1
DAFTAR ISI
MODUL 4 SYOK……………………………………..………………………........................................36
MODUL 8 MONITORING…………………………….............................................................71
MODUL 9 INJEKSI…………………………….......................................................................77
MODUL 10 NYERI…………………………….......................................................................86
2
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
TUJUAN PEMBELAJARAN
3
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
ALGORITMA KASUS
Pastikan tak
Pasien sadar?
sadar
4
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
OBSTRUKSI
Sadar Batuk
Tidak sadar
5x back blow Terus periksa tanda
RKP penurunan kemampuan
5x abdominal batuk yang efektif atau
thrust hingga obstruksi dibebaskan
Gambar 1. Algoritme Obstruksi Jalan Napas Akibat Benda Asing Pada Pasien Dewasa(1)(2)
Gambar 2. Algoritme Obstruksi Jalan Napas Akibat Benda Asing Pada Pasien Pediatrik(3)
5
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
Bangunkan pasien
6
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
Pencapaian Keterampilan
Langkah-langkah/Kegiatan
1 2 3
1.Look (lihat)
2. Listen (dengar)
3. Feel (rasa)
Cara :
7
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
Chin lift
Jaw thrust
A. Pipa orofaring
Cara pemasangan :
B. Pipa Nasofaring
8
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
1. Sapuan jari
Cara :
Tersedak ( CHOKING )
9
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
ABDOMINAL THRUST
ABDOMINAL THRUST
10
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
Ventilasi bag-valve-mask
11
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
12
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
13
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
14
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
15
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I
REFERENSI
1. Koster RW, Baubin MA, Bossaert LL, Caballero A, Cassan P, Castrén M, et al. European Resuscitation
Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 2. Adult basic life support and use of automated
external defibrillators. Resuscitation. 2010;81(10):1277–92.
2. Perkins GD, Handley AJ, Koster RW, Castrén M, Smyth MA, Olasveengen T, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. Section 2. Adult basic life support and
automated external defibrillation. Resuscitation. 2015;95(2015):81–99.
3. Biarent D, Bingham R, Eich C, López-Herce J, Maconochie I, Rodríguez-Núñez A, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 6. Paediatric life support.
Resuscitation. 2010;81(10):1364–88.
4. American Society of Anesthesiologist. Practice Guidelines for Management of the Difficult Airway.
Anesthesiology. 2013;118(2):251–70.
5. Robitaille A. Principles of Airway Management [Internet]. 3rd ed. Vol. 59, Canadian Journal of
Anesthesia/Journal canadien d’anesthésie. Springer; 2012. 1005-1005 p. Available from:
http://link.springer.com/10.1007/s12630-012-9757-x
6. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Airway Management. In: Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill; 2013. p. 309–39.
7. Lee SWS, Schwarz N. Basic Airways Management and Decision Making. Seventh Ed. Roberts and
Hedges’ Clinical Procedures in Emergency Medicine and Acute Care. Elsevier Inc.; 2010. 85-108 p.
16
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dokter muda mampu mengetahui anatomi saluran napas napas
2. Dokter muda mampu mengetahui terapi oksigen, kapan harus menggunakan nasal kanul,
simple mask, non-rebreathing mask, dan intubasi endotrakea.
3. Dokter muda mampu menyiapkan alat-alat untuk intubasi endotrakea
4. Dokter muda mampu menyiapkan obat-obatan yang digunakan untuk memfasilitasi intubasi
endotrakea
5. Dokter muda mampu melakukan tindakan intubasi endotrakea
6. Dokter muda mampu memeriksa dan memastikan posisi pipa endotrakea
7. Dokter muda mampu melakukan tindakan insersi Laryngeal Mask Airway (LMA)
17
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II
ALGORITMA KASUS
Rencana A :
Berhasil
Laringoskop Intubasi Trakea
Ventilasi facemask dan
intubasi trakea
Gagal intubasi
CICO
Rencana D :
18
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II
Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
1 Persiapan alat memulai intubasi dengan STATICS : Scope,
Tube (ETT), Airway devices, Tape (plester), Introducer
(stylet), Connector, Suction.
2 Memakai alat pelindung diri dengan sarung tangan
7 Memasang monitor
9 Menyiapkan laringoskop:
19
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II
berwarna putih)
20
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II
21
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II
22
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II
Klasifikasi Mallampati
Langkah-langkah intubasi
23
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II
REFERENSI
1. Robitaille A. Principles of Airway Management [Internet]. 3rd ed. Vol. 59, Canadian
Journal of Anesthesia/Journal canadien d’anesthésie. Springer; 2012. 1005-1005 p.
