Anda di halaman 1dari 140

MODUL GAMBAR TEKNIK

Disusun oleh:
Dr. MURAD M. S., M.T.
Dosen Jurusan Teknik Pertambangan FT UNP

Untuk kalangan sendiri


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………… i


KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………… iii
TINJAUAN MATA KULIAH ……………………………………………….. 1

BAB I. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN MENGGAMBAR ………… 5


A. Pendahuluan …………………………...………………………... 5
B. Materi Pambahasan ……………………………………………... 5
C. Latihan ………………………………………………………...... 35
D. Rangkuman ……………………………………………………... 41
BAB II. KONSTRUKSI GEOMETRI ……………………………….………... 42
A. Pendahuluan …………………………...………………………... 42
B. Materi Pambahasan ……………………………………………... 43
C. Latihan ………………………………………………………...... 63
D. Rangkuman ……………………………………………………... 64
BAB III. PROYEKSI ………………..……………………………….………... 66
A. Pendahuluan …………………………...………………………... 66
B. Materi Pambahasan ……………………………………………... 67
C. Latihan ………………………………………………………...... 109
D. Rangkuman ……………………………………………………... 112
BAB IV. SAMBUNGAN DAN HUBUNGAN KAYU …..……….………...... 113
A. Pendahuluan …………………………...………………………... 113
B. Materi Pambahasan ……………………………………………... 114
C. Latihan ………………………………………………………...... 134
D. Rangkuman ……………………………………………………... 136
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………............... 138

iii
T injauan Mata Kuliah

Deskripsi Mata kuliah

Mata kuliah Gambar Teknik termasuk dalam kelompok Mata Kuliah


Keilmuan dan Keterampilan (MKK), merupakan dasar mata kuliah Konstruksi
Bangunan Gedung dan pendukung mata kuliah Ilmu Ukur Tanah, dengan materi
meliputi fungsi dan pemeliharaan peralatan gambar, etiket gambar, geometris
gambar, unsur-unsur menggambar teknik, gambar proyeksi, sketsa, perspektif,
serta menggambar konstruksi sambungan dan hubungan kayu, batu, dan pipa.
Pengetahuan dasar ini sangat berguna sekali bagi anda dalam mengikuti
perkuliahan berikutnya mengenai perihal dasar-dasar menggambar teknik,
sehingga anda dapat belajar cara membaca gambar serta dapat melaksanakan dan
merencanakan suatu gambar yang dapat dibaca oleh orang lain.
Kompetensi yang diharapakan setelah mempelajari materi ini; anda dapat
mengenal peralatan menggambar, dapat menggunakan peralatan menggambar,
dapat menerapkan normalisasi dan proyeksi pada gambar bangunan, serta dapat
membaca gambar-gambar teknik sipil dan bangunan.

Isi Buku Ini

Buku ini memuat berbagai pokok bahasan yang penting untuk anda
pelajari dan pahami serta melaksanakannya. Dalam bab pertama dikemukakan
mengenai pengenalan gambar teknik mulai dari pengertian gambar teknik yang
merupakan suatu ungkapan dari suatu gagasan atau pemikiran mengenai suatu
sistem, proses, cara kerja, gejala, konstruksi, spesifikasi, diagram, bagan,
rangkaian dan petunjuk yang bertujuan untuk memberikan instruksi dan informasi
yang dinyatakan dalam bentuk gambar atau lukisan teknis maupun lukisan seni.

1
Peralatan menggambar berkaitan dengan penggunaan dan perawatan, dalam
membuat gambar teknik anda memerlukan berbagai jenis peralatan dan
perlengkapan guna menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen. Diantaranya,
ialah meja gambar sebagai perlengkapan utama. Alat-alat lain yang diperlukan
ialah siku-siku, penggaris panjang, penggaris fleksibel, jangka, pensil, pena
teknik, pensil mekanis, perlengkapan koreksi, sablon, kertas gambar, mesin
gambar, letraset, dan komputer gambar. Elemen-elemen gambar berupa jenis-jenis
garis, standar huruf dan angka untuk melengkapi dan memperjelas informasi
gambar. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah penggunaan skala, ukuran
dan simbol-simbol gambar teknik sipil dan bangunan yang merupakan
kelengkapan gambar teknik. Dengan menguasai bab ini anda dapat memahami
konsep dasar gambar teknik dan mengaflikasikannya dalam membuat gambar-
gambar konstruksi bangunan serta mempermudah dalam membaca gambar.
Untuk membahas konsep dasar gambar teknik lebih lanjut disusun Bab II
yang berisikan konstruksi geometri diantaranya bagaimana membuat sudut-sudut
istimewa, membagi garis, melukis garis singgung, segi banyak beraturan, ellips,
parabola, dan hiperbola. Penerapan dilapangan pada bangunan, bentuk-bentuk
geometris biasanya dapat ditemukan pada kolom, jendela, pintu, atap, dan bak air.
Dalam bab dua ini juga diuraikan bagaimana cara dan langkah kerja membuat
konstruksi geometri yang umumnya digunakan untuk memindahkan tekanan
(gaya) yang diterima di bagian geometris tersebut ke bagian konstruksi yang
berfungsi sebagai pemikul tekanan/gaya yang diterima disamping mempunyai
fungsi estetika untuk memperindah bentuk. Dengan menguasai bab ini diharapkan
anda dapat memahami dan membuat gambar konstruksi geometri dan
menerapkannya pada gambar konstruksi bangunan.
Dalam bab tiga dibahas secara khusus mengenai gambar proyeksi, yaitu
gambaran dari perpotongan garis-garis proyeksi yang ditarik antara titik
pandangan (mata), benda, dan bidang proyeksi. Kemampuan anda memahami
gambar proyeksi sangat diperlukan sekali karena sistem penggambaran proyeksi
banyak ditemukan dalam gambar-gambar bangunan. Gambar teknik dapat berupa
gambar dua dimensi dan tiga dimensi. Gambar dua dimensi lebih dikenal dengan

2
gambar proyeksi biasa atau proyeksi majemuk, yang penggambarannya dapat
menggunakan dua pendekatan, proyeksi Amerika dan proyeksi Eropa. Gambar
tiga dimensi dikelompokkan pula atas beberapa jenis yang secara detail akan
dibahas dalam bab ini. Dalam menggambar proyeksi, anda diharapkan dapat
menggambarkan pandangan ketiga dari suatu benda.. Tiga pandangan utama
dalam gambar teknik adalah tampak atas, tampak depan dan tampak samping
kiri/kanan. Dengan menguasai bab ini diharapkan anda dapat memahami dan
membuat gambar proyeksi bidang dua dimensi dan proyeksi ruang tiga dimensi
dan menerapkannya pada gambar konstruksi bangunan.
Dalam bab empat berisi materi tentang gambar sketsa yang merupakan
penggambaran suatu objek dengan tangan tanpa dibantu alat-alat gambar khusus.
Dalam gambar teknik sketsa berguna untuk keperluan-keperluan segera, misalnya
saat menemui kesulitan pelaksanaan di lapangan. Pada bab empat ini juga dibahas
mengenai gambar perspektif. Banyak aspek yang perlu diketahui mengenai unsur-
unsur pokok yang terdapat pada gambar perspektif, baik perspektif satu titik
lenyap maupun perspektif dua titik lenyap. Lebih jauh mengenai langkah-langkah
pembuatan gambar perspektif satu titik lenyap dan perspektif dua titik lenyap akan
dibahas secara rinci dalam bab ini. Dengan menguasai bab ini diharapkan anda
dapat memahami prinsif gambar perspektif dan mampu menggambarkannya
dengan bantuan gambar bentuk denah ruangan atau objek suatu benda dan data-
data komponen perspektif.
Bab kelima yang merupakan bab terakhir dalam buku ajar ini berisikan
materi konstruksi sambungan dan hubungan kayu, batu, dan pipa. Bab ini
mengemukakan berbagai teknik sambungan dan hubungan kayu, batu dan pipa
dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi serta mengaflikasikannya pada gambar
konstruksi bangunan.

Cara Menggunakan Buku Ini

Buku ajar ini harus anda pelajari secara runtut sesuai dengan pokok
bahasan, mulai dari bab satu sampai dengan bab terakhir. Setelah anda pelajari

3
dan pahami bab satu baru anda lanjutkan pada bab selanjutnya. Setiap
pembahasan dilengkapi dengan contoh-contoh gambar agar memudahkan anda
untuk memahami setiap materi yang dibahas dan menuntun anda dalam
menyelesaikan tugas-tugas menggambar teknik.
Disamping berfungsi sebagai referensi bagi anda, keseluruhan materi yang
dibahas pada setiap bab memberikan tuntunan dan panduan bagi saudara dalam
membuat tugas menggambar teknik.
Dengan kata lain, setelah mempelajari buku ini, anda diharapkan dapat:
1. Mengenal peralatan menggambar, baik peralatan utama maupun peralatan
pembantu;
2. Menggunakan dengan baik peralatan menggambar;
3. Menerapkan normalisasi dan proyeksi pada gambar bangunan;
4. Membuat dan membaca gambar-gambar teknik sipil dan bangunan.

Keterampilan-keterampilan anda dalam memahami isi buku ajar ini dapat


diaplikasikan untuk setiap mata kuliah yang disampaikan oleh dosen bidang studi.

4
Gambar Teknik Bab 1

BAB I
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
MENGGAMBAR TEKNIK

A. Pendahuluan

Pada pembahasan bab ini diharapkan anda dapat memahami konsep


dasar gambar teknik dan mengaflikasikannya dalam membuat gambar
konstruksi bangunan. Adapun pokok bahasan mengenai pengenalan gambar
teknik, peralatan menggambar, dan elemen-elemen gambar, skala, ukuran, dan
simbol-simbol gambar.

Sebagai pemula diharapkan anda memahami betul konsep dasar


menggambar teknik yang akan dibahas pada materi ini. Adapun sub pokok
bahasan materi yang akan disajikan berisikan :

 Pengenalan gambar teknik


 Peralatan menggambar berkaitan dengan penggunaan dan perawatan
 Elemen-elemen gambar
 Skala gambar
 Ukuran Gambar
 Simbol-simbol gambar

B. Materi Pembahasan

Pada awal pertemuan ini perlu anda ketahui apakah yang dimaksud
dengan gambar teknik. Gambar teknik adalah suatu ungkapan dari suatu
gagasan atau pemikiran mengenai suatu sistem, proses, cara kerja, gejala,
konstruksi, spesifikasi, diagram, bagan, rangkain dan petunjuk yang bertujuan
untuk memberikan instruksi dan informasi yang dinyatakan dalam bentuk
gambar atau lukisan teknis maupun lukisan seni. Bentuk lukisan seni dalam
hal ini mengenai aspek keindahan bentuk, sedangkan bentuk lukisan teknis

5
Gambar Teknik Bab 1

menyangkut segi ukuran, segi posisi, segi permukaan benda dan fungsi garis-
garis benda serta segi kepraktisan objek yang dilukiskan.
Didalam dunia industri, gambar teknik merupakan salah satu
penunjang bagi kegiatan produksi. Hal ini disebabkan, pada proses produksi
gambar teknik dibutuhkan sebagai alat komunikasi antara perencana dan
pelaksana dalam bentuk “bahasa gambar” yang diungkapkan secara praktis,
jelas, mudah dipahami oleh kedua belah pihak (komunikatif) dan mudah
dilaksanakan. Untuk hal itu, perencana harus memberikan gambar yang
lengkap sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, yang juga dipelajari
oleh pelaksana, sehingga pelaksana dapat memberikan suatu kesimpulan
mengenai bentuk dan ukuran dari alat atau benda kerja yang akan dibuat.
Untuk bisa membaca suatu gambar teknik, kita harus paham mengenai
perihal dasar-dasar menggambar teknik, sehingga kita dapat belajar cara
membaca gambar. Hal tersebut tidaklah begitu sukar, apabila kita telah
mengetahui dan memahami benar-benar segala petunjuk-petunjuk dan
normalisasi yang telah berlaku. Sehingga dari segala hal-hal yang telah kita
pelajari dari ketentuan, petunjuk dan normalisasi pada dasar-dasar
menggambar teknik tersebut, anda dapat diharapkan melaksanakan dan
merencanakan dari suatu gambar teknik yang dapat dibaca oleh orang lain.
Para perencana memerlukan berbagai jenis peralatan dan perlengkapan
guna menyelesaikan tugas mereka. Di antaranya, ialah meja gambar atau
papan gambar yang bisa diatur. Sebagai alat penerangan terutama pada malam
hari, dianjurkan agar dipakai lampu yang dapat diatur. Alat-alat gambar lain
yang diperlukan ialah siku-siku, penggaris panjang, penggaris fleksibel,
jangka, pensil, pena teknik, pensil mekanis, perlengkapan koreksi, sablon,
kertas gambar, mesin gambar, letraset, komputer gambar dan disain yang
sudah umum dipakai untuk merencanakan pekerjaan-pekerjaan arsitektur.

1. Meja Gambar dan Mesin Gambar

Meja gambar merupakan perlengkapan utama bagi seorang juru


gambar. Bisa saja seseorang menggambar di segala tempat, tetapi hasil

6
Gambar Teknik Bab 1

maksimum sulit dicapai. Dengan meja gambar khusus yang dapat diatur
sudut kemiringannya dan tinggi rendahnya, juru gambar dapat lebih leluasa
bergerak. Selain itu posisi menggambar bisa disesuaikan dengan skala
tubuhnya dalam keadaan berdiri atau duduk.
Adapun spesifikasi meja gambar :
 Bahan : papan, kayu lapis, kayu partisi yang lunak dan kering, kaca
 Datar dan tidak melengkung, tepi meja lurus dan siku
 Ukuran bermacam-macam sesuai ukuran kertas
 Dapat dilengkapi dengan mesin gambar/ lampu

Untuk ukuran meja gambar dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini,

Tabel I. Ukuran Meja Gambar


Kode Ukuran Meja (mm) Untuk Kertas

D0 1500 x 1000 x 25 A0
D1 1000 x 700 x 25 A1
D2 700 x 500 x 15 A2
D3 500 x 350 x 15 A3

2. Siku-Siku

Dalam dunia menggambar, dikenal dua jenis siku-siku, yaitu siku-


siku T yang berguna untuk menarik garis horizontal pada meja gambar dan
sepasang segitiga siku-siku yang secara tergabung dapat digunakan untuk
menarik garis vertikal, garis dengan sudut 15, 30, 45, 60, 75, dan 90.
(lihat gambar 1)

3. Penggaris Panjang

Penggaris panjang dengan skala ukuran sangat diperlukan, baik


yang panjangnya 20 cm, 30 cm, 50 cm, 60 cm maupun yang 150 cm.
Penggaris, terutama yang panjang baik kalau digunakan untuk menarik

7
Gambar Teknik Bab 1

garis-garis pada penggambaran gambar perspektif dengan titik lenyap yang


jauh. (lihat gambar 2)

4. Penggaris Lengkung dan Penggaris Fleksibel

Baik penggaris lengkung maupun penggaris fleksibel berguna


untuk manarik garis lengkung yang tidak mempunyai titik pusat/ radius
tertentu bagi jangka. Penggaris ini sangat fungsional untuk menggambar
proyeksi atau perspektif. Penggaris lengkung ada tiga buah dalam satu set,
sering disebut dengan penggaris Perancis. Sedangkan penggaris fleksibel
ada bermacam-macam bentuk dan panjangnya, juga bervariasi dari yang
30 cm, 40 cm, 50 cm, hingga yang 60 cm panjangnya (lihat gambar 3 dan
gambar 4).

