Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“ KERACUNAN OBAT”

Dosen pembimbing : DHONA ANDHINI, S.KEP. NS., M.KEP


Anggota:

1. Poppi Nadia Dewarani 04021181320010


2. Claudio Alvarez Ginting 04021181320013
3. Mia Damayanti 04021181320024
4. Nadia Ervina 04021181320045
5. Deyan Novika S 04021181320048
6. Rini Diantika 04021281320001
7. Anwar Iqbal 04021281320003
8. Fitria Agustina 04021281320004
9. Egha Tresia 04021281320006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2016

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai

‘‘Keracunan Obat”.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang

maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, pengalaman dan kemampuan

yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan makalah ini. Apabila banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan

keterbatasan materi kami mohon maaf sebesar- besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan

berguna bagi yang membacanya.

Indralaya, 5 September 2016

Penulis

Daftar Isi

KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2

2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 4
Latar Belakang................................................................................................................ 4
Perumusan Masalah........................................................................................................ 5
Tujuan............................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 6
Definisi keracunan obat……………………………………………………….. 6
Jenis-jenis keracunan obat…………………………………………………….. 6
Penyebab keracunan obat……………………………………………………… 7
Penanganan pertama dan selanjutnya…………………………………………. 8
Asuhan keperawatan…………………………………………………………… 12
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 17
Kesimpulan......................................................................................................... 17
Saran................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran pernafasan, mukosa kulit, atau mukosa yang menimbulkan gejala

3
klinis. Keracunan memiliki dampak negatif, baik terhadap kesehatan maupun sosial-
ekonomi. Keracunan akut maupun kronis akan menimbulkan gangguan kesehatan,
misalnya kegagalan pernapasan dan paralisis akibat keracunan insektisida
antikolinesterase, serta gangguan hepar dan gagal ginjal akibat keracunan asetaminofen.
Gangguan kesehatan yang dialami oleh korban keracunan, secara sosial-ekonomi akan
mengakibatkan penderitaan (rasa sakit), penurunan produktivitas dan pendapatan, serta
peningkatan biaya perawatan kesehatan (DiPiro dkk., 2008).
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan untuk di
gunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah
pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Anief,
1991).
Defenisi obat ialah suatu zat yang digunakan untuk mendiagnosa, pengobatan,
melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada hewan.
Meeskipun obat dapat menyembuhkan tetapi terdapat kejadian bahwa seseorang
menderita keracunan obat. Oleh karena itu dapt dikatakan bahwa obat dapat bersifat
sebagai obat dan juga bersifat sebagai racun. Obat akan bersifat sebagai obat bila tepat
digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Apabila
digunakan salah dalam pengobatan atau overdosis akan menimbulkan keracunan. Bila
dosisnya lebih kecil, tidak diperoleh penyembuhan.
Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang
yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat
bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai
obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu
yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang
berlebih maka akan menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil maka kita tidak
akan memperoleh penyembuhan (Anief, 1991).
Menurut BPOM pada tahun 2013, di Indonesia terjadi kasus keracunan nasional
yang disebabkan oleh beberapa macam penyebab yaitu binatang, tumbuhan, obat
tradisional, komestika, pestisida, kimia, NAPZA, obat, pencemar lingkungan, makanan,
produk suplemen,minuman, dan campuran. Dimana penyebab terseringnya ialah
keracunan yang disebabkan oleh obat-obatan yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.

4
Pada negara berkembang angka kematian yang disebabkan oleh keracunan tetap
tinggi dikarenakan beberapa faktor, yaitu kurangnya regulasi terhadap peredaran obat-
obatan dan bahan kimia yang beredar di pasaran, kurangnya pengawasan dan kontrol
terhadap peredaran bahan-bahan beracun, kurangnya penegakan hokum yang ada, dan
akses yang mudah untuk mendapatkan obatobatan dan bahan kimia yang berpotensi
menyebabkan mortalitas dan morbiditas.(Khodabandeh F et al, 2012)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keracunan obat?
2. Apa saja jenis-jenis keracunan obat?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan keracunan obat?
4. Apa saja obat yang dapat menyembuhkan keracunan obat?
5. Bagaimana penanganan pertama dan selanjutnya?
6. Bagaimana asuhan keperawatannya?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang definisi keracunan obat
2. Menjelaskan tentang jenis-jenis keracunan obat
3. Menjelaskan tentang penyebab keracunan obat
4. Menjelaskan tentang obat yang dapat menyembuhkan keracunan obat
5. Menjelaskan tentang penanganan pertama dan selanjutnya
6. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Keracunan Obat

Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena beberapa
faktor seperti miss use (salah penggunaan), miss dose ( salah dosis), salah pemberian
obat, dan lain-lain yang sifatnya tidak sengaja atau disengaja. Sedangkan alergi obat
adalah suatu reaksi yang ditimbulkan oleh tubuh akibat pemberian senyawa asing. Cara
menghindarinya:

1. Kenali tubuh
Jika mempunyai alergi pada suatu senyawa (baik obat maupun makanan) maka
ingatlah atau bahkan catat agar hal itu tidak terjadi
2. Kenali obat dan makanan

5
Tanyakan pada dokter saat memberikan resep atau apoteker saat menebus obat
tentang bagaimana cara penggunaan yang tepat, efek apa yang akan ditimbulkan,
dapatkah menimbulkan alergi bagi kebanyakan orang, dan yang paling penting
bagaimana cara penangannya saat terjadi alergi.

B. Jenis-jenis Keracunan Obat


 menurut cara terjadinya.
1. Selfpoisoning.
Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis berlebihan tetapi dengan
pengetahuan bahwa dosis ini tidak membahayakan. Selfpoisoning biasanya
terjadi karena kekurang hati-hatian dalam penggunaan. Kasus ini bisa terjadi
pada remaja yang ingin coba-coba menggunakan obat, tanpa disadari bahwa
tindakan ini dapat membahayakan dirinya.
2. Attemptedpoisoning.
Dalam kasus ini, pasien memang ingin bunuh diri, tetapi bisa berakhir dengan
kematian atau pasien sembuh kembali karena salah tafsir dalam penggunaan
dosis.
3. Accidentalpoisoning.
Kondisi ini jelas merupakan suatu kecelakaan tanpa adanya unsur kesengajaan
sama sekali. Kasus ini banyak terjadi pada anak di bawah 5 tahun, karena
kebiasaannya memasukkan segala benda ke dalam mulut.
4. Homicidalpiosoning.
Keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal yaitu seseorang dengan sengaja
meracuni seseorang.

 Menurut waktu terjadinya keracunan


1. Keracunan kronis.
Diagnosis keracunan ini sulit dibuat, karena gejala timbul perlahan dan lama
sesudah pajanan. Gejala dapat timbul secara akut setelah pemajanan berkali-
kali dalam dosis yang relatif kecil.
2. Keracunan akut.
Keracunan jenis ini lebih mudah dipahami, karena biasanya terjadi secara
mendadak setelah makan atau terkena sesuatu. Selain itu keracunan jenis ini
biasanya terjadi pada banyak orang (misal keracunan makanan, dapat
mengenai seluruh anggota keluarga atau bahkan seluruh warga kampung).
Pada keracunan akut biasanya mempunyai gejala hampir sama dengan

6
sindrom penyakit, oleh karena itu harus diingat adanya kemungkinan
keracunan pada sakit mendadak.

 Menurut alat tubuh yang terkena


Keracunan digolongkan menurut organ tubuh yang terkena, misal racun pada SSP,
racun jantung, racun hati, racun ginjal dan sebagainya. Suatu organ cenderung
dipengaruhi oleh banyak obat, sebaliknya jarang terdapat obat yang
mempengaruhi /mengenai satu organ saja.

C. Penyebab Keracunan Obat


Secara farmakologis, obat menawarkan terapi lengkap dengan paket sifat-sifat
kimia dan karakteristiknya, mekanisme tindakan, respon fisiologis terhadap obat, dan
penggunaannya secara klinis. Farmakologi bersimpangan dengan toksikologi saat respon
fisiologis terhadap obat menyebabkan terjadinya efek samping. Toksikologi sering
dianggap sebagai ilmu yang mempelajari tentang racun atau keracunan, namun
toksikologi ini mengembangkan suatu definisi yang ketat sehubungan dengan masalah
racun atau keracunan tersebut. Racun adalah setiap zat, termasuk obat yang memiliki
kapasitas membahayakan organisme.
Paracelsus (1493-1541) seorang dokter pada masa Renaissance mendefinisikan
istilah racun dengan sebuah pertanyaan "Apa ada yang bukan termasuk racun?, pada
dasarnya semua hal/zat adalah racun dan tidak ada satu zat pun yang tidak dapat
menyebabkan keracunan. Dosislah yang semata-mata membedakan suatu zat itu racun
atau bukan". Keracunan menunjukan adanya efek fisiologis yang merusak akibat paparan
zat atau obat tertentu. Jadi secara umum dapat dinyatakan bahwa semua obat adalah
racun yang potensial, dosis, kondisi individu, lingkungan dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan gen yang akan berkontribusi menentukan apakah obat tersebut
memberikan efek racun atau tidak.
Beberapa senyawa kimia secara inheren dapat menjadi racun, seperti timah, yang
tidak diketahui bagaimana peran fisiologisnya dalam tubuh namun dapat menyebabkan
cedera neural bahkan pada tingkat paparan yang sangat rendah. Kebanyakan obat-obatan
adalah racun pada ambang batas tertentu, pada dosis terapi obat memberikan efek yang
menguntungkan, tetapi pada dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keracunan.
Sebagai contoh, besi merupakan nutrisi yang penting untuk sintesis heme dan berbagai

