PRAKTIKUM TEKNIK
INDUSTRI TERPADU 1
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kepala Urusan Laboratorium FTII
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga Modul Praktikum Teknik Industri Terpadu 1 untuk
mahasiswa/i Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri dan
Informatika Institut Teknologi Telkom Purwokerto ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya.
Penyusun
Modul PTIT 1 | 1
DAFTAR ISI
Modul PTIT 1 | 2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Contoh Proyeksi Eropa ..................................................................... 8
Gambar 1.2 Contoh Proyeksi Amerika ................................................................. 9
Gambar 1.3 Contoh Proyeksi Isometri.................................................................. 9
Gambar 1.4 Contoh Proyeksi Dimetri ................................................................ 10
Gambar 1.5 Contoh Proyeksi Trimetri................................................................ 10
Gambar 2.1 Presedence Diagram....................................................................... 17
Gambar 2.2 Single Level Bill of Material ........................................................... 18
Gambar 2.3 Multilevel Bill of Material ............................................................... 18
Gambar 2.4 Format Assembly Chart .................................................................. 19
Gambar 2.5 Contoh Assembly Chart .................................................................. 20
Gambar 2.6 Contoh OPC ................................................................................... 25
Gambar 3.1 Proses Manufaktur dari Segi Teknik ............................................... 27
Gambar 3.2 Proses Manufaktur dari Segi Ekonomi ............................................ 28
Gambar 3.3 Jenis-jenis Proses Manufaktur ......................................................... 29
Gambar 3.4 Macam-macam Permesinan Logam ................................................ 31
Gambar 4.1 Contoh Check Sheet.......................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.2 Contoh Scatter Diagram .................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3 Contoh Fishbone Diagram ................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.4 Contoh Pareto Chart.......................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.5 Contoh Flow Chart ........................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.6 Contoh Histogram............................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.7 Contoh Control Chart........................ Error! Bookmark not defined.
Modul PTIT 1 | 3
CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN
a. Mampu menerapkan matematika, sains, dan prinsip rekayasa untuk
menyelesaikan masalah rekayasa kompleks pada sistem terintegrasi(meliputi
manusia, material, peralatan, energi dan informasi)
b. Mampu mengidentifikasi, memformulasi dan menganalisis masalah rekayasa
kompleks pada sistem terintegrasi berdasarkan pendekatan analitik,
komputasional atau eksperimental
c. Mampu merumuskan solusi untuk masalah rekayasa kompleks pada sistem
terintegrasi dengan memperhatikan faktor-faktor ekonomi, kesehatan dan
keselamatan publik, kultural, sosial dan lingkungan
d. Mampu merancangan sistem terintegrasi sesuai standar teknis, keselamatan
dan kesehatan lingkung yang berlaku dengan mempertimbangkan aspek
kinerja dan keandalan, kemudahan penerapan keberlanjutan serta
memperhatikan faktor-faktor ekonomi,sosial dan kultural
e. Mampu melakukan komunikasi secara tertulis maupun lisan yang efektif
f. Mampu melakukan kerjasama dalam sebuah kelompok kerja
Modul PTIT 1 | 4
MODUL 1
GAMBAR TEKNIK
1. Deskripsi
Gambar Teknik merupakan salah satu dasar keteknikan yang memberikan
pemahaman mengenai teknik, menyajikan gagasan secara visual dengan
mengikuti kaidah dan standarisasi ISO dalam pembuatan gambar teknik.
Pembahasan di dalamnya meliputi kemampuan membuat gambar dari objek yang
telah ada maupun dari gagasan berupa sketsa yang dibuat. Konsep pembuatan
gambar teknik 3 dimensi isometri, 2 dimensi (ortogonal), konsep potongan
gambar, dimensi, toleransi, dan beberapa keterangan gambar untuk keperluan
penyajian serta keterampilan mempergunakan peralatan menggambar manual
maupun menggunakan software gambar teknik.
2. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi komponen sebuah produk
b. Mahasiswa mampu menyusun Bill of Material dari sebuah produk
c. Mahasiswa mampu membuat rancangan gambar teknik sesuai dengan
komponen produk yang diberikan menggunakan software AutoCAD.
Modul PTIT 1 | 5
d. Menggambar komponen dari produk tersebut menggunakan software
AutoCAD.
5. Output
a. Daftar Komponen produk
b. Bill of Material
c. Gambar Komponen Produk
6. Landasan Teori
6.1. Pengertian Gambar Teknik
Gambar teknik adalah gambar yang dibuat dengan menggunakan cara-
cara, ketentuan-ketentuan, aturan-aturan yang telah disepakati bersama oleh
para ahli teknik. Dalam gambar teknik terdapat ketentuan-ketentuan dan
aturan-aturan berupa normalisasi atau standarisasi yang sudah ditetapkan
oleh ISO (International Organisation for Standarisation), yaitu sebuah
badan/lembaga internasional untuk standarisasi. Di samping ISO sebagai
sebuah badan internasional, di negara-negara tertentu ada yang memiliki
badan standarisasi nasional yang cukup dikenal di seluruh dunia. Misalnya:
di Jerman ada DIN, di Belanda ada NEN, di Jepang ada JIS, dan di
Indonesia ada SII.
Sebagai suatu alat komunikasi, gambar teknik mengandung maksud
tertentu, perintah-perintah atau informasi dari pembuat gambar (perencana)
untuk disampaikan kepada pelaksana dalam bentuk gambar kerja yang
dilengkapi dengan keterangan-keterangan berupa kode-kode, simbol-simbol
yang memiliki suatu arti.
Untuk membuat gambar yang baik dan memenuhi syarat serta dapat
dipahami dengan mudah dan benar oleh orang lain, diperlukan adanya
peralatan yang memenuhi syarat dan teknik-teknik menggambar yang benar.
