Anda di halaman 1dari 94

BUKU AJAR

BAGIAN ILMU ANESTESI


PANDUAN KLINIK DAN SKILL PROGRAM PROFESI DOKTER

CLINICAL EDUCATION UNIT (CEU)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019

1
DAFTAR ISI

MODUL 1 TATALAKSANA JALAN NAFAS 1……………………….........................................3

MODUL 2 TATALAKSANA JALAN NAFAS 2………………………........................................17

MODUL 3 RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK…………………........................................25

MODUL 4 SYOK……………………………………..………………………........................................36

MODUL 5 TRASNSFUSI DARAH…………………….………………….......................................46

MODUL 6 KANULASI VENA DAN INTRAOSSEOUS……………………….............................55

MODUL 7 PUNGSI VENA DAN ARTERI…………….........................................................64

MODUL 8 MONITORING…………………………….............................................................71

MODUL 9 INJEKSI…………………………….......................................................................77

MODUL 10 NYERI…………………………….......................................................................86

MODUL 11 ANESTESI LOKAL………………………............................................................90

2
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dokter muda mampu mengetahui anatomi saluran napas atas


2. Dokter muda mampu mengetahui tanda dan gejala sumbatan jalan nafas
3. Dokter muda mampu melakukan teknik membebaskan dan menjaga jalan nafas
tanpa alat (jaw thrust, chin lift, head tilt)
4. Dokter muda mampu melakukan teknik membebaskan dan menjaga jalan nafas
dengan alat (pipa orofaring dan pipa nasofaring)
5. Dokter muda mampu melakukan tindakan membersihkan jalan napas
6. Dokter muda mampu dapat melakukan tindakan Back blows, abdominal thrust,
chest thrust, Heimlich maneuver
7. Dokter muda mampu melakukan teknik ventilasi dan oksigenasi menggunakan
masker dan bagging resusitasi (bag valve mask)

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

1. Bagaiman tanda dan gejala klinis dari sumbatan jalan napas.


2. Bagaimanakah teknik membebaskan jalan napas tanpa alat dan dengan alat
3. Bagaimana teknik membebaskan jalan napas pada pasien tersedak
4. Bagaimana tatalaksana penatalaksanaan jalan nafas tingkat lanjut
5. Jelaskan teknik memegang masker dan teknik pemberian ventilasi bantu
menggunakan bag valve mask

3
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

ALGORITMA KASUS

Sadar atau Pastikan


Tidak Korban

Pastikan tak
Pasien sadar?
sadar

ajak bicara, jika LOOK: lihat


suara jelas --> gerak nafas
airway bebas LISTEN: dengar
suara nafas
FEEL: raba
udara nafas

Tak ada nafas Ada Nafas

Cari suara nafas


tambahan
Berikan nafas Snoring: Pangkal lidah
buatan Gargling: Cairan
Berikan oksigen Crowing: Edema
larnyx/spasme plica
vocalis

4
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

PENANGANAN OBSTRUKSI JALAN NAFAS


PADA ORANG DEWASA

OBSTRUKSI

Obstruksi berat Obstruksi sedang

Sadar Batuk
Tidak sadar
5x back blow Terus periksa tanda
RKP penurunan kemampuan
5x abdominal batuk yang efektif atau
thrust hingga obstruksi dibebaskan

Gambar 1. Algoritme Obstruksi Jalan Napas Akibat Benda Asing Pada Pasien Dewasa(1)(2)

PENANGANAN OBSTRUKSI JALAN NAPAS PADA PEDIATRI

Nilai tingkat Keparahan

Batuk tidak efektif Batuk efektif

Sadar Minta korban untuk batuk


Tidak sadar

5 back blows Terus awasi bila ada tanda-tanda


Bebaskan jalan napas penurunan kondisi dan bila
5 thrusts obstruksi sudah hilang
5 napas bantuan
(dada bagi infant)
Mulai RKP
(abdomen pada anak > 1
tahun)

Gambar 2. Algoritme Obstruksi Jalan Napas Akibat Benda Asing Pada Pasien Pediatrik(3)

5
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

1. Menilai kemungkinan dan dampak klinis dari masalah manajemen dasar:


- Kesulitan dengan kerjasama atau persetujuan pasien
- Kesulitan ventilasi masker
- kesulitan penempatan jalan napas supraglotis
- kesulitan laringoskopi
- kesulitan intubasi
- Akses jalan napas bedah sulit
2. Membuka peluang secara aktif untuk memberikan oksigen tambahan melalui proses
kesulitan penatalaksanaan jalan nafas.
3. Mempertimbangkan manfaat dan kelayakan relatif dari pilihan menegakkan dasar:

- Intubasi sadar vs intubasi setelah induksi anastesi umum


- Teknik non-invasif vs teknik invasif untuk pendekatan awal intubasi
- preservasi vs ablasi ventilasi spontan
4. mengembangkan strategi alternatif utama:(4)

Bangunkan pasien

6
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

DAFTAR KETERAMPILAN (Kognitif dan Psikomotor)


1. Mampu mendiagnosis terhadap adanya gangguan jalan napas
2. Mampu Membuka jalan napas tanpa alat
3. Mampu Pengelolaan jalan napas dengan alat
4. Mampu Membersihkan jalan napas
5. Mampu melakukan pengelolaan jalan napas akibat sumbatan benda asing padat
6. Mampu melakukan ventilasi tekanan positif dengan bag-valve-mask

DAFTAR TILIK(5)(6)(4) (2)(7)

Pencapaian Keterampilan
Langkah-langkah/Kegiatan
1 2 3

Diagnosis terhadap adanya gangguan jalan napas

1.Look (lihat)

Melihat gerakan nafas/pengembangan dada dan adanya


retraksi sela iga

2. Listen (dengar)

Mendengar aliran udara pernapasan

3. Feel (rasa)

Merasakan adanya aliran udara pernapasan

Membuka jalan napas tanpa alat

Head-tilt (dorong kepala ke belakang)

Cara :

Letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke


bawah, sehingga kepala menjadi tengadah sehingga

7
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

penyangga lidah terangkat ke depan.

Chin lift

Cara : Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk


memegang tulang dagu pasien, kemudian angkat dan
’dorong tulangnya ke depan

Jaw thrust

Cara : Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan


sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi
atas. Atau gunakan ibu jari ke dalam mulut dan bersama
dengan jari-jari lain tarik dagu ke depan.

Pengelolaan jalan napas dengan alat

A. Pipa orofaring

Cara pemasangan :

1. Pakai sarung tangan


2. Buka mulut boneka/pasien dengan cara chin lift atau
gunakan ibu jari dan telunjuk
3. Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya
4. Bersihkan dan basahi pipa orofaring agar licin dan
mudah dimasukkan
5. Arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit (ke
palatal)
6. Masukkan separuh, putar lengkungan mengarah ke
bawah lidah.
7. Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat.
8. Yakinkan lidah sudah tertopang dengan pipa orofaring
dengan melihat pola napas, rasakan dan dengarkan
suara napas pasca pemasangan.

B. Pipa Nasofaring

1. Pakai sarung tangan

8
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

2. Nilai besarnya lubang hidung dengan besarnya pipa


nasofaring yang akan dimasukkan.
3. Nilai adakah kelainan di cavum nasi
4. Pipa nasofaring diolesi dengan jeli, demikian juga
lubang hidung yang akan dimasukkan. Bila perlu dapat
diberikan vasokonstriktor hidung.
5. Pegang pipa nasofaring sedemikian rupa sehingga
ujungnya menghadap ke telinga.
6. Dorong pelan-pelan hingga seluruhnya masuk, sambil
menilai adakah aliran udara di dalam pipa.
7. Fiksasi dengan plester.
Membersihkan jalan napas

1. Sapuan jari

Cara :

a. Pasang sarung tangan


b. Buka mulut pasien dengan jaw thrust dan tekan
dagu ke bawah
c. Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah yang
bersih atau dibungkus dengan sarung tangan
/kassa untuk membersihkan dan mengorek semua
benda asing dalam mulut.
2. Dengan suction

Pengelolaan jalan napas akibat sumbatan benda asing


padat

Tersedak ( CHOKING )

Perhatikan terhadap tersedak terutama pada korban yang


sementara makan dan segera perintahkan untuk BATUK,
bila obstruksi tersebut berat dan penderita masih sadar,
lakukan langkah-langkah berikut :

9
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

BACK BLOW / BACK SLAPS

Korban dewasa sadar

1. Bila korban masih sempoyongan. Rangkul dari


Belakang
2. Lengan menahan tubuh, lengan yang lain melalukan
BACK-BLOW / BACKSLAPS Pertahankan korban
jangan sampai tersungkur
3. Berikan pukulan / hentakan keras 5 kali, dengan
kepalan ( genggaman tangan ). Pada titik silang garis
imaginasi tulang belakang dan garis antar belikat.
Bila belum berhasil secara pelan segera baringkan korban
pada posisi terlentang. Lakukan abdominal thrust.

ABDOMINAL THRUST

Korban berdiri/Korban dewasa sadar

1. Rangkul korban yang sedang sempoyongan dengan


kedua lengan dari belakang
2. Lakukan hentakan tarikan, 5 kali dengan menarik kedua
lengan penolong bertumpuk pada kepalan kedua
tangannya tepat di titik hentak yang terletak pada
pertengahan pusar dan titik ulu hati korban.
Bila belum berhasil secara pelan segera baringkan korban
pada posisi terlentang. Lakukan abdominal thrust.

ABDOMINAL THRUST

Korban terbaring /Korban dewasa tidak sadar

1. Bila korban jatuh tidak sadar, segera baringkan


terlentang
2. Penolong mengambil posisi seperti naik kuda diatas
tubuh korban atau disamping korban sebatas pinggul
korban.
3. Lakukan hentakan mendorong 5 kali dengan

10
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

menggunakan kedua lengan penolong bertumpu tepat


diatas titik hentakan ( daerah epigastrium ).
Yakinkan benda asing sudah bergeser atau sudah

keluar dengan cara :

- Lihat ke dalam mulut korban, bila terlihat diambil


- Bila tak terlihat, tiupkan napas mulut kemulut, sampil
memperhatikan bila tiupan dapat masuk paru-paru
,Dada mengembang artinya, jalan napas telah
terbuka
- Sebaliknya bila tiupan tidak masuk artinya jalan
napas masih tersumbat ,segera lakukan
ABDOMINAL THRUST LAGI ,dan seterusnya
Bila tidak berhasil pikirkan siapkan krikotiroidotomi
kemudian disusul trakeostomi.

Ventilasi bag-valve-mask

1. Pilih ukuran masker yang cocok dengan wajah


penderita
2. Hubungkan selang oksigen dengan alat bag-valve-
mask dan atur aliran oksigen sampai 12 L/menit.
3. Pastikan jalan napas penderita bebas dan tetap
dipertahankan dengan teknik yang telah dijelaskan
pada bab lain.
4. Pasang pipa orofaring
5. Tangan kiri memegang masker sedemikian rupa
sehingga masker rapat ke wajah penderita dan
pastikan tidak ada udara yang keluar dari sisi masker
pada saat bag dipompa. Tangan kanan memegang
bag dan memompa sampai dada penderita (boneka)
terlihat mengembang.
6. Bila dilakukan oleh dua orang : satu orang
memegang masker dengan kedua tangan dan satu
orang lagi memegang bag (kantong) dan memompa

11
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

dengan kedua tangan.