5. Jangka

Jangka dapat digunakan untuk membuat sebuah lingkaran, pembagi


jarak untuk memindahkan titik dari satu gambar skala dan membuat garis
parabola. Jenis alat ini juga bermacam-macam, yaitu : jangka pembagi,
jangka biasa, jangka nol dan jangka batang (lihat gambar 5).

6. Pensil

Pensil yang digunakan untuk menggambar berbeda-beda sesuai


dengan maksud dan tujuan penarikan garis. Di pasaran pensil bisa
didapatkan dengan mudah dalam berbagai jenis, yaitu :
- pensil yang sangat keras : 9 H, 8 H, 7 H
- pensil yang keras : 6 H, 5 H, 4 H, 3 H, 2 H, H
- pensil yang sedang : F, HB, 2 B
- pensil yang lunak : 3 B, 4 B, 5 B
- pensil yang sangat lunak : 6 B, 7 B, 8 B

8
Gambar Teknik Bab 1

Gambar I-1.

Siku-siku T sepasang segitiga siku-siku yang dapat digunakan


Untuk menarik garis dengan sudut-sudut 15, 30, 45, 60, 75, dan 90

9
Gambar Teknik Bab 1

Penggaris panjang

Penggaris panjang tiga daun dengan 12 pembagian skala

Gambar I-2.

Salah satu penggaris panjang yang ada di pasaran.


Atas: Penggaris biasa dengan dengan panjang 30 cm dan bawah:
Penggaris dengan 12 skala ukuran yang bias dipilih skalanya

10
Gambar Teknik Bab 1

Gambar I-3.

Satu set Penggaris lengkung;


disebut juga penggaris Perancis

Gambar I-4.

Penggaris fleksibel yang bias dilekukkan


sesuai keinginan

Untuk gambar sketsa dan gambar bebas tangan, biasa digunakan


pensil B sampai 4 B.

7. Rapido atau Pena Teknik

Dalam menampilkan gambar, ahli-ahli gambar arsitektur banyak


dibantu oleh pena ini. Beberapa tahun yang lalu, orang memakai pena
bilah atau trek-pen, yang mempunyai bilah yang dapat diatur untuk

11
Gambar Teknik Bab 1

menghasilkan bermacam-macam ketebalan garis. Sekarang pena seperti itu


sudah ketinggalan jaman dan menjadi tidak praktis. Sebagai gantinya
dipakai rapido (dari kata Rapidograph) atau pena teknik. Setiap rapido
mempunyai ketebalan tertentu. Maka untuk membuat gambar dengan lebih
dari satu ketebalan garis, diperlukan rapido dalam jumlah yang sama.
Masing-masing rapido diberi tanda berwarna pada leher pena atau
tutupnya sesuai dengan ketebalan garis yang dihasilkan. Pada salah satu
jenis rapido, terdapat 9 warna pengenal untuk ketebalan garis tertentu,
yaitu :
- ungu : 0,13 - kuning : 0,35 - orange : 1,0
- merah : 0,18 - coklat : 0,5 - hijau : 1,4
- putih : 0,25 - biru : 0,7 - kelabu : 2,0

8. Pensil Mekanis

Pensil semacam ini dipakai dalam teknik menggambar sejak


beberapa tahun yang lalu. Bentuknya sederhana terdiri dari batang pensil
dan sisian pensil. Dalam bidang arsitektur, pensil mekanis sekarang sudah
tidak asing. Keistimewaan pensil ini ialah pada ketebalan garisnya yang
tertentu, ada yang 0,3 mm; 0,5 mm; 0,7 mm; 0,9 mm; 1,8 mm; 2 mm; 3
mm. Bahan isian pensil ini disebut minen. Pada ujung batang pensil
terdapat sarung pelindung pencegah rusaknya minen. Sarung pelindung ini
ada yang bisa masuk mengikuti habisnya minen. Tetapi ada juga yang
tidak masuk dengan panjang 4 sampai 5 mm. Setiap pensil dilengkapi
dengan penghapus karet dan kawat pembersih ujung, yang terdapat di
bawah tombol penekan mekanisme pengelur minen. Sarung pelindung
messin mekanis berukuran 0,3 mm, 0,5 mm, 0,7 mm dan 0,9 mm
berbentuk silinder biasa, sedangkan pada pensil mekanis 1,8 mm, 2 mm
dan 3 mm sarung pelindung itu sekaligus penjepit minennya. Karena
minen terbuat dari karbon dan tanah polimer, maka kecuali bisa untuk

12
Gambar Teknik Bab 1

menulis, menggambar dengan rapi dan bersih di atas kertas tulis atau
kertas gambar biasa, minen bisa dipakai untuk menggambar dan menulis
pada kertas transparan, kertas sintetik dan kertas film. Mengingat variasi
fungsinya, maka minen terdapat dalam beberapa kekerasan yaitu 5 H film,
4 H, 3 H, 2 H, H, H film, HB, HB film, B, 2 B dan F. Pensil ini bisa
dipakai
langsung untuk menggambar, menulis maupun untuk membuat
sketsa sebelum dibuat gambar dengan tinta. Penggunaan pensil mekanis
menghasilkan gambar yang tepat, jelas, rapi serta bersih.

9. Perlengkapan Koreksi

Bagi seorang perencana tersedia penghapus yang bervariasi.


Penghapus karet dipakai untuk menghapus garis-garis pengsil. Garis tinta
bisa dihapus dengan penghapus keras. Sedangkan penghapus karet kimia
digunakan untuk menghapus tinta pada kertas transparan. Penghapus karet
kimia ini bekerja secara kimiawi tanpa merusak permukaan kertas. Perlu
juga disebut penghapus listrik yang cepat kerjanya, tidak merusak
permukaan kertas, bisa digunakan untuk menghapus garis tipis-halus
maupun alat penghapus dalam bentuk cairan (trichloretan). Cairan putih ini
dioleskan pada garis atau gambar yang hendak dihapus. Cairan koreksi ini
harus dibeli dengan zat pencairnya. Masih ada 2 alat bantu yang besar
gunanya, yaitu sikat gambar dan pelindung penghapus. Alat terakhir ini
berupa lembaran logam tipis atau plastik. Pada lembaran itu terdapat
lubang dengan berbagai bentuk dan ukuran sebagai pembatas daerah yang
perlu dihapus.

10. Sablon

Untuk mempercepat waktu menggambar, diciptakan orang alat


yang disebut sablon. Dengan alat ini, seorang juru gambar dapat dengan

13
Gambar Teknik Bab 1

cepat membuat huruf maupun bentuk tertent. Bisa dikatakan setiap cabang
teknik mempunyai sablonnya sendiri-sendiri. Sablon arsitektur, sablon
instalasi pipa, sablon pneumatik dan sebagainya. Sablon lingkaran, persgi
dan elps mempunyai lubang-lubang dengan ukuran diameter atau sisi
tertentu sehingga harus disesuaikan dalam pemakaian dengan
keperluannya. Sablon huruf mempunyai beberapa variasi ukuran sesuai
dengan rapido yang digunakan. Ada yang berhuruf tegak ada yang miring.

Ukurannya disesuaikan dengan peraturan normalisasi yang dikenal


dengan istilah DIN (Deutsches Institut fuer Normung = Badan Normalisasi
Jerman), DIN 16 dan DIN 17.

Gambar I-5.

Set jangka untuk menggambar teknik.

Keterangan:
Baris kiri dari atas ke bawah: pena bilah besar dengan tangkainya,
jangka pembagi, jangka garpu ganda, tempat minen, tangkai pemanjang,
jangka yang bisa disesuaikan secara cepat.
Baris kanan dari atas ke bawah: obeng penyetel, pena bilah sedang
dengan tangkainya, pena bilah kecil, ujung penitik, jangka pengatur,
jangka pompa, ujung pena bilang sedang, ujung sisipan minen,
jangka universal dengan pengatur.

14
Gambar Teknik Bab 1

Gambar I-6.

Rapido dan cara penggunaan rapido yang benar.


Perlu diperhatikan sudut dan kedudukannya terhadap penggaris
yang berfungsi sebagai penghantarnya.

11. Kertas Gambar

Kertas gambar yang digunakan untuk menggambar teknik pada


umumnya kertas yang berwarna putih dari jenis kertas khusus yang
mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus pula.
Beberapa macam kertas gambar yang digunakan yaitu :

15
Gambar Teknik Bab 1

a. Kertas Gambar
Ciri-cirinya :
- lebih tebal dari kertas HVS
- sifat kaku dan padat
- mempunyai daya serap tinggi
- warna putih bersih
- mempunyai permukaan yang berbeda diantara kedua
sisinya yaitu halus dan kasar
Contoh : kertas manila, kertas padalarang, dan lain-lain.

b. Kertas Kalkir
Ciri-cirinya :
- agak transparan
- mempunyai daya serap rendah
- warna mendekati putih
- sering dipakai untuk menggambar teknik

c. Kertas Roti
Ciri-cirinya :
- sgsk transparan
- warna agak buram
- mempunyai daya serap rendah
- lebih tipis dari kertas HVS

Standarisasi ukuran kertas gambar;


a. Ukuran kertas gambar ditentukan dalam standarisasi ISO (Internasional
Standarization Organization).
b. Ketentuan ukuran kertas gambar tersebut telah diikuti oleh kebanyakan
pabrik yang memproduksinya.

16
Gambar Teknik Bab 1

Tabel 2. Standar Umum ukuran kertas


Golongan Ukuran (mm)
Ukuran Panjang Lebar
Ao 1184 841
Bo 1414 1000
Co 1297 917
Do 1090 717

y = x √2 y
x √2

x
Gambar I-7. Normalisasi Proporsi Kertas Gambar

c. Dalam gambar teknik umumnya digunakan ukuran kertas golongan Ao


d. Ukuran panjang dan lebar kertas gambar ini, didasarkan pada rumus
matematika :
x : y = 1 : 2 ………………………….……….. (1)

e. Luas ukuran pokok kertas Ao adalah 1 m2 , maka


x . y = 1 m2 …………………………………… (2)
f. Dengan menyelesaikan dua persamaan tersebut di atas, maka didapatkan

x 2 2  1 m 2  x . x 2 1 m

17
Gambar Teknik Bab 1

x  0.707  0.840 m atau 840 mm

y  0.840 x 2  1.189 m atau 1189 mm

Selanjutnya lihat Gambar 11 di atas.

a g

d
f h e

Gambar I-8. Ukuran Vertikal Kertas Gambar Teknik

Tabel 3. Standar Ukuran Kertas Gambar Teknik

Golongan U k u r a n (mm)
Ukuran a B C d e f g h
A0 1189 841 10 10 10 20 1169 811
A1 841 594 10 10 10 20 821 564
A2 594 420 10 10 10 20 574 390
A3 420 297 10 10 10 20 400 267
A4 297 210 5 5 5 20 287 185
A5 210 148 5 5 5 20 200 123
A6 148 105 5 5 5 20 138 80

18
Gambar Teknik Bab 1

b h

d
f g e

Gambar I-9. Ukuran Mendatar Kertas Gambar Teknik

Tabel 4. Standar Ukuran Kertas Gambar Teknik

Golongan U k u r a n (mm)
Ukuran a B C D e f g h
A0 1189 841 10 10 10 20 1159 821
A1 841 594 10 10 10 20 811 574
A2 594 420 10 10 10 20 564 400
A3 420 297 10 10 10 20 390 277

105

19
Gambar Teknik Bab 1

.
297

210 192

297

210

Gambar I-10. Cara Melipat Kertas Gambar A2

12. Penunjukan Ukuran

Setiap gambar teknik harus diberi penunjukan ukuran yang jelas,


logis dan lengkap. Jika ukuran-ukuran tersebut tidak jelas, tidak masuk
akal atau tidak logis dan tidak lengkap, menyebabkan para tukang
dibengkel berkemungkinan akan menghitung-hitung pula kembali
berapakah ukuran yang sebenarnya, atau akan mengembalikan saja ke
kantor gambar kembali, dengan alasan tidak bisa dikerjakan karena
beberapa keterangan dibutuhkan tidak lengkap.

20
Gambar Teknik Bab 1

20 B

40 A

1 60 10

80 10

(1)
3 2 4

Gambar I-11. Penunjukan Ukuran

Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam menempatkan


penunjukan ukuran yaitu :

a. Garis Ukuran
Garis ini ditarik dari garis tepi benda. Garis ini halus dan garis tepi
benda ditebalkan (lihat gambar 16)

(10)

(10)

Gambar I-12. Garis Ukuran dan Garis Penunjuk Ukuran

21
Gambar Teknik Bab 1

b. Garis Penunjuk Ukuran


Garis ini halus dan dilukis kira-kira 1 mm dari ujung garis ukuran.
Garis-garis ukuran yang paralel harus sejajar satu sama lain dengan
jarak yang sama kira-kira 10 mm (lihat gambar 16)

c. Penunjuk Ukuran
Penunjuk ukuran biasanya digunakan dengan arah panah. Bentuk
panah harus tajam dengan perbandingan sisi alas dan tinggi 1 : 3.

Gambar I-13. Panah Ukuran

d. Ukuran
Ukuran yang dibuat berupa angka yang diletakkan kira-kira 1 mm di
atas garis penunjuk ukuran. Besar ukuran disesuaikan dengan bentuk
gambar yang dibuat. Angka ukuran bisa dibuat miring atau tegak
disesuaikan dengan kebutuhan.

