Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mungkin di antara kita ada yang tidak mengetahui apa itu mahram dan
siapa saja yang termasuk mahramnya.tidak boleh seorang laki-laki dengan
wanita berduaan kecuali dengan mahramnya. Wanita dan pria tidak boleh
jabat tangan kecuali itu mahramnya. dan masih banyak masalah lainnya.
Dalam hal ini, islam sebagai agama terakhir yang membawa syariat
terakhir, maka islampun sudah memberikan rambu-rambu yang mengatur
perkara ini, sehingga umat muslim merasa aman dan terpeliharalah dari mulai
jiwa dan kehormatannya. Konsep mahram yang diatur oleh islam ini akan
menjaga kemuliaan derajat wanita dan laki-laki, sehingga tidak mudah untuk
bergaul dan berinteraksi antar sesama yang lain jenis.
Dalam kamus istilah fiqh dikatakan bahwa mahram itu adalah yang haram
dinikahi, karena ada hubungan nasab atau susuan. Melihat aurat
mahram/mahramah, hukumnya boleh / tidak haram, selain bagian antara pusar
dan lutut. Seorang tidak boleh keluar rumah, kecuali bersama dengan
mahramnya / mahramahnya. (M. Abdul Mujieb Mabruri Tholhah Syafi’ah,
kamus istilah fiqh, hal. 186).
Dengan penulisan makalah ini, semoga kita akan memahami siapa saja
mahram kita dan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan kepada
mahram, sehingga kita tidak salah dalam berucap mengatakan mahram dengan
muhrim dan juga pelaksanaan dalam pergaulan sehari-hari, agar kita mampu
menjaga sikap dan diri kita agar tidak terjerumus kedalam perbuatan dosa.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud dengan mahram?
2. Dasar hukum mahram?
3. Apa saja macam-macam mahram?
4. Pandangan ulama dalam masalah bersentuhan?
5. Implikasi mahram dalam pernikahan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian mahram?
2. Untuk mengetahui Dasar hukum mahram?
3. Untuk mengetahui macam-macam mahram?
4. Untuk mengetahui Pandangan ulama dalam masalah bersentuhan?
5. Untuk mengetahui implikasi mahram dalam pernikahan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mahram


Mahram berarti “yang terlarang”. “sesuatu yang terlarang”. Maksudnya yang
terlarang mengawininya.
Kata mahram (mahramun) berasal dari bahasa Arab artinya orang-orang yang
merupakan lawan jenis kita, namun haram (tidak boleh) kita nikahi selamanya.
Namun kita boleh bepergian (safar) dengannya, boleh berboncengan dengannya,
boleh melihat wajahnya, boleh berjabat tangan atau dalam mazhab Syafi’i tidak
membatalkan wudlu ketika di sentuh.
Mahram adalah wanita yang haram di nikahi oleh laki-laki. Mahram adalah
isim maf’ul dari kata “haroma” yang artinya melarang.
Dibawah ini pengertian mahram menurut beberapa ulama:
 Menurut Imam Ibnu Qudamah Mahram adalah semua orang yang haram
untuk dinikahi selama-lamanya dengan sebab nasab, persusuan, dan
pernikahan
 Menurut Imam Ibnu Atsir Mahram adalah orang-orang yang haram untuk
dinikahi selama-lamanya seperti bapak, anak, saudara, paman, dan lain-
lain.

2.2 Dasar Hukum Mahram

 Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh


ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya
perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang
ditempuh).
 Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara
bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-
anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang
menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu
(mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang
telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu
(dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya;
(dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan
menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

3
 Kamu miliki Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang
bersuami, dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian(yaitu) mencari
isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka
isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu
kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. An-nisa : 22-24

2.3 Macam-Macam Mahram

1.Mahram Muabbad (halangan-halangan abadi)


Dibagi menjadi tiga: karena nasab, karena ikatan perkawinan
(‫صاه ََرة‬
َ ‫) ُم‬, dan karena persusuan (ْ‫ضاع‬
َ ‫)ر‬.
َ
Mahram Muabbad adalah orang-orang yang haram melakukan pernikahan
untuk selamanya.
 Haram sebab nasab[3]
Mahram karena nasab adalah mahram yang berasal dari hubungan
darah atau hubungan keluarga

 Ibu kandung dan seterusnya keatas seperti nenek, ibunya nenek.