7. Kecukupan ventilasi dinilai dengan melihat gerakan
dada penderita (boneka).
8. Ventilasi diberikan tiap 5 detik.

Gambar 3 : Look, Listen and Feel

Gambar : Head tilt, chin lift dan jaw thrust

12
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

Gambar : Pemasangan pipa orofaring dan pipa nasofaring

13
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

Gambar : Tindakan Back blow dan Heimlich manuver

Gambar : Bantuan napas mulut ke mulut

14
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

Gambar : Teknik ventilasi dengan bag valve mask

Gambar : teknik memegang masker

15
MODUL 1 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS I

REFERENSI
1. Koster RW, Baubin MA, Bossaert LL, Caballero A, Cassan P, Castrén M, et al. European Resuscitation
Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 2. Adult basic life support and use of automated
external defibrillators. Resuscitation. 2010;81(10):1277–92.
2. Perkins GD, Handley AJ, Koster RW, Castrén M, Smyth MA, Olasveengen T, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. Section 2. Adult basic life support and
automated external defibrillation. Resuscitation. 2015;95(2015):81–99.
3. Biarent D, Bingham R, Eich C, López-Herce J, Maconochie I, Rodríguez-Núñez A, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 6. Paediatric life support.
Resuscitation. 2010;81(10):1364–88.
4. American Society of Anesthesiologist. Practice Guidelines for Management of the Difficult Airway.
Anesthesiology. 2013;118(2):251–70.
5. Robitaille A. Principles of Airway Management [Internet]. 3rd ed. Vol. 59, Canadian Journal of
Anesthesia/Journal canadien d’anesthésie. Springer; 2012. 1005-1005 p. Available from:
http://link.springer.com/10.1007/s12630-012-9757-x
6. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Airway Management. In: Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill; 2013. p. 309–39.
7. Lee SWS, Schwarz N. Basic Airways Management and Decision Making. Seventh Ed. Roberts and
Hedges’ Clinical Procedures in Emergency Medicine and Acute Care. Elsevier Inc.; 2010. 85-108 p.

16
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II

TATA LAKSANA JALAN NAPAS II

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dokter muda mampu mengetahui anatomi saluran napas napas
2. Dokter muda mampu mengetahui terapi oksigen, kapan harus menggunakan nasal kanul,
simple mask, non-rebreathing mask, dan intubasi endotrakea.
3. Dokter muda mampu menyiapkan alat-alat untuk intubasi endotrakea
4. Dokter muda mampu menyiapkan obat-obatan yang digunakan untuk memfasilitasi intubasi
endotrakea
5. Dokter muda mampu melakukan tindakan intubasi endotrakea
6. Dokter muda mampu memeriksa dan memastikan posisi pipa endotrakea
7. Dokter muda mampu melakukan tindakan insersi Laryngeal Mask Airway (LMA)

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

1. Jelaskan anatomi laring


2. Jelaskan indikasi dan modalitas terapi oksigen
3. Bagaimana menilai kesulitan intubasi endotrakea
4. Apa saja alat-alat yang digunakan pada intubasi endotrakea
5. Apa saja obat-obat yang diperlukan untuk memfasilitasi intubasi endotrakea
6. Bagaimana langkah-langkah intubasi endotrakea
7. Bagaimana memeriksa dan memastikan posisi pipa endotrakea
8. Bagaimana langkah insersi Laryngeal Mask Airway (LMA)

17
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II

ALGORITMA KASUS

Panduan penanganan kesulitan intubasi DAS

Rencana A :
Berhasil
Laringoskop Intubasi Trakea
Ventilasi facemask dan
intubasi trakea
Gagal intubasi

STOP DAN BERPIKIR


Pilihan (pertimbangkan resiko dan
Rencana B : keuntungan :
Supraglottic Berhasil
Mempertahankan oksigenasi: 1. Bangunkan pasien
Airway Device 2. Intubasi trakea melalui SAD
Insersi SAD (SAD) 3. Proses tanpa mengintubasi
Gagal SAD intubasi trakea
4. Trakeostomi atau

Rencana C : Usaha akhir melalui Berhasil


Bangunkan pasien
Ventilasi facemask ventilasi facemask

CICO

Rencana D :

Akses emergensi dari leher


Krikotiroidotomi
depan

DAFTAR KETERAMPILAN (Kognitif dan Psikomotor)

1. Mampu mendiagnosis adanya gangguan pernapasan


2. Mampu melakukan terapi oksigen
3. Mampu melakukan penilaian kesulitan intubasi endotrakea
4. Mampu menyiapkan alat-alat yang digunakan pada intubasi endotrakea
5. Mampu menyiapkan obat-obat yang diperlukan untuk memfasilitasi intubasi
endotrakea
6. Mampu melakukan langkah-langkah intubasi endotrakea
7. Mampu memeriksa dan memastikan posisi pipa endotrakea

18
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II

8. Mampu melakukan insersi Laryngeal Mask Airway (LMA)

DAFTAR TILIK(1)(2)(3)(4) (5)(6)

Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
1 Persiapan alat memulai intubasi dengan STATICS : Scope,
Tube (ETT), Airway devices, Tape (plester), Introducer
(stylet), Connector, Suction.
2 Memakai alat pelindung diri dengan sarung tangan

3. Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan


dilakukan jika pasien sadar, atau kepada keluarga pasien
jika pasien tidak sadar, serta meminta persetujuan
tindakan tertulis

4. Memastikan jalan napas terbuka

6 Memastikan tersedianya jalur intravena

7 Memasang monitor

8 Menyiapkan pipa endotrakea:

- Memeriksa patensi balon dengan mengembangkan balon pipa


endotrakea untuk memastikan bahwa balon tidak bocor. Bila
tidak bocor dikempiskan kembali
- Memberikan sedikit lubrikan pada stylet dan memasukkan
stylet ke dalam pipa endotrakea
- Memberikan sedikit lubrikan pada balon sampai ujung pipa
endotrakea

9 Menyiapkan laringoskop:

- Menyiapkan bilah atau daun laringoskop yang sesuai

- Sambungkan bilah pada pemegangnya kemudian


periksa terangnya lampu.
- Memastikan lampu menyala dengan baik (sinar fokus dan

19
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II

berwarna putih)

10 Menempatkan bantal di bawah oksipital jika tidak ada


curiga cedera servikal

11 Melakukan preoksigenasi dengan oksigen 100% selama


2-3 menit, jika waktu memungkinkan

12 Jika dibutuhkan berikan sedasi, analgesia dan pelumpuh


otot
13 Melakukan tindakan intubasi orotrakeal :
- Operator berdiri di bagian kepala tempat tidur dan tempat
tidur pada posisi datar
- Kepala pasien dalam keadaan sniffing position dengan
menggunakan bantal
- Memegang laringoskop pada tangan kiri
- Buka mulut dengan cara cross finger technique, yaitu ibu
jari tangan kanan ditempatkan di depan gigi bawah
mandibula dan jari telunjuk di depan gigi atas maksila,
mulut dibuka perlahan dengan menggerakkan jari-jari
tersebut dan laringoskop dimasukkan ke dalam mulut
- Masukkan ujung bilah ke dalam sisi kanan mulut pasien,
masukkan bilah sampai ke pangkal lidah
- Singkirkan lidah ke arah kiri
- Dengan lembut masukkan bilah laringoskop pada posisi
yang tepat. Bilah lurus di bawah epiglottis dan bilah
lengkung dimasukkan ke dalam vallecula di atas epiglottis
- Perlihatkan pita suara dan pembukaan glottis
- Berikan lidokain spray dengan xylocaine 10% pada daerah
pita suara
- Secara lembut masukkan pipa endotrakea melalui pita
suara, dengan memegang pipa endotrakea menggunakan
tangan kanan
- Secara hati-hati angkat stylet dan laringoskop, sambil tetap
memegang pipa endotrakea
- Kembangkan balon
- Pastikan posisi endotrakea
- Pasang bag-valve-mask atau corrugate pada mesin anestesi
melalui konektor

20
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II

- Inspeksi dan auskultasi dada untuk mendengarkan suara


napas yang simetris
- Perhatikan pengembunan yang terjadi pada pipa
endotrakea saat ekshalasi napas
- Fiksasi posisi pipa endotrakea dengan plester pada nomor
yang tertera pada pipa setinggi sudut bibir kiri atau kanan.

14 Melakukan tindakan insersi LMA:

- Operator berdiri di bagian kepala tempat tidur dan tempat


tidur pada posisi datar
- Menentukan ukuran LMA sesuai berat badan pasien
- Memegang LMA pada tangan kangan
- Memposisikan kepala pasien pada posisi ekstensi
- Meminta asisten untuk membuka mulut pasien
- Masukkan LMA
- Pastikan posisi LMA:
• Pasang bag-valve-mask atau corrugate pada mesin
anestesi melalui konektor
• Inspeksi dan auskultasi dada untuk mendengarkan
suara napas yang simetris
• Perhatikan pengembunan yang terjadi pada pipa
endotrakea saat ekshalasi napas
- Fiksasi posisi LMA plester di bagian tengah bibir

21
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II

Teknik Insersi LMA

22
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II

Klasifikasi Mallampati

Langkah-langkah intubasi

23
MODUL 2 FK UMI TATA LAKSANA JALAN NAPAS II

REFERENSI

1. Robitaille A. Principles of Airway Management [Internet]. 3rd ed. Vol. 59, Canadian
Journal of Anesthesia/Journal canadien d’anesthésie. Springer; 2012. 1005-1005 p.
Available from: http://link.springer.com/10.1007/s12630-012-9757-x
2. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Airway Management. In: Morgan & Mikhail’s
Clinical Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill; 2013. p. 309–39.
3. Lee SWS, Schwarz N. Basic Airways Management and Decision Making. Seventh Ed.
Roberts and Hedges’ Clinical Procedures in Emergency Medicine and Acute Care.
Elsevier Inc.; 2010. 85-108 p.
4. American Society of Anesthesiologist. Practice Guidelines for Management of the
Difficult Airway. Anesthesiology. 2013;118(2):251–70.
5. Hofmeyr R. Difficult Airway Society 2015 Guidelines. United Kingdom; 2016. p. 1–14.
6. Hagberg CA, Artime CA. Airway Management in the Adult. In: Miller’s Anesthesia.
Elsevier; 2010. p. 1647–83.

24
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

TUJUAN PEMBELAJARAN

8. Dokter muda mampu mengenal tanda dan gejala gawat darurat pasien yang
mengancam jiwa
9. Dokter muda mampu mengetahui indikasi resusitasi jantung paru otak (RJPO)
10. Dokter muda mampu mampu melakukan RJPO sesuai AHA 2015
11. Dokter muda mampu mengetahui macam-macam obat-obatan emergensi
12. Dokter muda mampu mengevaluasi pasien kapan berhenti melakukan RJPO dan
atau merujuk
13. Dokter muda mampu mengetahui indikasi penggunaan defibrilasi eksternal (AED
dan DC Shock )
14.Dokter muda mampu melakukan penggunaan Automated External Defibrilator (AED) dan
DC Shock

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

9. Apa tanda-tanda henti napas dan henti jantung ?


10. Apa indikasi tindakan resusitasi jantung paru ?
11. Bagaimana langkah-langkah melakukan resusitasi jantung paru ?
12. Apa saja obat-obatan emergensi ?
13. Kapan kita berhenti melakukan tindakan RJP ?
14. Apa saja gangguan irama jantung indikasi pemakaian DC Shock
15. Bagaimana cara melakukan DC Shock ?
16. Bagaimana cara menggunakan AED ?

25
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

ALGORITMA KASUS

Amankan lokasi kejadian.

Biarkan napas buatan: 1


Korban tidak menunjukkan reaksi. napas buatan setiap 5-6
Teriaklah untuk mendapatkan pertolongan terdekat. detik atau sekitar 10-12
Aktifkan sistem tanggapan darurat melalui napas buatan per menit.
perangkat bergerak (jika tersedia). ● Aktifkan system
Ambil AED dan peralatan gawat darurat (atau minta tanggapan darurat ( jika
seseorang untuk melakukannya) belum dilakukan) setelah 2
menit.
Bernapas ● Terus berikan napas
Bernapas
Perlu normal ada Perhatikan apakah napas tidak normal buatan: periksa denyut
hingga denyut terhenti atau tersengal ada denyut
kurang lebih setiap 2
tenaga dan periksa denyut menit. Jika tidak ada
medis (secara denyut, mulai CPR (
terlatih bersamaan).Apakah lanjutkan dengan kotak
tiba. denyut benar-benar “CPR”).
terasa dalam 10 detik? ● Jika kemungkinan terjadi
Napas terhenti atau
overdosis opioid, berikan
tersenggal, tidak ada nalokson sesuai protocol,
denyut jika berlaku

Pada saat ini, dalam semua scenario,


system tanggapan darurat atau
cadangan telah diaktifkan, serta AED
CPR dan peralatan gawat darurat telah
Mulai siklus 30 kompresi dari 2 napas buatan. tersedia atau seorang telah
Gunakan AED segera setelah tersedia. menyediakannya

AED tersedia.

