METODE BERTIPE SCHRODER ORDE TIGA

UNTUK MENCARI AKAR GANDA DENGAN

MULTIPLISITAS TAK DIKETAHUI

KARYA ILMIAH

OLEH

DIANA EFFENDI
NIM. 1403111165

PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
 METODE BERTIPE SCHRODER ORDE TIGA UNTUK
MENCARI AKAR
GANDA DENGAN MULTIPLISITAS DIKETAHUI

Diana Effendi

Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
Kampus Bina Widya, Pekanbaru 28293

dianaeffendi59@gmail.com

ABSTRACT

This article discusses the new Schroder-type method for finding a root of non-
linear equations. The formula is used for approximating the multiplicity of the
iterative method. These methods has three order convergence and requires four
function evaluation per iteration. Through computational tests it shown that
the method converges to the root of the nonlinear equations faster than the
comparison methods as expected. It support theoretical study of the proposed
method.
Keywords: Schroder-type method, root finding, nonlinear equations, multiple
roots, order of convergence, efficiency index

ABSTRAK

Artikel ini membahas metode baru bertipe Shroder untuk mencari akar dari
persamaan nonlinear. Formula baru dari metode iterasi digunakan untuk
menaksir multiplisitas. Metode bertipe Schroder memiliki orde konvergensi
tiga dan membutuhkan empat evaluasi fungsi per iterasi. Melalui uji komputasi
ditunjukkan bahwa metode bertipe Shcroder orde tiga lebih cepat konvergen
ke akar dibandingkan dengan metode pembanding sebagaimana kajian teoritis.
Kata kunci: Metode bertipe Schroder, menemukan akar, persamaan nonlinear,
akar ganda, orde konvergensi, indeks efisiensi

1. PENDAHULUAN

Dalam bidang sains, sering ditemukan masalah yang berkaitan dengan mencari
solusi persamaan nonlinear yang berbentuk

f (x) = 0. (1)

1
Untuk mencari akar persamaan (1) pada umumnya tidak dapat dicari secara
analitik, sehingga diperlukan teori khusus untuk memudahkan perhitungannya.
Salah satu teori yang digunakan adalah metode numerik. Beberapa metode
numerik yang sering digunakan adalah metode Newton yang mempunyai orde
konvergensi kuadratik jika tebakan awal x0 yang cukup dekat dengan akar [1,
h. 58–59]. Konvergensi metode Newton lebih lambat jika digunakan untuk
mencari akar ganda, sehingga diperlukan modifikasi metode Newton.
Modifikasi metode Newton dengan orde konvergensi kuadratik [7, 9] mem-
punyai bentuk iterasi

f (xn )
xn+1 = xn − m , n = 0, 1, 2 . . . (2)
f ′ (xn )

dengan f ′ (xn ) ̸= 0 dan m adalah nilai multiplisitas akar.

Dalam perkembangannya, terdapat banyak modifikasi metode Newton telah
digunakan dalam menangani permasalahan akar ganda ketika multiplisitas m
diketahui [7], namun masih sedikit yang membahas akar ganda ketika multi-
plisitas m tak diketahui. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
review metode bertipe Schroder [8] untuk mencari akar ganda dengan multi-
plisitas tak diketahui.
Untuk mendiskusikan hal ini, pada bagian dua diturunkan metode Schroder
dan kekonvergenannya. Kemudian dilanjutkan pada bagian ketiga dengan
melakukan uji komputasi numerik terhadap empat contoh fungsi.

2. METODE SCHRODER ORDE TIGA UNTUK MENCARI

AKAR GANDA

Proses penurunan metode Schroder untuk akar ganda dimulai dengan meng-
gunakan langkah pertama dari metode modifikasi Newton[8], yaitu

f (xn )
xn+1 = xn − m , (3)
f ′ (xn )

dengan nilai m adalah

′ ′ ′′
2f (x)3 − f (xn )f (xn )f (xn )
m= ′ . (4)
2f (xn )3 − 3f (xn )f ′ (xn )f ′′ (xn ) + f ′′′ (xn )f (xn )2 )

