BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Definisi Diabetes Millitus
a. Definisi Diabetes Millitus
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
Glukosa dibentuk di hati dari yang dikonsumsi.
(Brunner and Suddarth, 2002:1220).
Diabetes mellitus adalah penyakit kronik, progresif yang
dikarakteristikan dengan ketidakmampuan tuhuh untuk melakukan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein awal terjadinya
hiperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah).
(Black & Hawk, 2009 dalam Tarwoto, 2012:151)
b. Proses Terjadinya Diabetes Millitus
Diabetes disebabkan karena kerusakan sel-sel pancreas sehingga
produksi hormone insulin menurun, jumlah dan kualitasnya.
Kerusakan sel pancreas sendiri diakibatkan oleh oksidasi radikal bebas
dan jumlahnya melimpah dan dipercepat peningkatannya, sendangkan
jumlah antioksidan tidak mencukupi untuk melawannya.
(Sustrani, lanny. 2010)
2. Klasifikasi Diabetes Millitus
a. Tipe I ( Diabetes Tergantung Pada Insulin )
Diabetes mellitus tipe I adalah bila tubuh perlu pasokan insulin dari
luar, karena sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans telah mengalami
kerusakan, sehingga pangkreas berhenti memproduksi insulin.
Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah
dewasa. Diabetes Tipe I ini didapat oleh sekitar 10-15% penderita
diabetes mellitus di Amerika Serikat. Penderitanya harus mendapatkan
suntikan insulin setiap hari selama hidupnya, sehingga itu dikenal
ssebagai istilah Insulin Dependen Diabetes Meliitus ( IDDM ) atau
diabetes mellitus tergantung pada insulin untuk mengatur metabolisme
gula dalam darah. Dari kondisinya, inilah diabetes yang paling parah.
(Sustrani, lanny. 2010 : 16-17).
b. Tipe II ( Diabetes Tidak Tergantung Pada Insulin )
5
b. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat setelah berusia 40 tahun. Diabetes
sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut,
terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya
berlebihan, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
c. Gaya hidup stress
Stress kronis cenderung membuat orang mencari makanan yang
manis – manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar
seretonin otak ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan
stresnya. Terapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka
yang beresiko terkena diabetes mellitus.
d. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau berat badan sama-sama meningkatkan resiko kena
diabetes, kurang gizi malnutrisi dapat merusak pangkreas, sedangkan
obesitas (gemuk berlebihan ) mengakibatkan gangguan kerja insulin
( retensi insulin). (Sustrani, lanny, 2010 : 34-35)
7. Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien
dengan Diabetes Mellitus meliputi:
1. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
a) Pemicu sekresi insulin.
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
c) Penghambat glukoneogenesis.
d) Penghambat glukosidase alfa.
2. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
a) Penurunan berat badan yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c) Ketoasidosis diabetik.
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
b. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis
rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respon kadar glukosa darah.
c. Keperawatan
9
a. Prosedur Invasif.
b. Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen.
c. Trauma.
d. Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan.
1. Ruptur membran amnion.
a. Agen farmasi (imunosupresan).
b. Malnutrisi.
c. Peningkatan paparan lingkungan pathogen.
d. Imunosupresi.
e. Ketidakadekuatan imun buatan.
f. Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi).
g. Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh,
trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik).
h. Penyakit kronik
3. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Resiko Infeksi
a. Definisi
Resiko infeksi : keadaan seseorang individu beresiko terserang
oleh agens patogenik atau oportunistik (virus, jamur, bakteri,
protozoa, atau parasit lain) dan sumber – sumber eksternal, sumber
– sumber endogen (doenges, 2000 : 728).
2. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan diabetes harus dikaji dengan ketat
tertahap pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan
diri. Tipe diabetes, kondisi klien, dan rencana pengobatan adalah
pengkajian penting yang harus dilakukan. Pengkajian secara detail
adalah sebagai berikut :
a. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan
berbau, adanya nyeri pada luka.
14
c. Kliteria Hasil :
1) Suhu dalam rentang normal
2) Klien memahami apa yang disampaikan mengenai cara cuci
tangan yang baik, mengerti tentang factor-faktor yang
meningkatkan risiko infeksi dan mengenal tanda gejala infeksi.
d. Intervensi
1) Dorong masukan nutrisi yang cukup (Nur arif, amin huda 2015)
2) Beri pendidikan kepada pasien mengenai :
a) teknik mencuci tangan yang baik dan benar
b) factor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi
c) mengenai tanda dan gejala infeksi
(Taylor, Cyntha M.2010).
6. Implementasi Keperawatan
17