Periksa ritme detak


jantung.
Ritme dapat dikejut?
Ya, ritme dapat Tidak, ritme tidak
dikejut dapat dikejut

Terapkan 1 kejut. Segera lanjutkan dengan Segera lanjutkan dengan CPR kurang
CPR kurang lebih selama 2 menit (Hingga lebih selama 2 menit (hingga AED
AED membolehkan pemeriksaan ritme). membolehkan pemeriksaan ritme).
Lanjutkan hingga tenaga ALS mengambil Lanjutkan hingga tenaga ALS mengambil
alih atau korban mulai bergerak alih atau korban mulai bergerak.

Bagan 1 : Algoritma Bantuan Hidup Dasar pada orang dewasa menurut AHA 2015(1)

26
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

PASIEN TRAUMA

Peri -Arrest Cardiac Arrest

Start CPR

Kemungkinan penyebab medis

Tidak Iya

Trauma tembus ke dada / Ikuti algoritma


epigastrium
Ya
Tidak
Segera pertimbangkan
thoracostomi

Menangani penyebab reversibel


(Gunakan pendekatan 4Hs & 4Ts)
Hypovolemi - Kontrol perdarahan luar
- Splint Pelvis / Fraktur
- Cairan IV / Darah
Hipoksia - Dasar menajemen saluran nafas
- Beri oksigen
Tension pneumothorax - Dekompresi dada
Tamponade – jantung - Pertimbangkan thorakostomi Lanjutkan CPR

Sirkulasi spontan ?

Ya Tidak

Pra Rumah Sakit : Segera rujuk ke rumah sakit yang sesuai Pertimbangkan
Di Rumah Sakir : Segera rujuk ke kamar operasi/ penghentian
resusitasi
Periksa radiologi jika ada indikasi

Bagan 2 : Algoritme penanganan henti Jantung pada pasien trauma


Sumber : Resucitation counsil (UK) guideline 2015, Traumatic Cardiac Arrest Treatment Algorithm(2)

27
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

DAFTAR KETERAMPILAN (Kognitif dan Psikomotor)

9. Mampu mendiagnosis tanda-tanda henti napas dan henti jantung


10. Mampu menjelaskan indikasi tindakan resusitasi jantung paru
11. Mampu melakukan langkah-langkah resusitasi jantung paru
12. Mampu menyiapkan obat-obatan emergensi
13. Mampu memberikan penilaian waktu untuk berhenti melakukan tindakan RJP
14. Mampu mendiagnosis gangguan irama jantung indikasi pemakaian DC Shock
15. Mampu menggunakan alat DC Shock
16. Mampu menggunakan alat AED

DAFTAR TILIK(3)(1)(4)(5)(6)(7)(8)(9)(10)(11)

Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
1 Tindakan oleh satu orang penolong
− Pastikan kondisi lingkungan tempat pertolongan
aman buatkorban dan penolong.
− Atur posisi pasien dan letakkan pada dasar yang
keras.
− Pada korban tidak sadar pastikan penderita tidak
sadar dengan cara memanggil, menepuk
punggung, menggoyang atau mencubit.
− Minta segera pertolongan dengan cara berteriak
/aktifkan sistem emergensi unit jika pasien tidak
sadar dan pastikan tersedianya AED (Automatic
External Defibrillator)
− Nilai pernapasan dan denyut nadi karotis secara
bersamaan kurang dari 10 detik.
− Bila tidak bernapas atau bernapas tidak normal
tapi nadi teraba maka bebaskan jalan napas dan
berikan napas buatan 1kali/5-6 detik atau 10-12
kali/menit pelan dan penuh sambil melihat

28
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

pengembangan dada, nilai ulang tiap dua menit.


− Bila napas spontan normal dan nadi teraba maka
pertahankan sambil menunggu pertolongan.
− Bila nadi tidak teraba maka segera lakukan RJP.
− Bila tidak teraba lakukan pijatan jantung luar 30
kali pada titik tumpu yaitu 2 jari diatas processus
xyphoideus. Kemudian dilanjutkan dengan napas
buatan sebanyak 2 kali tiupan.Lakukan sebanyak
5 siklus.
− Letakkan satu tangan pada titik tekan, tangan lain
di atas punggung tangan pertama.
− Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum.
Kedua lutut penolong merapat, lutut menempel
bahu korban.
− Tekan ke bawah kurang lebih 5-6 cm pada orang
dewasa , dengan cara menjatuhkan berat badan ke
sternum korban .
− Kompresi secara ritmik & teratur 100-120
kali/menit Lakukan evaluasi tiap akhir siklus
kelima terhadap napas, denyut jantung, kesadaran
dan reaksi pupil.
− Bila napas dan denyut belum teraba lanjutkan RJP
hingga korban membaik.
− Jika terdapat AED maka lakukan penilaian apakah
perlu dilakukan shock atau tidak.
− Jika napas kembali spontan dan denyut nadi teraba
maka posisikan dengan posisi pemulihan
(recovery position)/posisi mantap:
• Fleksikan salah satu siku dengan telapak
tangan menopangpipi pada sisi yang
berlawanan.
• Fleksikan lutut pada sisi yang sama
dengan siku yang difleksikan sebelumnya.

29
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

• Balikkan pasien ke arah sisi yang


berlawanan
2 Tindakan oleh dua orang penolong
− Langkah 1- 15 diatas tetap dilakukan oleh
penolong pertama hingga penolong kedua datang.
− Saat penolong pertama melakukan evaluasi,
penolong kedua mengambil posisi untuk
menggantikan pijat jantung.
− Bila denyut nadi belum teraba, penolong pertama
memberikan napas buatan dua kali secara perlahan sampai
dada terlihat pengembang, disusul penolong kedua
memberikan pijat jantung sebanyak 30 kali.

30
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

Gambar : Langkah-langkah penilaian henti napas dan henti jantung

Gambar : Cek nadi karotis bila tidak teraba, lakukan 30 kali kompresi dengan
kedalaman 5-6 cm dan kecepatan 100-120 x/menit

Gambar : Bebaskan jalan napas dan berikan 2 kali bantuan napas, tiap bantuan napas 5-
6 detik hingga dada terangkat

31
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

Gambar : Bila tersedia AED segera aktifkan dan ikuti instruksi dari alat tersebut

Gambar 7: Ventrikel Takikardi bila tanpa nadi segera RJP atau Defibrilasi

Gambar : Ventrikel fibrilasi segera RJP atau Defibrilasi

32
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

Gambar : DC Shock dan lokasi penempatan paddle

Recovery Position
(Posisi Penyembuhan)
JIKA KORBAN MULAI BERNAFAS NORMAL, LETAKKAN PADA POSISI RECOVERY
(PENYEMBUHAN)

Gambar : Posisi Penyembuhan

Bayi
Anak-Anak (Usia Kurang dari 1
Komponen Dewasa dan Anak Remaja (Usia 1 Tahun hingga Tahun, Tidak
Pubertas) termasuk Bayi Baru
Lahir0
Keamanan Pastikan lingkungan telah aman untuk penolong dan korban
lokasi
Pengenalan Periksa adanya reaksi
serang Napas terhenti atau tersengal (misalnya, napas tidak normal)
jantung Tidak ada denyut yang terasa dalam 10 detik
(Pemeriksaan napas dan denyut dapat dilakukan secara bersamaan kurang dari
10 detik)
Pengaktifan Jika Anda sendiri tanpa Korban terlihat jatuh pingsan
sistem ponsel, tinggalkan korban Ikuti langkah-langkah untuk orang dewasa dan
tanggapan untuk mengaktifkan anak-anak reamaja di sebelah kiri
darurat sistem tanggapan darurat Korban tidak terlihat jatuh pingsan
dan mengambil AED Berikan CPR selama 2 menit
sebelum memulai CPR Tinggalkan korban untuk mengaktifkan sistem
Atau, kirim orang lain tanggapan darurat dan mengambil AED
untuk melakukannya dan Kembali ke anak atau bayi dan lanjutkan CPR;
mulai CPR secepatnya; gunakan AED segera setelah tersedia

33
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

gunakan AED segera


setelah tersedia
Rasio 1 atau 2 penolong 1 penolong
kompresi- 30:2 30:2
ventilasi 2 penolong atau lebih
tanpa 15:2
saluran
udara
lanjutan
Rasio Kompresi berkelanjutan pada kecepatan 100-120/min
kompresi- Berikan napas buatan setiap 6 detik (10 napas buatan/min)
ventilasi
dengan
saluran
udara
lanjutan
Kecepatan 100-120/min
kompresi
Kedalaman Minimum 2 inci (5 cm)* Minimum sepertiga dari Minimum sepertiga
kompresi diameter AP dada dari diameter AP
Sekitar 2 inci (5 cm) dada
Sekitar 11/2 inci (4
cm)
Penempatan 2 tangan berada di 2 tangan atau 1 tangan 1 penolong
tangan separuh bagian bawah (opsional untuk anak yang 2 jari di bagian
tulang dada (sternum) sangat kecil) berada di bawah tengah
separuh bagian bawah dada, tepat di
tulang dada (sternum) bawah garis puting

2 penolong
2 tangan dengan
ibu jari bergerak
melingkar dibagian
tengah dada, tepat
di bawah baris
puting
Rekoil dada Lakukan rekoil penuh dada setelah setiap kali kompresi; jangan bertumpu di
atas dada setelah setiap kali kompresi
Minimalkan Batasi gangguan dalam kompresi dada menjadi dari 10 detik
gangguan
*
Kedalaman kompresi tidak boleh lebih dari 2,4 inci (6 cm)

Bagan 3 : Ringkasan Bantuan Hidup Dasar sesuai AHA 2015

34
MODUL 3 FK UMI RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK

REFERENSI
1. American Heart Association. Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan
ECC. Circulation. 2015;132(5):293.
2. University of Cumbria. Traumatic Cardiac Arrest Algorithm. UoC Trauma. 2016;
3. Perales-Rodríguez De Viguri N, Pérez Vela JL, Álvarez-Fernández JA. 2015 AHA Guidelines
update for CPR and ECC [Internet]. Vol. 30, Medicina Intensiva. 2006. 223-231 p. Available
from: http://www.cercp.org/images/stories/recursos/Guias 2015/Guidelines-RCP-AHA-2015-
Full.pdf
4. Kleinman ME, Goldberger ZD, Rea T, Swor RA, Bobrow BJ, Brennan EE, et al. 2017
American Heart Association Focused Update on Adult Basic Life Support and
Cardiopulmonary Resuscitation Quality: An Update to the American Heart Association
Guidelines for Cardio pulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation. 2017;
5. American Heart Association. Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart Association
2017 untuk Bantuan Dasar Hidup Pediatrik dan Dewasa dan Kualitas CPR.
2017;2017(November).
6. Perkins GD, Handley AJ, Koster RW, Castrén M, Smyth MA, Olasveengen T, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. Section 2. Adult basic life support
and automated external defibrillation. Resuscitation. 2015;95(2015):81–99.
7. Perkins GD, Olasveengen TM, Maconochie I, Soar J, Wyllie J, Greif R, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation: 2017 update. Resuscitation. 2018;123:43–
50.
8. Chung SP, Sakamoto T, Lim SH, Ma MHM, Wang TL, Lavapie F, et al. The 2015
Resuscitation Council of Asia (RCA) guidelines on adult basic life support for lay rescuers.
Resuscitation [Internet]. 2016;105(2016):145–8. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.resuscitation.2016.05.025
9. Perkins GD, Travers AH, Berg RA, Castren M, Considine J, Escalante R, et al. Part 3: Adult
basic life support and automated external defibrillation. 2015 International Consensus on
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science with Treatment
Recommendations. Resuscitation. 2015;95(2015):e43–69.
10. Koster RW, Baubin MA, Bossaert LL, Caballero A, Cassan P, Castrén M, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 2. Adult basic life support
and use of automated external defibrillators. Resuscitation. 2010;81(10):1277–92.
11. Giesecke M, Hosur S. Cardiopulmonary Resuscitation. In: Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill; 2013. p. 1246–50.