 Anak wanita dan seterusnya ke bawah seperti anak perempuannya anak
perempuan.
 Saudara kandung wanita.
 Ammat / Bibi (saudara wanita ayah).
 Khaalaat / Bibi (saudara wanita ibu).
 Banatul Akh / Anak wanita dari saudara laki-laki.
 Banatul Ukht / anak wanita dari saudara wanita

 Haram sebab ikatan perkawinan (‫صاه ََرة‬َ ‫[) ُم‬4]


 Ibu dari istri (mertua wanita).
 Anak wanita dari istri (anak tiri).
 Istri dari anak laki-laki (menantu peremuan).
 Istri dari ayah (ibu tiri)

 Haram sebab persusuan (ْ‫ضاع‬


َ ‫[)ر‬5]
َ
Menurut terminologi syara’, persusuan adalah suatu nama untuk
mendapatkan susu dari seorang wanita atau nama sesuatu yang
didapatkan dari padanya sampai di dalam perut anak kecil atau
kepalanya. Dalil tentang keharaman sebab sepersusuan terdapat pada
al-Qur’an, sunnah dan ijma’.
Dalil Al-Qur’an seperti firman Allah SWT:

4
“Dan ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan” (QS.
An-Nisa’: 23).
Dalam periwayatan lain Nabi bersabda:
ُ ‫ضا َعةُْت ُ َح ِّر ُمْال ِّوالَدَْة‬
َ ‫الر‬
َّ
“persusuan itu mengharamkan apa yang di haramkan kelahiran.”
Hadits tersebut telah mengharamkan sebab persusuan dengan jelas, persusuan dan
kelahiran memiliki persamaan dalam keharaman. Dalil ijma’, umat Islam sepakat
bahwa persusuan itu menjadi sebab dari beberapa sebab keharaman.
Bila seorang anak menyusu kepada seorang perempuan, maka air susu
yang diminumnya tersebut nantinya akan menjadi darah dan daging dalam
tubuhnya sehingga perempuan tersebut sudah hampir sama seperti ibunya sendiri.
Perempuan itu sendiri dapat menyusui karena kehamilan dari hubungannya
dengan suaminya, maka anak yang menyusu kepadanya juga terhubung dengan
suaminya layaknya seorang anak terhubung kepada ayah kandungnya.
Selanjutnya keharaman-keharaman melakukan perkawinan berlaku sebagaimana
hubungan nasab. Selanjutnya keharaman-keharaman melakukan perkawinan
berlaku sebagaimana hubungan nasab. Para ulama berpendapat bahwa hubungan
persusuan dapat timbul setelah 5 kali persusuan dan usia anak tidak lebih dari dua
tahun

2. Mahram Muaqqot (Halangan-Halangan Sementara)

Kemahraman ini bersifat sementara, bila terjadi sesuatu, laki-laki yang


tadinya menikahi seorang wanita, menjadi boleh menikahinya. Diantara para
wanita yang termasuk ke dalam kelompok haram dinikahi secara sementara waktu
saja adalah :
 Istri orang lain, tidak boleh dinikahi tapi bila sudah diceraikan oleh
suaminya, maka boleh dinikahi.
 Saudara ipar, atau saudara wanita dari istri. Tidak boleh dinikahi tapi
juga tidak boleh khalwat atau melihat sebagian auratnya. Hal yang
sama juga berlaku bagi bibi dari istri. Namun bila hubungan suami istri
dengan saudara dari ipar itu sudah selesai, baik karena meninggal atau
pun karena cerai, maka ipar yang tadinya haram dinikahi menjadi boleh
dinikahi.Demikian juga dengan bibi dari istri.
 Wanita yang masih dalam masa Iddah, yaitu masa menunggu akibat
dicerai suaminya atau ditinggal mati. Begitu selesai masa iddahnya,
maka wanita itu halal dinikahi.
 Istri yang telah ditalak tiga, untuk sementara haram dinikahi kembali.
Tetapi seandainya atas kehendak Allah dia menikah lagi dengan laki-
laki lain dan kemudian diceraikan suami barunya itu, maka halal
dinikahi kembali asalkan telah selesai iddahnya dan posisi suaminya
bukan sebagai muhallil belaka.