7
fungsi fisiologis enzim, tetapi over dosis besi sulfat dapat menyebabkan disfungsi
berbagai organ yang mengancam jiwa.
Hampir semua obat bisa memicu reaksi yang tidak diinginkan dari tubuh, tapi
tidak semua reaksi termasuk alergi. Alergi obat disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan
tubuh pada obat tertentu. Beberapa jenis obat yang berpotensi memicu reaksi alergi
meliputi:

 Antibiotik (misalnya, penisilin).


 Anti inflamasi non-steroid.

 Aspirin.

 Krim atau lotion kortikosteroid.

 Antikonvulsan.

 Insulin.

 Vaksin.

 Obat-obatan untuk hipertiroidisme.

 Serta obat-obatan untuk kemoterapi atau HIV

Tidak semua orang akan mengalami reaksi alergi akibat obat. Para pakar menduga
ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko alergi obat pada seseorang. Faktor-
faktor risiko tersebut meliputi:

 Peningkatan pajanan terhadap obat tertentu, misalnya karena penggunaan yang


berulang, berkepanjangan, atau dengan dosis tinggi.
 Faktor keturunan. Risiko Anda untuk mengalami alergi obat akan meningkat jika
ada anggota keluarga Anda memiliki alergi terhadap obat-obatan tertentu.

 Pernah mengalami jenis alergi lain, misalnya alergi makanan.

 Memiliki alergi terhadap obat lain. Contohnya, jika alergi terhadap penisilin,
Anda juga berpotensi untuk mengalami alergi terhadap amoxicillin.

8
 Mengidap penyakit yang menyebabkan tubuh rentan terhadap reaksi alergi obat,
misalnya HIV.

D. Penanganan Pertama dan Selanjutnya

Umumnya pertolongan pertama yang dapat diberikan pada pasien keracunan


tidak sadar atau hampir pingsan adalah dengan cara menelungkupkan pasien dengan
kepala menghadap kesamping dan lidah dikeluarkan untuk mencegah tersedak karena
ludah. Jagala korban agar tetap pada posisi berbaring dan tetap hangat suhu badannya,
jika perlu berilah bantuan nafas buatan. Jangan berikan minuman beralkohol karena dapat
mempercepat penyerapan beberapa jenis racun dalam tubuh. dan segeralah minta
pertolongan dari petugas kesehatan.

 Penetalaksanaan kedaruratan terhadap reaksi obat akut :

A. Kaji keadekuatan pernafasan. Dapatkan control jalan nafas ventilasi dan


oksigenasi.

1) Gunakan selang endotrakeal dan berikan bantuan ventilasi pada


pasien dengan depresi berat yang tidak ada reflek batuk.

2) Dapatkan analisis gas darah untuk hipoksia karena hipoventilasi


dan abnormalitas asam basa.

3) Berikan oksigen.

B. Stabilkan system kardiovaskuler ( ini dilakukan simultan dengan


penatalaksanaan jalan nafas)

1) Mulai kompresi jantung eksternal dan ventilasi pada tidak adanya


denyut jantung

2) Mulai monitor EGC.

3) Dapatkan gambaran sample darah untuk tes glukosa, elektrolit,


BUN, kreatinin, dan skrin toksikologi yang tepat.

4) Mulai cairan IV.

C. Berikan antagonis obat khusus sesuai ketentuan jika obat diketahui.


Nalakso hidroklorida (narcan) sering digunakan, dekstrosa 50% dalam air
juga digunakan (untuk hipoglikemia).