35
MODUL 4 FK UMI SYOK

SYOK

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dokter muda mampu menjelaskan patofisiologi syok


2. Dokter muda mampu menjelaskan jenis-jenis syok
3. Dokter muda mampu menjelaskan dan mengenali tanda dan gejala syok
4. Dokter muda mampu mengenali dan menilai derajat dehidrasi berdasarkan klinis
5. Dokter muda mampu mengenali dan menilai kelas perdarahan berdasarkan klinis
6. Dokter muda mampu melaksanakan tata laksana syok
7. Dokter muda mampu menjelaskan komposisi cairan dan elektrolit utama tubuh
8. Dokter muda mampu melakukan terapi cairan
9. Dokter muda mampu menjelaskan efek samping dari pemberian cairan

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

17. Jelaskan patofisiologi syok !


18. Jelaskan macam-macam syok !
19. Sebutkan tanda dan gejala syok !
20. Bagaimana penatalaksanaan syok ?
21. Jelaskan mengenai derajat dehidrasi dan tatalaksana resusitasi cairannya !
22. Jelaskan mengenai kelas perdarahan dan tatalaksana resusitasi cairannya !
23. Bagaimana komposisi cairan tubuh !
24. Jenis cairan apa saja yang bisa digunakan untuk penanganan syok ?
25. Kapan dilakukan terapi cairan dan apa efek sampingnya ?

36
MODUL 4 FK UMI SYOK

ALGORITMA KASUS

Korban Periksa Tidak RKP


Kehilangan ABC sadar
Cairan Ekstravaskuler:
Sadar Gastrointestinal
Intravaskuler (diare,muntah),
Kehilangan cairan luka bakar, renal
(terapi diuretic)dll.
Perdarahan
Gejala: turunnya
turgor
Derajat I, Derajat II, Derajat III, Derajat IV, jaringan,mengent
Gejala: Gejala: Gejala: Gejala: alnya sekresi oral,
Tidak ada Takikardi Takipnu,takik Takikardi, TD bibir,trakea, dan
Komplikasi, Penurunant ardi,oligouri, sistolik menurun, lidah menjadi
takikardi ekanan perubahan TD diastolic tidak kering, bola mata
minimal darah, kulit status teraba, kehilangan cekung
pengisian teraba mental, keasadaran,oliguria
kapiler > 3 dingin, Penurunan , kulit dingin dan
detik anxietas tekanan pucat
ringan. darah
sistolik,

Ganti cairan yang


Syok hipovolemik Hentikan cairan hilang
Yang keluar

Derajat I Derajat II Ekstravaskular Derajat III Derajat IV

NaCL/ ringer laktat (infuse intravena) Kristaloid + Koloid + Darah

Dipantau dengan pemasangan kateter (urin min ½ ml/kg/bb/jam)

37
MODUL 4 FK UMI SYOK

Tanda dan Gejala Syok Hipovolemik Non Hemoragik

Tanda dan gejala Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat

1. KU dan kondisi Haus, Sadar, Gelisah Haus, Gelisah/Letargi, Mengantuk, Lemas,


bayi dan anak Iritable Ekstremitas dingin,
kecil Keringan, Sianotik, Koma.
Haus, Sadar, Gelisah
Anak > besar dan Sadar, Gelisah, Ekstremitas
Haus, Sadar, Pusing
Dewasa dingin, Kulit dan jari tangan
keriput, Kejang Otot

2. Nadi Radialis Normal Cepat dan Lemah Cepat, Halus, Kadang


takteraba

3. Pernafasan Normal Dalam, Mungkin Cepat Dalam dan Cepat

4. Ubun Ubun Besar Normal Cekung Sangat Cekung

5. Elastisitas Kulit Baik Lambat Sangat Lambat

6. Mata Normal Cekung Sangat Cekung

7. Air Mata Ada Kering Sangat Kering

8. Selaput Lendir Lembab Kering Sangat Kering

9. Urin Normal Berkurang, Warna Tua Urin - , VU kosong

10. TD Sistolik N N – Rendah < 80 mmHg, Tak Terukur

11. % Kehilangan 4-5 % 6-9 % 10 % >


Berat
12. Perkiraan hilang 40-40 ml/kg 60-90 100-110
cairan

38
MODUL 4 FK UMI SYOK

Tanda dan Gejala Syok Hemoragik

PARAMETER KELAS I KELAS II (RINGAN) KELAS III (SEDANG) KELAS IV (BERAT)

Perkiraan 15% 15-30% 31-40% >40%


kehilangan
darah

Nadi Normal Bisa Normal / Meningkat Sangat


Meningkat Meningkat

Tekanan darah Normal Normal Bisa Normal / Menurun


Menurun

Tekanan Nadi Normal Menurun Menurun Menurun

Pernapasan Normal Normal Meningkat

Output urin Normal Normal Menurun Sangat Menurun

Skor GCS Normal Normal Menurun Menurun

Base Deficit 0 sampai -2 -2 sampai -6 mEq/L -6 sampai -10 mEq/L -10 mEq/L atau
mEq/L kurang

Kebutuhan Monitor Memungkinkan Perlu Masive Transfusi


Darah

39
MODUL 4 FK UMI SYOK

Algoritma Penanganan Reaksi Anafilaksis dan Syok Anafilaksis

40
MODUL 4 FK UMI SYOK

DAFTAR KETERAMPILAN (Kognitif dan Psikomotor)

17. Mampu mendiagnosis syok berdasarkan jenis-jenis syok


18. Mampu menjelaskan dan mengenali tanda dan gejala syok
19. Mampu menilai derajat dehidrasi berdasarkan klinis
20. Mampu menilai kelas perdarahan berdasarkan klinis
21. Mampu melaksanakan tata laksana syok
22. Mampu melakukan terapi cairan pada kasus dehidrasi
23. Mampu melakukan terapi cairan pada kasus perdarahan
24. Mampu melakukan tata laksana syok anafilaktik

DAFTAR TILIK(1)(2)(3)(4) (5)(6)(7)(8)(9)

Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
1 Diagnosis terhadap adanya syok
a. Evaluasi Airway (Jalan napas)
b. Evaluasi Pernapasan
c. Evaluasi Sirkulasi
2 Menentukan Jenis Syok Hipovolemik
a. Dehidrasi = kehilangan cairan ekstravaskuler
akibat diare atau muntah
b. Perdarahan = kehilangan darah akibat trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan perdarahan
organ
3. Menentukan derajat syok Hipovolemik
a. Dehidrasi
i. Ringan
ii. Sedang
iii. Berat
b. Perdarahan
i. Kelas I

41
MODUL 4 FK UMI SYOK

ii. Kelas II
iii. kelas III
iv. Kelas IV
4. Melakukan resusitasi cairan:
a. Dehidrasi
i. Ringan : Ganti cairan defisit dengan pemberian
oral
ii. Sedang : Ganti cairan defisit dengan pemberian
oral dibantu dengan pemberian cairan infus
dengan kristaloid sesuai dengan defisit
ditambah dengan cairan pemeliharaan
iii. Berat : Lakukan resusitasi cairan dengan cara
menetukan defisit kehilangan cairan dan cairan
pemeliharaan selama 24 jam.
50% defisit diberikan pada 8 jam ditambah
dengan cairan pemeliharaan selama 8 jam
50% defisit selanjutnya diberikan pada 16 jam
selanjutnya ditambah dengan cairan
pemeliharaan selama 16 jam
Dilakukan resusitasi cepat 10-20cc/kg selama
10-15 menit dalam 1 jam pada 8 jam pertama
sampai hemodinamik stabil, dapat diulang
beberapa kali sampai kondisi syok teratasi.
Sisa dari defisit 50%+cairan pemeliharaan pada
8 jam pertama dikurangi dengan jumlah cairan
yang digunakan pada resusitasi cepat dijadikan
cairan pemeliharaan dalam 7 jam selanjutnya.
b. Perdarahan
i. Evaluasi ABC
ii. Berikan Oksigen
iii. Pasang infus 2 jalur kalau perlu dengan abocath
terbesar
iv. Menentukan kelas perdarahan sesuai dengan

42
MODUL 4 FK UMI SYOK

gejala klinis yangada


v. Menentukan estimasi jumlah kehilangan darah
vi. Mengganti cairan perdarahan dengan
menggunakan kristaloid atau koloid/darah
(volume cairan yang diganti sebanyak 3 kali
dari estimasi kehilangan darah jika
menggunakan kristaloid)
6 Melakukan tata laksana syok anafilaktik

a. Diagnosis terhadap syok anafilaktik dengan menilai :


- Onset akut dari penyebab
- Menilai masalah jalan napas, pernapasan dan
sirkulasi
- Biasanya disertai perubahan warna kulit
b. Cari pertolongan dan baringkan pasien serta
mengangkat/elevasi kedua tungkai (bila jalan napas dan
pernapasan bebas)
c. Berikan O2 simple mask atau NRM
d. Persiapkan Adrenalin atau Epinefrin 1:1000 (1 ampul
adrenalin 1mg/cc) dalam dispo 1 cc
e. Berikan secara intramuscular dengan dosis 0.01 mg/kgBB
dan dapat diulang tiap 5 menit sebanyak 3-4 kali pemberian
- Dewasa : 500 mcg im (0.5 cc)
- Anak > 12 tahun : 500 mcg im (0.5 cc)
- Anak 6-12 tahun : 300 mcg (0.3 cc)
- Anak < 6 tahun : 150 mcg (0.15 cc)
f. Resusitasi cairan dengan kristaloid
- Dewasa : 500 -1000 cc
- Anak : 20 cc/kgBB
(koloid jangan diberikan karena bisa
menyebabkan anafilaksis)

g. Pertimbangkan untuk memberikan Aminofilin,


Hydrocortison dan Difenhidramin

43
MODUL 4 FK UMI SYOK

Penilaian turgor kulit pada pasien dehidrasi


Tanda dan Gejala Dehidrasi
- Bibir kering dan pecah-pecah
- Lesu
- Mata Cekung
- Berat badan Menurun
- Urin Output Berkurang
- Urin pekat
- Turgor kulit menurun
- CRT menurun
- Pusing
- Keringat Dingin
- Sulit Berjalan
- Tekanan darah turun
- Heart rate meningkat
- Abnormalitas Electrolit

Gambar : Posisi Syok

44
MODUL 4 FK UMI SYOK

REFERENSI

1. American College of Surgeons. ATLS. Advenced Trauma Life Support. 10th ed.
Chicago; 2018. 377 p.
2. Sandhu B, Devadason D. Management of Diarrhea. Pediatr Gastrointest Liver Dis.
2011;1002–11.
3. NICE. Intravenous fluid therapy in adults in hospital NICE guideline. 2013;(May):13.
Available from: https://www.nice.org.uk/guidance/cg174/documents/intravenous-
fluid-therapy-nice-version2
4. Salam SH. Dasar-dasar terapi cairan dan elektrolit. Vol. 2, Terapi Cairan, elektrolit,
dan metabolik. 2016.
5. Amin LZ. Tatalaksana Diare Akut. Cdk-230. 2015;42(7):504–8.
6. Rhee P, Joseph B. Chapter 4 - Shock, Electrolytes, and Fluid [Internet]. Twentieth.
Sabiston Textbook of Surgery. Elsevier Inc.; 2018. 44-97 p. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-29987-9.00004-7
7. Kumar A, Unligil U, Parrillo JE. 21 - Circulatory Shock [Internet]. Fourth Edi. Critical
Care Medicine, 4/e. Elsevier Inc.; 2016. 299-324.e9 p. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-08929-6.00021-4
8. Hall JE. Circulatory Shock and Treatment. In: Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology. 2011. p. 243–53.
9. Truhlář A, Deakin CD, Soar J, Khalifa GEA, Alfonzo A, Bierens JJLM, et al.
European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. Section 4. Cardiac
arrest in special circumstances. Resuscitation. 2015;95(2015):148–201.

45
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH

TRANSFUSI DARAH

TUJUAN PEMBELAJARAN

10. Dokter muda mampu menjelaskan konsep penghantaran oksigen (Oxygen Delivery) ke
jaringan
11. Dokter muda mampu menjelaskan indikasi transfusi darah
12. Dokter muda mampu menjelaskan efek samping transfusi darah
13. Dokter muda mampu menjelaskan komponen darah
14. Dokter muda mampu melakukan tahap-tahap tranfusi darah
15. Dokter muda mampu mengetahui tanda – tanda reaksi tranfusi
16. Dokter muda mampu melakukan penanganan reaksi transfusi
17. Dokter muda mampu menjelaskan tentang trasnfusi masif

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

26. Jelaskan mengenai penghantaran oksigen ke jaringan (Oxygen Delivery) beserta faktor-
faktor yang mempengaruhinya !
27. Jelaskan indikasi transfusi darah dan komponen darah !
28. Sebutkan efek samping dari transfusi darah !
29. Jelaskan tanda – tanda reaksi transfusi !
30. Bagaimana penatalaksanaan reaksi transfusi ?
31. Jelaskan mengenai transfusi masif !