5
 Menikah dalam keadaan Ihram, seorang yang sedang dalam keadaan
berihram baik untuk haji atau umrah, dilarang menikah atau
menikahkan orang lain. Begitu ibadah ihramnya selesai, maka boleh
dinikahi.
 Menikahi wanita budak padahal mampu menikahi wanita merdeka.
Namun ketika tidak mampu menikahi wanita merdeka, boleh menikahi
budak.
 Menikahi wanita pezina,Dalam hal ini selama wanita itu masih aktif
melakukan zina.Sebaliknya, ketika wanita itu sudah bertaubat dengan
taubat nashuha, umumnya ulama membolehkannya.
 Menikahi istri yang telah dili`an, yaitu yang telah dicerai dengan cara
dilaknat.
 Menikahi wanita non muslim yang bukan kitabiyah atau wanita
musyrikah. Namun begitu wanita itu masuk Islam atau masuk agama
ahli kitab, dihalalkan bagi laki-laki muslim untuk menikahinya.

2.4 Pandangan Paraulama Terhadap Mahram Dalam Bersentuhan

Beberapa perkataan ulama madzhab tentang larangan bentuhan dengan orang


yang bukan mahramnya mahram disini berlaku bagi yang mahram muabbad dan
muaqqot.
1. Madzhab Hanafi
Penulis kitab Al-Hidayah berkata: “Tidak diperbolehkan bagi seorang laki-
laki untuk menyentuh wajah atau telapak tangan seorang wanita walaupun ia
merasa aman dari syahwat”
Penulis kitab Ad-Dur Mukhtar mengatakan: “Tidak diperbolehkan menyentuh
wajah atau telapak tangan wanita walaupun ia merasa aman dari syahwat.
2. Mazhab Maliki
Imam Ibnul Arabi, yang merupakan ulama madzhab Maliki, berkata
mengenai firman Allah yang artinya “Ketika datang kepadamu perempuan-
perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia kepadamu, bahwa mereka
tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun” (Al-Mumtahanah: 12)
(Ayat ini turun berkenaan dengan wanita-wanita muslimah yang ingin berbaiat
kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam. pent). Kemudian beliau
menerangkan hadits dari Urwah bahwasanya ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha

6
berkata: “Rasulullah Shallallahu‘Alaihi wasallam diuji dengan ayat ini “Jika
datang kepadamu perempuan-perempuan beriman”. Ma’mur berkata bahwasanya
Ibnu Thawus mengabarkan dari bapaknya: “Tidak boleh seorang laki-laki
menyentuh tangan perempuan kecuali perempuan yang ia miliki”.
‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha juga mengatakan di dalam Kitab Shahih Bukhari-
Muslim: “Tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam tidaklah menyentuh
tangan perempuan ketika membaiat (mengadakan janji setia)”. Dan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wasallam pun bersabda “(Ketika membaiat) Aku tidak
berjabat tangan dengan wanita, namun aku membaiatnya dengan ucapanku
kepada seratus orang wanita sebagaimana baiatku kepada satu orang wanita”.
Diriwayatkan pula bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam berjabat
tangan dengan wanita menggunakan bajunya.
3. Madzhab As-Syafi’i
Imam Nawawi berkata dalam kitabnya Al-Majmu’: “Sahabat kami berkata
bahwa diharamkan untuk memandang dan menyentuh wanita, jika wanita tersebut
telah dewasa. Karena sesungguhnya seseorang dihalalkan untuk memandang
wanita yang bukan mahramnya jika ia berniat untuk menikahinya atau dalam
keadaan jual beli atau ketika ingin mengambil atau memberi sesuatu ataupun
semisal dengannya. Namun tidak boleh untuk menyentuh wanita walaupun dalam
keadaan demikian.
4. Madzhab Hambali
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan dalam Majmu Fatawa, “Haram
hukumnya memandang wanita dan amrod (anak berusia baligh tampan yang tidak
tumbuh jenggotnya) diiringi dengan syahwat. Barang siapa yang
membolehkannya, maka ia telah menyelisihi Ijma (kesepakatan) kaum muslimin.
Hal ini juga merupakan pendapatnya Imam Ahmad dan Imam Asy-Syafi’i. Segala
hal yang dapat menimbulkan syahwat, maka hukumnya adalah haram tanpa
keraguan di dalamnya. Baik itu syahwat yang timbul karena kenikmatan
memandang atau karena hubungan badan. Dan menyentuh dihukumi sebagaimana
memandang sesuatu yang haram.