Available from: http://link.springer.com/10.1007/s12630-012-9757-x
2. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Airway Management. In: Morgan & Mikhail’s
Clinical Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill; 2013. p. 309–39.
3. Lee SWS, Schwarz N. Basic Airways Management and Decision Making. Seventh Ed.
Roberts and Hedges’ Clinical Procedures in Emergency Medicine and Acute Care.
Elsevier Inc.; 2010. 85-108 p.
4. American Society of Anesthesiologist. Practice Guidelines for Management of the
Difficult Airway. Anesthesiology. 2013;118(2):251–70.
5. Hofmeyr R. Difficult Airway Society 2015 Guidelines. United Kingdom; 2016. p. 1–14.
6. Hagberg CA, Artime CA. Airway Management in the Adult. In: Miller’s Anesthesia.
Elsevier; 2010. p. 1647–83.
24
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
TUJUAN PEMBELAJARAN
8. Dokter muda mampu mengenal tanda dan gejala gawat darurat pasien yang
mengancam jiwa
9. Dokter muda mampu mengetahui indikasi resusitasi jantung paru otak (RJPO)
10. Dokter muda mampu mampu melakukan RJPO sesuai AHA 2015
11. Dokter muda mampu mengetahui macam-macam obat-obatan emergensi
12. Dokter muda mampu mengevaluasi pasien kapan berhenti melakukan RJPO dan
atau merujuk
13. Dokter muda mampu mengetahui indikasi penggunaan defibrilasi eksternal (AED
dan DC Shock )
14.Dokter muda mampu melakukan penggunaan Automated External Defibrilator (AED) dan
DC Shock
25
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
ALGORITMA KASUS
AED tersedia.
Terapkan 1 kejut. Segera lanjutkan dengan Segera lanjutkan dengan CPR kurang
CPR kurang lebih selama 2 menit (Hingga lebih selama 2 menit (hingga AED
AED membolehkan pemeriksaan ritme). membolehkan pemeriksaan ritme).
Lanjutkan hingga tenaga ALS mengambil Lanjutkan hingga tenaga ALS mengambil
alih atau korban mulai bergerak alih atau korban mulai bergerak.
Bagan 1 : Algoritma Bantuan Hidup Dasar pada orang dewasa menurut AHA 2015(1)
26
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
PASIEN TRAUMA
Start CPR
Tidak Iya
Sirkulasi spontan ?
Ya Tidak
Pra Rumah Sakit : Segera rujuk ke rumah sakit yang sesuai Pertimbangkan
Di Rumah Sakir : Segera rujuk ke kamar operasi/ penghentian
resusitasi
Periksa radiologi jika ada indikasi
27
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
DAFTAR TILIK(3)(1)(4)(5)(6)(7)(8)(9)(10)(11)
Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
1 Tindakan oleh satu orang penolong
− Pastikan kondisi lingkungan tempat pertolongan
aman buatkorban dan penolong.
− Atur posisi pasien dan letakkan pada dasar yang
keras.
− Pada korban tidak sadar pastikan penderita tidak
sadar dengan cara memanggil, menepuk
punggung, menggoyang atau mencubit.
− Minta segera pertolongan dengan cara berteriak
/aktifkan sistem emergensi unit jika pasien tidak
sadar dan pastikan tersedianya AED (Automatic
External Defibrillator)
− Nilai pernapasan dan denyut nadi karotis secara
bersamaan kurang dari 10 detik.