D. Singkirkan obat dari lambung sesegera mungkin.

9
1) Rangsang muntah jika setelah pasien ditemukan dini setelah
mencerna.(Simpan muntahan untuk pemeriksaan toksikologi).

2) Gunakan bilas lambung jika pasien tuidak sadar atau jika tidak ada
jalan untuk menentukan kapan obat diminum. (jika pasioen tidak
mempunyai rerflek menelan atau batuk, lakukan prosedur ini
hanya setelah inkubasi dengan selang endotrakea dikembungkan
untuk mencegah aspirasi isi lambung)

3) Karbon teraktivasi mungkin dapat digunakan pada terapi,


digunakan setelah muntah atau bilas.

4) Simpan aspirasi lambung untuk analisis toksikologik.

E. Sediakan peralatan mendukung

1) Ukur suhu rectal : termoregulasi yang ekstrem (hipertermia dan


hipotermia) harus diketahui dan ditangani

2) Atasi kejang, mulai kewaspadaan kejang.

3) Bantu hemodialisis dan dialysis peritoneal untuk potensi keracunan


mematikan

4) Pasang kateter urine untuk mempertahankan aliran urine karena


obat atau metabolic dikeluarkan melalui urine.

F. Dapatkan pemeriksaan fisik untuk menghilangkan kemungkinan syok


insulin, meningitis, hematoma, subdural, stroke, dan penyebab lain.

1) Kaji tanda jarum dan bukti trauma luar

2) Lakukan pengkajian neurologik cepat (tingkat respon, ukuran dan


reaksi pupil, reflek, temuan vocal neurologoik.

3) Ingat bahwa beberapa pangguna obat menggunakan obat multiple


secara simultan.

4) Waspada bahwa terdapat insiden tinggi infeksio HIV AIDS dan


hepatitis B, diantaranya pengguna obat kala menggunakan jarum
yang tidak steril.

5) Periksa nafas pasien untuk karakteristik bau alcohol, aseton dan


lain-lain.

10
G. Coba untuk mendapat riwayat penggunaan obat (dari orang lain yang ikut
bersama pasien)

1) Ciptakan hubungfan suportif dan realistis dengan pasien.

2) Jangan meninggalkan pasien sendiri karena ada potensi menyakiti


diri, orang lain atau staf di departemen kedaruratan.

H. Masukan pasien ke unit perawatan intensif jika tidak sadar, jika pasien dengan
sengaja takar ajak konsultasi ke sokter psikiatrik bila diperlukan.

I. Buat usaha untuk mendaftarkan pasien pada program penanganan obat


(detoksifikasi dan rehabilitasi)

E. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian:
1. Kaji tekanan darah, adanya sianosis, status pernapasan, dan status mental

Masalah keperawatan: penurunan curah jantung

Diagnosa keperawatan: Penurunan curah jantung jantung berhubungan dengan


toksisitas obat, ditandai dengan bradikardia dan
perubahan warna kulit

Intervensi:

1. Terapi intravena: memberi dan memantau cairan dan obat intravena (IV)

11
2. Pemantauan neurologis: mengumpuulkan dan menganalisis data pasien untuk
mencegah atau meminimalkan komplikas neurologis
3. Manajemen syok: jantung: meningkatkan keadekuatan perfusi jaringan untuk
pasien yang mengalami gangguan fungsi jantung
4. Pemantauan tanda vital: mengumpulkan dan menganalisis data
kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan dan
mencegah komplikasi

Implementasi:

1. Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula atau sungkup


2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga: intruksikan mengenai pemeliharaan
keakuratan asupan dan haluaran
3. Ajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan setiap hari
4. Kolaboratif: Berikan dan titrasikan obat aritmia
5. Ubah posisi pasien ke posisi datar atau Trendelenburg ketika tekanan darah
pasien berada pada rentang lebih rendah dibandingkan dengan yang biasanya
6. Untuk hipotensi yang tiba-tiba, berat atau lama, pasang akses intraavena
untuk pemberian cairan intravena atau obat untuk meningkatkan tekanan
darah
7. Ubah posisi pasien setiap dua jam atau pertahankan aktivitas lain yang sesuai
atau dibutuhkan untuk menurunkan stasis sirkulasi perifer.