13. Garis, Huruf dan Angka


a. Garis
Setiap garis mempunyai arti, apakah itu gambar sudut,
perpotongan dua buah bidang, atau sekedar perubahan bahan atau
tekstur. Mutu garis berkaitan dengan tajam dan jelasnya garis,
hitamnya, dan tebalnya. Jika garis yang dibuat dengan tinta hanya
berbeda lebarnya, sedangkan garis yang dibuat dengan pensil dapat
berbeda baik dari lebar maupun tingkat kehitamannya. Jadi garis yang
dibuat dengan pensil ditentukan oleh tingkat pekatnya isi pensil

22
Gambar Teknik Bab 1

(ditentukan oleh jenis pensil, permukaan kertas gambar, kelembaban)


maupun tekanan tangan waktu menggambar. Semua garis harus
dimulai dan diakhiri dengan tegas, ujungnya harus bertemu, selalu
mempunyai kaitan yang logis dengan garis-garis lainnya dari
permulaan sampai akhir.
Pada tabel 5 di bawah ini dijelaskan jenis-jenis garis, ketebalan dan
pemanfaatannya;

Tabel 5. Jenis-jenis Garis

No Tipe Garis Ketebalan Keperluan


1. Garis Penuh 0.6 – 0,8 - Garis yang terlihat
- Garis tepi

2. Garis Strip 0,3 – 0,4 Garis yang tidak


terlihat

3. Garis Pembatas 0,3 – 0,4 Pembatas benda


(Long Break) panjang

4. Garis Strip Titik 0,3 – 0,4 - Sumbu/ poros


- Pembatas dimuka
irisan
- Garis potongan

5. Garis Tipis/ 0,1 – 0,2 - Garis ukuran


Halus - Arsiran

6. Titik-titik 0,1 – 0,2 Bagian yang


…………….. dibongkar

b. Huruf dan Angka


Tujuan pemberian huruf dan angka adalah untuk melengkapi
dan memperjelas informasi gambar tentang spesifikasi, ukuran dan
keterangan lain. Adapun persyaratan pemberian huruf dan angka pada

23
Gambar Teknik Bab 1

gambar teknik agar gambar tersebut dapat dibaca, bentuknya seragam,


dan dapat dikerjakan dengan cepat.
Dalam gambar teknik umumnya digunakan huruf kapital. Jika
dipilih huruf miring kemiringannya dianjurkan 75 .
Ukuran huruf dan angka (ketinggiannya) disesuaikan dengan
kebutuhan, apakah digunakan untuk pemberian judul atau sub judul.
Standar huruf dan angka diperlihatkan pada tabel 6 di bawah ini;

Tabel 6. Ukuran Huruf dan Angka (mm)

Tinggi huruf besar 3,5 5,0 7,0 10,0 14,0


Tinggi huruf kecil 2,5 3,5 5,0 7,0 10,0
Jarak antar huruf 0,7 1,0 1,4 2,0 2,0
Jarak minimum tiap baris 5,0 7,0 10,0 14,0 20,0
Jarak minimum antar kata 1,5 2,1 3,0 4,2 6,0
Tebal huruf dan angka 0,35 0,5 0,7 1,0 1,4

Contoh Huruf/Angka :

Tegak

t abcdefghijklmnop
5/7 t

t 1234567890

t ABCDEFGHIJKLM

t I II V X VIII

24
Gambar Teknik Bab 1

Miring

ABCDEFGHIJKLMNO
PQRSTUVWXYZ
1234567890
abcdefghijklmnopqrs
tuvwxyz

14
ABbDdGgJjLlMm
10 14

2,8

±15º

B± 75º

25
Gambar Teknik Bab 1

Gambar I-14. Pensil Mekanis, Minen dan Macam-Macam


Silinder Pelindung Minen

Gambar I-15. Perlengkapan koreksi: penghapus pensil,


penghapus tinta dan pelindung penghapus

26
Gambar Teknik Bab 1

14. Skala/ Perbandingan Ukuran (PU)


Tujuan pemberian skala/perbandingan ukuran adalah untuk
memperkecil/memperbesar ukuran suatu objek di atas kertas gambar.
Skala yang biasa digunakan adalah skala metric dengan satuan m atau cm,
sedangkan skala arsitek (inci) jarang digunakan. Pada tabel 6 (halaman
26) diperlihatkan penyesuaian penentuan skala untuk beberapa jenis
gambar;

Tabel 6. Penentuan skala disesuaikan dengan macam gambar dan


kebutuhan

Ilmu Ilmu Pesawat Bangunan Jalan Kereta Peta *)


Bangunan dan Elektro Kapal Api dan
teknik Bangunan Air

- 10 : 1 - - -
- 5:1 - - -
- 2:1 - - -
1:1 1:1 1:1 - -
1:5 1:5 1:5 1:5 -
1 : 10 1 : 10 1 : 10 1 : 10 -
1 : 20 1 : 20 1 : 20 1 : 20 -
1 : 50 1 : 50 1 : 50 1 : 50 -
1 : 100 1 : 100 1 : 100 1 : 100 -
1 : 200 - 1 : 200 1 : 200 -
1 : 500 - - 1 : 500 1 : 500
1 : 1.000 - - 1 : 1.000 1 : 1.000
1 : 2.500 1 : 2.500
1 : 5.000
1 : 10.000
1 : 25.000
1 : 50.000

27
Gambar Teknik Bab 1

*)
Peta Skala Besar, 1 : 10.000 s/d 1 : 100
Skala Menengah, 1 : 50.000 s/d 1 : 10.000
Skala Kecil, 1 : 2.500.000 s/d 1 : 50.000

Peta Topografi :
 Reconnaissance : skala 1 : 50.000 s/d 1 : 100.000
 Master Plan : skala 1 : 25.000 s/d 1 : 5.000
 Unit Design : skala 1 : 5.000 s/d 1 : 500

Macam/Jenis Bagian Gambar

Bangunan Gedung :
 Gambar denah, 1 : 100 ; 1 : 200
 Gambar potongan melintang, 1 : 100
 Gambar potongan membujur, 1 : 100
 Gambar tampak/ pandangan muka, 1 : 100
 Gambar pandangan sisi/ samping, 1 : 100
 Gambar sanitasi, 1 ; 100
 Gambar instalasi listrik, 1 : 100
 Gambar detail/ penjelasan, 1 : 10 ; 1 : 5
 Pondasi
 Tangga
 Pintu/ jendela
 Bagian-bagian kuda-kuda
 Sanitasi

 Gambar penulangan beton, 1 : 50 ; 1 : 10 ; 1 : 5


 Lantai
 Balok
 Kolom

28
Gambar Teknik Bab 1

Bangunan Jembatan :
 Gambar situasi, 1 : 1.000
 Gambar denah, 1 : 200 ; 1 : 100
 Gambar potongan melintang, 1 : 200 ; 1 : 100
 Gambar potongan membujur, 1 : 200 ; 1 : 100
 Gambar detail/ penjelasan, 1 : 50 ; 1 ; 20
 Bagian bawah : pondasi, pilar “Abutment”
 Bagian atas : kerangka jembatan

Bangunan Jalan :
 Gambar situasi, 1 : 5.000 ; 1 : 1.000
 Gambar denah, 1 : 200 ; 1 : 100
Dari bagian-bagian jalan yang penting (tikungan/ belokan; tanjakan/
penurunan)
 Gambar potongan melintang dan membujur, 1 : 20 ; 1 : 10
Dari bagian-bagian jalan yang penting antara lain: susunan lapisan
jalan
 Gambar detail/ penjelasan, 1 : 20
 Susunan lapisan perkerasan jalan
 Selokan tepi jalan/ drainase

Bangunan Lapangan Terbang :


 Gambar situasi, 1 : 5.000 ; 1 : 1.000
 Gambar denah, 1 : 500 ; 1 : 200
 Gambar Banguan (lihat: bangunan gedung)

Bangunan Bendungan/ Waduk :


 Gambar situasi, 1 : 5.000 ; 1 : 1.000
 Gambar denah, 1 : 500 ; 1 : 200
Dari bagian-bagian yang penting dari bendungan

29
Gambar Teknik Bab 1

Bangunan Pengairan/ Irigasi :


 Peta situasi, 1 : 5.000
 Gambar trace saluran, 1 : 200
 Gambar profil :
 Memanjang saluran :
- skala memanjang, 1 : 2.000
- skala tinggi, 1 : 100 ; 1 : 50
 Melintang saluran, 1 ; 50

 Gambar bangunan pelengkap yang penting, 1 : 50

15. Simbol-simbol Gambar

Simbol-simbol gambar adalah kelengkapan gambar teknik yang


digunakan untuk mempermudah dalam membaca gambar. Setiap simbol
yang dibuat mempunyai arti dan tujuan, dan biasanya banyak digunakan
pada gambar-gambar detail.
Sebagi alat informasi, gambar teknik memiliki banyak sekali
simbol-simbol yang juga merupakan pengetahuan dasar menggambar.
Simbol-simbol ini berbeda untuk setiap jenis gambar. Gambar bangunan
gedung misalnya, mempunyai simbol yang berbeda dengan gambar
bangunan air. Dalam gambar bangunan gedung terdapat pula jenis-jenis
simbol seperti simbol instalasi listrik, instalasi utilitas, dan lain
sebagainya. Simbol-simbol gambar teknik juga telah distandarkan secara
internasional sehingga dapat dimengerti secara luas. Pada buku ini hanya
dijelaskan sebagian besar simbol-simbol gambar teknik (lihat tabel 7,8,
dan 9), dan diharapkan anda mencari literatur-literatur lain mengenai
simbol-simbol gambar teknik lainnya.

30
Gambar Teknik Bab 1

a. Simbol-simbol Saniter
Pada perencanaan instalasi saniter pada suatu gedung digunakan
simbol-simbol seperti berikut :

1). Simbol-simbol warna

Warna coklat atau garis 1,2 mm Pipa air kotor yang vertikal
Tebal
Warna coklat atau garis 0,8 mm Pipa air kotor yang berhubungan dengan
Tebal alat-alat saniter yang horizontal
Warna orange atau garis putus Pipa pembuatan udara kotor
pendek-pendek 0,3 tebal
Warna biru atau garis putus Pipa air dingin bertekanan tinggi
panjang-panjang 0,3 tebal
Warna hijau atau 0,3 tebal Pipa air dingin dengan tekanan yang
direduksikan
Warna merah muda atau garis Pipa air panas
putus titik pendek 0,3 tebal
Warna merah tua atau garis putus Pipa air panas sirkulasi
Titik panjang 0,3 mm tebal
Wrna kuning atau garis putus dua Pipa gas
Titik 0,3 tebal

2). Simbol-simbol utama

31
Gambar Teknik Bab 1

3). Simbol-simbol sekunder

b. Simbol-simbol Penerangan
Simbol-simbol bahan instalasi penerangan yang biasa digunakan
pada rumah-rumah umumdiantaranya;

32
Gambar Teknik Bab 1

33
Gambar Teknik Bab 1

34
Gambar Teknik Bab 1

C. Latihan
Latihan 1 : Membuat Ukuran Kertas Gambar A4
Petunjuk :
1. Potong kertas gambar A4 dengan ukuran 210 x 297 mm ?
2. Gunakan pensil gambar HB untuk garis gambar dan 2B untuk garis tepi ?
3. Buat garis tepi kiri selebar 20 mm dengan ketebalan garis 0,5-0,6 mm ?
4. Buat garis tepi kanan, atas, dan bawah dengan selebar 5 mm dengan
ketebalan garis 0,5 – 0,6 mm ?
5. Perhatikan tarikan garis dan ketajaman pensil gambar ?
6. Buat blok nama pada sisi bawah kertas gambar (posisi kertas gambar
membujur) ?

Gambar Kerja :

Atas

297
Kiri Kanan

210
Bawah

35
Gambar Teknik Bab 1

Jurusan Judul Gambar Nama 10

No Tanggal NIM grup 10

15 45 65 45 10
Kolom Nama

Latihan 2 : Membuat Huruf dan Angka


Petunjuk :
1. Siapkan kertas gambar A4 dengan garis pinggir dan blok nama untuk
tugas 2 dengan judul Huruf dan Angka?
2. Bagi ruang kertas gambar diatas kolom nama menjadi empat bagian
dengan ketebalan garis gambar 0,3 – 0,4?
3. Pada kolom 1 buatlah huruf besar A sampai Z dengan tinggi huruf 7 mm
(keterangan lain lihat tabel 6) ?
4. Pada kolom 2 buatlah huruf kecil a sampai z dengan tinggi huruf 5 mm ?
5. Pada kolom 3 buatlah angka 1 sampai 0 dengan posisi tegak dengan
tinggi angka 7 mm ?
6. Pada kolom 4 buatlah angka 1 sampai 0 dengan posisi miring dengan
tinggi angka 7 mm ?
7. Perhatikan tarikan garis, ketajaman pensil, konstruksi, komposisi, dan
kebersihan?

Gambar Kerja :
Tinggi 7 mm

ABCDEFGHIJKLMNOPQRST
Tinggi 5 mm

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
Tinggi 7 mm

1234567890

36
Gambar Teknik Bab 1

Tinggi 7 mm

1234567890

Latihan 3 : Membuat Garis


Petunjuk :
1. Siapkan kertas gambar A4 dengan garis pinggir dan dilengkapi dengan
blok nama untuk tugas 3 dengan judul Membuat garis?
2. Bagi ruang kertas gambar diatas kolom nama menjadi empat bagian
dengan ketebalan garis gambar 0,3 – 0,4?
3. Pada kolom 1 buatlah garis lurus sudut 45º dengan menggunakan mistar
(satu set siku-siku), jarak antar garis 3 mm dengan ketebalan garis gambar
0,3 – 0,4 mm?
4. Pada kolom 2 buat garis lurus mendatar (horizontal) dengan jarak antar
garis 3 mm dan ketebalan garis gambar 0,3 – 0,4 mm ?
5. Pada kolom 3 buat garis lurus vertikal dan horizontal dengan jarak antar
garis 3 mm dan ketebalan garis gambar 0,3 – 0,4 mm ?
6. Pada kolom 4 buat garis lurus sudut 45º menyilang dengan jarak antar
garis 3 mm dan ketebalan garis gambar 0,3 – 0,4 mm?
7. Perhatikan ketebalan garis, konstruksi, komposisi, dan kebersihan?

37
Gambar Teknik Bab 1

Gambar Kerja :

Latihan 4 : Simbol Gambar


Petunjuk :
1. Siapkan kertas gambar A4 dengan garis pinggir dan dilengkapi dengan
blok nama untuk tugas 4 Simbol-simbol Gambar Teknik?
2. Buat simbol-simbol bangunan gedung, saniter, instalasi penerangan
dengan menggunakan kolom 1,5 x 3 cm (lihat contoh gambar kerja) dan
dilengkapi dengan keterangan gambar?
3. Perhatikan ukuran huruf, ketebalan garis, konstruksi, komposisi, dam
kebersihan ?
4. Banyaknya simbol yang dibuat tidak dibatasi, dengan catatan bisa
mewakili simbol-simbol bangunan gedung, alat saniter, dan instalasi
penerangan ?

38
Gambar Teknik Bab 1

Gambar Kerja :

Batu Bata Besi Cair/Baja Cair

Tembaga Tuang Aluminium

Besi Tempa Tembaga Tempa

Baja Istimewa Logam Istimewa

Latihan 5 : Skala Gambar


Petunjuk :
1. Siapkan kertas gambar A4 dengan garis pinggir dan dilengkapi dengan
blok nama untuk tugas 5 Skala Gambar?
2. Buat gambar detail pondasi batu kali dengan skala 1 : 10 ?
3. Lengkapi gambar detail dengan simbol gambar, ukuran, dan keterangan
gambar ?
4. Perhatikan tarikan garis, konstruksi, komposisi, dan kebersihan ?

39
Gambar Teknik Bab 1

Gambar Kerja :

40
Gambar Teknik Bab 1

D. Rangkuman

1. Pemahaman mengenai dasar-dasar menggambar teknik sangat diperlukan


bagi mahasiswa teknik sipil dalam mengungkapkan suatu gagasan atau
pemikiran mengenai suatu sistem, proses, cara kerja, konstruksi,
spesifikasi, dan petunjuk dalam bentuk gambar teknik.

2. Dalam mengungkapkan suatu gagasan atau pemikirannya seorang


perencana memerlukan berbagai jenis peralatan dan perlengkapan,
diantaranya :
a. Meja Gambar dan Mesin Gambar
b. Siku-Siku
c. Penggaris Panjang
d. Penggaris Lengkung dan Penggaris Fleksibel
e. Jangka dan Pensil Gambar
f. Rapido
g. Perlengkapan Koreksi
h. Sablon
i. Kertas Gambar

3. Untuk mempermudah dan memahami dalam membaca gambar diperlukan


kelengkapan gambar diantaranya penggunaan skala, ukuran, dan
pemberian simbol-simbol gambar sebagai alat informasi kepada pelaksana
di lapangan.