− Bila tidak bernapas atau bernapas tidak normal
tapi nadi teraba maka bebaskan jalan napas dan
berikan napas buatan 1kali/5-6 detik atau 10-12
kali/menit pelan dan penuh sambil melihat
28
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
29
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
30
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
Gambar : Cek nadi karotis bila tidak teraba, lakukan 30 kali kompresi dengan
kedalaman 5-6 cm dan kecepatan 100-120 x/menit
Gambar : Bebaskan jalan napas dan berikan 2 kali bantuan napas, tiap bantuan napas 5-
6 detik hingga dada terangkat
31
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
Gambar : Bila tersedia AED segera aktifkan dan ikuti instruksi dari alat tersebut
Gambar 7: Ventrikel Takikardi bila tanpa nadi segera RJP atau Defibrilasi
32
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
Recovery Position
(Posisi Penyembuhan)
JIKA KORBAN MULAI BERNAFAS NORMAL, LETAKKAN PADA POSISI RECOVERY
(PENYEMBUHAN)
Bayi
Anak-Anak (Usia Kurang dari 1
Komponen Dewasa dan Anak Remaja (Usia 1 Tahun hingga Tahun, Tidak
Pubertas) termasuk Bayi Baru
Lahir0
Keamanan Pastikan lingkungan telah aman untuk penolong dan korban
lokasi
Pengenalan Periksa adanya reaksi
serang Napas terhenti atau tersengal (misalnya, napas tidak normal)
jantung Tidak ada denyut yang terasa dalam 10 detik
(Pemeriksaan napas dan denyut dapat dilakukan secara bersamaan kurang dari
10 detik)
Pengaktifan Jika Anda sendiri tanpa Korban terlihat jatuh pingsan
sistem ponsel, tinggalkan korban Ikuti langkah-langkah untuk orang dewasa dan
tanggapan untuk mengaktifkan anak-anak reamaja di sebelah kiri
darurat sistem tanggapan darurat Korban tidak terlihat jatuh pingsan
dan mengambil AED Berikan CPR selama 2 menit
sebelum memulai CPR Tinggalkan korban untuk mengaktifkan sistem
Atau, kirim orang lain tanggapan darurat dan mengambil AED
untuk melakukannya dan Kembali ke anak atau bayi dan lanjutkan CPR;
mulai CPR secepatnya; gunakan AED segera setelah tersedia
33
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
2 penolong
2 tangan dengan
ibu jari bergerak
melingkar dibagian
tengah dada, tepat
di bawah baris
puting
Rekoil dada Lakukan rekoil penuh dada setelah setiap kali kompresi; jangan bertumpu di
atas dada setelah setiap kali kompresi
Minimalkan Batasi gangguan dalam kompresi dada menjadi dari 10 detik
gangguan
*
Kedalaman kompresi tidak boleh lebih dari 2,4 inci (6 cm)
34
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
REFERENSI
1. American Heart Association. Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan
ECC. Circulation. 2015;132(5):293.
2. University of Cumbria. Traumatic Cardiac Arrest Algorithm. UoC Trauma. 2016;
3. Perales-Rodríguez De Viguri N, Pérez Vela JL, Álvarez-Fernández JA. 2015 AHA Guidelines
update for CPR and ECC [Internet]. Vol. 30, Medicina Intensiva. 2006. 223-231 p. Available
from: http://www.cercp.org/images/stories/recursos/Guias 2015/Guidelines-RCP-AHA-2015-
Full.pdf
4. Kleinman ME, Goldberger ZD, Rea T, Swor RA, Bobrow BJ, Brennan EE, et al. 2017
American Heart Association Focused Update on Adult Basic Life Support and
Cardiopulmonary Resuscitation Quality: An Update to the American Heart Association
Guidelines for Cardio pulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation. 2017;
5. American Heart Association. Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart Association
2017 untuk Bantuan Dasar Hidup Pediatrik dan Dewasa dan Kualitas CPR.
2017;2017(November).
6. Perkins GD, Handley AJ, Koster RW, Castrén M, Smyth MA, Olasveengen T, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. Section 2. Adult basic life support
and automated external defibrillation. Resuscitation. 2015;95(2015):81–99.
7. Perkins GD, Olasveengen TM, Maconochie I, Soar J, Wyllie J, Greif R, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation: 2017 update. Resuscitation. 2018;123:43–
50.
8. Chung SP, Sakamoto T, Lim SH, Ma MHM, Wang TL, Lavapie F, et al. The 2015
Resuscitation Council of Asia (RCA) guidelines on adult basic life support for lay rescuers.
Resuscitation [Internet]. 2016;105(2016):145–8. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.resuscitation.2016.05.025
9. Perkins GD, Travers AH, Berg RA, Castren M, Considine J, Escalante R, et al. Part 3: Adult
basic life support and automated external defibrillation. 2015 International Consensus on
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science with Treatment
Recommendations. Resuscitation. 2015;95(2015):e43–69.
10. Koster RW, Baubin MA, Bossaert LL, Caballero A, Cassan P, Castrén M, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 2. Adult basic life support
and use of automated external defibrillators. Resuscitation. 2010;81(10):1277–92.
11. Giesecke M, Hosur S. Cardiopulmonary Resuscitation. In: Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill; 2013. p. 1246–50.