Modul PTIT 1 | 6
6.2. Gambar Proyeksi
Gambar proyeksi adalah gambar bayangan atau konstruksi suatu
benda yang mana dapat kita ketahui tentang kejelasan suatu objek secara
matematis. Jenis gambar proyeksi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Proyeksi Ortogonal (Eropa)
Penampilan gambar proyeksi Eropa relative sederhana dibandingkan
dengan yang lain. Gambar ini menampilkan pandangan atas, depan
(muka), dan samping. Oleh karena itu proyeksi Eropa sangat tepat
digunakan untuk kepentingan perancangan mebel atau desain produk.
Sistem gambar proyeksi Eropa dihasilkan dari pemroyeksian pada ruang
atau sudut pertama (first angel). Oleh karena itu proyeksi Eropa sering
disebut proyeksi “Kuadran Pertama” atau “Kuadran I”. Ruang atau sudut
penampilan tersebut berbentuk tiga dimensi, yang terdiri atas 3 bidang,
yakni bidang I, II, dan III. Bidang I berfungsi untuk menampilkan
bayangan berada tampak dari atas, bidang II untuk bayangan benda
tampak depan, dan bidang III untuk bayangan benda tampak dari
samping kiri. Oleh karena itu proyeksi Eropa sering dikelompokkan
dalam proyeksi multiview (tampak ganda).
Modul PTIT 1 | 7
Gambar 1.1 Contoh Proyeksi Eropa
2. Proyeksi Amerika
Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut tiga dan juga ada yang
menyebutkan kiadrat lll. Proyeksi Amerika merupakan proyeksi yang
letak bidangnya sama dengan arah pandang.
Ciri-ciri dari hasil proyeksi Amerika :
a. Pandangan atas terletak di atas pandangan depan.
b. Pandangan kiri terletak dikiri pandangan depan.
c. Pandangan kiri terletak di kanan pandangan depan.
d. Panfangan bawah terletak di bawah pandangan depan
Modul PTIT 1 | 8
Gambar 1.2 Contoh Proyeksi Amerika
3. Proyeksi Aksonometri
Proyeksi Aksonometri tergolong jenis proyeksi sejajar (paralel) dan juga
tegak (ortogonal).Perbedaannya dengan proyeksi Eropa terutama adalah
dalam penampilan tampak. Dalam proyeksi Aksonometri diupayakan
untuk penampilan tampak atas, depan, dan samping dalam satu kesatuan
gambar tidak seperti dalam proyeksi Eropa yang terpisah oleh bidang-
bidang. Gambar proyeksi Aksonometri menampilkan objek gambar baik
yang kongkret maupun imajiner ke dalam bayangan tiga dimensi, oleh
karena itu aksonometri tergolong jenis proyeksi piktorial. Jenis proyeksi
Aksonometri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Proyeksi Isometri
Proyeksi isometri adalah jenis proyeksi aksonometri berpenampilan
tiga dimensi atau piktorial dengan besaran sudut masing-masing 120
0, dan perbadingan masing-masing ukuran tinggi, panjang, dan dalam
yaitu 1:1:1. Besar sudut sumbu 1200 dapat digunakan alternatif dibuat
sudut 300 terhadap horisontal (baik sudut kanan maupun kiri)
Modul PTIT 1 | 9
b. Proyeksi Dimetri
Penggunaan isometri seringkali menyebabkan distorsi pada gambar
yang ditampilkan, dan garis-garis yang berimpit.Kelemahan ini dapat
ditanggulangi dengan proyeksi dimetri. Dimetri artinya ada dua
jurusan sumbu yang sama panjang. Pada dimetri perbandingan yang
sama terdapat pada dimensi tinggi dan panjang. Perbandingan yang
lazim digunakan yaitu 2:2:1 atau 3:3:1 Perbandingan ini diikuti
dengan konsekuensi pada sudut objek yang digambar terhadap garis
horizon yaitu 41,4 derajat untuk sudut sebelah kanan dan 7,2 derajat
untuk sudut sebelah kiri.
c. Proyeksi Trimetri
Penggunaan proyeksi dimetri ternyata dirasakan banyak terjadi
distorsi, oleh karena itu ukuran kedua rusuk/sumbu salah satunya
(rusuk panjang) perlu dipendekkan, sehingga perbandingan yang
sering digunakan adalah 10:9:5 atau 6:5:4.
Modul PTIT 1 | 10
6.3. Gambar 2 Dimensi dan 3 Dimensi
1. Gamber 2 Dimensi
Gambar 2 Dimensi biasa disebut dengan 2D atau bidang adalah
bentuk dari benda yang memiliki panjang dan lebar. Gambar 2
Dimensi merupakan teknik penggambaran yang berpatokan pada
titik koordinat sumbu x (datar) dan sumbu y (tegak). Agar dapat
tampil dengan sempurna, gambar yang akan ditampilkan dengan
teknik ini harus memiliki nilai koordinat x dan y minimum 0 dan
maksimum sebesar resolusi yang digunakan.
2. Gambar 3 Dimensi
Gambar 3 Dimensi biasa disebut 3D adalah bentuk dari benda yang
memiliki panjang, lebar, dan tinggi. Grafik 3 Dimensi merupakan
teknik penggambaran yang berpatokan pada titik koordinat sumbu
x (datar), sumbu y (tegak), dan sumbu z (miring). Representasi dari
data geometrik 3 dimensi sebagai hasil dari pemrosesan dan
pemberian efek cahaya terhadap grafika komputer 2D. Tiga
Dimensi, biasanya digunakan dalam penanganan grafis. 3D secara
umum merujuk pada kemampuan dari sebuah video card (link).Saat
ini video card menggunakan variasi dari instruksi-instruksi yang
ditanamkan dalam video card itu sendiri ( bukan berasal dari
software) untuk mencapai hasil grafik yang lebih realistis dalam
memainkan game komputer.
Modul PTIT 1 | 11
bidang Mekanikal Engineering, Sipil, Arsitektur, Desain Grafik, dan semua
bidang yang berkaitan dengan penggunaan CAD.