Persamaan (3) dapat ditulis sebagai

( )
2(f ′ (xn ))3 − f (xn )f ′ (xn )f ′′ (xn ) f (xn )
xn+1 = xn − .
2(f ′ (xn ))3 − 3f (xn )f ′ (xn )f ′′ (xn ) + f ′′′ (xn )(f (xn ))2 f ′ (xn )
(5)

2
Selanjutnya setelah persamaan (5) disederhanakan, diperoleh

2(f (xn )(f ′ (xn ))2 − (f (xn ))2 f ′′ (xn ))

xn+1 = xn − . (6)
2(f ′ (xn ))3 − 3f (xn )f ′ (xn )f ′′ (xn ) + f ′′′ (xn )(f (xn ))2

Persamaan (6) dapat ditulis dalam bentuk

Q
xn+1 = xn − . (7)
W
dimana

Q = 2(f (xn )(f ′ (xn ))2 − (f (xn ))2 f ′′ (xn )), (8)

dan

W = 2(f ′ (xn ))3 − 3f (xn )f ′ (xn )f ′′ (xn ) + f ′′′ (xn )(f (xn ))2 , (9)

Persamaan (7) merupakan metode iterasi bertipe Schroder untuk mencari

akar dari persamaan nonlinear dengan taksiran multiplisitas m menggunakan
formula (4) [6]. Berikut ini adalah teorema orde konvergensi dari metode
bertipe Schoder dengan multiplisitas m diketahui.

Teorema 1 (Orde Konvergensi) [8] Misalkan α ∈ I adalah akar ganda

dengan multiplisitas m dari persamaan f (x) = 0 dengan f : I ⊂ R → R yang
terdiferensialkan secukupnya pada interval terbuka I. Jika x0 cukup dekat
dengan α, maka metode iterasi pada persamaan (7) memiliki orde konvergensi
tiga dengan memenuhi persamaan eror [10] yang ditulis dalam bentuk

( )
(2(m + 1)T2 + (m + 2)T12 ) 3
en+1 = en + O(e4n ) (10)
m(m + 1)2 (m + 2)

dengan en = xn − α dan

f (m+k) (α)
Tk = , k = 1, 2, 3. (11)
f (m) (α)

Bukti. Misalkan α adalah akar ganda dari f (x) = 0 dengan multiplisitas m.

Asumsikan en = xn − α, kemudian dengan menggunakan ekspansi deret Taylor
dari f (x) di sekitar x = α dengan mengabaikan suku yang memuat (x − α)k

3
untuk k ≥ m + 4 dan dievaluasi di titik x = xn , diperoleh

f (m−1) (α)
f (xn ) = f (α) + f ′ (α)(xn − α) + · · · + (xn − α)m−1
(m − 1)!
(m) (m+1)
f (α) f (α)
+ (xn − α)m − (xn − α)m+1
m! (m + 1)!
f (m+2) (α) f (m+3) (α)
+ (xn − α)m+2 + (xn − α)m+3
(m + 2)! (m + 3)!
+ O((xn − α)m+4 ).

Karena en = xn − α dan f (α) = 0, f ′ (α) = 0, . . . , f (m−1) (α) = 0 [3], diperoleh

( )
f (m) (α) m
f (xn ) = en 1 + A1 en + A2 en + A3 en + O(en ) ,
2 3 4
(12)
m!

dengan
Tk m!
Ak = , k = 1, 2, 3, (13)
(m + k)!

Jika f ′ (x) diekspansikan dengan deret Taylor di sekitar xn = α [2, h. 189]

dan kemudian dilakukan penyederhanaan, maka diperoleh
( )
′ f (m) (α) m−1
f (xn ) = e 1 + B1 en + B2 en + B3 en + O(en ) ,
2 3 4
(14)
(m − 1)! n

dengan

Tk (m − 1)!
Bk = , k = 1, 2, 3. (15)
(m + k − 1)!

Kemudian dengan cara yang sama, jika f ′′ (x) diekspansikan dengan deret Tay-
lor di sekitar xn = α, maka diperoleh
( )
′′ f (m) (α) m−2
f (xn ) = e 1 + C1 en + C2 en + C3 en + O(en ) ,
2 3 4
(16)
(m − 2)! n

dengan

(m − 2)!
Ck = Tk , k = 1, 2, 3. (17)
(m + k − 2)!