35
MODUL 4 FK UMI SYOK
SYOK
TUJUAN PEMBELAJARAN
36
MODUL 4 FK UMI SYOK
ALGORITMA KASUS
37
MODUL 4 FK UMI SYOK
38
MODUL 4 FK UMI SYOK
Base Deficit 0 sampai -2 -2 sampai -6 mEq/L -6 sampai -10 mEq/L -10 mEq/L atau
mEq/L kurang
39
MODUL 4 FK UMI SYOK
40
MODUL 4 FK UMI SYOK
Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
1 Diagnosis terhadap adanya syok
a. Evaluasi Airway (Jalan napas)
b. Evaluasi Pernapasan
c. Evaluasi Sirkulasi
2 Menentukan Jenis Syok Hipovolemik
a. Dehidrasi = kehilangan cairan ekstravaskuler
akibat diare atau muntah
b. Perdarahan = kehilangan darah akibat trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan perdarahan
organ
3. Menentukan derajat syok Hipovolemik
a. Dehidrasi
i. Ringan
ii. Sedang
iii. Berat
b. Perdarahan
i. Kelas I
41
MODUL 4 FK UMI SYOK
ii. Kelas II
iii. kelas III
iv. Kelas IV
4. Melakukan resusitasi cairan:
a. Dehidrasi
i. Ringan : Ganti cairan defisit dengan pemberian
oral
ii. Sedang : Ganti cairan defisit dengan pemberian
oral dibantu dengan pemberian cairan infus
dengan kristaloid sesuai dengan defisit
ditambah dengan cairan pemeliharaan
iii. Berat : Lakukan resusitasi cairan dengan cara
menetukan defisit kehilangan cairan dan cairan
pemeliharaan selama 24 jam.
50% defisit diberikan pada 8 jam ditambah
dengan cairan pemeliharaan selama 8 jam
50% defisit selanjutnya diberikan pada 16 jam
selanjutnya ditambah dengan cairan
pemeliharaan selama 16 jam
Dilakukan resusitasi cepat 10-20cc/kg selama
10-15 menit dalam 1 jam pada 8 jam pertama
sampai hemodinamik stabil, dapat diulang
beberapa kali sampai kondisi syok teratasi.
Sisa dari defisit 50%+cairan pemeliharaan pada
8 jam pertama dikurangi dengan jumlah cairan
yang digunakan pada resusitasi cepat dijadikan
cairan pemeliharaan dalam 7 jam selanjutnya.
b. Perdarahan
i. Evaluasi ABC
ii. Berikan Oksigen
iii. Pasang infus 2 jalur kalau perlu dengan abocath
terbesar
iv. Menentukan kelas perdarahan sesuai dengan
42
MODUL 4 FK UMI SYOK
43
MODUL 4 FK UMI SYOK
44
MODUL 4 FK UMI SYOK
REFERENSI
1. American College of Surgeons. ATLS. Advenced Trauma Life Support. 10th ed.
Chicago; 2018. 377 p.
2. Sandhu B, Devadason D. Management of Diarrhea. Pediatr Gastrointest Liver Dis.
2011;1002–11.
3. NICE. Intravenous fluid therapy in adults in hospital NICE guideline. 2013;(May):13.
Available from: https://www.nice.org.uk/guidance/cg174/documents/intravenous-
fluid-therapy-nice-version2
4. Salam SH. Dasar-dasar terapi cairan dan elektrolit. Vol. 2, Terapi Cairan, elektrolit,
dan metabolik. 2016.
5. Amin LZ. Tatalaksana Diare Akut. Cdk-230. 2015;42(7):504–8.
6. Rhee P, Joseph B. Chapter 4 - Shock, Electrolytes, and Fluid [Internet]. Twentieth.
Sabiston Textbook of Surgery. Elsevier Inc.; 2018. 44-97 p. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-29987-9.00004-7
7. Kumar A, Unligil U, Parrillo JE. 21 - Circulatory Shock [Internet]. Fourth Edi. Critical
Care Medicine, 4/e. Elsevier Inc.; 2016. 299-324.e9 p. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-08929-6.00021-4
8. Hall JE. Circulatory Shock and Treatment. In: Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology. 2011. p. 243–53.
9. Truhlář A, Deakin CD, Soar J, Khalifa GEA, Alfonzo A, Bierens JJLM, et al.
European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. Section 4. Cardiac
arrest in special circumstances. Resuscitation. 2015;95(2015):148–201.
