TINJAUAN PUSTAKA
1. Sebagai unit cadangan ( Stand by Plant ) yang dijalankan pada saat unit
pembangkit utama yang ada tidak dapat mencukupi kebutuhan daya listrik.
2. Sebagai unit pembangkit yang menyupali listrik selama 24 jam atau pemikul beban
tetap. Sifat pengoperasian harus pada beban dasar yang berkapasitas tertinggi dan tidak
dipengaruhi oleh frekuensi beban tetap. Hal ini memungkinkan juga bila pasokan dapat
mengalami gangguan.
Uraian tentang komponen utama dari Generator Diesel dapat kita lihat pada gambar
2.1.
1. Mesin Diesel
Mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau disebut
dengan motor bakar ditinjau dari cara memperoleh energi thermalnya. Untuk
Bahan bakar di dalam tangki penyimpanan bahan bakar dipompakan ke dalam tanki
penyimpanan sementara namun sebelumnya disaring terlebih dahulu.
4. Turbo Charger
Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan
hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur
oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan
menggunakan filter basah yang digunakan pada penyaring gas pembuangan
6. Generator
Generator ini berfungsi untuk menghasilkan listrik dengan cara mengubah gerak
menjadi energi listrik.
8. Sistem Pelumasan
Dalam usaha untuk dapat terus menggunakan fasilitas tersebut agar kualitas
produksi dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan
3. Untuk membantu mengurangi pemakain dan penyimpangan yang di luar batas dan
menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan
sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai investasi tersebut.
4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien keseluruhannya.
1.Inspeksi (Inspections)
Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara
berkala (routine scedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai denagn rencana
yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilitas
mesin/peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.
4.Kegiatan Adminitrasi
Kegiatan adminitrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pencatatan pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan
kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan sceduling, yaitu rencana kapan
kegiatan suatu mesin/peralatan tersebut harus di periksa, diservice dan di perbaiki.
5.Pemeliharaan bangunan
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan yang dilakukan tidak termasuk
dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.
1. TPM bertujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM) untuk
memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan.
4. TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertinggi hingga para
karyawan/operator lantai pabrik.
Dalam TPM ada terdapat pilar – pilar yang mendukung kegiatan ini. Dapat kita
lihat pada gambar 2.2.
Pilar 8, Building a safe, enviro and friendly system bertujuan untuk membangun
lingkungan kerja yang aman dan berwawasan lingkungan.
4. Biaya produksi rendah karena rugi-rugi dan pekerjaan yang tidak memberi nilai
tambah dapat dikurangi.
6. Meningkatkan motivasi tenaga kerja, karena hak dan tanggung jawab didelegasikan
pada tiap orang.
Sumber : http://www.plant-maintenance.com/articles/RCMvTPM.shtml
OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 100% ........... (2.1)
.................................(2.3)
Loading time adalah waktu yang tersedia (availability time) perhari atau
perbulan dikurangi dengan waktu downtime mesin yang direncanakan (planned
downtime).
2.Performance Effieciency
Merupakan hasil perkalian dari operating speed rate dan net operating speed,
atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu siklus
idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk melakukan proses produksi
(operation time).
Ideal cycle time adalah siklus waktu proses yang diharapkan dapat dicapai
dalam keadaan optimal atau tidak mengalami hambatan. Ideal cycle time pada
Generator Diesel merupakan siklus waktu proses yang dapat dicapai mesin dalam
proses produksi dalam keadaan optimal atau mesin tidak mengalami hambatan
dalam berproduksi.
3.Rasio Kualitas Produk (Rate of Quality Products) Rate of quality products Adalah rasio
jumlah produk yang baik terhadap jumlah total produk yang diproses. Jadi Rate of quality
products adalah hasil perhitungan dengan menggunakan dua faktor berikut :
1. Processed amount (jumlah produk yang diproses)
Dengan memasukkan keenam faktor yang terdapat dalam six big losses dalam
perhitungan OEE pada pertama kali umumnya perusahaan hanya mempunyai
tingkat OEE sekitar 50% sampai 60%, dengan kata lain pabrik hanya
menggunakan setengah dari potensi kapasitas efektivitas mesin/peralatan yang
mereka miliki.
