Anda di halaman 1dari 3

Ada Cinta di Pesantren

Oleh : Diana Effendi


Angin pagi ini berhembus perlahan diantara dedaunan hijau pada pohon jambu beserta
bunga-bunga yang tertata rapi ditaman mawar. Aku begitu menyukai mawar. Kau tahu, apa
yang membuatku bahagia tinggal disini? Tidak hanya mawar yang ada, tapi juga ada bunga
kupu-kupu, kertas, dan bunga lainnya yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu. Itulah yang
membuatku bahagia. Ini seakan menjadi taman surga bagiku. Bagaimana tidak, selain taman
ini dipenuhi oleh bunga-bunga, juga terdapat pondok kecil dimana orang-orang mengaji dan
mempelajari al Quran.
Setiap ada kesempatan aku beserta empat kawanku yang lain selalu ketaman untuk menyiram
dan merapikan taman bunga kami. Kamilah yang menamainya taman mawar. Mawar adalah
singkatan dari nama-nama kami. Meisha, Aisha, Wafi, Aam, dan terakhir aku sendiri, Rara.
Kami memiliki singkatan nama yang unik. Eits, hanya kami berlima yang mengetahui hal ini.
Di asrama.
Malam masih dihiasi oleh kerlipan bintang-bintang ditambah suara bedug pertanda azan Isya
akan segera berkumandang. Aku yang sedari tadi sibuk dengan buku-buku dan

tugas

sekolahku masih saja terus memperhatikan gerak-gerik Meisha yang tampak begitu cemas.
Meisha, ada apa? tanyaku khawatir sambil merapikan buku pelajaranku yang berserakan
dilantai kamar.
Ra, aku kehilangan sesuatu..
Apa itu?
Handphoneku hilang! jawabnya setengah berbisik.
Bagaimana bisa. Oke, aku akan membantumu untuk mencarinya.
Sudah setengah jam kami mencarinya, tetapi belum juga ditemukan. Kami memang dilarang
membawa alat eletronik apapun, termasuk hpdipondokan ini. Dengan berbagai alas an tetap
tidak boleh untuk dibawa. Katanya nanti kami bisa terpengaruh dengan hal-hal negatif yang
melalaikan . seperti nanti lupa sholat, malas belajar dan segudang larangan lainnya. Apalah
arti larangan itu bagi anak remaja seperti kami. Kami juga ingin tampil eksis seperti orang-

orang diluar sana. Oleh karenanya, kami melakukannya secara diam-diam. Kalau ketahun,
bisa bahaya urusannya.

Hukumannya adalah berlari 3 kali keliling lapangan sambil

membawa tulisan, Allah, aku berbuat salah. Maafkan aku dan mengatakan apa kesalahan
yang diperbuat sampai selesai putarannya. Betapa memalukannya hal itu!. Semua santri baik
putra maupun putri akan keluar dari asrama mereka untuk menyaksikannya.
Ra, bagaimana kalau handphoneku ditemukan oleh salah satu ustadz atau ustadzah?
Iya Meisha. Aku juga takut kau dihukum nanti bila ketahuan. Baiklah nanti malam ikut aku
keluar pondok.
Buat apa kita keluar besok malam coba?, kalau ada yang melihat lalu melaporkan kita
bagaimana Ra? Double deh masalahnya.
Kau kan lagi kehilangan handphone, aku akan meminta bantuan temanku yang tinggal tak
jauh dari pondokan ini. Jelasku mencoba meyakinkannya.
Kalau ada persoalan apapun,, Mawar tidak akan kehilangan akal. Tidak ada yang boleh
kena hukuman diantara kami. Itulah persahabatan kami. Harus ada dalam suka dan duka.
Eits tapi yang tidak baik, tidak usah dicontoh. Ntar jadi dosa lho. Hehe.
Ditaman Mawar.
Pagi ini cuaca sangat mendung. Suasana kelas sangat riuh oleh gossip-gosip tentang santri
yang ketahun sedang berpacaran.
Waf, siapa sih teman kita yang ketahun pacaran itu? tanyaku penasaran.
Owh itu Ra, kak Wita dan bang Hasan. Mereka ketahun sedang berpegangan tangan saat
berada ditaman Mawar.
Wah, beraninya mereka mengotori taman kita dengan perbuatan itu ya WafiJawabku kesal.
Ya, mau bagaimana Ra, namanya juga perasaan. Virus merah jambu kadang membuat
seseorang melupakan jati dirinya.
Maksudmu?
Masa seorang santri berprilaku seperti itu!

Santri juga manusia biasa kan Ra, mereka memang salah. Harusnya mereka tahu batasanbatasan yang ada. Setidaknya saling menunggu gitu. Tidak harus pacaran.
Ya, kau benar Wafi. Ya sudahlah. Tapi, apa hukuman yang diberikan untuk mereka?
Mereka mendapat surat peringatan pertama. Kalau sampai tiga kali peringatan. Ya siap-siap
aja out dari pesantren ini.
Owh menakutkan juga ya. Kita harus menjaga citra sahabat-sahabat kita.
Ya, itu pasti Ra.
Tiba-tiba suara bel berbunyi pertanda pelajaran pertama akan dimulai. Namun, suara berisik
seperti pasar tetap saja terdengar sebelum ada ustadzah yang masuk.

Beberapa saat

kemudian, hujan pun turun dengan lebatnya membasahi pekarangan taman mawar dan
saluran air sekolah yang terlihat mengalir dengan lancar pertanda sampah dibuang pada
tempatnya.
Walaupun begitu, suara-suara dikelas kami tak kalah kuat dengan suara gemuruh dan air
hujan yang turun.
Sembari menunggu

Anda mungkin juga menyukai