45
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH
TRANSFUSI DARAH
TUJUAN PEMBELAJARAN
10. Dokter muda mampu menjelaskan konsep penghantaran oksigen (Oxygen Delivery) ke
jaringan
11. Dokter muda mampu menjelaskan indikasi transfusi darah
12. Dokter muda mampu menjelaskan efek samping transfusi darah
13. Dokter muda mampu menjelaskan komponen darah
14. Dokter muda mampu melakukan tahap-tahap tranfusi darah
15. Dokter muda mampu mengetahui tanda – tanda reaksi tranfusi
16. Dokter muda mampu melakukan penanganan reaksi transfusi
17. Dokter muda mampu menjelaskan tentang trasnfusi masif
26. Jelaskan mengenai penghantaran oksigen ke jaringan (Oxygen Delivery) beserta faktor-
faktor yang mempengaruhinya !
27. Jelaskan indikasi transfusi darah dan komponen darah !
28. Sebutkan efek samping dari transfusi darah !
29. Jelaskan tanda – tanda reaksi transfusi !
30. Bagaimana penatalaksanaan reaksi transfusi ?
31. Jelaskan mengenai transfusi masif !
46
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH
ALGORITMA KASUS
Disimpan pada box transportasi dengan suhu 20C sampai +24C max. 6 jam
47
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH
Reaksi Transfusi
AKUT KRONIK
48
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH
DAFTAR TILIK(2)(1)(3)(4)
Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
1 Prosedur transfuse darah
d. Cek identitas (nama lengkap pasien, jenis
kelamin, usia, jika pasien tidak sadar tanyakan ke
keluarga), cek label identitas pada pergelangan
tangan pasien, cek Golongan darah, cek angka
unik pada kantung darah dan kecocokan ABO/
RhD dengan lembar permintaan dari Palang
Merah Indonesia.
e. Periksa kondisi kantung darah bila ada tanda-
tanda:
- Hemolysis plasma (berubah warna menjadi
merah muda)
- Hemolisis antara plasma dan sel darah merah
- Kontaminasi pada sel darah merah, atau
berubah warna menjadi ungu atau hitam
- Adanya bekuan darah menandakan darah
tidak tercampur dengan baik denga
antikoagulan atau kontaminasi bakteri
- Tanda kebocoran pada kantung
Jangan lakukan transfusi bila kantung darah
Nampak tidak normal atau rusak atau telah keluar
dari lemari pendingin lebih dari 30 menit dan
segera melapor ke Bank Darah atau PMI
f. Persiapkan set transfuse darah dengan ukuran
filter 170-200 micron filter, kanul vena, untuk
transfusi trombosit gunakan set yang baru dan
sebelum mulai transfuse dibilas dengan NaCl 0.9
sebanyak 30-50 ml
49
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH
Reaksi ringan
Reaksi sedang
50
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH
Reaksi berat
b. Berikan oksigen
51
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH
Kecepatan transfusi
Eritrosit 2 – 5 ml/Kg/Jam
Plasma 1 – 2 ml / menit
Cryopresipitate 1 – 2 ml / menit
Granulosit Perlahan
52
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH
REFERENSI
1. World Health Organisation. The Clinical Use of Blood - Handbook [Internet]. 2002. p.
221. Available from: http://www.who.int/bloodsafety/clinical_use/en/
2. World Health Organization. Clinical Transfusion Practice Guidelines for Medical
Interns. 2012;1–42.
3. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Fluid Management & Blood Component
Therapy. In: Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill; 2013.
p. 1176–90.
4. Truhlář A, Deakin CD, Soar J, Khalifa GEA, Alfonzo A, Bierens JJLM, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. Section 4. Cardiac arrest in
special circumstances. Resuscitation. 2015;95(2015):148–201.
53
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH
1. World Health Organisation. The Clinical Use of Blood - Handbook [Internet]. 2002. p.
221. Available from: http://www.who.int/bloodsafety/clinical_use/en/
2. World Health Organization. Clinical Transfusion Practice Guidelines for Medical
Interns. 2012;1–42.
3. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Fluid Management & Blood Component
Therapy. In: Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill;
2013. p. 1176–90.
4. Truhlář A, Deakin CD, Soar J, Khalifa GEA, Alfonzo A, Bierens JJLM, et al.
European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. Section 4. Cardiac
arrest in special circumstances. Resuscitation. 2015;95(2015):148–201.