46
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH

ALGORITMA KASUS

Tehnik Penyimpanan Darah Untuk Persiapan Transfusi


Whole blood / Plasma yang di donasi

Disimpan pada box transportasi dengan suhu 20C sampai +24C max. 6 jam

Persiapan Komponen sel darah Komponen platelet


Komponen plasma
komponen darah merah

Tempat penyimpanan Kulkas darah Freezer plasma Agitator platelet


karantina
+2C sampai +6C -30C atau kurang +20C sampai +24C

Stok penyimpanan Kulkas darah Freezer plasma Agitator platelet


yang tersedia
+2C sampai +6C -30C atau kurang +20C sampai +24C

Box transportasi Box transportasi Box transportasi


Bank Darah Rumah
Sakit Jarak S : +2C sampai Jarak S : kurang dari -20C Jarak S : +20C sampai
+10C +24C

Penerima Darah (pasien)

Bagan : Alur darah dari donor ke resipien

47
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH

Reaksi Transfusi

AKUT KRONIK

Imunologi Non-Imunologi Imunologi Non-Imunologi

Kontaminasi Hemolitik Hemosiderosi


Hemolitik bakteri s akibat
Induksi
Transfusion Transfusi
Demam non- Sirkulasi yang Associated
hemolitik berlebihan Graft vs Host
Disease Kelainan
Transmisi
Alergi Hemolisis
fisik/kimia
Purpura post
transfusi
Cedera Paru
Akut Akibat
Transfusi

Bagan : Reaksi Transfusi

DAFTAR KETERAMPILAN (Kognitif dan Psikomotor)

25. Mampu menjelaskan indikasi transfusi darah dan komponen darah


26. Mampu menyebutkan efek samping dari transfusi darah
27. Mampu melakukan langkah-langkah transfusi darah dan komponen darah
28. Mampu menjelaskan tanda – tanda reaksi transfusi
29. Mampu melakukan tata laksana reaksi transfusi
30. Mampu menjelaskan tentang transfusi masif

48
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH

DAFTAR TILIK(2)(1)(3)(4)

Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3
1 Prosedur transfuse darah
d. Cek identitas (nama lengkap pasien, jenis
kelamin, usia, jika pasien tidak sadar tanyakan ke
keluarga), cek label identitas pada pergelangan
tangan pasien, cek Golongan darah, cek angka
unik pada kantung darah dan kecocokan ABO/
RhD dengan lembar permintaan dari Palang
Merah Indonesia.
e. Periksa kondisi kantung darah bila ada tanda-
tanda:
- Hemolysis plasma (berubah warna menjadi
merah muda)
- Hemolisis antara plasma dan sel darah merah
- Kontaminasi pada sel darah merah, atau
berubah warna menjadi ungu atau hitam
- Adanya bekuan darah menandakan darah
tidak tercampur dengan baik denga
antikoagulan atau kontaminasi bakteri
- Tanda kebocoran pada kantung
Jangan lakukan transfusi bila kantung darah
Nampak tidak normal atau rusak atau telah keluar
dari lemari pendingin lebih dari 30 menit dan
segera melapor ke Bank Darah atau PMI
f. Persiapkan set transfuse darah dengan ukuran
filter 170-200 micron filter, kanul vena, untuk
transfusi trombosit gunakan set yang baru dan
sebelum mulai transfuse dibilas dengan NaCl 0.9
sebanyak 30-50 ml

49
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH

g. Kecepatan dan lama pemberian transfusi


disesuaikan dengan jenis komponen darah
h. Tidak dianjurkan menghangatkan darah selain
dengan menggunakan alat penghangat darah
(blood warmer) karena dapat merusak komponen
darah pada transfuse tetesan lambat
i. Ganti transfuse set baru tiap 4-6 jam atau setelah
2-4 unit transfusi
j. Selama transfusi amati tanda vital serta gejala
yang lain seperti menggigil, nyeri, sesak napas
atau gelisah minimal 15 menit setelah mulai
transfusi serta setiap jam saat transfuse
k. Dokumentasikan waktu mulai transfusi dan
setelah transfuse, jenis komponen darah, no unik
dari kantung darah serta gejala efek samping dari
transfuse darah
l. Identifikasi dan tangani segera tanda-tanda efek
samping/ reaksi transfuse dengan
MENGHENTIKAN transfuse
2 PENANGANAN REAKSI TRANSFUSI 


Reaksi ringan 


Reaksi ringan timbul akibat hipersensitifitas ringan.


Gejala reaksi ringan adalah ruam gatal

a. Pelankan kecepatan transfusi 


b. Berikan hidrokortison 200 mg IV atau berikan


khlorfeniramin 0,1 
mg/kg IM, bila tersedia. 


c. Bila gejalanya tidak memburuk setelah 30 menit,


lanjutkan transfusi 
dengan kecepatan normal 


d. Bila gejala menetap, tangani sebagai reaksi


sedang 


Reaksi sedang 


50
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH

Reaksi sedang timbul karena hipersensitivitas sedang,


reaksi non- hemolitik, pirogen atau kontaminasi bakteri. 

biasanya muncul dalam 30-60 menit setelah transfusi
dimulai dan meliputi gejala ruam gatal yang berat,
flushing, suhu aksila lebih dari 380 C, rigor, gelisah dan
denyut jantung cepat.

a. Stop transfusi, ganti alat transfusi dan berikan


cairan IV 


b. Berikan hidrokortison 200 mg IV atau berikan


khlorfeniramin 0,1 mg/kg IM, bila tersedia 


c. Bila gejala membaik, mulai lagi pemberian


transfusi menggunakan darah yang baru dengan
tetesan lambat dan amati secara ketat 


d. Bila gejalanya tidak membaik dalam 15 menit,


tangani sebagai reaksi berat. 


Reaksi berat 


Reaksi berat timbul akibat proses hemolisis, kontaminasi


bakteri dan syok sepsis, kelebihan cairan atau anafilaksis.
Gejala reaksi berat meliputi suhu aksila lebih dari 38o C,
rigor, gelisah, denyut jantung dan frekuensi nafas cepat,
urine berwarna hitam atau merah kehitaman, perdarahan
yang tidak jelas.

a. Stop transfusi, ganti peralatan transfusi dan


berikan cairan IV 


b. Berikan oksigen 


c. Berikan epinefrin 0,01 mg/kg berat badan 


d. Berikan hidrokortison 200 mg IV atau berikan


khlorferinarim 0,1 
mg/kg IM, bila tersedia 


e. Laporkan reaksi ini ke unit transfusi darah segera


f. Berikan furosemid 1 mg/kg berat badan IV 


51
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH

g. Tangani sebagai infeksi berat 


Kecepatan transfusi
Eritrosit 2 – 5 ml/Kg/Jam

Platelet 10 menit / unit atau 5 ml / menit

Plasma 1 – 2 ml / menit

Cryopresipitate 1 – 2 ml / menit

Granulosit Perlahan

Gambar : kecepatan transfuse sesuai komponen darah

Produk Darah Mulai Transfusi Selesai Transfusi

Darah lengkap / PRBC Dalam waktu 30 menit setelah ≤ 4 jam


dikeluarkan dari kulkas
Buang unit jika waktu melebihi

Platelet concentrate Segera Dalam 30 menit

FFP Secepat mungkin Dalam 30 menit

Cryopresipitate Secepat mungkin Dalam 30 menit

Gambar : pemakaian waktu yang tepat sesuai komponen darah

52
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH

REFERENSI

1. World Health Organisation. The Clinical Use of Blood - Handbook [Internet]. 2002. p.
221. Available from: http://www.who.int/bloodsafety/clinical_use/en/
2. World Health Organization. Clinical Transfusion Practice Guidelines for Medical
Interns. 2012;1–42.
3. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Fluid Management & Blood Component
Therapy. In: Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill; 2013.
p. 1176–90.
4. Truhlář A, Deakin CD, Soar J, Khalifa GEA, Alfonzo A, Bierens JJLM, et al. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. Section 4. Cardiac arrest in
special circumstances. Resuscitation. 2015;95(2015):148–201.

53
MODUL 5 FK UMI TRANSFUSI DARAH

1. World Health Organisation. The Clinical Use of Blood - Handbook [Internet]. 2002. p.
221. Available from: http://www.who.int/bloodsafety/clinical_use/en/
2. World Health Organization. Clinical Transfusion Practice Guidelines for Medical
Interns. 2012;1–42.
3. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Fluid Management & Blood Component
Therapy. In: Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill;
2013. p. 1176–90.
4. Truhlář A, Deakin CD, Soar J, Khalifa GEA, Alfonzo A, Bierens JJLM, et al.
European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. Section 4. Cardiac
arrest in special circumstances. Resuscitation. 2015;95(2015):148–201.

54
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS

KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dokter muda mampu menerangkan kepada pasien indikasi kanulasi vena perifer dan
kanulasi intraosseous
2. Dokter muda mampu menerangkan tindakan dan tujuan kanulasi vena perifer dan kanulasi
intraosseous
3. Dokter muda mampu menentukan lokasi kanulasi vena perifer dan kanulasi intraosseous
4. Dokter muda mampu melakukan tindakan kanulasi vena perifer dan kanulasi intraosseous
dengan benar
5. Dokter muda mampu melakukan perhitungan kebutuhan cairan sesuai kebutuhan pasien
dengan benar
6. Dokter muda mampu membersihkan dan membuang sampah tajam/infeksius pada
tempatnya

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

1. Jelaskan anatomi vena yang sering dijadikan tempat untuk melakukan kanulasi vena perifer
dan kanulasi intraosseous
2. Jelaskan indikasi dilakukannya kanulasi vena perifer
3. Jelaskan indikasi dilakukannya kanulasi intraosseous
4. Jelaskan komplikasi pemasangan kanulasi vena perifer
5. Jelaskan kontraindikasi dan komplikasi pemasangan kanulasi intraosseous
6. Sebutkan obat-obat yang dapat melalui rute intraosseous

55
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS

ALGORITMA KASUS

DAFTAR KETERAMPILAN (Kognitif dan Psikomotor)

31. Mampu menjelaskan anatomi vena yang sering dijadikan tempat untuk melakukan kanulasi vena
perifer
32. Mampu menjelaskan anatomi yang sering dijadikan tempat untuk melakukan kanulasi
intraosseous

56
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS

33. Mampu melakukan tindakan kanulasi vena perifer dan kanulasi intraosseous dengan benar
DAFTAR TILIK KANULASI INTRAVENA(1)(2)(3)(4)

Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3

1 Memeriksa kartu atau status medical record pasien


(tentang diagnosis penyakit, riwayat alergi, adanya
gangguan perdarahan, dll)
2 Memeriksa semua kelengkapan alat :
a. Periksa apakah infus/transfuse set sudah dihubungkan
dengan cairan
b. Pastikan bahwa dalam slang tersebut tidak terdapat udara
saat dihubungkan dengan cairan kristaloid, koloid, nutrisi
atau komponen darah
c. Siapkan 3 nomor kateter IV yang diperkirakan mampu
dipasang
3. Menjelaskan prosedur pada pasien atau keluarga pasien

4. Identifikasi dan melakukan penilain terhadap vena yang


akan dipilih:
a. Pilihlah tempat yang paling distal untuk menjaga potensial
yang lebih proximal.
b. Lebih baik memilih ekstremitas yang non-dominan
c. Pilih daerah dorsal manus
d. Jangan menginsersi daerah pergelangan atau
antekubiti
5 Cuci tangan dengan sabun antimikroba secara 6 langkah

6 Memakai sarung tangan

7 a. Memasang torniket dan bila diperlukan, asisten dapat


diperbantukan untuk imobilisasi pasien
b. Pertama-tama aliran darah vena diperas terlebih dahulu ke
bagian distal atau dapat pula dengan cara lengan diletakkan
lebih rendah di bawah level jantung.
c. Tempat pemasangan torniket sebaiknya pada pertengahan
lengan ( antara pergelangan tangan dan siku ) atau
pertengahan tungkai bawah sedikit dibawahnya.
d. Pemasangan torniket jangan terlalu kuat tapi juga jangan
terlalu lunak.
e. Apabila menggunakan slang karet sebagai torniket, tidak
boleh diikat dengan simpul mati tetapi harus dengan simpul
hidup agar lebih mudah dilepaskan.
f. Bila torniket sudah dipasang tetapi vena belum terbendung,
dapat dilakukan tepukan pada vena dengan telapak tangan
atau dilakukan pemanasan/penghangatan vena dengan
menggunakan has/handuk hangat yang telah direndam
dalam air hangat supaya terjadi vasodilatasi vena.