41
Gambar Teknik Bab 2

BAB II
KONSTRUKSI GEOMETRIS

A. Pendahuluan

Pada bab dua dibahas secara khusus tentang Geometris Gambar, yaitu
bentuk-bentuk istimewa pada suatu benda (objek) tiga dimensi yang
mempunyai volume, berat dan menempati ruang. Setelah membaca bab ini
diharapkan anda dapat memahami konsep konstruksi geometris dan
menerapkannya pada gambar konstruksi bangunan gedung dan sipil. Dalam
bab ini dikemukan pula bagaimana cara membuat sudut-sudut istimewa,
membagi garis, melukis garis singgung, segi banyak beraturan, ellips,
parabola dan hiperbola. Dengan menguasai bab ini anda akan dapat membuat
dan menerapkan konstruksi geometris pada perencanaan konstruksi bangunan
dan mengaflikasikannya di lapangan.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai konstruksi geometris,


diharapkan anda sudah menguasai betul mengenai konsep-konsep
menggambar teknik yang berhubungan dengan jenis-jenis garis, ukuran, huruf
dan angka, serta skala gambar. Dalam bab dua ini juga diuraikan bagaimana
cara dan langkah kerja membuat konstruksi geometris yang umumnya
digunakan untuk memindahkan tekanan (gaya) yang diterima dibagian
geometris tersebut ke bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pemikul
tekanan/gaya yang diterima disamping mempunyai fungsi estetika untuk
memperindah bentuk. Adapun sub pokok bahasan materi yang akan disajikan
berisikan bagaimana cara membuat :

 Sudut-sudut istimewa
 Membagi garis
 Melukis garis singgung
 Segi banyak beraturan
 Ellips, parabola dan hiperbola

42
Gambar Teknik Bab 2

B. Materi Pembahasan

Pada awal pertemuan ini perlu anda ketahui apakah yang dimaksud
dengan Konstruksi Geometris. Konstruksi Geometris berasal dari teori ilmu
ukur (geometri) adalah bentuk-bentuk istimewa pada suatu benda (objek) tiga
dimensi yang mempunyai volume, berat, dan menempati ruang. Pada
konstruksi bangunan, bentuk-bentuk geometris biasanya dapat ditemukan pada
kolom, jendela, pintu, dan bak air. Bentuk-bentuk geometris ini umumnya
digunakan untuk memindahkan tekanan (gaya) yang diterima di bagian
geometris tersebut ke bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pemikul
tekanan/gaya yang diterima tersebut. Selain itu bentuk geometris juga
mempunyai fungsi estetika yaitu untuk memperindah bentuk. Dalam berbagai
hal, bentuk geometris juga digunakan untuk menghemat bahan bangunan.
Benda (objek) terdiri dari beberapa bidang permukaan (polyhedron).
Apabila sebuah benda semua sisinya sama menandakan polyhedronnya teratur
dan bendanya berbentuk kubus. Beberapa bentuk benda diantaranya :

1. Prisma
Mempunyai permukaan penutup (muka atas dan muka bawah)
sama dan sejajar, dan permukaan sampingnya berupa empat persegi
panjang. Prisma dapat dibedakan berdasarkan bentuk dasarnya, yaitu:
prisma bujur sangkar, prisma hexagonal, dan seterusnya.

2. Piramid
Mempunyai bidang dasar dan segitiga miring sebagai sisi-sisi
permukaan.

3. Silinder
Bentuk silinder diperoleh dengan cara memutar sebuah empat
persegi panjang.

43
Gambar Teknik Bab 2

4. Kerucut
Bentuk kerucut diperoleh dengan cara memutar segitiga siku-siku.

Selanjutnya bagaimana cara dan beberapa teknik yang dapat diterapkan dalam
menggambar Konstruksi Geometri, diantaranya :

1. Membagi Dua Sebuah Garis Lurus


Langkah Kerja :
a. Buat dua buah busur lingkaran dengan A dan B sebagai pusat-pusat,
dengan jari-jari sembarang (R); kedua busur saling berpotongan di a
dan b.
b. Tariklah garis ab yang memotong di C.
c. Maka AC = CB.

Gambar II-1

44
Gambar Teknik Bab 2

2. Membagi Sebuat Garis Menjadi Beberapa Bagian Sama Panjang


(misal garis dibagi menjadi 8 bagian)
Langkah Kerja :
b. Tarik garis sembarang I dari A.
c. Ukurkan pada garis I, 8 bagian yang sama panjang dengan memakai
jangka, A1 = 12 = 23 = 34 = 45 = 56 = 67 = 78.
d. Hubungkan titik 8 dengan B.
e. Tariklah dari titik-titik : 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1 garis-garis sejajar dengan
garis 8B; garis-garis ini akan memotong AB di titik-titik yang
membaginya dalam 8 bagian yang sama panjang.

Gambar II-2

3. Memindahkan Sudut
Langkah Kerja :
b. Buat busur lingkaran dengan A sebagai pusat, dengan jari-jarisembaran
(R) yang memotong kaki-kaki sudut AB dan AC di n dan m.
c. Buat pula busur lingkaran dari A1 dengan jari-jari R1 ( R = R1 ), yang
memotong kaki sudut A1C1 di m1.
d. Buat busur lingkaran dari titik m dengan jari-jari r = mn.
e. Buat pula busur lingkatan dengan jari-jari r1 = r dari titik di m1; busur
ini memotong busur yang pertama (jari-jari R1) dititik n1.
f. Tarik garis A1n1 yang merupakan kaki sudut A1B1, maka sudut B1A1C1
= sudut BAC.

45
Gambar Teknik Bab 2

Gambar II-3

4. Membagi Dua Sebuah Sudut


Langkah Kerja :
b. Lingkarkan sebuah busur lingkaran dengan titik A sebagai pusat,
dengan jari-jari sembarang R yang memotong kaki-kaki sudut AB dan
AC di titik-titik P dan Q.
c. Buat dengan P dan Q sebagai pusat busur lingkaran dengan jari-jari
sembarang R2 dan R3 (R2 = R3) yang sama besar. Kedua busur
lingkaran ini berpotongan di T.
d. Tari garis AT, maka sudut BAT = sudut TAC.

46
Gambar Teknik Bab 2

Gambar II-4

5. Membagi Tiga Sudut 90º


Langkah Kerja :
b. Lingkarkan sebuah busur lingkaran dengan titik A sebagai pusat
dengan jari-jari sembaran R; busur lingkaran ini memotong kaki sudut
AB di P dan kaki AC di Q.
c. Buat dengan jari-jari R dua busur lingkaran dengan titik pusat P dan Q.
Kedua busur lingkaran ini memotong busur yang pertama di titik-titik
R dan S.
d. Tarik garis AR dan AS, maka sudut BAR = sudut RAS = sudut SAC.

Gambar II-5

47
Gambar Teknik Bab 2

6. Menarik Garis Tegak Lurus


Langkah Kerja :
Dengan menggunakan jangka
a. Tentukan titik P sembarang pada garis I, dan buat busur linkaran dengan
titik P sebagai pusat, dengan jari-jari sembarang R. Busur lingkaran ini
memotong garis I di titik Q.
b. Buat dengan titik Q sebagai pusat busur lingkaran lagi dengan jari-jari
R. Kedua lingkaran berpotongan di T dan S.
c. Tarik garis m melalui T dan S, maka garis m akan tegak lurus pada garis
I.

Gambar II-6

7. Membuat Segi Empat Beraturan


b. Ditentukan jari-jari lingkaran luarnya = R
1) Buatlah sebuah lingkaran dengan jari-jari R.
2) Tarik garis-garis tengah AB dab CD yang tegak lurus sesamanya.
3) Tariklah garis-garis : AC, CB, BD, dan DA maka terlukis bujur
yang diinginkan.

48
Gambar Teknik Bab 2

Gambar II-7

c. Ditentukan salah satu sisinya AB


1) Buatlah garis tegak lurus AB dari A.
2) Buatlah busur lingkaran dengan A sebagai pusat dengan jari-jari
sebesar AB, yang memotong garis I di C.
3) Buatlah dengan titik C sebagai pusat busur lingkaran dengan jari-jari
sebesar AB, yang memotong busur lingkaran pertama di titik D.
4) Segi empat A-B-C-D, adalah bujur sangkar yang dikehendaki.

Gambar II-8

49
Gambar Teknik Bab 2

8. Membuat Segi Lima Beraturan


b. Ditentukan jari-jari lingkaran luarnya
1) Buat garis-garis tengah AB dan CD yang tegak lurus sesamanya.
2) Tentukan titik E di tengah-tengah BM.
3) Buatlah dengan E sebagai pusat busur lingkaran dengan jari-jari =
EC. Busur lingkaran ini memotong AB di F.
4) Garis CF merupakan panjang sisi segi-limanya.

Gambar II-8

c. Ditentukan salah satu sisinya (AB)


1) Buatlah garis-garis tegak lurus pada AB di titik A dan C, dengan C di
tengah-tengah AB.
2) Buatlah dengan A sebagai pusat busur lingkaran dengan jari-jari AC
= ½ AB, yang memotong garis tegak lurus dari A di D. Tariklah garis
BD.
3) Buatlah dengan D sebagai pusat, lingkaran dengan jari-jari DA yang
memotong perpanjangan BD di E.
4) Buatlah dengan titik A dan B sebagai pusat dua busur lingkaran
dengan jari-jari BE; kedua busur lingkaran ini berpotongan di titik F,
yang merupakan titik puncak dari segi lima yang dicari.

50
Gambar Teknik Bab 2

5) Selanjutnya buatlah dua busur lingkaran dengan A dan B sebagai


pusat-pusat dengan jari-jari = AB, yang memotong busur lingkaran
dengan jari-jari BE di titik G dan H. A-B-H-F-G adalah titik-titik
sudut segi lima yang dikehendaki.

Gambar II-9

9. Membuat Segi Sepuluh Beraturan


b. Ditentukan salah satu sisinya AB
1) Buatlah segi lima beraturan dengan AB sebagai sisinya. Titik puncak
segi lima yang dibuat itu, merupakan pusat lingkaran luar dari segi
sepuluh beraturan.
2) Ukurlah selanjutnya panjang AB pada keliling lingkaran, maka dapat
dilukis segi sepuluh beraturan yang diinginkan.

51
Gambar Teknik Bab 2

Gambar II-10

c. Ditentukan jari-jari lingkaran luarnya = R


1) Buat segi lima beraturan dahulu seperti pada gambar 8. Misal A, B,
C, D, E titik-titik sudut segi lima.
2) Tariklah garis-garis tegak lurus dari titik pusat lingkaran M ke tali
busur AB, BC, CD, DE, dan EA. Garis-garis itu memotong keliling
lingkaran di F, G, H, I dan J. Maka titik-titik : A, B, C, D, E, F, G, H,
I, J adalah titik-titik sudut segi sepuluh beraturan.

52
Gambar Teknik Bab 2

Gambar II-11

10. Membuat Segi Enam Beraturan


Ditentukan jari-jari lingkaran luarnya = R
Langkah Kerja :
b. Ukurkanlah jari-jari dari lingkaran 6 kali pada keliling lingkaran, maka
akan terdapat titik-titik sudut segi enam beraturan.
c. Bagi dua sama panjang tiap-tiap segi enam tersebut dengan melukis
garis-garis sumbunya. Titik-titik potong garis-garis sumbu dan keliling
lingkaran merupakan titik-titik sudut segi dua belas beraturan.

Gambar II-12

53
Gambar Teknik Bab 2

11. Membuat Segi Tujuh Beraturan


Ditentukan jari-jari lingkaran luarnya = R
Langkah Kerja :
b. Buatlah garis tengah AB.
c. Buatlah dengan B sebagai pusat busur lingkaran dengan jari-jari = BM,
yang memotong keliling lingkaran dengan M sebagai pusat di C dan D.
Garis CD memotong AB di E, maka EC adalah sisi segi tujuh beraturan.

Gambar II-13

12. Membuat Segi n Beraturan


Ditentukan jari-jari lingkaran luarnya = R
Langkah Kerja :
Misalkan n = 9
Cara 1,
b. Buatlah lingkaran dengan jari-jari = R.
c. Tariklah garis tengah AB, dan bagilah garis tengah AB menjadi 9
bagian yang sama panjang.
d. Tariklah garis CD tegaklurus AB di tengah-tengah AB.
e. Perpanjanglah AB dan SD berturut-turut dengan BE dan DF = 1/9 AB.
f. Hubungkan E dengan F; garis ini memotong keliling lingkarannya di
G. Maka G-3 adalah sisi segi sembilan beraturan.

54
Gambar Teknik Bab 2

Gambar II-14

Cara 2,
a. Bagilah garis tengah AB dalam 9 bagian yang sama panjang.
b. Buatlah busur lingkaran dengan jari-jari = R = AB dan titik A dan B
sebagai pusat, maka terdapat titik potong C.
c. Tariklah garis C-2, yang memotong keliling lingkaran di D, maka BD
ialah sisi segi sembilan beraturan.

Gambar II-14

13. Menarik Garis Singgung Lingkaran dari Titik P di Luar Lingkaran


Langkah Kerja :
a. Tariklah garis MP dan tentukan titik N di tengah-tengah MP.

55
Gambar Teknik Bab 2

b. Buatlah dengan N sebagai pusat lingkaran dengan jari-jari = MN, yang


memotong lingkaran yang ditentukan di R1 dan R2.
c. Garis PR1 dan PR2 adalah garis singgung yang diminta.

Gambar II-15

14. Menarik Garis Singgung Luar Dua Buah Lingkaran Yang Ditentukan
Langkah Kerja :
a. Tentukanlah titik O ditengah garis M1M2, dan buatlah lingkaran
dengan jari-jari = OM1 dan O sebagai pusat.
b. Buatlah lingkaran dengan M1 sebagai pusat dengan jari-jari = (R1 – R2)
yang memotong lingkaran O di titik C dan D.
c. Tariklah garis M1E lewat C dan M1F lewat D.
d. Pindahkan sejajar garis CM2 dan DM2 berturut-turut ke E dan F. Garis
EG dan FH adalah garis-garis singgung yang diminta.

Gambar II-16

56
Gambar Teknik Bab 2

15. Menarik Garis Singgung Dalam dari Dua Buah Lingkaran yang Tidak
Sama
Langkah Kerja :
a. Tentukan titik O ditengah garis M1M2, dan buatlah lingkaran dengan
jari-jari = OM1 dan O sebagai pusat.
b. Buatlah lingkaran dengan M1 sebagai pusat dengan jari-jari = (R1 +
R2) yang memotong lingkaran O di titik C dan D.
c. Tariklah garis CM1 dan DM1 yang menghasilkan titik E dan F di
keliling lingkaran besar.
d. Pindahkan sejajar garis CM2 dan DM2 berturut-turut ke E dan F, maka
terdapat titik G dan H pada keliling lingkaran kecil. Garis EG dan FH
ialah garis singgung yang diminta.

Gambar II-17

16. Membuat Bulat Telur, Jika Lebarnya Ditentukan


Langkah Kerja :
Cara 1,
a. Buatlah garis CD tegak lurus pada garis tengah AB dan buatlah
lingkaran dengan garis tengah AB.
b. Tariklah garis-garis lurus DE dan CF melalui B.

57
Gambar Teknik Bab 2

c. Buatlah dua busur lingkaran dengan jari-jari Cd = Ab, C dan D sebagai


pusat dan buat pula busur lingkaran dengan jari-jari BE = EF dan B
sebagai pusat. Maka terlukis bulat telur yang dikehendaki.

Gambar II-18
Cara 2,
a. Buatlah lingkaran dengan M1 sebagai pusat dengan jari-jari = ¼ AB ,
yang menyinggung lingkaran dengan AB sebagai garis tengah.
b. Perpanjanglah CD dari C dengan CM2 = ½ AB dan dari D dengan
DM3 = ½ AB.
c. Buatlah dua busur lingkaran dengan M2 dan M3 sebagai pusat dengan
ajri-jari = M3C = M2D yang menyinggung lingkaran-lingkaran
berpusat di M1 dan M, maka terlukis bulat telur yang dikehendaki.