• Jika OEE = 85%, produksi dianggap kelas dunia. Bagi banyak perusahaan, skor
ini merupakan skor yang cocok untuk dijadikan goal jangka panjang.
• Jika OEE = 60%, produksi dianggap wajar, tapi menunjukkan ada ruang yang
besar untuk improvement.
• Jika OEE = 40%, produksi dianggap memiliki skor yang rendah, tapi dalam
kebanyakan kasus dapat dengan mudah di-improve melalui pengukuran
langsung (misalnya dengan menelusuri alasan-alasan downtime dan menangani
sumber-sumber penyebab downtime secara satu per satu).
Standar benchmark world class OEE relatif karena pada beberapa buku
dan perusahaan menunjukkan standar skor yang berbeda, standar word class ini
selalu didorong lebih tinggi sejalan meningkatnya persaingan dan harapan. Misal
jika di Pabrik CPO mungkin quality rate>90% dapat diterima, tapi jika di pabrik
ban pesawat terbang quality rate 99.9% atau mungkin merupakan minimal word
class, dan tentu saja bagi perusahaan yang mempunyai program kualitas six sigma
tidak akan puas dengan quality rate 99.9%.
Dari contoh perhitungan di atas kita bisa mengetahui bahwa OEE = 72%
memberikan gambaran masih ada ruang untuk improvement sampai skor OEE
Dalam era persaingan bebas saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya
mengacu pada kuantitas output semata akan dapat menyesatkan
Adapun enam kerugian besar (Six Big Losses) tersebut adalah sebagai berikut :
1.Kerugian Waktu (Downtime)
Downtime losess adalah kerugian waktu yang seharusnya digunakan untuk
melakukan proses produksi akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin
(equipment failures) mengakibatkan mesin tidak dapat melaksanakan proses
produksi sebagaimana semestinya. Dalam perhitungan Overal equipment
effectiveness (OEE), equipment failures dan waktu setup and adjustment
dikategorikan sebagai kerugian waktu downtime (downtime losses).
EF=
Adapun speed loss terjadi oleh karena mesin tidak beropersi sesuai dengan
kecepatan maksimum yang telah ditentukan saat perancanagan mesin. Faktor-
faktor yang mempengaruhi speed loss adalah Idling and Minor Stoppages dan
Reduce Speed.
a. Gangguan kecil dan waktu nganggur (Idling and Minor Stoppages) Idling and
Stoppages terjadi jika Generator Diesel berhenti secara berulang- ulang atau
mesin tidak menghasilkan produk, kemungkinan besar Idling and Minor
Stoppages yang terjadi pada Generator Diesel tidak sepenuhnya terekam. Saat
Idling and Minor Stoppages sering terjadi maka akan dapat mengurangi
keefektivitas mesin.
Untuk dapat mengetahui besarnya faktor efektivitas yang hilang akibat dari
terjadinya Idling and Minor Stoppages digunakan rumus sebagai berikut :
IMS=
Reduce Speed adalah selisih antar waktu kecepatan produksi aktual dengan
kecepatan produksi mesin yang ideal. Untuk mengetahui besarnya persentase
faktor reduce speed yang hilang, maka digunakan rumus sebagai berikut :
RS=
RS=
Defect loss adalah keadaan mesin pada saat tidak menghasilkan produk
yang sesuai dengan spesifikasi dan standar kualitas produk yang telah ditetapkan
dan scrap yaitu kerugian yang timbul selama proses produksi belum mencapai
keadaan produksi yang stabil pada saat proses produksi mulai dilakukan sampai
terjadinya keadaan proses yang stabil. Faktor yang tergolongkan kedalam Defect
Loss adalah Rework Loss dan Yield/ Scrap Loss.
RL=
YS=
1. Manusia (man).
2. Metode kerja (work method).
3. Mesin atau peralatan kerja (machine/equipment).
4. Bahan baku (raw material).
5. Lingkungan kerja (work environment).
Adapun gambar diagram dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini: