayal di dalam pikiran yang kemudian dituangkan
dalam sebuah lembar kerja.
Dalam menggambar object 3D user dituntut untuk mampu menggunakan
perintah vpoint atau view, yaitu perintah untuk melihat object dari beberapa sudut.
Tanpa perintah ini user akan kesulitan untuk menggambar. Selain itu object 3D
yang telah jadi akan hanya tampak 2D jika tidak dilihat dari beberapa sudut.
a. Surface Modelling
Object 3D yang terjadi merupakan object 3D yang memiliki ketebalan tertentu.
Mengganti ketebalan object 2D
Buat object 2D
Kemudian ikuti perintah berikut

141
Command: vpoint
Current view direction: VIEWDIR=0.0000,0.0000,1.0000
Specify a view point or [Rotate] <display compass and tripod>: R
Enter angle in XY plane from X axis <270>: 30
Enter angle from XY plane <90>: 30
Regenerating model.
Command: CHANGE
Select objects: (seleksi object)
Select objects: (enter)
Specify change point or [Properties]: P
Enter property to change [Color /Elev /Layer /LType /ltScale
/LWeight/Thickness]: T
Specify new thickness <0.0000>: 150
Enter property to change [Color /Elev /Layer /LType /ltScale
/LWeight/Thickness]: (enter)
Command: Specify opposite corner:
Command: SHADEMODE
Current mode: 3D wireframe
Enter option [2D wireframe /3Dwireframe /Hidden /Flat /Gouraud
/fLat+edges/gOuraud+edges] <3D wireframe>: H
b. 3D Mesh
Icon Group Command Keterangan
Surfaces Toolbar 3DMESH Untuk membuat object polymesh dengan
menentukan per titik. Contoh:
Command: 3DMESH
Enter size of mesh in M direction: 3
Enter size of mesh in N direction: 3
Specify location for vertex (0, 0): 1,1,0
Specify location for vertex (0, 1): 2,1,0
Specify location for vertex (0, 2): 3,1,0
Specify location for vertex (1, 0): 1,2,1

142
Specify location for vertex (1, 1): 2,2,1
Specify location for vertex (1, 2): 3,2,1
Specify location for vertex (2, 0): 1,3,0
Specify location for vertex (2, 1): 2,3,0
Specify location for vertex (2, 2): 3,3,0
Kemudian rubah sudut pandangnya
c. Revolved Surface
Icon Group Command Keterangan Surfaces Toolbar REVSURF Untuk
membuat object polymesh dengan memutar object 2D.
Contoh:
Command: SURFTAB1
Enter new value for SURFTAB1 <6>: 100
Command: SURFTAB2
Enter new value for SURFTAB2 <6>: 100
Command: REVSURF
Current wire frame density: SURFTAB1=100 SURFTAB2=100
Select object to revolve: (seleksi object yang diputar)
Select object that defines the axis of revolution: (seleksi sumbu putar)
Specify start angle <0>: (klik t.1) Specify second point: (klik t.2)
Specify included angle (+=ccw, -=cw) <360>: (enter)
d. Tabulated Surface
Icon Group Command Keterangan Surfaces Toolbar TABSURF. Untuk
membuat object polymesh dengan path.
e. Etup Drawing
Icon Group Command Keterangan Solids Toolbar SOLDRAW. Untuk
membuat profil dari potongan dalam viewport yang dibuat oleh perintah
solview.
Command SOLDRAW harus dilakukan di dalam tampilan Layout .
Contoh:
Command: SOLDRAW
Select viewports to draw (seleksi viewport yang dibuat oleh perintah

143
solview). Hasil yang terjadi adalah gambar profil 2D yang terdiri dari 4 layer
yang berinisial VIS, HID, dan DIM.
f. Setup View
Icon Group Command Keterangan Solids Toolbar SOLVIEW. Untuk membuat
viewport yang berisi tampilan tegak lurus dengan potongan dari object 3D yang
telah ditentukan.
Command SOLVIEW harus dilakukan di dalam tampilan Layout.
Solview akan membuat 3 layer yang kemudian akan dipakai oleh perintah
Soldraw. Berikut layer-layer tersebut:
Nama view – VIS berisi garis-garis terlihat
Nama view – HID berisi garis-garis tersembunyi
Nama view – DIM berisi dimensi
Contoh:
Command: SOLVIEW
Enter an option [Ucs/Ortho/Auxiliary/Section]: O (pilih salah satu disini
dimisalkan dipilih Ortho)
Specify side of viewport to project: (klik sisi acuan)
Specify view center: (klik tempat untuk viewport baru)
Specify view center <specify viewport>: (enter)
Specify first corner of viewport: (klik titik awal viewport -> missal pojok kiri
atas)
Specify opposite corner of viewport: (klik titik akhir viewport -> misal pojok
kanan bawah)
Enter view name: (masukkan nama viewport baru yang terbentuk)
g. Setup Profile
Icon Group Command Keterangan Solids Toolbar SOLPROF. Untuk membuat
profil dari solid 3D tanpa merubah kondisi solid 3D aslinya.
Untuk perintah SOLPROF harus dilakukan di dalam layout dengan tab model
aktif (tab model terdapat pada status bar).
Contoh:
Command: SOLPROF

144
Select objects: 1 found
Select objects:
Display hidden profile lines on separate layer? [Yes/No] <Y>:
Project profile lines onto a plane? [Yes/No] <Y>:
Delete tangential edges? [Yes/No] <Y>:

5.6 Penskalaan Gambar

Teknik penggambaran menggunakan skala pada AutoCAD sedikit berbeda


dengan penggambaran secara manual. Pada penggambaran secara manual, awalnya
harus dibagi ukuran sebenarnya dengan skala yang telah ditentukan kemudian hasil
bagi itulah yang digambar pada kertas. Sedangkan pada AutoCAD hanya perlu
memasukkan ukuran gambar asli, sebagai contoh ukuran asli dari sebuah balok
adalah 10 x 20 m. Angka inilah yang perlu dimasukkan dalam gambar. Penskalaan
gambar pada AutoCAD baru diterapkan dalam batas gambar nantinya. Batas
gambar (limit) itu sendiri dalam AutoCAD adalah batas dimana penggambaran
dilakukan didalamnya dan gambar yang berada didalam limit gambar tersebut
dapat dilakukan pencetakan.
Di pasaran banyak tersedia ukuran kertas yang telah disesuaikan secara
internasional contohnya A0, A2, A4, dll. Masing-masing dari kertas tersebut
tentunya mempunyai ukuran standar masing-masing. Misal kertas A3 mempunyai
ukuran kertas 420 x 297 mm. Namun dalam pencetakannya nanti juga harus
menentukan margin kertas. Margin kertas tersebut selain dapat berfungsi sebagai
tempat pencengkeraman plotter, namun dapat pula untuk memperindah tampilan
cetak nantinya. Berikut ini daftar ukuran kertas dan margin kertas standar yang
banyak terdapat di pasaran:
A0 1189 841 1154 821
A1 841 594 806 574
A2 594 420 559 400
A3 420 297 385 277
A4 210 297 175 277
a. Zoom Scale

145
Icon Group Command Keterangan Zoom Toolbar Zoom. Memperbesar atau
memperkecil tampilan dari object.
Perintah ZOOM ini juga bisa dipergunakan untuk mengatur skala untuk
keperluan cetak. Untuk hal ini, setiap langah dilakukan dalam tampilan Layout.
Contoh:
(Tekan tombol )
Command: '_zoom
Specify corner of window, enter a scale factor (nX or nXP), or
[All/Center/Dynamic/Extents/Previous/Scale/Window/Object] <real time>: _s
Enter a scale factor (nX or nXP): (masukkan skala kemudian pilihan X atau
XP -> missal 5XP)
b. Perbedaan X dengan XP:
Untuk X, zoom dilakukan secara relative gambar yang tampil saat itu.
Sedangkan XP , merupakan zoom absolute atau zoom dengan acuan ukuran
yang sebenarnya. Misalnya jika 0.5 XP brarti setengah dari ukuran object yang
sebenarnya.

146
DAFTAR PUSTAKA

Baer, Charles J & Ottaway John R. (1980), Electrical and Electronics Drawing
Fourth Edition. Mc Graw-Hill Company.

Harten, P. Van & E. Setiawan (1991). Instalasi Listrik Arus Kuat 1. Binacipta.
http://nenkudo.blogspot.com/2013/04/simbol-dan-fungsi-komponen-
elektronika.html#ixzz3gTlVB9w5

http://teknikelektronika.com/jenis-jenis-komponen-elektronika-beserta-fungsi-
dan-simbolnya/

Koch, Robert. (1997). Perencanaan Instalasi Listrik. Angkasa. Bandung.


Slamet Mulyono & Djihar Pasaribu (1978). Menggambar Teknik
Listrik2.Depdikbud.

Suryatmo, F. (1993). Teknik Listrik Instalasi Penerangan. Rineka Cipta.


Jakarta.

Takeshi Sato & N. Sugiarto. (1986). Menggambar Mesin Menurut Standar


ISO. Pradnya Paramita. Jakarta.

__________, Laporan Tugas Aplikasi Komputer II, Teknik Elektro D III,


UNISMA, Bekasi, Angkatan 2014.

147

Anda mungkin juga menyukai