58
Gambar Teknik Bab 2

Gambar II-19

17. Membuat Bulat Lonjong (Oval), Jika Sumbu Panjang Diketahui


Langkah Kerja :
a. Bagilah sumbu AB menjadi 4 bagian yang sama panjang. Diperoleh
titik-titik M1 , M2, dan M3.
b. Buatlah lingkaran I, II, III berturut-turut dengan jari-jari ¼ sumbu
dengan titik M1, M2, dan M3 sebagai pusat yang saling memotong di
titik C, D, E, dan F.
c. Tariklah garis M1C, M1E, dan M3D, yang memotong keliling
lingkaran I dan III di G, H, I, dam J. M1 C dan M3D berpotongan di N1,
M1E dan M3F berpotongan di N2. N1 dan N2 adalah titik pusat dari
busur lingkaran GH dan IJ.

59
Gambar Teknik Bab 2

Gambar II-20

18. Membuat Bulat Panjang (Oval), Jika Sumbu Panjang dan Sumbu Pendek
Diketahui
Langkah Kerja :
a. Lukislah kedua sumbu (Ab dan CD), dan kemudian tariklah garis AC.
b. Tetapkan titik K pada garis sumbu pada CD hingga MK = MA = ½
sumbu panjang dan tetapkanlah pada garis AC titik E sedemikian
hingga CE = CK
c. Tariklah garis tegak lurus pada E di tengah-tengahnya, yang
memotong sumbu AB di titik G1 dan sumbu CD di H2.
d. Buatlah MH2 = MH1 dan MG2 = MG1.
e. Tariklah garis H2G2, H1G1 dan H1G2. Titik G1, G2, H1, dan H2 adalah
titik pusat dari bulat lonjong (oval) tersebut.

60
Gambar Teknik Bab 2

Gambar II-21

19. Membuat Elllips, Jika Sumbu Panjang dan Sumbu Pendek Ditentukan
Langkah Kerja :
a. Lukislah kedua sumbu (Ab dan CD), dan buatlah dua buah lingkaran
dengan titik M sebagai pusat dengan jari-jari MC = ½ CD dan AM = ½
AB. Sambungan CD memotong lingkaran besar di E1 dan E2. Sumbu
panjang memotong lingkaran kecil di F1 dan F2.
b. Bagilah ¼ busur AE1 dan F1C menjadi 8 bagian yang sam panjang. Ke
7 garis bagi memotong ¼ busur lingkaran besar di titik 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7 dan memotong ¼ busur lingkaran kecil di titik a, b, c, d, f, dan g.
c. Tariklah garis 1-I, 2-II, hingga 7-VII/ME1 dan garis a-I, b-II hingga g-
VII/MA.
d. Garis-garis tersebut di atas berpotongan di titik I, II, dan seterusnya
hingga VII.
e. Hubungkan titik I, II, dst sampai VII, maka terdapat ¼ busur dari ellps.
f. Cara mencari sisa (3/4 busur) ellips seperti tersebut di atas.

61
Gambar Teknik Bab 2

Gambar II-22

20. Membuat Sebuah Spiral


Langkah Kerja :
a. Tarik garis dasar 1-2.
b. Perpanjangkan garis tersebut kekanan dan kekiri.
c. Buatlah dengan titik 1 sebagai pusat lingkaran, setengah lingkaran 2-a
dengan jari-jari 1-2.
d. Buatlah dengan titik 2 sebagai pusat lingkaran, setengah lingkaran a-b
dengan jari-jari 2a, yang bersambungan dengan setengah lingkaran
pada langkah b dan c.
e. Buatlah dengan titik 1 sebagai pusat lingkaran, setengah lingkaran
dengan jari-jari 1c dan begitu selanjutnya, maka terlukis bentuk spiral
yang diinginkan.

62
Gambar Teknik Bab 2

Gambar II-23

C. Latihan
Latihan 1 : Membagi garis 9 bagian sama panjang
Langkah Kerja :
a. Siapkan kertas gambar A4 dengan garis pinggir dan blok nama untuk
tugas 1 dengan judul Gambar Geometris.
b. Tarik garis sembarang I dari A.
c. Ukurkan pada garis I, 9 bagian yang sama panjang dengan memakai
jangka, A1 = 12 = 23 = 34 = 45 = 56 = 67 = 78 = 89.
d. Hubungkan titik 9 dengan B.
e. Tariklah dari titik-titik : 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1 garis-garis sejajar dengan garis
9B; garis-garis ini akan memotong AB di titik-titik yang membaginya
dalam 9 bagian yang sama panjang.
f. Perhatikan ketajaman pensil, tarikan garis, konstruksi, komposisi, dan
kebersihan.

63
Gambar Teknik Bab 2

Latihan 2 : Membuat segi 13 teratur


Langkah Kerja :
a. Siapkan kertas gambar A4 dengan garis pinggir dan blok nama untuk
tugas 2 dengan judul Gambar Geometris.
b. Buatlah lingkaran dengan jari-jari = R.
c. Bagilah garis tengah AB dalam 9 bagian yang sama panjang.
d. Buatlah busur lingkaran dengan jari-jari = R = AB dan titik A dan B
sebagai pusat, maka terdapat titik potong C.
e. Tariklah garis C-2, yang memotong keliling lingkaran di D, maka BD
ialah sisi segi sembilan beraturan.
f. Perhatikan tarikan garis, huruf dan angka, konstruksi, komposisi, dan
kebersihan.

Latihan 3 : Membuat sebuah spiral


Langkah Kerja :
a. Buatlah segitiga sama sisi 1-2-3.
b. Perpanjangkan sisi 21, 13, dan 32.
c. Buatlah dengan titik 1 sebagai pusat, lingkaran busur 3-a (jari-jari = 13).
d. Buatlah dengan titik 2 sebagai pusat, lingkaran busur a-b (jari-jari = 2a).
e. Buatlah dengan titik 3 sebagai pusat, lingkaran busur b-c (jari-jari = 3b).
f. Buatlah dengan titik 1 sebagai pusat, lingkaran busur c-d (jari-jari = 1c).
g. Buatlah dengan titik 2 sebagai pusat, lingkaran busur d-e (jari-jari = 2d).
h. Dan begitu selanjutnya, maka terlukis spiral yang diinginkan.

D. Rangkuman

a. Konstruksi geometris adalah bentuk-bentuk istimewa pada suatu benda


(objek) tiga dimensi yang mempunyai volume, berat, dan menempati ruang
yang umumnya digunakan untuk memindahkan tekanan (gaya) yang
diterima dibagian geometris tersebut ke bagian konstruksi yang berfungsi

64
Gambar Teknik Bab 2

sebagai pemikul tekanan/gaya yang diterima serta mempunyai fungsi


estetika untuk memperindah bentuk.

b. Beberapa bentuk benda (objek) yang mempunyai bidang permukaan


(polyhedron) diantaranya :
 Kubus
 Prisma
 Piramid
 Silinder
 Kerucut

c. Pada gambar konstruksi bangunan dan sipil bentuk-bentuk konstruksi


geometris banyak dijumpai pada bentuk kolom, pintu dan jendela, bak air
dan lain-lain.

65
Gambar Teknik Bab 3

BAB III
PROYEKSI

A. Pendahuluan

Salah satu bentuk dalam menyampaikan pola pemikiran dalam dunia


teknik adalah gambar proyeksi. Pada bab tiga ini akan dibahas mengenai
Gambar Proyeksi, yaitu gambaran dari perpotongan garis-garis proyeksi yang
ditarik antar titik pandangan (mata) terhadap benda dan bidang proyeksi.
Dengan tujuan untuk menjelaskan bentuk benda tiga dimensi pada kertas
gambar dalam bentuk dua dimensi. Metode yang digunakan dalam gambar
proyeksi diantaranya dengan sistim orthogonal dan piktorial.
Pemahaman akan gambar proyeksi merupakan pengetahuan dasar yang
harus anda kuasai dalam menggambar teknik. Dengan demikian untuk
menggambar teknik bangunan dan sipil gambar proyeksi juga merupakan ilmu
yang harus dikuasai dengan baik. Dengan gambar proyeksi dapat diketahui
letak, bentuk dan ukuran dari benda-benda teknik, baik penampang
sebelahdalam ataupun tampak luar dari segala macam bentuk benda yang akan
digambar.
Gambar proyeksi ialah bayangan khayalan dari benda yang dipandang,
dimana pada kenyataannya bayangan khayalan itu merupakan sebuah gambar,
yang menunjukkan bentuk benda yang dipandang oleh pengamat. Bayangan
khayalan dari benda tersebut ditentukan oleh garis-garis pandangan pengamat
yang disebut garis-garis proyeksi (proyektor)
Dalam membuat gambar proyeksi terdapat empat faktor yang harus
diperhatikan yaitu :
1. Titik Pandangan, adalah posisi mata pengamat baik nyata maupun imajiner
2. Garis proyeksi, yang menghubungkan titik pandangan dengan benda
3. Bidang proyeksi, merupakan bidang dimana benda diproyeksikan atau
digambar

66
Gambar Teknik Bab 3

4. Benda, adalah objek yang diproyeksikan, dapat berupa benda nyata


maupun imajiner.

B. Materi Pembahasan

Kemampuan menggambar proyeksi sangat diperlukan karena sistem


penggambaran proyeksi banyak ditemukan dalam gambar-gambar bangunan.
Dalam menggambar proyeksi, mahasiswa diharapkan dapat menggambar
pandangan ketiga dari suatu benda. Tiga pandangan utama dalam gambar
teknik adalah tampak atas, tampak depan, dan tampak samping kiri/kanan.
Untuk dapat menggambar pandangan ketiga tersebut, diperlukan adanya dua
pandangan terlebih dahulu. Kemudian kedua pandangan tersebut
diproyeksikan melalui suatu sistem salib sumbu untuk mendapatkan
pandangan ketiga.
Cara lain untuk mendapatkan pandangan ketiga adalah dengan mensket benda
terlebih dahulu ke dalam bentuk piktorial (tiga dimensi) berdasarkan
pandangan yang telah tersedia.
Ilmu proyeksi ialah bayangan khayalan dari benda yang dipandang,
dimana pada kenyataannya bayangan khayalan tersebut merupakan gambar,
yang menunjukkan bentuk benda yang dipandang oleh pengamat (observer).
Bayangan khayalan dari benda tersebut ditentukan oleh garis-garis pandangan
pengamat yang disebut garis-garis proyeksi (proyektor). Dalam ilmu proyeksi
dipelajari cara-cara memproyeksi titik, garis, bidang dan benda tiga dimensi
(piktorial) dalam ruang. Dimana secara umum dapat dikatakan bahwa :

 Proyeksi titik akan menghasilkan titik pada satu bidang proyeksi


(gambar III-1).
 Proyeksi garis akan menghasilkan garis pada satu bidang proyeksi
(gambar III-2).
 Proyeksi bidang akan menghasilkan bidang pada satu bidang
proyeksi (gambar III-3).

67
Gambar Teknik Bab 3

 Proyeksi ruang akan menghasilkan ruang pada satu bidang


proyeksi (gambar III-4)

A B
A

A’ A’ B’

Gambar III-1. Proyeksi Titik Gambar III-2. Proyeksi Garis

B B C
A A D
C F G
E H
B’ B’F’ C’G’
A’
C’ A’E’ D’H’

Gambar III-3. Proyeksi Bidang Gambar III-4. Proyeksi Ruang

1. Jenis-Jenis Gambar Proyeksi


Gambar proyeksi dibagi dalam tiga jenis, yaitu : Orthographic,
Oblique dan Perspektif. Persamaan dari ketiga proyeksi ini ialah
mempunyai objek, garis proyeksi dan bidang gambar selalu diproyeksikan
pada bidang gambar, dalam hal ini bidang gambar adalah kertas gambar
itu sendiri. Sedangkan letak objek terhadap bidang gambar dan cara
menarik garis proyeksi adalah sebagai berikut:

68
Gambar Teknik Bab 3

 Proyeksi Orthographic, garis proyeksi tegak lurus terhadap bidang


gambar (gambar III-5).
 Proyeksi Oblique, garis proyeksi sejajar dan membentuk sudut
terhadap bidang gambar (gambar III-6).
 Perspektif, garis proyeksi konvergen menuju titik pengamat (gambar
III-7)

Klasifikasi dari macam-macam gambar proyeksi dapat dilihat


pada diagram cabang proyeksi (lihat gambar III-8 halaman 71). Pada
diagram cabang proyeksi tersebut, jelaslah terlihat kelompok mana saja
yang termasuk dalam gambar proyeksi Orthographic, Oblique dan
Perspektif.

Bid.Gambar

Objek
Grs. Proyeksi

Gbr. Proyeksi

Gambar III-5. Orthographic Gambar III-6. Oblique

69
Gambar Teknik Bab 3

TM
Gambar III-7. Perspektif

2. Metoda Gambar Proyeksi

Secara umum metoda dari masing-masing gambar proyeksi dapat


dijelaskan sebagai berikut :
 Multi View (gambar III-9), presentasinya dibuat dalam bentuk
berbagai pandangan.
 Oblique (gambar III-10), presentasinya dibuat dalam bentuk piktorial
dengan salah satu bidang dibuat tegak lurus dengan bidang gambar.
 Isometrik (gambar III-11), presentasi dibuat dalam bentuk piktorial
dengan tiga sumbu dibuat dengan sudut yang sama, masing-masing
120 atau alas dengan bidang gambar membuat sudut masing-masing
30.
 Dimetrik (gambar III-12), presentasi dibuat dalam bentuk piktorial
dengan sudut-sudut dan panjang ketiga sumbu bervariasi.
 Perspektif (gambar III-13), presentasi dibuat dalam bentuk piktorial
dengan garis-garis proyeksi konvergen menuju satu titik hilang.

70
Gambar Teknik Bab 3

Proyeksi
Amerika
Proyeksi
Majemuk 2 Dimensi
Proyeksi
Orthographic Eropa
Isometrik

Aksonometrik Dimetrik

Trimetrik
Cabinet

Proyeksi Oblik Cavalier

Improved
3 Dimensi

1 Titik Lenyap

Perspektif 2 Titik Lenyap


Objek Miring

3 Titik Lenyap

Bid.Gambar
Miring

Gambar III-8. Diagram Cabang Proyeksi

71
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-9. Multi-View

Gambar III-10. Oblique Gambar III-11. Isometrik

Gambar III-12. Dimetrik Gambar III-13. Perspektif

a. Multi-View (Proyeksi Majemuk)


Proyeksi ini kadang-kadang disebut juga dengan proyeksi
Ortogonal. Yang dimaksud dengan Proyeksi Majemuk adalah apabila
sebuah benda dapat dipandang dari arah yang berbeda-beda, menurut

72
Gambar Teknik Bab 3

sisi-sisi yang ada pada sebuah benda. Untuk jelasnya dapat dilihat
contoh gambar kotak di bawah ini,

Lihat dari atas dan


gambarlah pandangan atas
3

A
C 1
2 B

Lihat dari samping dan Lihat dari depan dan


Gambar Pandangan Samping gambar Pandangan Depan

Gambar III-14. Proyeksi Majemuk

Jika kotak dilihat dari arah depan maka yang tampak hanya
bidang A saja, yaitu seperti bentuk L. Seterusnya jika kotak dilihat
dari arah kiri, maka yang tampak hanya bidang B saja dengan bentuk
empat persegi panjang, begitu juga jika dilihat dari atas maka yang
kelihatan hanya bidang C saja. Dengan memandang bidang A,B dan C
di atas dapat dibayangkan bahwa benda tersebut adalah sebuah kotak.
Garis-garis proyeksi dari pandangan pengamat pada tiap arah, tegak
lurus pada bidang proyeksi dan sejajar satu sama lain. Dengan
proyeksi majemuk dapat diketahui bentuk benda yang lebih nyata lagi.