Kemudian untuk mencari f ′′′ (x), diekspansikan dengan menggunakan deret

4
Taylor di sekitar xn = α, sehingga diperoleh
( )
′′′ f (m) (α) m−3
f (xn ) = e 1 + D1 en + D2 en + D3 en + O(en ) ,
2 3 4
(18)
(m − 3)! n

dengan

Tk (m − 3)!
Dj = , k = 1, 2, 3. (19)
(m + k − 3)!

Selanjutnya persamaan (12), (14), (16), dan (18) disubstitusikan ke per-

2mA3 e3m−3
n
samaan (8) dan (9), lalu dikali dengan dan disederhanakan. Se-
(m!)3
hingga diperoleh

Q = en + (2A1 − mA1 − mC1 + 2mB1 + C1 )e2n + (2A2 − 2mC1 A1 − mC2

+ 2mA1 B1 + mB12 + C2 + A21 + 2mB2 − mA21 + 2C1 A1 − mA2 )e3n ,
+ O(e4n ), (20)

dan
(
3 3 1 3 1
W = 1 + D1 − mA1 + m2 B1 + m2 D1 − m2 C1 − m2 + A1
2 2 2 2 2
) (
3 3 3 2 3 1 3
− mD1 + mC1 + 2A1 en + m B2 − mD2 + m2 A21 + m2 C2
2 2 2 2 2 2
1 1 3 3 3
+ m2 D2 − m2 A2 − mA21 + D2 + mC2 + 3m2 B12 − m2 B1 C1
2 2 2 2 2
3 3 2 3 2 3 3
− mA2 − m A1 B1 − m C1 A1 + mA1 B1 + mB2 + 2A2 + m2 D1 A1
2 2 2 2 2) (
3 3 3 2
+ mC1 A1 + A1 − 3mD1 A1 + 2D1 A1 + mB1 C1 en −
2 2
m B1 C2
2 2 2
3 3 1
− m2 B2 C1 − mD1 A21 + D3 − 3mD2 A1 + m2 D1 A2 + m2 D1 A21
2 2 2
3 3 3
+ m2 D2 A1 − 3mD1 A2 − m2 C2 A1 − 3mA2 A1 − m2 C1 A2 − m2 A1 B2
2 2 2
3 3 3 3 1
+ m2 A2 A1 − m2 A2 B1 + mB1 C2 + mB2 C1 − mD3 + m2 D3
2 2 2 2 2
3 3 2 1 2 3 2
− mA3 + m B3 + 2A3 − m A3 − m C3 + m2 B13
2 2 2 2
3 3 3
+ mB3 + mC3 + 3D1 A2 + D1 A21 + 2D2 A1 + 2A2 A1 − m2 B1 C1 A1
2 2 2
3 3 3 3
+ mB1 C1 A1 + 6m2 B2 B1 + mC2 A1 + mC1 A2 + mA1 B2
2 ) 2 2 2
3
+ mA2 B1 e3n + O(e4n ). (21)
2

5
 Q
Selanjutnya untuk menyederhanakan pada persamaan (20) dan (21) dapat
W
menggunakan bantuan deret geometri [5, h. 730], sehingga diperoleh
(
Q −3 2 1 3 1 5 3
= en + m B1 + m2 A1 + m2 C1 + mB1 − mC1 + mD1
W 2 2 2 2 2 2
3 3 1 3 1
+ D1 − mA1 + m2 B1 + m2 D1 − m2 C1 − m2 + A1
2 2 2 ) (2 2
1 1 2 1
+ mA1 − m D1 + C1 − D1 e2n + C2 + mB12 + m3 A1 D1
2 2 2
9 13 1
+ m3 C1 B1 − D2 − 6m3 C12 − 3D12 m + D12 m2 + m4 D12
2 4 4
3 3 2 9 3 1
− m D1 + m3 A21 + m4 B12 + m3 A1 B12 + m4 A21
2 4 2 4
9 4 2 21 2 2 9 11
+ m C1 + m C1 + D12 − 2mD1 A1 + m2 A1 B1 − m2 C1 A1
4 4 2 2
1 3 3 3 1
+ 3m2 B1 C1 + m2 A2 − m2 B2 − m2 A21 + m2 C2 + mA2
2 2 4 2 2
3 1 1 5 15 1
+ mD2 − mA21 + mB2 − mC2 − m2 B12 − m2 D2
2 2 2 2 4 2
3 2 1 3
− C1 D1 − C1 m − mA1 B1 + 3mC1 A1 − 3mB1 C1 + D1 m2 B1
2 2 2
19 11 3 1
− D1 m2 C1 + D1 mB1 + D1 mC1 + m4 D1 B1 − m4 D1 A1
2 2 2 2
3 4 13 7
− m D1 C1 − 4m3 D1 B1 + m3 D1 C1 − m3 A1 B1 + m3 A1 C1
2 2 ) 2
3 4 9 4 3 4
− m B1 A1 − m B1 C1 + m A1 C1 e3n + O(e4n ).
2 2 2

6
Karena xn+1 = en + α − W Q
dan en+1 = xn+1 − α, sehingga diperoleh
(
−3 2 1 3 1 5 3
en+1 = − m B1 + m2 A1 + m2 C1 + mB1 − mC1 + mD1
2 2 2 2 2 2
3 3 1 3 1
+ D1 − mA1 + m2 B1 + m2 D1 − m2 C1 − m2 + A1
2 2 2 ) (2 2
1 1 2 1
+ mA1 − m D1 + C1 − D1 e2n + C2 + mB12 + m3 A1 D1
2 2 2
9 13 1
+ m3 C1 B1 − D2 − 6m3 C12 − 3D12 m + D12 m2 + m4 D12
2 4 4
3 3 2 9 3 1
− m D1 + m3 A21 + m4 B12 + m3 A1 B12 + m4 A21
2 4 2 4
9 4 2 21 2 2 9 11
+ m C1 + m C1 + D12 − 2mD1 A1 + m2 A1 B1 − m2 C1 A1
4 4 2 2
1 3 3 3 1
+ 3m2 B1 C1 + m2 A2 − m2 B2 − m2 A21 + m2 C2 + mA2
2 2 4 2 2
3 1 1 5 15 1
+ mD2 − mA21 + mB2 − mC2 − m2 B12 − m2 D2
2 2 2 2 4 2
3 2 1 3
− C1 D1 − C1 m − mA1 B1 + 3mC1 A1 − 3mB1 C1 + D1 m2 B1
2 2 2
19 11 3 4 1 4
− D1 m C1 + D1 mB1 + D1 mC1 + m D1 B1 − m D1 A1
2
2 2 2 2
3 4 13 3 7 3
− m D1 C1 − 4m D1 B1 + m D1 C1 − m A1 B1 + m3 A1 C1
3
2 2 ) 2
3 4 9 4 3 4
− m B1 A1 − m B1 C1 + m A1 C1 e3n + O(e4n ). (22)
2 2 2

Selanjutnya persamaan (13), (15), (17), dan (19) disubstitusikan ke persamaan

(22) diperoleh koefisien e2n = 0. Sehingga erornya menjadi
( )
2(m + 1)T2 + (m + 2)T12 3
en+1 = en + O(e4n ),
m(m + 1)2 (m + 2)
atau
en+1 = ζe3n + O(e4n ),
dengan
2(m + 1)T2 + (m + 2)T12
ζ= .
m(m + 1)2 (m + 2)
Oleh karena itu, metode pada persamaan (7) memiliki konvergensi berorde tiga
dan Teorema 1 terbukti. 2

3. CONTOH KOMPUTASI
Pada bagian ini, dilakukan uji komputasi untuk membandingkan kecepatan
dalam menemukan akar ganda persamaan nonlinear antara metode Schroder

7
bertipe klasik orde dua , metode Noor-Shah orde dua [4] dan metode Schroder
orde tiga [8]. Untuk mempermudah penyebutan metode Schroder bertipe
klasik, metode Noor-Shah, dan metode bertipe Schroder order tiga secara
berturut-turut disingkat menjadi metode SCH, MNS, dan SO3.
Persamaan nonlinear yang digunakan dalam melakukan uji komputasi yaitu
1. f1 (x) = (sin(x)2 − x2 + 1)6 , α ∈ [0.5, 1.5]
√
2. f2 (x) = (ex + x − 7)4 , α ∈ [1.0, 2.0]
3. f3 (x) = (ln(x) + x − 2)7 , α ∈ [1.2, 2.0]
4. f4 (x) = ((x − 1)3 − 1)5 . α ∈ [1.8, 2.3]
Keempat contoh fungsi di atas dibandingkan dengan menggunakan pro-
gram Maple 13 dengan toleransi sebesar 1.0 × 10−100 . Hasil dari uji komputasi
untuk keempat contoh fungsi di atas ditunjukkan pada Tabel 1, halaman 8.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa semua metode yang digunakan da-