57
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS

8 Membersihkan tempat insersi dengan desinfektan


(alcohol) dan biarkan sampai kering

9 Tangan kiri menggenggam area di bawah tempat


penusukan, gunakan ibujari untuk menstabilisasi vena
dan jaringan lunak. Bila yang diinsersi daerah dorsal
manus penderita dapat disuruh untuk menggengngam
tangannya.

10 Memposisikan bevel kateter IV menghadap ke atas,


pegang diantara ibu jari dan jari telunjuk

11 Memegang kateter dengan membentuk sudut 45 diatas


permukaan kulit dan jaringan dibawahnya menuju vena
tapi tidak menembus vena :
a. Secara sentral : tusukan langsung mengenai vena .
Cara ini tidak terlalu baik karena apabila tusukan terlalu
dalam dapat mengenai jaringan di bawah vena dan
menyebabkan ekstravasasi apabila vena bocor.
b. Secara paravena : tusukan dari samping vena dulu, baru
kemudian jarum di arahkan masuk kedalam vena. Cara ini
merupakan cara yang terbaik untuk mencapai vena.
12 Posisikan kateter lebih rendah hingga hampir sejajar
dengan permukaan kulit dan gerakkan ujung jarum
melewati vena secara langsung

13 Dorong kateter memasuki vena dengan pelan, pastikan


adanya aliran balik vena.

14 Dorong kateter beserta mandrinnya kira-kira sejauh 3-5


mm lagi untuk memastikan kateter telah memasuki
lumen vena

15 Tarik mandrin keluar, dorong kateter sampai pangkalnya


menyentuh kulit

16 Buang mandrin bekas pakai ke dalam pembungkus


kateter tadi

17 Lepaskan torniket

18 Hubungkan kateter dengan infuse/transfuse set

19 Bilas dengan saline/cairan IV dan bersihkan bila ada sisa


darah, kemudian keringkan dengan gaus steril agar
plester dapat melekat dengan baik

20 Gunakan 2 lembar plester , satu untuk fiksasi kateter I.V


dan yang satunya untuk fiksasi slang infus set. Panjang

58
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS

plester yang digunakan ukurannya sekitar 15-20 cm,


jangan terlalu lebar atau terlalu kecil (lebarnya sekitar
0,5 mm). Bentuk fiksasi dibuat seperti bentuk V , agar
keduanya tidak mudah lepas.

21 Imobilisasi ekstremitas dengan papan pengalas bila ada


indikasi
Misalnya : bila diinsersikan di daerah sendi, pada anak-anak/bayi

22 Instruksi pada pasien :


Hindari gerakan-gerakan lengan yang tidak perlu
Segera beritahu perawat/ dokter bila lengan
membengkak, nyeri, atau jika terjadi kebocoran dari
tempat insersi

23 Label bahan pembalut dengan tanggal, ukuran kateter


dan inisial yang memasang infuse.

24 Tulis juga distatus penderita tentang:


tanggal pemasangan, ukuran kateter inisial, yang
memasang infuse, tempat insersi, toleransi pasien dan
respon terhadap terapi.

59
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS

DAFTAR TILIK KANULASI INTRAOSSEOUS(1)(2)(5)(3)

Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3

1 Memeriksa kartu atau status medical record pasien


(tentang diagnosis penyakit, riwayat alergi, adanya
gangguan perdarahan, dll)
2 Memeriksa semua kelengkapan alat :
a. Periksa apakah infus/transfuse set sudah dihubungkan dengan
cairan
b. Pastikan bahwa dalam slang tersebut tidak terdapat udara saat
dihubungkan dengan cairan kristaloid, koloid, nutrisi atau
komponen darah.
c. Siapkan Bone marrow needle no 15G-18G

3. Menjelaskan prosedur pada pasien atau keluarga pasien

4. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap tempat


kanulasi yang akan dipilih:
a. Proksimal tulang tibia merupakan lokasi yang optimal untuk
penusukan jarum pada anak-anak/dewasa selama keadaan
darurat
b. Titik yang dipilih adalah garis tengah pada permukaan datar
pada medial tibia anterior sejauh 3 cm (lebar dua jari) di bawah
tuberositas tibia
c. Tibia distal dapat digunakan jika tibia proksimal sulit ditembus
d. lokasi ini berada hanya proksimal dari maleolus medial, dan
diposteriornya terdapat vena Saphena magna

60
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS

5 Cuci tangan dengan sabun antimikroba secara 6 langkah

6 Memakai sarung tangan

7 a. Kaki pasien harus ditahan pada posisi sedikit tertekuk, dengan


karung pasir kecil atau kain keras ditempatkan di belakang lutut
yang berguna untuk menyokong kaki.
b. Kulit kemudian dibersihkan dengan iodine atau alkohol di bawah
kondisi aseptik.
c. Penggunaan anestesi lokal adalah opsional dan tidak diperlukan
pada pasien dengan penurunan kesadaran.
d. Untuk lokasi tibia proximal Jarum diarahkan pada sudut 60-
900menjauhi dari lempeng pertumbuhan untuk menghindari
cedera pada struktur ini dan penusukan dilakukan dengan
gerakan mengebor atau memutar.
e. Untuk lokasi tibia distal jarum dimasukkan tegak lurus terhadap
kulit pada lokasi ini.
f. Masuknya penusukan ke dalam ruang sumsum dikonfirmasi
dengan kurangnya tahanan setelah jarum telah masuk ke
korteks tulang.
g. Sumsum tulang dapat dengan mudah diaspirasi ke dalam jarum
suntik, dan cairan infus harus lancar mengalir.
h. Jarum juga harus berdiri tegak tanpa sokongan, tetapi harus
dijamin dengan fiksasi jarum ke kulit untuk mencegah keluarnya
jarum
i. Setelah akses vaskular konvensional dipasang, sebaiknya dalam
satu atau dua jam, infus intraosseus harus dihentikan untuk
mencegah resiko infeksi
j. Perban steril harus ditempatkan di atas tempat tusukan, dan
ditekan selama lima menit.

61
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS

Gambar : Lokasi kanulasi intraosseous proximal tibia

Gambar : Lokasi kanulasi intraosseous distal tibia

Gambar : Teknik kanulasi intraosseous

Gambar : Jarum yang digunakan untuk kanulasi intraosseous

62
MODUL 6 FK UMI KANULASI VENA PERIFER DAN KANULASI INTRAOSSEOUS

REFERENSI

1. Sullivan EM. Clinical Procedures. In: Physician Assistant: A Guide to Clinical Practice
[Internet]. Fifth Edit. Elsevier Inc.; 2013. p. 127–56. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9781455706570000110
2. Bonnie L. Kaplan, Liu SW, Zane RD. Peripheral Intravenous Access. In: Roberts and Hedges’
Clinical Procedures in Emergency Medicine and Acute Care [Internet]. Seventh Ed.
Amsterdam: Elsevier Inc.; 2010. p. 395–404. Available from: https://doi.org/10.1016/B978-0-
323-35478-3.00021-X
3. Deitch K. Intraosseous infusion. In: Roberts and Hedges’ Clinical Procedures in Emergency
Medicine and Acute Care [Internet]. Seventh ed. Amsterdam: Elsevier Inc.; 2010. p. 461–75.
Available from:
http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&PAGE=reference&D=med3&NEWS=N&AN=159
2515
4. Onsoed, Pustaka T. Pemasangan infus. 2011;1–11.
5. Eiting E, Kim HT. Arterial Puncture and Cannulation. In: Roberts and Hedges’ Clinical
Procedures in Emergency Medicine and Acute Care [Internet]. Seventh ed. Amsterdam:
Elsevier Inc.; 2010. p. 377–93. Available from: http://www.crossref.org/deleted_DOI.html

63
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI

PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI

TUJUAN PEMBELAJARAN

7. Dokter muda mampu menerangkan kepada pasien indikasi pungsi venadan pungsi arteri
8. Dokter muda mampu menerangkan tindakan dan tujuan pungsi vena dan pungsi arteri
9. Dokter muda mampu menentukan lokasi pungsi vena dan pungsi arteri
10. Dokter muda mampu melakukan tindakan pungsi vena dan pungsi arteri dengan benar
11. Dokter muda mampu membersihkan dan membuang sampah tajam/infeksius pada
tempatnya

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

1. Jelaskan anatomi vena yang sering dijadikan tempat untuk melakukan pungsi vena dan
pungsi arteri
2. Jelaskan indikasi dilakukannya pungsi vena
3. Jelaskan indikasi dilakukannya pungsi arteri
4. Jelaskan komplikasi pungsi vena dan pungsi arteri

64
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI

ALGORITMA KASUS

65
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI

DAFTAR KETERAMPILAN (Kognitif dan Psikomotor)

34. Mampu menjelaskan anatomi vena yang sering dijadikan tempat untuk melakukan pungsi vena
35. Mampu menjelaskan anatomi arteri yang sering dijadikan tempat untuk melakukan pungsi arteri
36. Mampu melakukan uji Allen sebelum melakukan pungsi arteri radialis
37. Mampu melakukan tindakan pungsi vena dan pungsi arteri dengan benar

66
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI

DAFTAR TILIK PUNGSI VENA(1)(2)(3)(4)

Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3

1 Memeriksa kelengkapan alat-alat

2 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan

3. Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan


yang akan dilakukan
4. Mencari lokasi vena yang cukup besar (lihat gambar)

5 Palpasi vena yang akan dipungsi, lalu pasang karet


pembendung vena proksimal dari daerah yang akan
ditusuk. Apabila pasien sadar, minta pasien untuk
mengepalkan tangannya, sehingga pembuluh dara vena
terlihat jelas.

6 Desinfeksi permukaan kulit yang akan dilakukan pungsi


vena

7 Tusukkan jarum ke vena dengan posisi lubang jarum


menghadap ke atas dengan tangan kanan.

Fiksasi spuit dengan tangan kiri, lalu tarik penghisap spuit


sehingga darah mengalir ke dalam spuit sebanyak yang
diperlukan.

8 Lepaskan karet pembendung, kemudian jarum dicabut


dengan cepat sambil menekan tempat tusukan dengan
kapas alkohol.

Bekas tusukan diplester kemudian ditekan sampai darah


tidak mengalir.

9 Darah yang telah diambil segera dimasukkan ke dalam


botol khusus atau tetap di dalam spuit, lalu diberi etiket
berisi nama pasien dan umur.

10 Alat-alat dirapikan dan/atau dibuang sesuai tempatnya.

67
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI

DAFTAR TILIK PUNGSI ARTERI

Pencapaian Keterampilan
No Langkah – langkah kegiatan
1 2 3

1. Memeriksa kelengkapan alat-alat

2. Mencuci tangan dan memasang handskun

3. Memberi penjelasan kepada pasien kepada pasien


mengenai tindakan yang akan dilakukan

4. Mengisi heparin pada spuit 1 cc dan memasukannya


kedalam spuit 3 cc sebanyak 0.1cc
(heparin diperlukan untuk mencegah pembekuan
darah. Tidak boleh terlalu banyak karena dapat
menganggu pembacaan hasil oleh mesin analisis gas
darah

5. Menetukan lokasi arteri yang akan dipungsi dengan


cara meraba pulsasi. Pilih pulsasi yang aling besar dan
jelas

6. Pasang kain pengalas dibawah bagian tubuh yang akan


ditusuk. Jika yang akan dipungsi a.radialis, dibawah
pergelangan tangan diganjal dengan gulungan handuk
kecil

7. Permukaan kullit yang akan ditusuk didesinfeksi


dengan menggunakan kapas alkohol

8. Raba kemballi pulsasi areri dengan tangan kiri


menggunakan dua jari, jari tengah dan jari telunjuk,
regangkan kedua jari tersebut sehingga kulit
diantaranya ikut tegang, sebagai tempat penusukan

9. Spuit 3 cc yang sudah berisi heparin dipegang dengan


tangan kanan seperti memegang pensil. Jarum
ditusukan didaerah yang sudah terfiksasi (no 8)

• Pada a. radialis posisi jarum ±45⁰


• Pada a. brachialis posisi jarum ± 60⁰
• Pada a. Femoralis posisi jarum ±90⁰
10. Setelah arteri tertusuk, tekanan arteri akan mendorong
penghisap spuit sehingga darah akan mengisi spuit

68
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI

11. Setelah terisi sebanyak 2 cc, jarum dicabut dan


diusahakan agar udara jangan sampai terhisap oleh
spuit. Ujung jarum segera ditutup karet / gabus

12. Bekas tusukan ditekan dengan kasa steril selama 5 – 10


menit, kemudian ditutup dengan kasa betadin dan
plester

13. Alat-alat dirapikan dan atau dibuang sesuai tempatnya

69
MODUL 7 FK UMI PUNGSI VENA DAN PUNGSI ARTERI

REFERENSI

1. Sullivan EM. Clinical Procedures. In: Physician Assistant: A Guide to Clinical Practice [Internet].
Fifth Edit. Elsevier Inc.; 2013. p. 127–56. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9781455706570000110

2. Bonnie L. Kaplan, Liu SW, Zane RD. Peripheral Intravenous Access. In: Roberts and Hedges’
Clinical Procedures in Emergency Medicine and Acute Care [Internet]. Seventh Ed.
Amsterdam: Elsevier Inc.; 2010. p. 395–404. Available from: https://doi.org/10.1016/B978-0-
323-35478-3.00021-X

3. Eiting E, Kim HT. Arterial Puncture and Cannulation. In: Roberts and Hedges’ Clinical
Procedures in Emergency Medicine and Acute Care [Internet]. Seventh ed. Amsterdam:
Elsevier Inc.; 2010. p. 377–93. Available from: http://www.crossref.org/deleted_DOI.html

4. Onsoed, Pustaka T. Pemasangan infus. 2011;1–11.

70
MODUL 8 FK UMI MONITORING

MONITORING(1)(2)

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dokter muda mampu mengetahui parameter hemodinamik yang penting pada pasien dengan
PS ASA 1,ASA 2 dan ASA 3 yang menjalani tindakan operasi
2. Dokter muda mampu mengetahui parameter hemodinamik yang penting pada pasien kritis di
ruang Intensive Care Unit (ICU)
3. Dokter muda mampu melakukan pemantauan dengan baik pada pasien dengan PS ASA 1,
ASA 2 dan ASA 3 yang menjalani tindakan operasi.
4. Dokter muda mampu melakukan pemantauan dengan baik pada pasien kritis di ruang
Intensive Care Unit (ICU)

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

1. Apakah yang dimaksud dengan Physical Status sesuai American Society Anesthesiologist
atau PS ASA ?
2. Alat apa saja yang diperlukan untuk melakukan pemantauan pada pasien yang menjalani
tindakan operasi ?
3. Alat apa saja yang diperlukan untuk melakukan pemantauan pada pasien kritis yang
mengalami atau terancam mengalami kegagalan organ ?
4. Bagaimana cara memasang peralatan tersebut dan bagaimana cara menggunakannya?
5. Apa saja parameter hemodinamik penting yang dapat dipantau dan bagaimana mendeteksi
gangguan hemodinamik?

71
MODUL 8 FK UMI MONITORING

ALGORITMA KASUS

DAFTAR KETERAMPILAN (Kognitif dan Psikomotor)

1. Mampu menjelaskan tentang Physical Status sesuai American Society Anesthesiologist atau
PS ASA
2. Mampu menyiapkan alat-alat yang diperlukan saat monitoring pasien yang akan menjalani
operasi
3. Mampu menyiapkan alat-alat yang diperlukan saat monitoring pasien kritis di Intensive Care
Unit (ICU)
4. Mampu melakukan pemantauan pada pasien yang menjalani tindakan operasi
5. Mampu melakukan pemantauan pada pasien kritis di Intensive Care Unit (ICU)

DAFTAR TILIK PUNGSI VENA

Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3

1 Menyapa pasien, menciptakan suasana yang baik untuk


mengurangi rasa takut (pada pasien sadar)

2 Memperkenalkan diri pada pasien (pada pasien sadar)

3. Mempersiapkan alat yang diperlukan (pada pasien sadar)

72
MODUL 8 FK UMI MONITORING

4. Identifikasi pasien, pastikan rekam medis pasien benar

5 Menerangkan prosedur yang dilakukan (pada pasien


sadar)

6 Memasang semua monitor dengan baik dan benar:

a) Menyalakan layar monitor


b) Memasang manset manometer pada satu lengan
pasien (jika tidak memungkinkan di lengan, dapat
dipasang di tungkai)
c) Memasang EKG pada dada pasien (3 lead atau 5 lead)
d) Memasang pulse oxymetry pada jari pasien yang
tidak terpasang
e) Memasang thermometer atau probe-nya untuk
mengukur suhu (aksilla, rektal, sublingual,
naso/orofaring)
f) Memasang kateter urin
7 Monitoring tanpa alat:

a) Inspeksi
− Mata: pupil (posisi, ukuran, reaktivitas terhadap
cahaya), konjungtiva palpebra (warna, edema)
− Hidung: nafas cuping hidung
− Mulut: warna mukosa, edema, kelembapan
− Leher: deviasi trakea, JVP, retraksi
− Dada: bentuk dan pergerakan dinding dada,
retraksi dinding dada
− Abdomen: bentuk, distensi, pergerakan dinding
abdomen
− Kulit: warna, rash, capillary refill test, edema
− Movement: bertujuan, refleks
− Kuku: warna, capillary refill test

73
MODUL 8 FK UMI MONITORING

− Lapangan operasi: warna jaring dan darah,


jumlah perdarahan, relaksasi otot dan produksi
urin, botol suction
b) Palpasi
− Nadi: isi (kekuatan nadi), frekuensi, irama
− Kulit: suhu dan kelembapan
− Leher: JVP
− Dada: gerakan napas simetris atau tidak
− Abdomen: bentuk, kelenturan dinding abdomen,
perabaan organ intraabdominal, nyeri/tidak
− Otot rangka: tonus
− Tekanan darah
c) Perkusi
− Dada: pneumothoraks, hematothorax
− Abdomen: distensi
d) Auskultasi
− Dada: ventilasi dan suara jantung
− Abdomen: bising usus
− Tekanan darah
8 Monitoring dengan alat:

a) Stetoskop: suara nafas, bunyi jantung


b) Pulse oxymetry: saturasi, frekuensi, irama,
gelombang
c) Tekanan darah: sistolik, diastolik, MAP
d) EKG: frekuensi nadi, irama jantung, iskemia jantung,
gangguan konduksi, gangguan elektrolit dan fungsi
pacemaker
9 Catat hasil monitoring pada lembar pencatatan dengan
baik dan benar

10 Mengamati semua perubahan yang terjadi

74
MODUL 8 FK UMI MONITORING

11 Mengevaluasi semua perubahan yang terjadi

12 Memastikan pasien nyaman dengan semua pemeriksaan


dan tindakan yang dilakukan

75
MODUL 8 FK UMI MONITORING

REFERENSI

1. Stoelting RK, Flood P, Rathmell JP, Shafer S. Basic Principles of Physiology of Pharmacology.
In: Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice. 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer;
2015. p. 11–29.

2. Charles E. Cowles. Anesthetic Equipment & Monitors. In: Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 5th ed. New York: McGraw Hill; 2013. p. 9–123.

76
MODUL 9 FK UMI INJEKSI

INJEKSI

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dokter muda mampu menjelaskan anatomi bagian tubuh yang dapat dilakukan injeksi
2. Dokter muda mampu melakukan persiapan injeksi secara lege artis
3. Dokter muda mampu melakukan injeksi intravena, intramuskuler, intrakutan, dan
subkutan

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

1. Jelaskan anatomi kulit, otot, dan vena yang sering dijadikan lokasi injeksi
2. Jelaskan indikasi injeksi intravena, intramuskuler, intrakutan, dan subkutan
3. Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi akibat injeksi intravena, intramuskuler,
intrakutan, dan subkutan

ALGORITMA KASUS

Gambar : Cara-cara penyutikan

77
MODUL 9 FK UMI INJEKSI

DAFTAR KETERAMPILAN (Kognitif dan Psikomotor)

1. Mampu menjelaskan anatomi bagian tubuh yang dapat dilakukan injeksi


2. Mampu melakukan persiapan injeksi secara lege artis
3. Mampu melakukan injeksi intravena, intramuskuler, intrakutan, dan subkutan

DAFTAR TILIK(1)(2)

Pencapaian Keterampilan
No. Langkah – langkah kegiatan
1 2 3

INJEKSI INTRAKUTAN

1 Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan

2 Memberitahu dan menjelaskan pada pasien mengenai


tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengatur posisi pasien

4. Mencuci tangan

5 Menentukan tempat penyuntikkan :


- Lengan bawah : Bagian depan lengan bawah sepertiga
dari lekukan siku (2/3 dari pegelangan tangan). Tentukan
pada kulit yang sehat dan bukan pada pembuluh darah.
Tempat ini untuk skin tes dan Mantoux test.
- Lengan atas : tiga jari di bawah sendi bahu, di tengah
daerah muskulus deltoideus. Tempat ini untuk suntikan
BCG
6 Membebaskan daerah yang akan disuntikkan dari
pakaian.
7 Menghapushamakan kulit pasien dengan kapas alkohol,
membuang kapas ke dalam wadah pembuangan. Tunggu
sampai kulit kering dari alkohol.
8 Menegangkan kulit pasien dengan tangan kiri.

9 Menusukkan jarum dengan lubang jarum mengarah ke

78
MODUL 9 FK UMI INJEKSI

atas.
10 Jarum dan permukaan kulit membentuk sudut 15o – 20o

11 Memasukkan/menyemprotkan cairan dari spoit sampai


terjadi gelembung pada kulit.
12 Menarik jarum dengan cepat, tidak dihapushamakan
dengan kapas alkohol dan tidak boleh dilakukan
pengurutan (massage). Menutup jarum dengan metode
satu tangan
13 Merapikan pasien

14 Membawa alat-alat ke meja suntikan untuk dibereskan


dan mencuci tangan
INJEKSI SUBKUTAN

1 Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan

2 Mengkaji allergi dari skin test

3. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien mengenai


tindakan yang akan dilakukan.
4. Mengatur posisi pasien.

5 Mencuci tangan.

6 Menentukan tempat penyuntikkan :


- Lengan : pasien duduk atau berdiri
- Abdomen : pasien duduk atau berbaring
- Tungkai : pasien duduk di tempat tidur atau kursi.
7 Membebaskan daerah yang akan disuntikkan dari
pakaian.
8 Menghapushamakan kulit pasien dengan kapas alkohol,
membuang kapas ke dalam wadah pembuangan. Tunggu
sampai kulit kering dari alkohol.
9 Untuk pasien dengan ukuran sedang, meregangkan kedua
sisi kulit tempat suntikkan dengan kuat. ATAU mencubit
kulit yang akan menjadi tempat suntikkan

79
MODUL 9 FK UMI INJEKSI

Untuk pasien obesitas: mencubit kulit tempat suntikkan


dan menyuntikkan di bawah lipatan kulit.
10 Menusukkan jarum dengan lubang jarum mengarah ke
atas.
11 Menyuntikkan jarum pada sudut 450

12 Menyuntikkan cairan medikasi

13 Menarik jarum dengan cepat, meletakkan swab antiseptik


tepat di bawah suntikkan. Menutup jarum dengan metode
satu tangan.
14 Merapikan pasien

15 Membawa alat-alat ke meja suntikan untuk dibereskan


dan mencuci tangan

INJEKSI INTRAMUSKULER

1 Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan

2 Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan

3. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien mengenai


tindakan yang akan dilakukan.