73
Gambar Teknik Bab 3

 Bidang Proyeksi dan Gunanya


Untuk menggambarkan benda-benda ataupun penampang-
penampang benda dari beberapa pandangan, dipergunakan bidang-
bidang datar yang disebut bidang proyeksi.
Dalam proyeksi ortogonal, pada dasarnya dipakai tiga buah bidang
yang saling tegak lurus satu sama lain yang berfungsi sebagai
bidang-bidang proyeksi, yaitu :
1). Bidang proyeksi Horizontal (H), disebut juga bidang proyeksi
I, menunjukkan pandangan atas.
2). Bidang proyeksi Vertikal (V), disebut juga bidang proyeksi II,
menunjukkan pandangan muka.
3). Bidang proyeksi Profil (P), disebut juga bidang proyeksi III,
dimana bidang ini merupakan bidang yang tegak lurus dengan
bidang proyeksi I dan juga tegak lurus bidang proyeksi II,
menunjukkan pandangan kiri atau pandangan kanan.
Jika luas permukaan bidang-bidang proyeksi tak terbatas,
maka bidang H dan V akan membagi ruang di dalam empat
bagian yang dinamakan sudut-sudut ruang atau kwadran-kwadran
(gambar III-15).

Profil (P=VS)

Vertikal (V)

Horizontal (H)

II Horizontal (H)
III IV

Gambar III-15. Pembagian Ruang Proyeksi

74
Gambar Teknik Bab 3

Dari gambar III-15 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :


 Di atas H dan dimuka V, disebut kwadran I
 Di atas H dan dibelakang V, disebut kwadran II
 Di bawah H dan dimuka V, disebut kwadran III
 Di bawah H dan dimuka V, disebut kwadran IV

Bila ketiga bidang proyeksi H, V dan P (VS) saling memotong


menurut tiga buah garis, yang berpotongan tegak lurus di O, maka
didapatlah :
OX = sebagai sumbu X
OY = sebagai sumbu Y
OZ = sebagai sumbu Z
Ketiga bidang ini membentuk empat ruangan atau empat kwadran,
yakni, kwadran I, II, III dan IV.
Pada gambar teknik hanya dikenal dua ruangan atau dua kwadran
saja yakni Proyeksi Kwadran I (Proyeksi Eropa) dan Proyeksi
Kwadran III (Proyeksi Amerika).

Gambar III-16. Ruang pada Proyeksi Amerika dan Eropa

 Cara Memproyeksi Benda


Teknik memproyeksi benda adalah bertujuan untuk menuntun dan
menjelaskan tentang kegiatan keteknikan, karena gambar proyeksi

75
Gambar Teknik Bab 3

dilengkapi dengan segala informasi yang diperlukan untuk


kegiatan teknik. Seperti diketahui bahwa benda terdiri dari rusuk-
rusuk, bidang-bidang dan titik-titik sudut. Dari unsur-unsur inilah
yang akan diproyeksikan ke bidang gambar (kertas gambar).
Dalam menggambar teknik tentang proyeksi kwadran I dan III
yang menjadi benda-benda proyeksi umumnya adalah merupakan
benda-benda dengan tiga dimensi. Sebagai dasar dalam
memproyeksi benda-benda tiga dimensi biasanya yang
diproyeksikan adalah tiga pandangan utamanya saja seperti
pandangan depan, samping (kiri atau kanan) dan atas, dan bertitik
tolak dari dasar ini dapat pula dikembangkan lagi dengan proyeksi
dari pandangan belakang dan bawah.
Hasil dari proyeksi benda tiga dimensi adalah merupakan bidang.
Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar III-17 di bawah ini.

Garis Proyeksi

Bidang Gambar

Gambar III-17. Proyeksi dari Sebuah Benda

76
Gambar Teknik Bab 3

1). Proyeksi Kwadran I (Proyeksi Eropa)


Tiga bidang proyeksi yang digambarkan pada proyeksi
Eropa adalah tiga arah pandangan tersebut pada ketiga bidang
proyeksinya (H, V dan P). Posisi benda pada ruang kwadran ini
adalah selalu diletakkan dimuka bidang proyeksinya dan proyeksi
dari benda tersebut digambar pada bidang yang ada dibelakangnya
ataudapat diistilahkan bahwa gambar menjauhi yang memandang
(sipengamat), lihat gambar III-18 benda pada proyeksi Eropa dan
gambar III-19 bukaan benda pada proyeksi Eropa di halaman 77,

Gambar III-18. Benda pada Proyeksi Eropa

77
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-19. Bukaan Benda pada Proyeksi Eropa

Dari tiga pandangan utama disebelah dapatlah dikembangkan


dengan membuat proyeksi dari pandangan lainnya dari benda-
benda teknik, seperti diperlihatkan pada gambar III-20 (halaman
79), dimana A adalah sebagai pandangan depan.
Bidang B sebagai pandangan atas
Bidang C pandangan samping kiri
Bidang D pandangan samping kanan
Bidang E pandangan atas
Bidang F pandangan belakang

78
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-20. Proyeksi Eropa

Untuk lebih memudahkan dalam memahami proyeksi kwadran I


ini, dapat dilihat dalam bentuk gambar III-20 di bawah ini.

Gambar III-21. Penggulingan Benda dalam Proyeksi

2). Proyeksi Kwadran III (Proyeksi Amerika)


Cara menggambar dan mempergunakan bidang proyeksi
pada cara Amerika adalah sebagai berikut; benda terletak
dibelakang bidang proyeksinya dan proyeksi benda digambar pada
bidang yang ada dimukanya (benda). Jadi bidang proyeksi yang
akan dipakai untuk menggambar proyeksi benda itu terletak antara

79
Gambar Teknik Bab 3

benda dan sipemandang atau boleh di istilahkan dengan gambar


mendekati yang memandang.
Jika benda dilihat dari atas maka proyeksi benda
digambarkan dibidang H (bidang I), untuk pandangan muka
proyeksinya digambarkan pada bidang V (bidang II) yaitu pada
bidang yang ada dimuka benda, dan seterusnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar III-22 benda pada proyeksi
Amerika dan gambar III-23 bukaan benda pada proyeksi Amerika.

Gambar III-22. Benda pada Proyeksi Amerika

Atas

Muka S. Kanan

Gambar III-23. Bukaan Benda pada Proyeksi Amerika

80
Gambar Teknik Bab 3

Cara lain dalam memperkenalkan proyeksi Amerika ini


adalah bahwa bidang-bidang proyeksinya adalah merupakan
sebuah kotak bening (transparan), sehingga benda yang diletakkan
di dalam ruang yang dibatasi oleh bidang-bidang proyeksi itu akan
dapat dilihat dari berbagai arah. Apabila kotak bening itu dibuka
maka akan terlihat bidang-bidang proyeksinya seperti dijelaskan
pada gambar III-24a, dan pada gambar III-24c memperlihatkan
bentuk proyeksi dari keenam pandangan (tampak) dari sebuah
gedung rumah kediaman.

a. Benda proyeksi dalam kotak bening b. Bukaan bidang proyeksi

c. Proyeksi dari aneka pandangan

Gambar III-24. Proyeksi Amerika (Kwadran III)

81
Gambar Teknik Bab 3

Untuk lebih memudahkan dalam memahami proyeksi Amerika ini


dapat dilihat pada gambar III-25 dan gambar III-26, di bawah ini
dimana :
 Bidang A sebagai pandangan depan
 Bidang B sebagai pandangan atas
 Bidang C pandangan samping kiri
 Bidang D pandangan samping kanan
 Bidang E pandangan bawah
 Bidang F pandangan belakang
Bandingkan cara memproyeksi benda pada proyeksi Amerika ini
dengan proyeksi Eropa pada halaman 77 dimuka, perhatikan
dimana perbedaannya.

Gambar III-25. Proyeksi Amerika

Gambar III-25. Penggulingan Benda pada Proyeksi Amerika

82
Gambar Teknik Bab 3

a. Melengkapi Garis dan Pandangan yang Kurang dalam


Proyeksi Eropa dan Amerika
Seperti sudah diterangkan pada halaman dimuka bahwa
dengan proyeksi Majemuk dapat diketahui bentuk benda yang
lebih nyata lagi (bentuk sebenarnya dalam tiga dimensi), atau
dengan pengertian lain bahwa dari proyeksi Majemuk (proyeksi
Amerika atau Eropa) masih terdapat kekurangan garis pada
pandangan-pandangannya maka bentuk benda piktorialnya tentu
tidak dapat dibuat, bigitu juga apabila salah satu pandangan
utamanya tidak ada maka bentuk nyata dari benda tersebut tentu
tidak dapat dilukis. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar
proyeksi di bawah ini;

Gambar III-26. Proyeksi Eropa dengan garis yang kurang pada


Pandangan muka

Gambar III-27. Proyeksi Eropa dengan garis yang kurang pada


pandangan atas

83
Gambar Teknik Bab 3

b. Isometrik
Ciri utama gambar isometrik adalah, sudut antara masing
masing sumbu sama besar. Ini berarti setiap sudut berukuran 120º. Ciri
lain ialah, ukuran yang digambarkan pada setiap sumbu adalah ukuran
sesungguhnya dibagi ataupun dikali dengan skala yang digunakan
(gambar III-28).
Keadaan sumbu isometrik seperti pada gambar III-30, digunakan
untuk memperlihatkan bagian atas objek. Untuk memperlihatkan
bagian bawah objek, maka sumbu ini dapat dikembangkan menjadi
seperti yang diperlihatkan pada gambar III-29.

x y z

120º

120º 120º
120º 120º

120º

z x y

Gambar III-28. Sumbu Isometrik Gambar III-29. Sumbu Isometrik

Misalkan sebuah kubus dengan sisi 4 cm, digambar dengan


metoda isometrik, skala 1 : 1. Maka hasilnya adalah seperti terlihat
pada gambar III-30. Setiap sisi digambarkan sepanjang 4 cm, dan
sudut antara sumbu 120º.
Dengan mengamati gambar III-28 dan gambar III-29 di atas,
ditemukan suatu ciri lain gambar isometrik ini. Ciri itu ialah bahwa
sudut yang terbentuk antara alas kubus dengan garis mendatar adalah
30º di kiri dan 30º di kanan.

84
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-30. Kubus, sisi 4 cm (Isometrik, skala 1:1)

Berikut ini ditampilkan beberapa gambar teknik yang dibuat


dengan proyeksi isometrik.

Gambar III-31. Gambar Isometrik

85
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-32. Gambar Isometrik

86
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-33. Gambar Isometrik

87
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-34. Gambar Isometrik

Dalam isometrik, gambar lingkaran akan tergambar berbentuk ellips


(lihat gambar III-34). Pada ketiga sisi kubus ini, bentuk lingkarannya
adalah sama dan sebangun. Ellips ini dapat dibuat dengan bantuan
sablon ellips.

c. Dimetrik
Dimetrik adalah bagian dari gambar aksonometrik. Karena
itu, prinsif dasar gambar dimetrik adalah sama dengan gambar
aksonometri, dimana :

88
Gambar Teknik Bab 3

1. Objek terletak datar di atas bidang gambar,


2. Bidang datar tegak lurus terhadap bidang proyeksi,
3. Sisi depan objek, sejajar dengan bidang proyeksi,
4. Garis-garis proyeksi (proyektor) sejajar dengan bidang dasar, dan
tegak lurus terhadap bidang proyeksi,
5. Proyektor sejajar sesamanya.

Ciri utama gambar dimetrik adalah sumbu-sumbunya


membentuk dua sudut yang sama besar dan satu sudut dengan ukuran
tersendiri. Dua sudut yang sama besar ini adalah sudut yang terletak di
kiri kanan sumbu tegak (Z) atau di atas bawah sumbu horizontal
(X/Y). Besar sudut ini bergerak dari >90º - < 135º.
Ciri lain gambar dimetrik adalah, dua buah sumbu digambarkan
dengan skala yang sama, dan satu sumbu lainnya digambarkan dengan
skala berbeda (hasilnya lebih pendek).
Ciri inilah yang paling membedakan gambar dimetrik dengan
gambar isometrik. Ingat, gambar isometrik mempunyai tiga sumbu
yang sama ukurannya yaitu 120º.
Memperhatikan pola sumbu dimetrik ini, gambar ini dapat
dibedakan atas dimetrik simetris (gambar III-35a) dan dimetrik
unsimetrik (gambar III-35b). dengan kedua jenis dimetrik ini dapat
ditampilkan objek dengan variasi tampilan yang sangat banyak sekali.
Hal ini dapat terjadi karena ukuran sudut yang sama besar itu fleksibel
sekali.
X Y X

v v o Y
o

z Z
(a) (b)
Gambar III-35. Sumbu Dimetrik

89
Gambar Teknik Bab 3

Perhatikan gambar kubus dalam gambar III-36 berikut, yang


dibuat dengan metoda dimetrik simetris.
Sudut objek terhadap bidang dasar dapat bergerak dari 0º - 90º.
Setiap kali ukuran ini dirubah (berarti objek dijungkitkan), akan
terjadilah sebbuah gambar dimetrik dari objek tersebut. Berapa
banyakkah perubahan sudut dapat dibuat antara 0º - 90º ? Sungguh
merupakan jumlah yang banyak sekali. Sebanyak itu pulalah variasi
tampilan objek dapat dibuat. Beberapa variasi diantaranya adalah
seperti ditampilkan dalam gambar III-38. Bila dari masing-masing
variasi ini objeknya diputar lagi, maka akan dihasilkan gambar
dimetrik unsimetris dengan jumlah variasi tampilan yang sama.
Seperti dijelaskan di atas, dua buah sumbu dimetrik
digambarkan dengan skala yang sama dan satu sumbu lainnya dengan
skala yang bebeda. Untuk dimetrik simetris, skala yang ideal
digunakan untuk setiap sumbu, diperlihatkan dalam grafik berikut.
Ukuran derajat pada bahagian kiri grafik menunjukkan kemiringan
objek terhadap garis mendatar.
Pemakaian daftar ini dapat dicontohkan sebagai beikut :
Misalkan anda akan membuat gambar dimetrik simetris
sebuah kubus, dengan kemiringan 15º. Untuk menentukan skala yang
digunakan pada setiap sumbu, lihat daftar skala pada angka 15º.
Dengan menarik garis lurus kekanan, anda akan temukan skala untuk
sumbu V = 1, skala untuk sumbu H yang sama adalah 0,76.

90
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-36. Variasi tampilan Dimetrik Simetris

91
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-37. Grafik Skala dan Sudut Dimetrik Simetris

Gambar dimetrik simetris dan unsimetris mempunyai tujuan-tujuan


tersendiri dalam pemakaiannya.
Dimetrik simetris sangat cocok digunakan untuk
menampilkan tampak muka dan tampak samping dengan
tekanan/perhatian yang sama. Kalau hanya ingin menonjolkan
penampilan bagian atas objek saja, dimetrik simetris dengan sudut alas
besar sangat cocok digunakan.
Dimetrik unsimetris, sangat cocok digunakan untuk
menampil-kan tampak atas dan tampak muka objek dengan
perhatian/tekanan yang sama.
Untuk membuat sebuah gambar dimetrik, dapat ditempuh langkah-
langkah sebagai berikut :
 Langkah 1, pastikan bentuk dan ukuran objek yang akan digambar
 Langkah 2, tetapkan bidang-bidang objek yang ingin ditonjolkan
 Langkah 3, pilihlah jenis dimetrik yang sesuai untuk maksud
seperti langkah 2
 Langkag 4, tetapkan skala yang digunakan untuk setiap sumbu

92
Gambar Teknik Bab 3

 Langkah 5, gambarkan sumbu pada posisi yang tepat


 Langkah 6, Masukkan setiap ukuran objek pada sumbu yang tepat,
dan tariklah garis pada setiap ukuran tersebut sehingga terbentuk
gambar dimetrik objek.