54
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dokter muda mampu menerangkan kepada pasien indikasi kanulasi vena perifer dan
kanulasi intraosseous
2. Dokter muda mampu menerangkan tindakan dan tujuan kanulasi vena perifer dan kanulasi
intraosseous
3. Dokter muda mampu menentukan lokasi kanulasi vena perifer dan kanulasi intraosseous
4. Dokter muda mampu melakukan tindakan kanulasi vena perifer dan kanulasi intraosseous
dengan benar
5. Dokter muda mampu melakukan perhitungan kebutuhan cairan sesuai kebutuhan pasien
dengan benar
6. Dokter muda mampu membersihkan dan membuang sampah tajam/infeksius pada
tempatnya
1. Jelaskan anatomi vena yang sering dijadikan tempat untuk melakukan kanulasi vena perifer
dan kanulasi intraosseous
2. Jelaskan indikasi dilakukannya kanulasi vena perifer
3. Jelaskan indikasi dilakukannya kanulasi intraosseous
4. Jelaskan komplikasi pemasangan kanulasi vena perifer
5. Jelaskan kontraindikasi dan komplikasi pemasangan kanulasi intraosseous
6. Sebutkan obat-obat yang dapat melalui rute intraosseous
55
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS
ALGORITMA KASUS
31. Mampu menjelaskan anatomi vena yang sering dijadikan tempat untuk melakukan kanulasi vena
perifer
32. Mampu menjelaskan anatomi yang sering dijadikan tempat untuk melakukan kanulasi
intraosseous
56
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS
33. Mampu melakukan tindakan kanulasi vena perifer dan kanulasi intraosseous dengan benar
DAFTAR TILIK KANULASI INTRAVENA(1)(2)(3)(4)
Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
57
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS
17 Lepaskan torniket
58
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS
59
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS
Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
60
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS
61
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS
62
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS
REFERENSI
1. Sullivan EM. Clinical Procedures. In: Physician Assistant: A Guide to Clinical Practice
[Internet]. Fifth Edit. Elsevier Inc.; 2013. p. 127–56. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9781455706570000110
2. Bonnie L. Kaplan, Liu SW, Zane RD. Peripheral Intravenous Access. In: Roberts and Hedges’
Clinical Procedures in Emergency Medicine and Acute Care [Internet]. Seventh Ed.
Amsterdam: Elsevier Inc.; 2010. p. 395–404. Available from: https://doi.org/10.1016/B978-0-
323-35478-3.00021-X
3. Deitch K. Intraosseous infusion. In: Roberts and Hedges’ Clinical Procedures in Emergency
Medicine and Acute Care [Internet]. Seventh ed. Amsterdam: Elsevier Inc.; 2010. p. 461–75.
Available from:
http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&PAGE=reference&D=med3&NEWS=N&AN=159
2515
4. Onsoed, Pustaka T. Pemasangan infus. 2011;1–11.
5. Eiting E, Kim HT. Arterial Puncture and Cannulation. In: Roberts and Hedges’ Clinical
Procedures in Emergency Medicine and Acute Care [Internet]. Seventh ed. Amsterdam:
Elsevier Inc.; 2010. p. 377–93. Available from: http://www.crossref.org/deleted_DOI.html
63
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI
TUJUAN PEMBELAJARAN
7. Dokter muda mampu menerangkan kepada pasien indikasi pungsi venadan pungsi arteri
8. Dokter muda mampu menerangkan tindakan dan tujuan pungsi vena dan pungsi arteri
9. Dokter muda mampu menentukan lokasi pungsi vena dan pungsi arteri
10. Dokter muda mampu melakukan tindakan pungsi vena dan pungsi arteri dengan benar
11. Dokter muda mampu membersihkan dan membuang sampah tajam/infeksius pada
tempatnya
1. Jelaskan anatomi vena yang sering dijadikan tempat untuk melakukan pungsi vena dan
pungsi arteri
2. Jelaskan indikasi dilakukannya pungsi vena
3. Jelaskan indikasi dilakukannya pungsi arteri
4. Jelaskan komplikasi pungsi vena dan pungsi arteri
64
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI
ALGORITMA KASUS
65
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI
34. Mampu menjelaskan anatomi vena yang sering dijadikan tempat untuk melakukan pungsi vena
35. Mampu menjelaskan anatomi arteri yang sering dijadikan tempat untuk melakukan pungsi arteri
36. Mampu melakukan uji Allen sebelum melakukan pungsi arteri radialis
37. Mampu melakukan tindakan pungsi vena dan pungsi arteri dengan benar
66
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI
Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
67
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI
Pencapaian Keterampilan
No Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
68
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI
69
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI
REFERENSI
1. Sullivan EM. Clinical Procedures. In: Physician Assistant: A Guide to Clinical Practice [Internet].
Fifth Edit. Elsevier Inc.; 2013. p. 127–56. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9781455706570000110
2. Bonnie L. Kaplan, Liu SW, Zane RD. Peripheral Intravenous Access. In: Roberts and Hedges’
Clinical Procedures in Emergency Medicine and Acute Care [Internet]. Seventh Ed.