AutoCAD digunakan untuk menggambar teknik karena memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya gambar yang dihasilkan lebih presisi di
bandingkan dengan menggambar secara manual. Dalam software AutoCAD
banyak terdapat fungsi peritah yang dapat digunakan dalam pembuatan
model dua dimensi maupun tiga dimensi dari suatu benda. Kelebihan
menggunakan autocad antara lain :
1. Akurasi.
Dengan tingkat presisi hingga 13 Digit, AutoCAD memiliki tingkat
akurasi yang jauh lebih sempurna, dibandingkan mengatur dengan
manual.
2. Kepraktisan, Kemudahan dan kecepatan.
Fasilitas penggambaran dan pengeditan yang semakin sempurna
menjadikan AutoCAD mampu menghasilakan gambar yang lebih cepat
dibandingkan dengan cara manual. Perintah Copy, Block dan lainnya
membuat anda untuk membuat dan mengedit gambar secara massal
dalam waktu yang cepat.
3. Kebersihan dan kerapian.
Dengan perintah pengeditan yang dimiliki AutoCAD memungkinkan
anda merevisi atau memperbaiki dan memeriksa hasil gambar sebelum
dicetak, sehingga menghasilkan gambar yang bersih dan sempurna tanpa
bekas-bekas pengeditan, penghapusan dan sebagaianya.
4. Ruang kerja yang tidak terbatas.
AutoCAD memiliki ruang kerja yang tak terbatas. Yang membatasi
ruang kerja adalah komputer anda, koordinat tertinggi yang dapat
dimasukkan adalah 1099 ( Sepuluh pangkat sembilan puluh sembilan ),
sehingga anda dapat membuat sebesar dan sebanyak apapun dalam ruang
yang sama. Anda dapat mencetaknya bagian perbagian atau sekaligus
dengan skala yang tepat.
Modul PTIT 1 | 12
5. Fleksibilitas Skala.
AutoCAD memungkinkan suatu gambar dicetak berkali-kali dengan
skala yang berbeda-beda tanpa harus membuat ulang gambar
tersebut.Dengan pengaturan skala yang tepat saat mencetak, anda juga
dapat memilih dengan bebas satuan yang digunakan dalam gambar
seperti cm, m, km, inchi, ft dll.
7. Referensi
1. Spencer, Giesecke Mitchell. 2001. Gambar Teknik, Ed. 11, Jil. 2. Jakarta
: Erlangga.
2. Christiawan, Philip. 2003. Konsep Dan Latihan Menggambar 3D Dengan
AutoCAD. Yogyakarta : Andi.
3. Sastra, Suparno. 2016. Gambar Kerja Rancang Bangun 2D Dengan
Autocad. Jakarta : Elex Media Komputindo
Modul PTIT 1 | 13
MODUL 2
PERENCANAAN PROSES
1. Deskripsi
Perencanaan proses merupakan tahapan untuk menentukan bagaimana suatu
produk itu diproduksi. Tahapan tersebut mendefinisikan secara detil proses
produksi dan perakitan, termasuk waktu produksi dari setiap komponen dan
perakitannya, material serta peralatan yang dibutuhkan. Sehingga hasil
perencanaan proses ini dapat langsung digunakan untuk produksi.
2. Tujuan
a. Memahami konsep ketergantungan operasi kerja dan menyusunnya ke
dalam bentuk Precedence Diagram (PD).
b. Memahami dan menyusun struktur dari suatu produk berupa Bill of
Material (BOM).
c. Memahami konsep urutan aliran komponen perakitan suatu produk dan
menyusunnya ke dalam bentuk Assembly Chart (AC).
d. Memahami proses produksi pembuatan part dari suatu produk dan
menyusun Lembar Rencana Proses (LRP) dari part tersebut.
e. Memahami konsep urutan operasi kerja dan menyusun Operation
Process Chart (OPC) dari suatu produk.
Modul PTIT 1 | 14
c. Susun LRP untuk part kritis dengan menggunakan data gambar teknik,
part list, data raw material, dan data mesin yang disediakan.
d. Rakit (assembly) kembali Jack Stand dan buatlah AC dan PD untuk
perakitan Jack Stand
e. Susun Multilevel BOM untuk Jack Stand.
f. Susun OPC untuk Jack Stand.
g. Konfirmasikan LRP part, AC, dan PD yang telah disusun kepada asisten
masing-masing.
5. Output
a. Lembar rencana Proses
b. Assembly Chart
c. Operation Process Chart
6. Landasan Teori
6.1. Perencanaan Proses
Menurut ANSI Standar Z94.10 (1972), process planning adalah,
“[a] procedure for determining the operations or actions necessary to
transform material from one state to another .”
Sedangkan menurut Bedworth, process planning adalah “the
preparation of a set of instructions that describe how to fabricate a part or
build an assembly which will satisfy engineering design specification.”
Praktikum ini menggunakan definisi yang kedua dimana “a set of
instruction”pada definisi Bedworth merupakan pembahasan mengenai
urutan pengerjaan, mesin dan tools yang digunakan, material yang
dibutuhkan, toleransi, parameter pemesinan, dan lain-lain. Adapun prosedur
perencanaan proses -- yang pada akhirnya disusun ke dalam bentuk Lembar
Rencana Proses -- meliputi beberapa tugas, yaitu pemilihan proses,
pemilihan alat potong, pemilihan parameter pemesinan, pemilihan mesin,
pemilihan metode pencekaman, pengurutan operasi, serta penentuan gerak
Modul PTIT 1 | 15
pahat. Pada umumnya, pemilihan operasi sangat bergantung pada bentuk
part yang akan dihasilkan serta kemampuan mesin yang digunakan.
Modul PTIT 1 | 16
Gambar 2.1 Presedence Diagram
Modul PTIT 1 | 17
untuk setiap single end item dan (4) unit ukuran komponen. Contoh single
level BoM ditunjukkan pada Gambar 2.2.
1040
4110 Level 0
Modul PTIT 1 | 18
penyusun suatu produk dan menjelaskan bagaimana aliran
perakitankomponen-komponen tersebut. Pada pembuatan assembly chart,
biasanya sering terjadi berbagaikesalahan, seperti kesalahan penulisan
fastener dan subassembly. Pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5 ditunjukkan
contoh Assembly Chart.