Selanjutnya ditampilkan gambar-gambar teknik yang dibuat


dengan proyeksi dimetrik.

Gambar III-38. Gambar Dimetrik

93
Gambar Teknik Bab 3

d. Oblique
Proyeksi oblik, selanjutnya disebut oblik saja, merupakan
jenis kedua dari proyeksi (lihat diagram cabang proyeksi, halaman
71), yang mempunyai prinsif dasar, ciri-ciri dan tujuan tersendiri.
Ditinjau dari makna kata, oblik berarti miring. Karena itu
jenis proyeksi ini sering disebut dengan proyeksi miring. Lalu
apanyakah yang miring ? Jawaban atas pertanyaan ini merupakan
prinsif dasar dari proyeksi oblik, yang membedakannya dengan jenis-
jenis proyeksi lainnya.
Bila proyeksi ortografik mempunyai proyektor yang tegak
lurus terhadap bidang gambar/bidang proyeksi, maka proyeksi oblik
mempunyai proyektor yang miring terhadap bidang proyeksi/bidang
gambar. Inilah yang menjadi ciri utamanya sehingga proyeksi ini
disebut dengan proyeksi miring.
Pada gambar III-39, diperlihatkan perbandingan prinsif dasar
dari proyeksi ortografik dengan proyeksi oblik.
Pada gambar III-39 ini terlihat jelas bahwa perbedaan
mendasar antara proyeksi ortografik dengan proyeksi oblik terletak
pada proyektornya. Proyektor pada proyeksi ortografik bersifat sejajar
terhadap bidang dasar dan tegak lurus terhadap bidang
proyeksi/bidang gambar. Proyektor pada proyeksi oblik bersifat
miring terhadap bidang dasar dan miring terhadap bidang
proyeksi/bidang gambar. Kemiringan proyektor ini sangat fleksibel,
yaitu dari > 0º - < 90º. Tetapi dalam aplikasinya, kemiringan ini dibuat
antara 30º - 45º.
Akibat dari proyektor oblik yang miring ini, sisi miring objek
akan tergambar lebih panjang dari pada ukuran sesungguhnya
(perhatikan gambar III-42). Penampilan oblik yang seperti ini dapat
menimbulkan kesan yang meragukan. Karena itu dalam aplikasinya
diadakan perobahan terhadap skala yang digunakan untuk
menggambarkan sisi miring.

94
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-39. Perbandingan prinsif dasar Proyeksi Ortografik dengan


Proyeksi Oblik

Skala yang digunakan untuk menggambarkan sisi miring


selalu dibuat antara 1 sampai 0,5 kali skala sumbu tegak/datar. Bila
skala untuk sumbu mendatar miring dibuat 1, atau ¾, atau 1/3, atau ½.
Kubus yang digambar dalam gambar III-40 di bawah ini
menggunakan akala yang berbeda untuk setiap sumbu-sumbunya.

95
Gambar Teknik Bab 3

(a) (b) (c) (d)


Gambar III-40. Sumbu Oblik dan Cara Pemakaiannya

Sumbu miring proyeksi oblik dapat dibuat ke segala arah, ke


kanan, ke kiri, keatas atau ke bawah dengan kemirinan yang disukai.
Ini berarti, suatu objek dapat ditampilkan dengan variasi yang banyak
sekali. Sipenggambar dapat memilih secara bebes, arah dan
kemiringan sumbu miring. Sesuai dengan effek gambar yang ingin
ditampilkannya. Pada gambar III-41 ditampilkan sebuah objek dengan
beberapa variasi tampilan oblik.
Oblik sangat tepat sekali digunakan untuk menggambarkan
suatu objek secara 3 dimensi, yang bidang mukanya ingin
digambarkan sesuai bentuk sesungguhnya. Inilah tujuan utama
proyeksi oblik.

96
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-41. Beberapa Variasi Tampilan Oblik

Kasus-kasus seperti ini, biasanya terjadi pada objek yang


salah satu dimensi ukurannya terlalu kecil bila dibandingkan dengan
dua dimensi lainnya (kozen, pintu, dinding), atau pada objek yang
mempunyai bidang lengkung.

97
Gambar Teknik Bab 3

Untuk objek seperti ini, dimensi yang sangat kecil harus


ditempatkan sebagai sisi miring. Untuk objek yang mempunyai sisi
lengkung, maka sisi lengkung ini harus ditempatkan sebagai sisi
depan. Lihat gambar III-42 berikut !

Gambar III-42. Tampilan Oblik

Berdasarkan skala yang digunakan untuk sumbu miring, maka


oblik dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu :
 Cavalier Oblik
 Cabinet Oblik
 Improved Obik

1) Cavalier Oblik
Cavalier oblik menggunakan skala yang sama untuk setiap
sumbunya. Keuntungan dari sifat ini adalah gambar akan mudak
dikonstruksi. Tetapi dibalik keuntungan tersebut, cavalier oblik ini
mempunyai sedikit kekurangan. Kekurangan ini akan terasa bila

98
Gambar Teknik Bab 3

kita amati sebuah gambar kubus yang dibuat cavalier oblik ini
(gambar III-40a). Perhatikanlah gambar tersebut dengan cermat!
Kubus itu terlihat bagai sebuah empat persegi panjang. Jelas,
penampilan cavalier oblik yang demikian akan meragukam orang
yang membaca gambar.

2) Cabinet Oblik
Jenis oblik ini dibuat dalam upaya untuk menutupi
kelemahan yang terdapat pada cavalier oblik. Untuk tujuan
tersebut, sumbu miring dalam cabinet oblik digambarkan dengan
skala yang berbeda dengan dua sumbu lainnya, sehingga hasilnya
lebih pendek. Perhatikanlah gambar III-40d! Ini adalah gambar
sebuah kubus dengan metoda cabinet oblik. Sumbu miring
digambarkan dengan skala ½.

3) Improved Oblik
Improved oblik merupakan jenis oblik yang skala sisi
miringnya dibuat antara 2/3 – ¾ dari sisi lainnya. Ini juga
merupakan penyempurnaan dari cavalier oblik dan cabinet oblik
(lihat gambar III-40b dan III-40c). Jenis oblik ini dirasakan
memberikan penampilan yang lebih baik dari pada dua jenis
sebelumnya.
Berikut ini diperlihatkan gambar-gambar teknik yang
dibuat dengan proyeksi oblik.

99
Gambar Teknik Bab 3

Sumber : Martin, C. Leslie. Grafik Arsitektur, 1989.

Gambar III-43. Tampilan Gambar Oblik

Gambar III-44. Tampilan Gambar Oblik

e. Perspektif
Perspektif adalah gambar 3 dimensi yang paling sering
digunakan oleh para arsitek dalam membuat gambar rancangan.
Alasannya ialah karena gambar ini mudah dimengerti, meskipun oleh
bukan orang teknik, dan karena gambar ini memperlihatkan bentuk
alami dari suatu objek. Bentuk alami ini terlahir karena sifat-sifat
perspektif itu sendiri, yaitu :

100
Gambar Teknik Bab 3

a. “Dimunution”, suatu benda yang sama tinggi makin jauh


digambarkan makin pendek.
b. “Foreshortening”, suatu jarak yang sama besar makin jauh
digambarkan makin mengecil.
c. “Convergence”, suatu garis yang sejajar makin jauh digambarkan
makin menguncup, dan akhirnya mengumpul pada satu titik yang
sama.
Sebagai contoh terapan dari sifat ini, perhatikanlah gambar
III-45 berikut. Disini terlihat bahwa ketiga sifat tersebut sebetulnya
terjadi secara simultan.
Selain dari tiga sifat yang telah disebutkan di atas, masih ada
sifat-sifat lainnya. Tetapi ketiga sifat tersebut adalah sifat yang paling
dominan sebagai ciri-ciri perspektif. Ketiga sifat ini pulalah yang
membedakan pespektif dengan gambar-gambar 3 dimensi lainnya.

Gambar III-45. Bentuk Alami Terjadi Secara Simultan

1) Unsur-unsur Pokok Perspektif


Perhatikanlah setiap gambar perspektif yang dibuat secara
komplit, meskipun objeknya saling berbeda tetapi setiap gambar

101
Gambar Teknik Bab 3

tersebut akan mempunyai unsur-unsur pokok yang sama. Sebagai


contoh adalah gambar perspektif yang sederhana sekali, sebuah
balok persegi panjang (lihat gambar III-46). Adapun unsur-unsur
pokok yang terdapat pada gambar tersebut adalah :
a) Titik Pandang (TP)
b) Kerucut Pandang
c) Denah Objek
d) Garis Pusat Penglihatan (GPP)
e) Garis Bidang Gambar (GBG)
f) Garis Horizon (GH)
g) Garis Tanag (GTa)
h) Garis Tinggi (GTi)
i) Titik Lenyap (TL)
j) Garis Sinar Pandang (GSP)
k) Garis Perspektif (GP)
l) Gambar Perspektif Objek (GPO)

Gambar III-46. Unsur-unsur Pokok Perspektif

Bandingkan unsur-unsur pokok yang terjadi pada gambar


perspektif tersebut dengan gambar-gambar perspektif lainnya
apakah memang sama ? Memang demikianlah seharusnya.

102
Gambar Teknik Bab 3

2) Jenis-jenis Perspektif
Ditinjau dari jumlah titik lenyap utama yang terdapat
dalam gambar perspektif (lihat gambar III-47), maka gambar
perspektif ini dapat dibedakan atas :
 Perspektif 1 Titik Lenyap
 Perspektif 2 Titik Lenyap
 Perspektif 3 Titik Lenyap

Gambar III-47. Jenis-Jenis Perspektif

 Perspektif 1Titik Lenyap


Perspektif 1 titik lenyap adalah jenis perspektif yang
menduduki urutan kedua dalam frekuensi pemakaian. Perspektif 1
titik lenyap ini paling sering digunakan untuk menggambarkan
keadaan ruang dalam (interior) dari suatu bangunan. Menurut
Frank Ching, perspektif 1 titik lenyap ini dapat juga digunakan
untuk menggambarkan pemandangan di tengah jalan kota, dan
susunan bangunan yang mempunyai sumbu tertentu. Membuat
gambar perspektif 1 titik lenyap ini relatif mudah, tetapi hasilnya
tampak membosankan dan statis (Frank Ching, 1986:73).
Perhatikan contoh pada gambar III-48 dan III-49 berikut !

103
Gambar Teknik Bab 3

Sumber : Ching, Fraser, Grafik Arsitektur, 1986

Gambar III-48. Interior Suatu Ruangan

Gambar III-49. Pemandangan di Tengah Kota

104
Gambar Teknik Bab 3

Bila dibandingkan dengan perspektif 2 titik lenyap,


hanya terdapat satu faktor penyebab perbedaan, yaitu letak TP.
Pada perspektif 1 titik lenyap, TP terletak menghadap Titik Pusat
Perhatian dan membentuk sudut 90º dengan denah. Dengan
demikian, pada perspektif 1 titik lenyap, denah akan selalu terletak
sejajar dengan GBG. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya
satu titik lenyap saja.

 Perspektif 2 Titik Lenyap


Menurut Frank Ching, perspektif jenis inilah yang paling
banyak digunakan dari pada dua jenis perspektif lainnya. Hal ini
disebabkan karena penggunaannya yang fleksibel. Perspektif ini
dapat digunakan untuk menggambarkan interior suatu ruangan dan
exterior suatu bangunan. Perspektif ini juga dapat digunakan untuk
menggambarkan bentuk luar dari suatu bangunan. Biasanya dapat
digunakan untuk menggambarkan situasi apapun juga. (Frank
Ching, 1986:80).
Gambar III-50 dan III-51 berikut ini adalah contoh dari
gambar perspektif 2 titik lenyap yang digunakan untuk
menggambarkan interior, exterior, serta bentuk luar bangunan.

Sumber : Ching, Frank, Grafik Arsitektur, 1986

Gambar III-50. Interior suatu ruangan

105
Gambar Teknik Bab 3

Gambar III-51. Exterior Suatu Bangunan

 Perspektif 3 Titik lenyap


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat suatu
objek yang tinggi-tinggi, seperti gedung bertingkat, menara, dan
lain-lain. Bila objek ini dipandang menyerong dari bawah ke atas
(gambar III-52a) atau dari atas ke bawah (gambar III-53a), maka

106
Gambar Teknik Bab 3

garis-garis vertikal objek tersebut akan terlihat miring menuju satu


titik lenyap (gambar III-52b dan III-53b).

Gambar III-52.Pandangan Objek Gambar III-53. Pandangan Objek

Kesan miringnya garis-garis vertikal tersebut tidak dapat


digambarkan dengan menggunakan perspektif 1 titik lenyap atau 2
titik lenyap, karena dalam kedua perspektif ini garis-garis vertikal
akan selalu tergambar vertikal. Untuk menggambarkan kesan
miring itu perlu ditambah satu titik lenyap lagi. Karena itu kita
harus menggambarkan kesan tersebut dengan menggunakan
perspektif 3 titik lenyap.
Ditinjau dari teknis penggambarannya, perspektif 3 titik
lenyap ini dapat dibedakan atas:
 Objek miring, dan
 Bidang gambar miring

107
Gambar Teknik Bab 3

 Perspektif 3 TL dengan Objek Miring


Perspektif 3 TL ini dapat digambarkan dengan
mengguna-kan dua macam dasar penggambaran, yaitu :
 Penggambaran dengan dasar perspektif 1 TL, dan
 Penggambaran dengan dasar perspektif 2 TL.
Kedua cara atau dasar penggambaran tersebut akan
memberikan hasil yang berbeda. Bila gambar yang dibuat
dengan dasar perspektif 1 TL akan didapatkan hasil
perspektifnya seperti gambar III-54, dan bila gambar dibuat
dengan dasar perspektif 2 TL hasilnya adalah seperti gambar
III-55. Dalam penggunaannya, tergantung dari keinginan
sipenggambar untuk memilih satu dari dua alternatif di atas.
Masing-masingnya mempunyai kesan penampilan tersendiri
dan kekuatan tersendiri.

Gambar III-54 Gambar III-55

 Perspektif 3 TL dengan Bidang Gambar Miring


Seperti pada perspektif 3 TL dengan objek dimiringkan,
perspektif inipun dapat digambarkan dengan menggunakan
dua macam dasar penggambaran, yaitu :
 Penggambaran dengan dasar perspektif 1 TL, dan
 Penggambaran dengan dasar perspektif 2 TL
Kedua cara/dasar penggambaran tersebut akan
memberikan hasil yang berbeda. Bila gambar dibuat dengan

108
Gambar Teknik Bab 3

dasar perspektif 1 TL akan didapatkan hasil perspektifnya


seperti gambar III-56, dan bila gambar dibuat dengan dasar
perspektif 2 TL hasilnya adalah seperti gambar III-57. Dalam
penggunaannya, tergantung dari keinginan sipenggambar
untuk memilih satu dari dua alternatif di atas. Masing-
masingnya mempunyai kesan penampilan tersendiri dan
kekuatan tersendiri.

Gambar III-56 Gambar III-57

C. Latihan
Latihan 1 : Buatlah gambar isometrik dari proyeksi majemuk di bawah ini ?

Perhatian konstruksi, tarikan garis, huruf dan angka, tata letak,


dan kebersihan gambar ?