Amsterdam: Elsevier Inc.; 2010. p. 395–404. Available from: https://doi.org/10.1016/B978-0-
323-35478-3.00021-X
3. Eiting E, Kim HT. Arterial Puncture and Cannulation. In: Roberts and Hedges’ Clinical
Procedures in Emergency Medicine and Acute Care [Internet]. Seventh ed. Amsterdam:
Elsevier Inc.; 2010. p. 377–93. Available from: http://www.crossref.org/deleted_DOI.html
70
MODUL 8 FK UMI MONITORING
MONITORING(1)(2)
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dokter muda mampu mengetahui parameter hemodinamik yang penting pada pasien dengan
PS ASA 1,ASA 2 dan ASA 3 yang menjalani tindakan operasi
2. Dokter muda mampu mengetahui parameter hemodinamik yang penting pada pasien kritis di
ruang Intensive Care Unit (ICU)
3. Dokter muda mampu melakukan pemantauan dengan baik pada pasien dengan PS ASA 1,
ASA 2 dan ASA 3 yang menjalani tindakan operasi.
4. Dokter muda mampu melakukan pemantauan dengan baik pada pasien kritis di ruang
Intensive Care Unit (ICU)
1. Apakah yang dimaksud dengan Physical Status sesuai American Society Anesthesiologist
atau PS ASA ?
2. Alat apa saja yang diperlukan untuk melakukan pemantauan pada pasien yang menjalani
tindakan operasi ?
3. Alat apa saja yang diperlukan untuk melakukan pemantauan pada pasien kritis yang
mengalami atau terancam mengalami kegagalan organ ?
4. Bagaimana cara memasang peralatan tersebut dan bagaimana cara menggunakannya?
5. Apa saja parameter hemodinamik penting yang dapat dipantau dan bagaimana mendeteksi
gangguan hemodinamik?
71
MODUL 8 FK UMI MONITORING
ALGORITMA KASUS
1. Mampu menjelaskan tentang Physical Status sesuai American Society Anesthesiologist atau
PS ASA
2. Mampu menyiapkan alat-alat yang diperlukan saat monitoring pasien yang akan menjalani
operasi
3. Mampu menyiapkan alat-alat yang diperlukan saat monitoring pasien kritis di Intensive Care
Unit (ICU)
4. Mampu melakukan pemantauan pada pasien yang menjalani tindakan operasi
5. Mampu melakukan pemantauan pada pasien kritis di Intensive Care Unit (ICU)
Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
72
MODUL 8 FK UMI MONITORING
a) Inspeksi
− Mata: pupil (posisi, ukuran, reaktivitas terhadap
cahaya), konjungtiva palpebra (warna, edema)
− Hidung: nafas cuping hidung
− Mulut: warna mukosa, edema, kelembapan
− Leher: deviasi trakea, JVP, retraksi
− Dada: bentuk dan pergerakan dinding dada,
retraksi dinding dada
− Abdomen: bentuk, distensi, pergerakan dinding
abdomen
− Kulit: warna, rash, capillary refill test, edema
− Movement: bertujuan, refleks
− Kuku: warna, capillary refill test
73
MODUL 8 FK UMI MONITORING
74
MODUL 8 FK UMI MONITORING
75
MODUL 8 FK UMI MONITORING
REFERENSI
1. Stoelting RK, Flood P, Rathmell JP, Shafer S. Basic Principles of Physiology of Pharmacology.
In: Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice. 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer;
2015. p. 11–29.
2. Charles E. Cowles. Anesthetic Equipment & Monitors. In: Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 5th ed. New York: McGraw Hill; 2013. p. 9–123.