Dimana,
xx adalah nomor part
YYY adalah nama part
ZZZ adalah nama dan jumlah fastener (bila ada)
SiAj adalah subassembly
A adalah produk akhir
*) Untuk penulisan pada lingkaran-lingkaran SiAj, nilai i bertambah
dari kanan ke kiri dan nilaij bertambah dari atas ke bawah.
Modul PTIT 1 | 19
Gambar 2.5 Contoh Assembly Chart
Modul PTIT 1 | 20
Tabel 2.1 Format Lembar Rencana Proses
LEMBAR RENCANA PROSES
Nomor : Halaman ke- :
No. Part : File gambar :
Nama Part : Material :
Panjan
:
Ukura g
Dibuat Oleh : n Lebar :
Tanggal : Tinggi :
Modul PTIT 1 | 21
Contoh : Blanking ( L= 465.38 mm , t= 1,5 mm, TS=401.8
Mpa)
Embossing : Nama Operasi ( L=..., t=..., TS=....)
Contoh : Embossing ( L= 100 mm, t= 1.5 mm, TS=401.8
Mpa)
Modul PTIT 1 | 22
6.6.1 Prinsip-prinsip Penyusunan OPC
Prinsip-prinsip penyusunan OPC adalah sebagai berikut:
1. Pada baris paling atas terdapat kepala peta “Operation Process Chart”,
dan identifikasi lain:nama objek yang dipetakan, nama pembuat peta,
tanggal dipetakan, cara lama atau carasekarang, nomor peta, dan
nomor gambar.
2. Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal untuk
me-nunjukkan bahwamaterial tersebut masuk ke dalam proses.
3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang
menunjukkan terjadi-nyaperubahan proses.
4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara
berurutan, sesuai denganurutan operasi yang dibutuhkan untuk
pembuatan produk tersebut, atau sesuai denganproses yang terjadi.
5. Penomoran terhadap suatu kegiatan inspeksi diberikan secara
tersendiri dan prinsipnyasama dengan penomoran untuk kegiatan
operasi.
6. Pada bagian bawah OPC dibuat ringkasan yang memuat informasi:
jumlah operasi, jumlahinspeksi, serta jumlah waktu yang diperlukan
1.
Modul PTIT 1 | 23
Simbol segitiga menunjukkan kegiatanpenyimpanan. Lambang ini
dicantumkan setelah seluruh proses selesai.
4.
nx
simbol ini menunjukkan pengulangan untuk sebagian proses pada suatu
material. Simbol ini dicantumkan dengan garis yang mencakup seluruh
proses yang dilakukanpengulangan.
5.
nx
Simbol ini menunjukkan pengulangan untuk seluru proses pada suatu
material sbelum material tersebut di assembly dengan material lainnya.
Simbol inidicantumkan pada akhir keseluruhan proses apabila terdapat
pengulangan keseluruhan.
6.
Simbol ini menunjukkan transportasi. Kegiatan transportasi terjadi ketika
sebuah objek dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain. Apabila gerakan
perpindahan itu merupakan bagian dari operasi/inspeksi seperti halnya
loading/unloading material, maka hal tersebut tidak termasuk transportasi.
7.
Modul PTIT 1 | 24
Gambar 2.6 Contoh OPC
7. Referensi
1. Anityasari, M. & Wessiani, N., 2011. Analisa Kelayakan Usaha.
Surabaya: Guna Widya.
Modul PTIT 1 | 25
MODUL 3
PROSES MANUFAKTUR I
1. Deskripsi
Proses manufaktur merupakan suatu proses pembuatan benda kerja dari
bahan baku sampai barang jadi atau setengah jadi dengan atau tanpa proses
tambahan. Proses-proses pembuatan produk manufaktur dapat dimulai dari proses
pengecoran, pembentukan, hingga proses finishing.
2. Tujuan
a. Memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar permesinan dan mesin
perkakas, serta aplikasi terhadap kualitas produk,
b. Memberikan pemahaman terhadap perkembangan proses manufaktur
modern,
c. Memberikan kemampuan untuk melakukakan proses manufaktur, dan
analisa proses serta analisa teknis terkait dengan desain sebuah produk
sederhana terkait dengan proses manufaktur.
Modul PTIT 1 | 26
c. Melakukan proses pemotongan permesinan awal
5. Output
a. Produk setengah jadi
b. Proses manufakur (waktu kerja)
c. Peta kerja
6. Landasan Teori
6.1. Proses Manufaktur
Manufaktur dalam konteks modern adalah dua hal yang saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, yaitu teknologi dan ekonomi.
Pengertian dari manufaktur sendiri adalah penerapan proses fisika atau
kimia untuk mengubah suatu giometri, sifat, dan atau penampilan dari bahan
baku menjadi barang setengah jadi (part) atau menjadi barang setengah jadi
(product). Ada dua hal yang harus dipahami mengenai pengertian
manufaktur. Pertama, manufaktur dilihat dari segi teknik, kedua pengertian
manufaktur dari segi ekonomi.
Modul PTIT 1 | 27
Gambar 3.2 Proses Manufaktur dari Segi Ekonomi
Modul PTIT 1 | 28
Gambar 3.3 Jenis-jenis Proses Manufaktur
Modul PTIT 1 | 29
Turning process atau proses bubut adalah sebuah proses permesinan
dimana alat potong atau cutting tool berada disuatu titik untuk
menghilangkan permukaan benda kerja yang berputar. Alat potong atau
cutting tool bergerak linier dalam arah parallel dengan sumbu rotasi,
bertujuan untuk menghasilkan geometri benda kerja yang silinder.