4. Mengatur posisi pasien.

5 Mencuci tangan

6 Menentukan tempat penyuntikkan :

- Muskulus Gluteus Maximus (otot bokong) kanan dan


kiri. Tempat : 1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior
Superior ke os Coxygeus.

- Muskulus Quadriceps Femoris (otot paha bagian luar)

- Muskulus Deltoideus (otot pangkal lengan)

7 Membebaskan daerah yang akan disuntikkan dari

80
MODUL 9 FK UMI INJEKSI

pakaian.

8 Menghapushamakan kulit pasien dengan kapas alkohol,


membuang kapas ke dalam wadah pembuangan. Tunggu
sampai kulit kering dari alkohol.

9 Menegangkan kulit pasien dengan tangan kiri pada


daerah bokong, atau mengangkat otot pada muskulus
quadricep femoris/ muskulus deltoideus.

10 Menusukkan jarum ke dalam bokong tegak lurus dengan


permukaan kulit sedalam ¼ panjang jarum.

11 Menarik pengisap sedikit untuk memastikan ujung jarum


tidak berada di pembuluh darah dengan memeriksa
apakah ada darah atau tidak, bila tidak ada darah,
semprotkan cairan obat perlahan-lahan sampai cairan
obat masuk seluruhnya

12 Menekan daerah penusukan jarum dengan kapas


alkohol, jarum ditarik keluar dengan cepat. Tutuplah
jarum dengan metode satu tangan.

13 Tempat penyuntikan dimassage

14 Merapikan pasien dan alat-alat dan mencuci tangan

INJEKSI INTRAVENA

1 Lakukanlah persiapan alat-alat yang akan digunakan.

2 Jelaskanlah pada klain mengenai tindakan yang akan


dilakukan, cara, manfaat dan faktor keamanan dari
tindakan tersebut.

3 Aturlah posisi pasien, lepaskan pakaian pada daerah


yang akan disuntik.

81
MODUL 9 FK UMI INJEKSI

4 Lakukanlah cuci tangan rutin

5 Pasanglah pengalas pada di bawah siku dimana akan di


adakan penyuntikan intravena

6 Pasanglah bendungan pada lengan di bagioan atas dari


lipatan siku dimana akan diadakan penyuntikan.

7 Kenakan/pasanglah sarung tangan.

8 Lakukan disinfeksi area kulit yang akan ditusuk dengan


kapas alkohol, melingkar dari tempat tusukan ke luar
dengan diameter kira-kira 5 cm.

9 Buanglah kapas tersebut ke dalam tempat sampah


medis.

10 Ulangi disinfeksi dengan cara yang sama tapi dengan


larutan bethadine.

11 Buanglah kapas tersebut ke dalam tempat sampah


medis.

12 Rabalah dengan salah satu jari tangan untuk


menentukan letak v. Cubiti

13 Ambillah spoeit yang telah diisi dengan obat yang akan


disuntikkan dan cek ada tidaknya udara dalam spoeit.

14 Bukalah penutup jarum spoeit dan dengan lubang jarum


menghadap ke atas tusukkanlah jarum ke arah atas dan
dengan letak spoeit mendatar pada lengan bawah.

15 Lepaskanlah turniket

16 Tariklah pengisap sedikit ke belakang untuk melihat


apakah jarum sudah tepat masuk ke dalam vena.

17 Suntikkanlah isi spoeit ke dalam vena dengan

82
MODUL 9 FK UMI INJEKSI

mendorong pengisap pelan-pelan ke depan tanpa


mengubah posisi jarum.

18 Setelah semua obat sudah masuk ke vena, letakkanlah


kapas steril di atas jarum.

19 Tariklah spoeit ke arah belakang sampai jarum ke luar


dari vena, sambil menekankan kapas pada lubang di kulit
untuk mencegah perdarahan..

20 Bilaslah spoeit dengan khlorin 0,5%, tutuplah penutup


jarum dengan metode satu tangan, lalu lepaskan jarum
dengan hati-hati jangan sampai tertusuk.

21 Buanglah jarum ke tempat sampah tajam, dan spoeit ke


tempat sampah medis.

22 Lepaskanlah sarung tangan.

23 Lakukanlah cuci tangan asepsis

Gambar : Teknik penyuntikan Intradermal dan subkutan (3)

83
MODUL 9 FK UMI INJEKSI

Gambar : Lokasi penyuntikan intradermal (3)

84
MODUL 9 FK UMI INJEKSI

REFERENSI

1. Cowles CE. Anesthetic Equipment & Monitors. In: Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology
[Internet]. 5th ed. New York: McGraw Hill; 2013. p. 9–123. Available from:
http://www.saudija.org/text.asp?2013/7/1/75/109819

2. Sullivan EM. Clinical Procedures. In: Physician Assistant: A Guide to Clinical Practice [Internet].
Fifth Edit. Elsevier Inc.; 2013. p. 127–56. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9781455706570000110

3. Workman B. Safe injection techniques. Nursing standard : official newspaper of the Royal
College of Nursing. 1999;47–53.

85
MODUL 10 FK UMI NYERI

NYERI

TUJUAN PEMBELAJARAN(1)(2)(3)

1. Dokter muda mampu menjelaskan nyeri akut dan kronis


2. Dokter muda mampu menjelaskan konsep nyeri nosiseptif
3. Dokter muda mampu melakukan penanganan nyeri akut dan kronis
4. Dokter muda mampu membedakan nyeri somatik dan nyeri visceral
5. Dokter muda mampu mengetahui penatalaksanaan nyeri kanker berdasarkan WHO
Step Ladder
6. Dokter muda mampu melakukan penilaian skala nyeri
7. Dokter muda mampu mengetahui obat Nonopioid (NSAID dan selektif COX 2),
jenis dan contohnya, farmakologi, dosis, dan efek sampingnya
8. Dokter muda mampu mengetahui obat Paracetamol farmakologi, dosis, dan efek
sampingnya
9. Dokter muda mampu mengetahui mekanisme kerja opioid,beberapa jenis opioid,
efek samping, dan penanganan efek samping tersebut.
10. Dokter muda mampu mengetahui obat Analgesik Adjuvan, jenis dan contohnya,
farmakologi, dosis dan efek sampingnya

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

1. Jelaskan mengenai definisi nyeri


2. Bagaimana patofisiologi nyeri nosiseptif
3. Bagaimana anda membedakan nyeri somatik dan nyeri visceral
4. Bagaimana cara penilaian nyeri
5. Bagaimana anda menangani nyeri akut pasca bedah dan nyeri kronik
6. Jelaskan penanganan nyeri kanker berdasarkan WHO Step Ladder
7. Bagaimana mekanise kerja Nonopioid (NSAID dan selektif COX 2), sebutkan
golongan dan contohnya
8. Bagaimana mekanisme kerja Paracetamol yang anda ketahui
9. Bagaimana mekanisme kerja opioid dan sebutkan beberapa contoh opiod yang
anda ketahui
10. Bagaimana mekanisme kerja Analgesik Adjuvan dan sebutkan beberapa contoh
yang anda ketahui.

86
MODUL 10 FK UMI NYERI

ALGORITMA KASUS

Gambar : Proses perjalanan nyeri (modifikasi oleh Prof dr A Husni Tanra)

Gambar : Tempat kerja anlagesik pada proses perjalanan nyeri

87
MODUL 10 FK UMI NYERI

DAFTAR KETERAMPILAN (Kognitif dan Psikomotor)

1. Mampu menjelaskan definisi nyeri


2. Mampu membedakan nyeri somatik dan nyeri visceral
3. Mampu melakukan penilaian nyeri dengan baik
4. Mampu menangani nyeri dengan Nonopioid (NSAID dan selektif COX 2) secara
rasional
5. Mampu menangani nyeri dengan Paracetamol secara rasional
6. Mampu menangani nyeri dengan Opioid secara rasional
7. Mampu menangani nyeri dengan Analgesik Adjuvan secara rasional

Gambar : Perangkat penilaian nyeri(3)

88
MODUL 10 FK UMI NYERI

Gambar : WHO Step Ladder(3)

DAFTAR TILIK

REFERENSI

1. W.Rosenquist R, Vrooman BM. Chronic Pain Management. In: Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. fifth ed. McGraw Hill; 2013. p. 1037–84.

2. Stoelting RK, Flood P, Rathmell JP, Shafer S. Basic Principles of Physiology of Pharmacology.
In: Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice. 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer;
2015. p. 11–29.

3. Jones M. Management of acute pain. Surgery [Internet]. 2018;34(2):84–90. Available from:


http://dx.doi.org/10.1016/j.mpsur.2015.11.008

89
MODUL FK UMI ANESTESI LOKAL

ANESTESI LOKAL

TUJUAN PEMBELAJARAN

11. Dokter muda mampu mengetahui mekanisme kerja anestetik lokal


12. Dokter muda mampu mengetahui 2 golongan anestetik lokal
13. Dokter muda mampu mengetahui teknik pencampuran anestetik lokal infitrasi dan
dosis maksimalnya
14. Dokter muda mampu mengetahui tanda-tanda intoksikasi anestetik lokal dan
penatalaksanaan awalnya
15. Dokter muda mengetahui beberapa teknik Blok Saraf Perifer (interdigital block,
Wrist block dll)

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

1. Bagaimana mekanisme kerja anestetik lokal


2. Jelaskan 2 golongan anestetik lokal berdasarkan strukturnya dan berikan
contoh masing-masing
3. Bagaimana cara membuat sediaan anestesi lokal infiltrasi lidokain 1 % dan
bagaimana menghitung dosis maksimalnya
4. Sebutkan beberapa tanda gejala intoksikasi anestetik lokal (gejala sistem saraf
pusat dan gejala kardio-respirasi)
5. Bagaimana cara penanganan awal bila ditemukan anafilaktik akibat anestetik
lokal
6. Bagaimana cara penanganan awal bila ditemukan gejala intoksikasi anestetik
lokal

90
MODUL FK UMI ANESTESI LOKAL

ALGORITMA KASUS

Gambar : Kasus Traumatik Amputasi Digiti 3 manus(1)

91
MODUL FK UMI ANESTESI LOKAL

Gambar : Teknik Blok Interdigital(1)

Gambar : Teknik Blok Interdigital (2)

92
MODUL FK UMI ANESTESI LOKAL

Gambar : Dosis Maksimal anestesi lokal(3)

Gambar : Dosis Maksimum lokal anestesi perkgBB(2)

DAFTAR KETERAMPILAN (Kognitif dan Psikomotor)(4)(5)

1. Mampu membuat sediaan anestesi lokal infiltrasi lidokain 1 % dan bagaimana menghitung
dosis maksimalnya
2. Mampu membuat sediaan anestesi lokal infiltrasi lidokain 1 % ditambahkan epinefrin
1:100.000 dan bagaimana menghitung dosis maksimalnya
3. Mampu menyebutkan beberapa tanda gejala intoksikasi anestetik lokal (gejala sistem saraf
pusat dan gejala kardio-respirasi)
4. Mampu menjelaskan cara penanganan awal bila ditemukan anafilaktik akibat anestetik
lokal

93
MODUL FK UMI ANESTESI LOKAL

5. Mampu menjelaskan cara penanganan awal bila ditemukan gejala intoksikasi anestetik
lokal

DAFTAR TILIK

REFERENSI

1. NYSORA - The New York School of Regional Anesthesia - Cervical Plexus Block [Internet].
2016. p. 1–16. Available from: http://www.nysora.com/techniques/nerve-stimulator-and-
surface-based-ra-techniques/upper-extremitya/3345-cervical-plexus-block.html

2. Latham JL, Martin SN. Infiltrative Anesthesia in Office Practice. Vol. 89, American Family
Physician. 2014. p. 956–62.

3. Berde CB, Strichartz GR. Local Anesthetics. In: Miller’s Anesthesia. 8th ed. Elsevier; 2015. p.
1028–54.

4. Stoelting RK, Flood P, Rathmell JP, Shafer S. Basic Principles of Physiology of Pharmacology.
In: Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice. 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer;
2015. p. 11–29.

5. Butterworth JF, David C. Mackey, John D. Wasnick. Local Anesthetics. In: Morgan & Mikhail’s
Clinical Anesthesiology. 5th ed. McGraw Hill; 2013. p. 263–91.

94

Anda mungkin juga menyukai