76
MODUL 9 FK UMI INJEKSI
INJEKSI
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dokter muda mampu menjelaskan anatomi bagian tubuh yang dapat dilakukan injeksi
2. Dokter muda mampu melakukan persiapan injeksi secara lege artis
3. Dokter muda mampu melakukan injeksi intravena, intramuskuler, intrakutan, dan
subkutan
1. Jelaskan anatomi kulit, otot, dan vena yang sering dijadikan lokasi injeksi
2. Jelaskan indikasi injeksi intravena, intramuskuler, intrakutan, dan subkutan
3. Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi akibat injeksi intravena, intramuskuler,
intrakutan, dan subkutan
ALGORITMA KASUS
77
MODUL 9 FK UMI INJEKSI
DAFTAR TILIK(1)(2)
Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
INJEKSI INTRAKUTAN
4. Mencuci tangan
78
MODUL 9 FK UMI INJEKSI
atas.
10 Jarum dan permukaan kulit membentuk sudut 15o – 20o
5 Mencuci tangan.
79
MODUL 9 FK UMI INJEKSI
INJEKSI INTRAMUSKULER
5 Mencuci tangan
80
MODUL 9 FK UMI INJEKSI
pakaian.
INJEKSI INTRAVENA
81
MODUL 9 FK UMI INJEKSI
15 Lepaskanlah turniket
82
MODUL 9 FK UMI INJEKSI
83
MODUL 9 FK UMI INJEKSI
84
MODUL 9 FK UMI INJEKSI
REFERENSI
1. Cowles CE. Anesthetic Equipment & Monitors. In: Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology
[Internet]. 5th ed. New York: McGraw Hill; 2013. p. 9–123. Available from:
http://www.saudija.org/text.asp?2013/7/1/75/109819
2. Sullivan EM. Clinical Procedures. In: Physician Assistant: A Guide to Clinical Practice [Internet].
Fifth Edit. Elsevier Inc.; 2013. p. 127–56. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9781455706570000110
3. Workman B. Safe injection techniques. Nursing standard : official newspaper of the Royal
College of Nursing. 1999;47–53.
85
MODUL 10 FK UMI NYERI
NYERI
TUJUAN PEMBELAJARAN(1)(2)(3)
86
MODUL 10 FK UMI NYERI
ALGORITMA KASUS
87
MODUL 10 FK UMI NYERI
88
MODUL 10 FK UMI NYERI
DAFTAR TILIK
REFERENSI
1. W.Rosenquist R, Vrooman BM. Chronic Pain Management. In: Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. fifth ed. McGraw Hill; 2013. p. 1037–84.
2. Stoelting RK, Flood P, Rathmell JP, Shafer S. Basic Principles of Physiology of Pharmacology.
In: Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice. 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer;
2015. p. 11–29.
89
MODUL FK UMI ANESTESI LOKAL
ANESTESI LOKAL
TUJUAN PEMBELAJARAN
90
MODUL FK UMI ANESTESI LOKAL
ALGORITMA KASUS
91
MODUL FK UMI ANESTESI LOKAL
92
MODUL FK UMI ANESTESI LOKAL
1. Mampu membuat sediaan anestesi lokal infiltrasi lidokain 1 % dan bagaimana menghitung
dosis maksimalnya
2. Mampu membuat sediaan anestesi lokal infiltrasi lidokain 1 % ditambahkan epinefrin
1:100.000 dan bagaimana menghitung dosis maksimalnya
3. Mampu menyebutkan beberapa tanda gejala intoksikasi anestetik lokal (gejala sistem saraf
pusat dan gejala kardio-respirasi)
4. Mampu menjelaskan cara penanganan awal bila ditemukan anafilaktik akibat anestetik
lokal
93
MODUL FK UMI ANESTESI LOKAL
5. Mampu menjelaskan cara penanganan awal bila ditemukan gejala intoksikasi anestetik
lokal
DAFTAR TILIK
REFERENSI
1. NYSORA - The New York School of Regional Anesthesia - Cervical Plexus Block [Internet].
2016. p. 1–16. Available from: http://www.nysora.com/techniques/nerve-stimulator-and-
surface-based-ra-techniques/upper-extremitya/3345-cervical-plexus-block.html
2. Latham JL, Martin SN. Infiltrative Anesthesia in Office Practice. Vol. 89, American Family
Physician. 2014. p. 956–62.
3. Berde CB, Strichartz GR. Local Anesthetics. In: Miller’s Anesthesia. 8th ed. Elsevier; 2015. p.
1028–54.
4. Stoelting RK, Flood P, Rathmell JP, Shafer S. Basic Principles of Physiology of Pharmacology.
In: Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice. 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer;
2015. p. 11–29.
5. Butterworth JF, David C. Mackey, John D. Wasnick. Local Anesthetics. In: Morgan & Mikhail’s
Clinical Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill; 2013. p. 263–91.
94