2. Drilling
Drilling adalah sebuah proses permesinan dimana alat potong atau
cutting tool yang berbentuk bulat dan memiliki dua sisi potong berputar
kemudian bergerak tegak lurus dengan benda kerja sehingga dapat
menghasilkan lubang bulat pada permukaan benda kerja. Pada prinsipnya
drilling process sendiri sama dengan proses lain seperti proses reaming
atau proses memperbesar lubang guna memperoleh dimensi presisi,
tapping atau proses pembuatan ulir pada lubang, counterboring atau
proses memperbesar diameter lubang, countershinking atau proses
membuat chamfer pada lubang, centering atau proses membuat awalan
lubang, dan spot facing atau proses meratakan permukaan benda kerja
malalui gerakan plunging.
3. Milling
Milling process adalah sebuah proses permesinan dimana alat potong
atau cutting tool yang berbentuk bulat dan memiliki beberapa sisi potong
berputar, disebut gerakan utama, lalu mengenai benda kerja yang
bergerak mendekatinya, yang disebut gerakan pemakanan. Proses ini
bertujuan untuk memproses permukaan benda kerja
Modul PTIT 1 | 30
Gambar 3.4 Macam-macam Permesinan Logam
(a) Turning (b) drilling (c) peripheral milling (d) face milling
Modul PTIT 1 | 31
Kegagalan ini terjadi ketika temperatur saat proses pemotongan
terlalu tinggi diatas daya tahan material, sehingga cutting tool
berubah bentuk atau kehilangan sisi tajamnya.
Gradual wear
Kegagalan ini terjadi ketika cutting tool kehilangan sisi potongnya.
Life time dari cutting tool sangat dipengaruhi oleh proses pemotongan,
semakin lama dan pelan suatu proses, maka life time cutting tool akan
semakin panjang, begitu juga sebaliknya. Selain itu Life time dari cutting
tool juga dipengaruhi oleh metode setting, semakin besar dan pendek suatu
cutting tool, maka life time cutting tool tersebut juga akan semakin panjang,
begitu juga sebaliknya
7. Referensi
1. Groover, M., 2007. Otomasim Sistem Produksi, dan Computer-
Integrated Manufacturing.Edisi Kedua penyunting. Surabaya : Guna
Widya.
Modul PTIT 1 | 32
MODUL 4
PROSES MANUFAKTUR II
1. Deskripsi
Proses lanjutan dari proses pebuatan benda kerja sebelumnya, untuk
melakukan proses assembly atau perakitan.
2. Tujuan
a. Memberikan pengetahuan tentang jenis-jenis perakitan produk
b. Memberikan pemahaman terhadap cara perakitan produk
5. Output
a. Produk yang siap untuk di finishing
6. Landasan Teori
Operasi perakitan atau assembly operations adalah proses menggabungkan
dua atau lebih komponen untuk membuat bentuk baru yang disebut dengan
assembly, assembly part atau beberapa istilah lain yang mengacu pada proses
joining (penggabungan). Contohnya adalah proses perakitan dengan cara joining
welding. Komponen dari entitas baru dikoneksikan satu sama lain secara
permanen atau semi permanen. Proses penggabungan permanen diantaranya
adalah welding (pengelasan), brazing (pematrian), soldering (penyolderan), dan
ikatan adhesif. Mereka membentuk gabungan antara komponen-komponen yang
tidak dapat dengan mudah dipisahkan.
Modul PTIT 1 | 33
7. Referensi
1. Muyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta : ANDI.
Modul PTIT 1 | 34
MODUL 5
PROSES MANUFAKTUR III
1. Deskripsi
Proses terakhir dari serangkaian proses manufaktur untuk detail produk
yang lebih bagus.
2. Tujuan
Memberikan nilai tambah pada produk dengan penyelesaian sesuai material
dan kebutuhan
5. Output
a. Produk jadi
6. Landasan Teori
Finishing merupakan tahap terakhir dalam proses produksi. Sebelum produk
masuk quality control tahap akhir dan pengepakan maka dilakukan finishing
terlebih dahulu. Finishing adalah suatu proses penyelesaian atau penyempurnaan
ahir dari suatu produk. Pada umumnya finishing dilakukan dengan melapisi
material dengan cat, politur, pelindung air, atau bahan lain. Selain membuat
tampilan produk menjadi lebih menarik, finishing juga dapat memberikan
perlindungan pada material agar lebih tahan goresan, benturan dan tahan lebih
lama.
Modul PTIT 1 | 35
Ada beberapa jenis finishing yang membedakan dalam proses. Berikut ini
merupakan perbedaan secara umum pada proses finishing yaitu : material yang di
finishing, metode finising, dan bahan yang digunakan untuk finishing.
1. Finishing berdasarkan material
Material yang paling umum digunakan dalam industri antara lain kayu,
besi/logam, dan plastik.
2. Finishing berdasarkan metodenya
Metode yang paling umum digunakan dalam finishing ada dua yaitu
penguasan dan spray atau seprot.
3. Finishing berdasarkan bahan fishing-nya
Ada dua dasar pelarut cat/finishing yang beredar dipasaran, yaitu water
based dan oil based atau solvent base
7. Referensi
Muyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta : ANDI.
Modul PTIT 1 | 36
MODUL 6
PERANCANGAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK STASIUN
KERJA
1. Deskripsi
Lingkungan kerja fisik memiliki pengaruh besar pada produktivitas dan
kepuasan penghuni bangunan dalam ruangan. Kenyaman termal merupakan salah
satu bagian yang harus dipertimbangkan dalam melakukan aktivitas di dalam
ruangan. Kenyamanan termal adalah kondisi pikiran yang mengekspresikan
kepuasan dan kenyamanan seseorang dengan lingkungan (ASHRAE 55, 2010;
ISO 7730, 2005). Seseorang menghabiskan waktunya lebih dari 90% di dalam
ruangan, sehingga mereka membutuhkan udara yang nyaman dalam ruang tempat
mereka beraktivitas (Lee dan Chang, 2000). Kenyamanan termal mengacu pada
tingkat metabolisme yang dapat dinilai dengan variabel yang meliputi kegiatan,
pakaian, suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan aliran udara, dan intensitas
cahaya (Fanger, 1982).
2. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengukur iklim kerja di sebuah ruangan
b. Mahasiswa mampu menghitung dan merancanang ulang kondisi
lingkungan kerja yang nyaman
b. Lux meter
Modul PTIT 1 | 37
c. Sound level meter
5. Output
a. Data pengukuran temperature
b. Data pengukuran kecepatan angin
c. Data pengukuran kelembapan udara
d. Data pengukuran kebisingan
e. Data pengukuran pencahayaan ruangan
Modul PTIT 1 | 38
6. Landasan Teori
Manusia dalam beraktivitas selalu dipengaruhi oleh dua factor yaitu factor
internal dan factor eksternal. Factor internal merupakan factor yang berasal dari
diri sendiri, seperti motivasi, kemampuan, skill, dan lainnya. Sebaliknya, factor
internal merupakan factor yang berasal dari luar diri yang salah satunya adalah
factor lingkungan kerja. Manusia akan dapat melakukan kegiatannya dengan baik
jika ditunjang oleh lingkungan fisik kerja yang baik. Adapun, factor – factor yang
mempengaruhi terbentuknya lingkungan kerja antaranya :
1. Temperature
Temperature merupakan arus udara dengan kandungan kadar air tertentu
dan mengalir pada daerah tertentu. Temperatur yang berada di bawah atau
diatas normal akan mempengaruhi aspek fisiologi maupun psikologi.
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan temperature, yaitu tidak lebih dari 20% kondisi panas dan 35%
dari kondisi dingin. Semuanya diukur dari temperature normal tubuh.
Menurut Alberta (2012), factor yang mempengaruhi perasaan manusia
mengenai panas dan dingin tergantung pada 6 faktor utama :
a. Suhu udara, dapat diukur dengan thermometer. Namun pada situasi
dimana ada banyak radiasi panas, indikasi tidak selalu akurat tentang
panas atau dingin yang dirasakan.
b. Sumber panas (panas radiasi), mencakup sinar matahari langsung,
aspal panas, seiring waktu di hari yang panas, mesin yang
menghasilkan panas, air panas, pemanas, sumber-sumber yang dapat
memancarkan panas dan menambah jumlah panas.
c. Kelembapan relative adalah jumlah kelembapan air di udara. Lebih
hangat udara, lebih banyak uap air. Kelembapan yang tinggi membuat
orang merasa lebih panas karena keringat yang tidak menguap dari
kulit. Udara dingin dengan kelembapan relative tinggi terasa dingin
daripada udara kering pada suhu yang sama.
Modul PTIT 1 | 39
d. Udara yang bergerak (kecepatan), biasanya mendinginkan seseorang.
Pendinginan ini memberikan bantuan pada lingkungan yang panas
selama udara bergerak lebih dingin dari orang tersebut.
e. Tenaga fisik. Bergerak di sekitar atau bekerja menghasilkan panas,
ketika bekerja pada hari yang panas, gerakan akan meningkatkan
tekanan panas.
f. Pakaian dapat membantu tetap hangat, tetapi ketika kabut, hujan, atau
keringat yang cukup berat akan membuat pakaian menjadi basah dan
pakaian akan kehilangan sifat isolasi.
Berat badan dan umur juga akan mempengaruhi tingkat kebugaran
seseorang dan perasaan panas atau dinginnya. Kondisi medis juga dapat
meningkatkan seberapa rentan tubuh terhadap panas dan dingin. Selain itu,
orang dengan penyakit kulit dan ruam mungkin akan lebih rentan terhadap
panas.
Suhu tinggi + kelembapan tinggi + kerja fisik = tekanan panas
Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar furnaces,
peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau bekerja di luar ruangan di
bawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Selama aktivitas
pada lingkungan panas tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan
reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan
dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh
dengan kehilangan panas dari dalam tubuh. Menurut Suma’mur (1984)
dan Priatna (1990) bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan hampir
menetap (homeotermis) oleh suatu pengaturan suhu
(thermoregulatorysistem). Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat
keseimbangan di antara panas yang dihasilkan dari metabolisme tubuh
dan pertukaran panas di antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya.
Sedangkan produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik
tubuh, makanan, gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam
kondisi demam dll. Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan
pertukaran panas di antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah
Modul PTIT 1 | 40
panas konduksi, panas konveksi, panas radiasi dan panas penguapan
(VOHSC & VCAB, 1991 dan Bernard, 1996).
Pekerja di lingkungan panas juga dapat beraklimatisasi untuk
mengurangi reaksi tubuh terhadap panas (heat strain). Pada proses
aklimatisasi menyebabkan denyut jantung lebih rendah dan laju
pengeluaran keringat meningkat. Khusus untuk pekerja yang baru di
lingkungan panas diperlukan waktu aklimatisasi selama 1-2 minggu.
Aklimatisasi terhadap lingkungan panas sangat diperlukan pada
seseorang yang belum terbiasa dengan kondisi tersebut. Aklimatisasi
tubuh terhadap panas memerlukan sedikit air akan tetapi lebih sering
minum. Garam juga diperlukan dalam proses aklimatisasi. Seorang
tenaga kerja dalam proses aklimatisasi hanya boleh terpapar 50% waktu
kerja pada tahap awal, kemudian dapat ditingkatkan 10% setiap hari
(Grantham, 1992).
Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh
untuk memelihara keseimbangan panas. Menurut Pulat (1992) bahwa
reaksi fisiologis tubuh (heat strain) oleh karena peningkatan temperatur
udara di luar comfort zone adalah sebagai berikut:
a) Vasodilatasi
b) Denyut jantung meningkat
c) Temparatur kulit meningkat
d) Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat dll.
Selanjutnya apabila pemaparan terhadap tekanan panas terus
berlanjut, maka resiko terjadi gangguan kesehatan juga akan meningkat.
Menurut Grantham (1992) dan Bernard (1996) reaksi fisiologis akibat
pemaparan panas yang berlebihan dapat dimulai dari gangguan fisiologis
yang sangat sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat
serius. Pemaparan terhadap tekanan panas juga menyebabkan penurunan
berat badan. Menurut hasil penelitian Priatna (1990) bahwa pekerja yang
bekerja selama 8 jam/hari berturut-turut selama 6 minggu, pada ruangan
Modul PTIT 1 | 41
dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) antara 32,02 sampai
33,01oC menyebabkan kehilangan berat badan sebesar 4,23%.
Gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas
yang berlebihan dapat di jelaskan sebagai berikut:
a) Gangguan perilaku dan performansi kerjaseperti, terjadinya kelelahan
dan sering melakukan istirahat curian
b) Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak
cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan
tubuh <1,5% gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal
dan mulut mulai kering.
c) Heat rash. Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal
kulit akibat kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja
perlu beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan
bedak penghilang keringat.
d) Heat cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki)
akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam
natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena
minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.
e) Heat syncope atau fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran
darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawa
kepermukaan kulit yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
f) Heat exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu
banyak cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering,
sangat haus, lemah, dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak
dialami oleh pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara
panas.
Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas di tempat
kerja menyebakan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur suhu
inti tubuh pekerja yang bersangkutan. Normal suhu inti tubuh adalah
37oC, mungkin mudah dilampaui dengan akumulasi panas dari konveksi,
Modul PTIT 1 | 42
konduksi, radiasi dan panas metabolisme. Apabila suhu inti tubuh
pekerja >38oC, diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan panas yang
dapat meningkatkan suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harus dilakukan
pengukuran suhu lingkungan kerja.
Salah satu parameter pengukuran suhu lingkungan panas adalah dengan
menilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang terdiri dari parameter
suhu udara kering, suhu udara basah dan suhu panas radiasi. Kemudian
secara manual ISBB dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
a. Pekerjaan dilakukan di bawah paparan sinar matahari (outdoor):
ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x suhu kering)
b. Pekerjaan dilakukan di dalam ruangan (indoor) :
ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi)
a. Kecepatan Angin
Angin adalah udara yang bergerak karena adanya gaya yang
diakibatkan oleh perbedaan tekanan dan perbedaan suhu (Satwiko, 2009)
dalam Mavalino (2013). Angin akan bergerak dari suatu daerah yang
memiliki tekanan tinggi ke daerah yang memiliki tekanan yang lebih
rendah (Habibie, et al., 2011). Angin pada daerah iklim tropis lembab
cenderung minim, biasanya berhembus agak kuat di siang hari atau pada
musim pancaroba. Kenyamanan di daerah tropis lembab hanya dapat
dicapai dengan bantuan aliran angin yang cukup pada tubuh manusia.
Furqon (2012) dalam Bekti (2014) menyatakan angin terjadi
karena adanya perbedaan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan
bumi. Perbedaan radiasi matahari mengakibatkan adanya perbedaan
pemanasan permukaan bumi dan suhu udara. Hal ini menyebabkan
adanya perbedaan tekanan udara yang menimbulkan pergerakan udara
atau angin. Udara yang lebih panas mempunyai tekanan yang lebih
rendah sehingga udara dingin yang bertekanan lebih tinggi akan
bergerak menuju daerah udara yang lebih panas.
Modul PTIT 1 | 43
Pergerakan udara adalah aspek yang penting untuk kenyamanan termal
terlebih daerah panas, seperti halnya di daerah tropis. Di daerah dingin
pergerakan udara tidak terlalu terpengaruh karena biasanya jendela-
jendela ditutup untuk mencegah masuknya angin yang dingin.
Pergerakan udara atau angin yang menyapu permukaan kulit
mempercepat pelepasan panas secara konveksi. Bila permukaan kulit
basah, maka penguapan yang terjadi mengakibatkan pelepasan panas
yang lebih besar (Frick, 2008). Gerakan udara tidak dapat mencegah
terjadinya radiasi dari lapisan luar kelapisan dalam tetapi dapat
menyaluran panas yang terbentuk di dalam ruang kosong tersebut.
Kecepatan angin dapat diukur dengan anemometer.
b. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara.
Biasanya kelembaban udara menjadi penting saat suhu udara mendekati
atau melampaui ambang batas daerah kenyamanan termal dan
kelembaban udara mencapai lebih dari 70% atau kurang dari 40%.
Kelembaban udara yang tinggi mengakibatkan sulit terjadinya
penguapan dipermukaan kulit sehingga mekanisme pelepasan panas bisa
terganggu. Dalam pergerakan seperti itu pergerakan udara akan sangat
membantu penguapan. Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan
terjadinya ketidaknyamanan termal sehingga harus diimbangi dengan
kecepatan angin yang cukup dan menerus. Persyaratan Kelembaban
udara mengacu pada Kepmenkes RI Nomor:
1405/MENKES/SK/X/2002, Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
yaitu 40% - 60%.
Kelembapan relatif adalah perbandingan antara jumlah uap air
pada udara dengan jumlah maksimum uap air yang udara bisa ditampung
pada temperatur tersebut. Lingkungan yang mempunyai kelembapan
relatif tinggi mencegah penguapan keringan dari kulit. Lingkungan yang
panas, jika semakin sedikit keringat yang menguap karena kelembapan
Modul PTIT 1 | 44
tinggi, maka akan menimbulkan kegerahan bagi individu yang berada di
lingkungan tersebut.
Kelembaban udara dapat diukur langsung dengan hygrometer. Jika
memperkirakan kelembapan relatif udara tanpa alat tersebut akan cukup
sulit. Jika kulit terasa lengket, maka RH sudah diatas 80%, apabila kulit
terasa lengket sekali dan udara pengab (terasa berat menekan), maka RH
diatas 90%. Jika dirasakan nyaman, kulit kering wajar, maka RH
diperkirakan sekitar 50-60%. Dibawah 40% akan mulai merasakan kulit
kering yang tidak wajar, cenderung bersisik, bibir mulai kering, dan
mata pedas.