Tabel 1: Perbandingan hasil komputasi dari beberapa metode iterasi

fn (x) x0 Metode n |f (xn )| |xn − xn−1 | COC
SCH 8 3.02e − 117 1.39785e − 10 2.00
f1 0.5 MNS 7 1.96e − 119 9.18886e − 11 2.00
SO3 4 4.63e − 122 1.76548e − 07 3.00
SCH 5 1.02e − 122 3.37849e − 16 2.00
f2 1.4 MNS 6 6.89e − 130 4.07759e − 14 2.00
SO3 3 4.34e − 122 9.39211e − 09 3.00
SCH 3 9.80e − 121 5.89917e − 09 2.00
f3 1.6 MNS 3 9.80e − 121 5.89904e − 09 2.00
SO3 2 3.37e − 115 6.65129e − 06 3.00
SCH 5 4.34e − 115 2.11433e − 12 2.00
f4 2.2 MNS 6 5.93e − 112 3.07781e − 12 2.00
SO3 3 6.87e − 125 5.27816e − 09 3.00

pat menemukan akar hampiran yang diharapkan untuk seluruh fungsi yang
diberikan. Masing-masing metode memiliki keunggulan jumlah iterasi pada
setiap fungsi yang berbeda untuk mendapatkan akar hampiran.
Selanjutnya dari Tabel 1 diketahui bahwa SCH dan MNS membutuhkan
tiga sampai delapan iterasi, sedangkan SO3 memerlukan dua sampai empat
iterasi untuk mendapatkan akar hampiran yang diharapkan. Hal ini berarti
SO3 membutuhkan jumlah iterasi yang lebih sedikit dari kedua metode yang
digunakan untuk komputasi. Jadi SO3 merupakan metode yang layak untuk
dijadikan metode alternatif untuk mencari persamaan nonlinear.

Ucapan terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Imran
M., M.Sc. yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, pikiran, dan
nasehat kepada penulis dalam penulisan artikel ini.

8
 DAFTAR PUSTAKA
[1] K. E. Atkinson, An Introduction to Numerical Analysis, Second Edition,
John Wiley and Sons, New York, 1978.

[2] R. G. Bartle dan D. R. Shebert, Introduction to Real Analysis, Fourth

Edition, John Wiley and Sons, New York, 1999.

[3] J. H. Mathews, Numerical Method for Mathematics Science and Engi-

neering, Second Edition, Prentice Hall, New York, 1987.

[4] M. A. Noor dan F. A. Shah, A family of iterative schemes for finding

zeros of nonlinear equations having unknown multiplicity, Applied Math-
ematics and Information Sciences, 8 (2014), 2367–2373.

[5] J. Stewart, Single Variable Calculus, Seventh Edition, Cengage Learning,

New York, 2012.

[6] R. Thukral, New variants of the Schroder method for finding zeros of
nonlinear equations having unknown multiplicity, Journal of Advances in
Mathematics, 8 (2014), 1675–1683.

[7] R. Thukral, New modifications of Newton-type methods with eighth-

order convergence for solving nonlinear equations, Journal of Advances
in Mathematics, 10 (2015), 3362–3373.

[8] R. Thukral, New third-order Schroder-type method for finding zeros of

nonlinear equations having unknown multiplicity, American Journal of
Computational and Applied Mathematics, 5 (2015), 147–153.

[9] R. Thukral, Further acceleration of Thukral third order method for deter-
mining multiple zeros of nonlinear equation, American Journal of Com-
putational and Applied Mathematics, 7 (2017), 123–128.

[10] J. F. Traub, Iterative Methods for the Solution of Equation, Chelsea Pub-
lishing Company, New York, 1977.