109
Gambar Teknik Bab 3

Latihan 2 : Dari gambar oblik di bawah ini, buatlah proyeksi eropa dalam tiga
pandangan utama saja (muka, samping kanan dan atas), jika
diketahui ukuran-ukuran pokok sebagai berikut :
Panjang = 4 cm, lebar = 1,75 cm dan tinggi = 2,5 cm.
Ukuran-ukuran lain tentukan sendiri ?

Perhatian konstruksi, tarikan garis, huruf dan angka, tata letak,


dan kebersihan gambar ?

Latihan 3 : Dari gambar isometrik di bawah ini, buatlah proyeksi Amerika


dalam tiga pandangan utama (muka, samping kiri dan atas), jika
diketahui ukuran-ukuran pokok sebagai berikut :
Panjang = 5 cm, lebar = 2 cm dan tinggi = 3,5 cm.
Ukuran-ukuran lain tentukan sendiri ?

Perhatian konstruksi, tarikan garis, huruf dan angka, tata letak,


dan kebersihan gambar ?

110
Gambar Teknik Bab 3

Latihan 4 : Lengkapi garis-garis yang kurang pada proyeksi Eropa di bawah


ini ?

Latihan 5 : Buatlah gambar perspektif 2 dibawah ini jika diketahui ukuran-


ukuran pokok sebagai berikut :
Panjang = 5 cm, lebar = 2 cm dan tinggi = 1,5 cm.

Perhatian konstruksi, tarikan garis, huruf dan angka, tata letak,


dan kebersihan gambar ?

111
Gambar Teknik Bab 3

D. Rangkuman

1. Ilmu proyeksi ialah bayangan khayalan dari benda yang dipandang,


dimana pada kenyataannya bayangan khayalan tersebut merupakan
gambar, yang menunjukkan bentuk benda yang dipandang oleh pengamat
(observer).

2. Dalam membuat gambar proyeksi terdapat empat faktor yang harus


diperhatikan yaitu :
 Titik pandangan, adalah sisi mata pengamat baik nyata maupun
imajiner.
 Garis proyeksi, yang menghubungkan titik pandangan dengan benda.
 Bidang proyeksi, merupakan bidang dimana benda diproyeksikan atau
digambar.
 Benda adalah objek yang diproyeksikan, dapat berupa benda nyata
maupun imajiner.

3. Gambar proyeksi dibagi dalam tiga jenis, yaitu : Orthographic, Oblique


dan Perspektif.

4. Secara umum metoda masing-masing gambar proyeksi terdiri dari :


 Multi View, presentasinya dibuat dalam bentuk berbagai pandangan.
 Oblique, presentasinya dibuat dalam bentuk piktorial dengan salah satu
bidang dibuat tegak lurus dengan bidang gambar.
 Isometrik, presentasi dibuat dalam bentuk piktorial dengan tiga sumbu
dibuat dengan sudut yang sama, masing-masing 120 atau alas dengan
bidang gambar membuat sudut masing-masing 30.
 Dimetrik, presentasi dibuat dalam bentuk piktorial dengan sudut-sudut
dan panjang ketiga sumbu bervariasi.
 Perspektif, presentasi dibuat dalam bentuk piktorial dengan garis-garis
proyeksi konvergen menuju satu titik hilang.

112
Gambar Teknik Bab 4

BAB IV
SAMBUNGAN DAN HUBUNGAN KAYU

A. Pendahuluan

Pada bab empat ini hanya dibahas secara khusus tentang sambungan
dan hubungan kayu. Perkembangan-perkembangan industri moderen telah
menuntut persyaratan pemakaian yang selalu bertambah eksak untuk banyak
produk-produk dari kayu (teknik perkayuan), dimana faktor kekuatan menjadi
sangat penting dalam bidang bangunan gedung. Yang dimaksudkan dengan
teknik perkayuan disini ialah masalah yang ada hubungannya dengan
sambungan dan hubungan kayu sebagai suatu usaha untuk menghindari
keterbatasan penggunaan kayu serta kekuatan dalam konstruksinya dalam
perencanaan suatu konstruksi bangunan. Dalam bab ini juga dikemukakan
bagaimana cara membuat gambar sambungan dan hubungan kayu sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya. Materi yang dibahas dalam bab ini adalah
beberapa hal yang ada hubungannya dengan sambungan dan hubungan kayu,
selanjutnya diharapkan agar anda dapat memahami prinsif gambar konstruksi
sambungan dan hubungan kayu serta mampu menerapkannya pada gambar
konstruksi bangunan.

Adapun sub pokok bahasan materi yang akan disajikan berisikan


bagaimana cara membuat :

 Sambungan Kayu
 Sambungan Papan
 Hubungan Sudut Siku
 Hubungan Sudut Serong
 Hubungan Ekor Burung

113
Gambar Teknik Bab 4

B. Materi Pembahasan

Pada awal pertemuan ini perlu anda ketahui apakah yang dimaksud
dengan sambungan dan hubungan kayu. Sambungan kayu ialah, dua batang
kayu atau lebih yang disambung-sambungkan sehingga menjadi satu batang
kayu panjang. Sambungan ini dapat dibuat dengan arah mendatar maupun
tegak lurus dalam satu bidang atau dua dimensi (gambar IV-1 dan IV-2).

Sambungan Kayu

Gaya Tarik/Tekan Gaya Tarik/Tekan

Gambar IV-1. Sambungan Kayu Mendatar dengan


Gaya Tarik/Tekan pada satu bidang

Gaya Tekan

Sambungan

Gambar IV-2. Sambungan Kayu Arah Tegak Lurus

dengan Gaya Tekan

Dan yang disebut dengan hubungan kayu ialah dua batang kayu atau
lebih yang dihubung-hubungkan menjadi suatu rangkaian konstruksi yang
kokoh, baik dalam satu bidang berdimensi dua maupun dalam satu ruang

114
Gambar Teknik Bab 4

berdimensi tiga . Selanjutnya dapat dilihat pada gambar IV-3 dan IV-4 di
bawah ini.

Gaya Tekan
Gaya Tarik

Gaya Tarik Gaya Tarik

Gambar IV-3. Hubungan Kayu dalam Satu Bidang

Dalam menyusun suatu konstruksi kayu yang umumnya terdiri dari dua batang
atau lebih masing-masing dihubungkan menjadi satu kesatuan yang kokoh.

Gaya Tekan

Gaya Tarik

Gaya Tarik

Gaya Tarik

Gaya Tarik

Gambar IV-4. Hubungan Kayu dalam Ruang Tiga Dimensi

Untuk mendapatkan konstruksi yang kokoh, maka hubungan harus


memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Hubungan harus sederhana dan kuat, harus dihindari takikan yang besar
dan dalam, ini akan mengakibatkan kelemahan kayu

115
Gambar Teknik Bab 4

2. Harus memperhatikan sifat-sifat kayu, terutama sifat menyusut,


mengembang dan menarik
3. Bentuk hubungan harus tahan terhadap gaya-gaya yang bekerja.

Sambungan Kayu
1. Sambungan Balok Memanjang
a. Sambungan datar
 Sambungan bibir lurus
 Sambungan bibir lurus berkait
 Sambungan bibir lurus dengan mulut ikan
 Sambungan bibir lurus mulut ikan serong
b. Sambungan sisi
 Sambungan bibir miring
 Sambungan bibir miring berkait
c. Sambungan dengan balok kunci
 Sambungan memanjang dengan balok kunci pada sisi bawah
 Sambungan memanjang dengan balok kunci jepit
d. Sambungan tiang memanjang (Tegak Lurus)
 Sambungan tiang dengan pen lurus
 Sambungan tiang dengan pen miring
 Sambungan tiang dengan pen mulut ikan
 Sambungan tiang dengan pen silang

2. Sambungan Papan
a. Sambungan papan memanjang
 Sambungan papan memanjang dengan system ekor burung
 Sambungan papan memanjang parohan
b. Sambungan papan melebar datar
 Sambungan dengan lem
 Sambungan dengan alur dan lidah
 Sambungan dengan lidah lepas

116
Gambar Teknik Bab 4

c. Sambungan papan melebar tegak


 Sambungan dengan rabat
 Sambungan dengan alur dan lidah

Hubungan Kayu
1. Hubungan Sudut Siku
a. Hubungan dengan takikan setengah tebal kayu
 Hubungan dengan takikan setengah tebal kayu sederhana
 Hubungan dengan takikan setengah tebal kayu dengan kepala
tertutup
b. Hubungan dengan pen dan lobang
 Hubungan dengan pen dan lobang terbuka
 Hubungan pen dan lobang dengan spatpen

2. Hubungan Sudut Serong


a. Hubungan sudut miring
 Hubungan sudut miring gigi tunggal
 Hubungan sudut miring gigi ganda
b. Hubungan sudut miring tumit
 Hubungan sudut miring tumit biasa
 Hubungan sudut miring gigi tumit
3. Hubungan Ekor Burung
a. Hubungan ekor burung terbuka
b. Hubungan ekor burung tertutup
 Hubungan ekor burung tertutup untuk kayu rata
 Hubungan ekor burung tertutup untuk kayu tidak rata
c. Hubungan ekor burung serong
d. Hubungan ekor burung tertutup menyudut

117
Gambar Teknik Bab 4

Contoh Gambar-Gambar Sambungan


1. Sambungan Balok Arah Panjang

a. Sambungan balok arah horizontal (datar)

Gambar IV-5. a. Sambungan Bibir Lurus


b. Sambungan Bibir Lurus Mulut Ikan

Gambar IV-6. a. Sambungan Miring Berkait


b. Sambungan Balok Kunci

118
Gambar Teknik Bab 4

Gambar IV-7. a. Sambungan Bibir Lurus Mulut Ikan Serong


b. Sambungan Bibir Lurus Berkait
c. Sambungan Bibir Miring

119
Gambar Teknik Bab 4

b. Sambungan tiang-tiang

Gambar IV-8. a. Sambungan Tiang Dada Siku


b. Sambungan Tiang Dada Miring

120
Gambar Teknik Bab 4

2. Sambungan Papan
a. Sambungan Papan Arah Lebar

121
Gambar Teknik Bab 4

122
Gambar Teknik Bab 4

123
Gambar Teknik Bab 4

b. Sambungan sudut papan

124
Gambar Teknik Bab 4

3. Sambungan Balok Menyudut Siku-Siku

125
Gambar Teknik Bab 4

4. Sambungan Siku-Siku dan tidak Siku-Siku

126
Gambar Teknik Bab 4

127
Gambar Teknik Bab 4

128
Gambar Teknik Bab 4

129
Gambar Teknik Bab 4

130
Gambar Teknik Bab 4

5. Sambungan Tumpang (Ravil)

131
Gambar Teknik Bab 4

132
Gambar Teknik Bab 4

133
Gambar Teknik Bab 4

C. Latihan
Latihan 1 : Buatlah gambar sambungan balok arah memanjang (sambungan
datar) apabila diketahui ukuran balok 8 x 12 cm,
a. Sambungan bibir lurus
b. Sambungan bibir lurus berkait
c. Sambungan bibir lurus dengan mulut ikan

134
Gambar Teknik Bab 4

d. Sambungan bibir lurus mulut ikan serong


Perhatian konstruksi, tarikan garis, huruf dan angka, tata letak,
dan kebersihan gambar ?

Latihan 2 : Buatlah gambar sambungan balok arah memanjang (sambungan


sisi) apabila diketahui ukuran balok 8 x 12 cm
a. Sambungan bibir miring
b. Sambungan bibir miring berkait
Perhatian konstruksi, tarikan garis, huruf dan angka, tata letak,
dan kebersihan gambar ?

Latihan 3 : Buatlah gambar sambungan tiang memanjang (tegak lurus) apabila


diketahui ukuran balok 8 x 12 cm,
a. Sambungan tiang dengan pen lurus
b. Sambungan tiang dengan pen miring
c. Sambungan tiang dengan pen mulut ikan
d. Sambungan tiang dengan pen silang
Perhatian konstruksi, tarikan garis, huruf dan angka, tata letak,
dan kebersihan gambar ?

Latihan 4 : Buatlah gambar hubungan balok sudut serong (hubungan sudut


miring dan sudut miring tumit) apabila diketahui ukuran balok 8
x 12 cm,
a. Hubungan sudut miring gigi tunggal
b. Hubungan sudut miring gigi ganda
c. Hubungan sudut miring tumit biasa
d. Hubungan sudut miring gigi tumit
Perhatian konstruksi, tarikan garis, huruf dan angka, tata letak,
dan kebersihan gambar ?

135
Gambar Teknik Bab 4

Latihan 5 : Buatlah gambar hubungan ekor burung apabila diketahui ukuran


papan 3 x 25 cm,
a. Hubungan ekor burung terbuka
b. Hubungan ekor burung tertutup
c. Hubungan ekor burung serong
d. Hubungan ekor burung tertutup menyudut
Perhatian konstruksi, tarikan garis, huruf dan angka, tata letak,
dan kebersihan gambar ?

D. Rangkuman

a. Sambungan kayu ialah, dua batang kayu atau lebih yang disambung-
sambungkan sehingga menjadi satu batang kayu panjang. Sambungan ini
dapat dibuat dengan arah mendatar maupun tegak lurus dalam satu bidang
atau dua dimensi, sedangkan hubungan kayu ialah dua batang kayu atau
lebih yang dihubung-hubungkan menjadi suatu rangkaian konstruksi yang
kokoh, baik dalam satu bidang berdimensi dua maupun dalam satu ruang
berdimensi tiga .

b. Untuk mendapatkan konstruksi yang kokoh, maka hubungan harus


memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Hubungan harus sederhana dan kuat, harus dihindari takikan yang
besar dan dalam, ini akan mengakibatkan kelemahan kayu
 Harus memperhatikan sifat-sifat kayu, terutama sifat menyusut,
mengembang dan menarik
 Bentuk hubungan harus tahan terhadap gaya-gaya yang bekerja.

c. Penggunaan bermacam-macam sambungan dan hubungan kayu pada suatu


konstruksi kayu tergantung dari fungsi dan kegunaannya serta kekuatan
dari sambungan.

136
Gambar Teknik Bab 4

d. Dalam gambar teknik sambungan dan hubungan kayu biasanya banyak


digunakan dalam gambar detail konstruksi kuda-kuda kayu.

137
DAFTAR PUSTAKA

Body, Revian. “Gambar-Gambar 3 Dimensi”. Padang: MRC: 1991.

Ching, Frank. “Grafik Arsitektur”. Jakarta: Erlangga, 1992.

Gill, Robert. “Basic Perspective”. London: Thames and Hudson, 1974.

Israr, Chairul. “Konstruksi Bangunan dan Menggambar Seri Sambungan dan


Hubungan Kayu”. Padang: MRC, 1984.

Jabar, Maryati. “Dasar-Dasar Menggambar Teknik”. Padang: MRC, 1983.

Kelsey, W.E. “Geometrical and Building Drawing”. London: Crosby Locwood


& Son Ltd, 1971.

Martin, C. Leslie. “Grafik Arsitektur”. Jakarta: Erlangga, 1989.

Reekie, Fraser. “Draugtmanship, Architectural and Building Grafics”. London:


Edward Arnold, 1978.

Schaarwachter. “Perspektif untuk Para Arsitek”. Jakarta: Erlangga, 1984.

Soetarman. “Menggambar Teknik Bangunan I”. Jakarta: Depdikbud, 1977.

138

Anda mungkin juga menyukai