Putri (2011) dalam Bekti (2014) menyatakan bahwa kelembapan
udara di sebuah tempat akan mempengaruhi terjadinya perpindahan
panas dari dan menuju tubuh. Jika temperatur lingkungan tinggi, maka
kulit akan mengeluarkan keringat, dan jika terus menerus terkena panas,
maka keringan di permukaan kulit akan menguap, sehingga pada saat
terjadi penguapan, keringat memindahkan panas dari tubuh ke
lingkungan. Hal ini akan sulit terjadi jika kelembapan udara tinggi
karena kadar air di udara sudah cukup tinggi, hal ini akan
mengakibatkan manusia merasa lebih gerah, karena panas tubuh tidak
dapat berpindah ke lingkungan.
Menurut Nur (2012) kelembapan udara adalah tingkat kebasahan
udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air.
Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada
kandungan uap air dalam udara dingin. Jika udara banyak mengandung
uap air didinginkan maka suhunya akan turun dan udara tidak dapat lagi
menahan uap air. Uap air kemudian berubah menjadi titik – titik air.
Udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya
disebut udara jenuh.
c. Pencahayaan
Pencahayaan ruang sekolah terutama kelas, laboratorium dan
perpustakaan harus mempunyai intensitas yang cukup dan merata sesuai
Modul PTIT 1 | 45
dengan fungsinya. Persyaratan Pencahayaan di ruangan mengacu pada
Kepmenkes RI Nomor: 1405/MENKES/SK/X/2002, Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran yaitu intensitas di ruang kerja minimal
100 lux.
d. Aktivitas manusia
Aktivitas manusia menimbulkan energi atau panas tertentu dalam
tubuh yang bersangkutan. Makin tinggi aktivitas seseorang, makin besar
pula kecepatan metabolisme di dalam tubuhnya sehingga makin besar
energi atau panas yang dihasilkan. Semakin banyak panas yang
dihasilkan tubuh, semakin banyak panas yang perlu dihilangkan agar
tubuh tidak mengalami overheat. Metabolisme diukur dalam MET (1
MET = 58W/m2 permukaan tubuh). Manusia dewasa normal memliki
permukaan kulit 1,7m2 dan orang dalam kenyamanan termal dengan
tingkat aktivitas 1 MET akan memiliki heat loss sebanyak 100W.
Produksi energi dalam tubuh berlangsung terus menerus melalui
proses metabolisme yang mengoksidasi makanan menjadi energi (Rajendra,
2011). Energi ini sebagian dikonversi menjadi kerja mekanik eksternal di
mana sisanya dilepaskan sebagai panas tubuh internal. Keluaran panas
spesifik tubuh manusia ditunjukkan dalam tabel
Tabel 3.1Keluaran spesifik tubuh manusia
Keluaran Kalor (Watt)
Aktivitas
Pria Wanita
Duduk di gedung pertunjukan 114 97
Duduk, kerja amat ringan 132 117
Kerja kantor dengan keaktifan sedang 139 132
Berdiri, kerja ringan, berjalan 162 132
Berjalan, berdiri 162 146
Pekerjaan terus menerus 144 162
Pekerjaan berat 440 425
Sumber : SNI 03-6572-2001
Panas yang dihasilkan dipindahkan dari inti tubuh yang hangat ke
permukaan tubuh sebagian secara konduksi melalui jaringan otot dan
sebagian lagi oleh aliran darah ke kulit. Bagi seseorang yang duduk pada
temperatur 20°C, 78% dari panas ditransmisikan sebagai panas sensibel
Modul PTIT 1 | 46
dan 22% sebagai panas laten. Untuk yang bekerja berat perbandingan
antara panas sensibel dan laten adalah sebesar 43:57. Satuan bagi
keluaran panas metabolisme biasa dinyatakan dengan met, dimana 1 met
= 58 W/m2. Area yang bersesuaian adalah area permukaan tubuh (kira-
kira 2 m2 bagi pria dewasa).
Suhu tubuh harus dipertahankan sekitar 37oC yang menentukan
adanya keseimbangan panas antara tubuh dan lingkungannya. Rata – rata
perpindahan panas ke tubuh harus seimbang dengan keluaran panas dari
tubuh.
Metabolisme produksi panas terjadi pada semua bagian tubuh dan
sistem termoregulasi mengatur berapa banyak panas yang dipindahkan
ke kulit. Ini akan melibatkan perpindahan panas melalui jaringan tubuh
dan sangat ditentukan oleh tingkat vasodilatasi.
Metabolisme produksi panas terjadi pada semua bagian tubuh dan
sistem termoregulasi mengatur berapa banyak panas yang dipindahkan
ke kulit. Ini akan melibatkan perpindahan panas melalui jaringan tubuh
dan sangat ditentukan oleh tingkat vasodilatasi.
e. Kebisingan
Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki
yangbersifat menggangu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan
daya dengarseseorang yang terpapar (WHS, 1993). Sedangkan definisi
kebisingan menurutKepmennaker (1999) adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumberdari alat-alat proses produksi dan atau alat-
alat kerja yang pada tingkat tertentudapat menimbulkan gangguan
pendengaran.Suara atau bunyi dapat dirasakan oleh indra pendengaran
akibat adanyarangsangan getaran yang datang melalui media yang
berasal dari benda yang bergetar.Menurut Suma’mur (1984) dan WHS
(1993) bahwa dari segi kualitas bunyi, terdapatdua hal yang
menentukan yaitu frekuensi suara dan intensitas suara.
Frekuensidinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau Herz (Hz)
yaitu jumlah getaranyang sampai ke telinga setiap detiknya. Sedangkan
Modul PTIT 1 | 47
intensitas atau arus enegilazimnya dinyatakan dalam desibel (dB) yaitu
perbandingan antara kekuatan dasarbunyi (0,0002 dyne/cm2) dengan
frekuensi (1.000 Hz) yang tepat dapat didengaroleh telinga normal.
Mengingat desibel yang diterima oleh telinga merupakan
skalalogaritmis, maka tingkat kebisingan 3 dB di atas 60 dB
pengaruhnya akan berbedadengan 3 dB di atas 90 dB.
7. Referensi
1. ASHRAE Standard Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy.
ANSI/ASHRAE 55-2004
Modul PTIT 1 | 48