2. Pengkajian:
1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian.
2. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor
presipitasinya.
3. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan khususnya pada mereka yang
tidak mampu berkomunikasi efektif

Masalah keperawatan: Nyeri akut

Diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab


cedera ditandai dengan respons autonomik (perubahan
pernapasan, atau nadi dan dilatasi pupil),

12
Intervensi:

1. Pemberian analgesik: menggunakan agens-agens farmakologi untuk


mengurangi atau menghilangkan nyeri
2. Manajemen medikasi: memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat
bebas secara aman dan efektif
3. Manajemen nyeri: meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien

Implementasi

1. Intruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan


nyeri tidak dapat dicapai
2. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama
akan berlangung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
3. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
4. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan
efek samping
5. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan
rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihann melalui televisi, radio,
tae dan interaksi dengan pengunjung
6. Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respons pasien
terhadap analgesik (misalnya,”Obat ini akan mengurangi nyeri Anda)

3. Pengkajian: 1. Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien.

Masalah keperawatan: Ketakutan

Diagnosa keperawatan :Ketakutan ditandai dengan kerusakan sensorik dan


kehilangan dukungan fisik ditandai dengan meningkatnya
kewaspadaan, diare, keletihan dan dilatasi pupil.

Implementasi:

1. Jelaskan semua pemeriksaan dan pengobatan kepada pasien/keluarga


2. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana menggunaka imajinasi terbimbing
ketika mereka merasa ketakutan

13
3. Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku
yang dapat menurunkan atau mengurangi rasa takut
4. Tetap bersama pasien selama menghadapi situasi baru atau ketika ketika
pasien sangat ketakutan
5. Sering berikan penguatan verbal dan nonverbal yang dapat membantu
menurunkan ketakutan pasien. Hindari kata-kata klise.
6. Peningkatan koping: bantu pasien dalam membangun penilaian yang
objektif terhadap suatu peristiwa
7. Dukung untuk menyatakan perasaan, persepsi, dan ketakutan secara verbal

4. Pengkajian: 1. Setelah mengetahui pola defekasi pada pasien

Masalah keperawatan: Diare

Diagnosa keperawatan: Diare berhubungan dengan racun yang ditandai dengan


kram dan sedikitnya mengalami tiga kali defekasi dengan
feses cair

Intervensi:

1. Manajemen defekasi: membentuk dan mempertahankan pola eliminasi


defekasi tersebut
2. Manajemen diare: mencegah dan mengurangi diare
3. Manajemen cairan/elektrolit: mengatur dan mencegah komplikasi akibat
perubahan kadar cairann dan elektrolit
4. Manajemen medikasi: memfasiltiasi penggunaan yang aman dan efektif
obat resep dan obat bebas

Implementasi

1. Manajemen diare (NIC):


- Ajarkan pasien tentang penggunaan obat diare yang benar
- Anjurkan pasien dan anggota keluarga untuk mencatat warna,
volume, frekuensi, dan konsistensi feses
- Anjurkan pasien untuk melapor ke petugas kesehatan setiap kali diare
- Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan usus (misalnya, puasa atau
diet cair)

14
- Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, sering dan tingkatan
kepadatannya secara bertahap
2. Kolaboratif: konsulkan dengan ahli diet untuk penyesuaian diet yang
diperlukan
3. Manajemen diare (NIC): konsultasikan pada dokter jika tanda dan gejala
diare menetap
4. Berikan perwatan dengan sikap menerima dan tidak menghakimi
5. Berikan privasi dan keamanan bagi pasien selama eliminasi fekal.

BAB III
PENUTUP

15
A. Kesimpulan

Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran pernafasan, mukosa kulit, atau mukosa yang menimbulkan gejala
klinis. Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan untuk di
gunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga
orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun.

B. Saran
Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan
penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan pertolongan
yang cepat dan benar. Petugas kesehatan juga hendaknya melakukan penilaian
terhadap tanda vital seperti jalan nafas/ pernafasan, sirkulasi dan penurunan
kesadaran, sehingga penanganan tindakan resusitasi ABC (Airway, Breathing, and
Circulatory) tidak terlambat dimulai.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.alodokter.com/alergi-obat

16
http://www.idmedis.com/2014/03/Toksikologi-dan-cara-Penanganan-penderita-keracunan.html

https://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-berbahaya

https://www.google.co.id/amp/s/klinikanakonline.com/2016/01/11/jemia-dan-klasifikasi-
keracunan-atau-intoksikasi/amp

http://www.scribd.com/mobile/doc/85461950/KERACUNAN-OBAT

17

Anda mungkin juga menyukai