7
2.5 Implikasi Mahram Dalam Pernikahan

 Larangan perkawinan Karena hubungan darah dalam agama diharamkan


begitu juga menurut medis, perkawinan antara keluarga yang berhubungan
darah akan mengakibatkan keturunannya kelak kurang sehat dan sering
cacat, bahkan inteligensinya kadang-kadang kurang cerdas. Larangan
perkawinan karena hubungan susuan. Larangan ini dimaksudkan karena
air susu yang telah ditelan oleh si bayi akan menjadi darah dan daging
untuk membentuk fisik bayi.
 Terputusnya hubungan antara individu keluarga yang mengakibatkan
putusnya rahim antara mereka, dan Menanamkan perasaan dendam,
seandainya ada seorang yang mau menikahi istri anaknya berarti akan
menanamkan perasaan dendam antara mereka. Karena ada kemungkinan
anak ingin rujuk kembali setelah dicerai ketika melihat bapaknya
menikahinya, hal tersebut dapat pula menjadikan anak sakit
hati,menyesalkan,dendam, dan akhirnya salin memutuskan hubungan
rahim antara mereka.

8
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Mahram adalah wanita yang haram di nikahi oleh laki-
laki. Mahram adalah isim maf’ul dari kata “haroma” yang artinya
melarang.
2. Dasar hukum mahram ialah : janganlah kamu kawini wanita-wanita yang
telah dikawini oleh ayahmu,diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-
ibumu, Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami.
3. Macam-macam mahram : Mahram Muabbad (halangan-halangan
abadi) dan Mahram Muaqqot (halangan-halangan sementara)
4. Pandangan Para Ulama Terhadap Mahram Dalam Bersentuhan.
:1.Madzhab Hanafi(Tidak diperbolehkan bagi seorang laki-laki untuk
menyentuh wajah atau telapak tangan seorang wanita walaupun ia merasa
aman dari syahwat)2. Mazhab Maliki(Tidak boleh seorang laki-laki
menyentuh tangan perempuan kecuali perempuan yang ia miliki)Dan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam pun bersabda “(Ketika
membaiat) Aku tidak berjabat tangan dengan wanita, namun aku
membaiatnya dengan ucapanku kepada seratus orang wanita
sebagaimana baiatku kepada satu orang wanita”. Diriwayatkan pula
bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam berjabat tangan
dengan wanita menggunakan bajunya.3. Madzhab As-Syafi’i Imam
Nawawi berkata dalam kitabnya Al-Majmu’: “Sahabat kami berkata
bahwa diharamkan untuk memandang dan menyentuh wanita, jika wanita
tersebut telah dewasa.4. Madzhab Hambali (Segala hal yang dapat
menimbulkan syahwat, maka hukumnya adalah haram tanpa keraguan di
dalamnya. Baik itu syahwat yang timbul karena kenikmatan memandang
atau karena hubungan badan. Dan menyentuh dihukumi sebagaimana
memandang sesuatu yang haram)
5. Implikasi mahram dalam pernikahan:1. keluarga yang berhubungan
darah akan mengakibatkan keturunannya kelak kurang sehat dan sering

9
cacat, bahkan inteligensinya kadang-kadang kurang cerdas.2.Terputusnya
hubungan antara individu keluarga yang mengakibatkan putusnya rahim
antara mereka, dan Menanamkan perasaan dendam.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sabiq,Sayyid.2010.Fiqih Sunnah.Jakarta Timur:Al-i’tishom

2017. file:///C:/Users/USER/Downloads/Documents/BAB%20III_2.pdf

Ghozali,Abdul Rahman.2010.Fiqih Munakahat.Jakatra:Kencana

Sahrani, Sohari. 2009. Fikih Munakahat. Jakarta: Raja Wali Pers.

Syafiah,M,Abdul Mujieb.2010.Kamus Istilah Fiqih.Jakarta:Pustaka Firdaus

11

Anda mungkin juga menyukai