BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lingkungan, berintegrasi dan berinteraksi yang baik, sehingga dapat menjamin dan
menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, serta
Diperkirakan 450 juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan jiwa. Prevalensi
masalah kesehatan jiwa diindonesia mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan
dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030 (WHO, 2009).
gangguan jiwa berat, gangguan mental emosional. Gangguan jiwa berat merupakan
gangguan ini berupa halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses berpikir, serta tingka
laku yang aneh, misalnya agresivitas atau katatonik. Gangguan jiwa berat biasanya
(LAKIP, 2015) Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang pada tahun 2013-2015
1
2
digunakan dari pelayanan umum, jamsoskes, PBI (Penerima bantuan iuran) dan Non
ditandai dengan apatis, tidak mempunyai hasrat, sosial, efek tumpul, dan alogia yang
dapat mengalami gangguan dalam pikiran, delusi, persepsi dan perilaku yang
tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, dan halusinasi (Lumongga & Herri, 2010).
Masalah perilaku yang muncul pada pasien skizofrenia yaitu dukungan dan
motivasi kurang (81%), isolasi sosial (72%), perilaku makan dan minum yang buruk
(72%), sukar menyelesaikan tugas (72%), penampilan tidak rapi dan bersih (62%)
kurang perhatian dari keluarga (56%), sering bertengkar ( 47%), bicara pada diri
sendiri (41%), tidak teratur minum obat (40%) (Wardani dkk, 2013; dikutip Perdede
& Siregar, 2015). Berdasarkan paparan perilaku yang muncul menunjukkan bahwa
satu atau lebih individu yang memiliki ikaatan atau hubungan darah, perkawinan
atau adopsi, dan tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. Keluarga
salah satu orang terdekat pasien untuk mengetahui prinsip minum obat yang benar
yaitu benar obat, benar dosis, cara pemberian yang benar, waktu pemberian obat
yang benar, dan nama pasien (keluarga perlu mengecek kembali botol dan kantong
obat yang diberikan sesuai nama pasien), dimana kepatuhan terjadi bila aturan
3
tersebut sesuai dengan resep yang berikan dari rumah sakit (Keliat, et al. 2012).
keluarga sangat diperlukan oleh pasien sebagai motivasi mereka selama perawatan
sia-sia jika tidak ditinjau oleh keluarga dan banyaknya pasien jiwa yang mengalami
Keluarga dari anggota gangguan jiwa banyak yang sibuk akan pekerjaannya,
tidak tahu pentingnya minum obat secara teratur, tidak bisa mengontrol jadwal
berada pada fase pemulihan disebabkan 3 faktor yaitu aspek obat, pasien dan
keluarga.
Proses penyembuhan pasien salah satunya tidak terlepas dari kepatuhan pasien
minum obat dengan ada tidaknya keluarga pasien dirumah. Adanya dukungan dan
motivasi keluarga, serta keterlibatan keluarga sebagai pengawas minum obat pada
pasien yang sedang menjalani pengobatan, sehingga keluarga dari pasien keluar
masuk rumah sakit mengantar pasien untuk melakukan perawatan dan pengobatan
atau keluarga mengikuti petunjuk dan rekomondasi terapi dan pengobatan secara
benar dari perawat atau dokter (Kaplan & sadock, 2012). Masalah ketidakpatuhan
dapat di bantu oleh perawat atau keluarga yang merawat pasien khususnya pada
pasien yang mendapatkan fasilitas pelayanan rawat jalan harus memahami faktor
yang kronis sehingga pasien merasa bosen minum obat, berkurangnyaa gejala, tidak
pasti tentang tujuan terapi, harga obat yang mahal, tidak mengerti tentang intruksi
penggunaan obat, dosis yang tidak akurat dalam mengkonsumsi obat dan efek
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa, pasien merasakan sensasi seperti suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata (Keliat, et al. 2012).
Halusinasi akan muncul sebagai proses yang panjang ataupun sebaliknya, dengan
halusinasi juga bertambah parah jika tidak ada kepatuh minum obat secara teratur
sehingga dapat memicu terjadinya kekambuhan (Yosep, 2011; dikutip Suheri, 2014).
Kerugian yang ditimbulkan oleh pasien halusinasi yaitu kehilangan kontrol dirinya,
sehingga pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain
(homicide) dan bahkan merusak lingkungan sekitar (Hawari, 2009: dikutip Suheri,
2014). Dampak yang dirasakan oleh keluarga pada pasien halusinasi yaitu kontribusi
5
beban ekonomi yang tinggi, beban emosi keluarga, stres terhadap perilaku pasien
faktor obat yang mempengaruhi kepatuhan obat yaitu dosis obat, karna terdapat
hubungan yang bermakna dengan arah positif antara dosis obat dengan kepatuhan.
dukungan keluarga tentang kepatuhan minum obat paling tinggi berada dalam
obat. Penelitian Pardede & Sireger (2015) menyebutkan bahwa ada pengaruh
pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat yang signifikan pada perubahan gejala
memberikan informasi kepada pasien dan keluarga untuk mempengaruhi pasien agar
patuh minum obat dan tidak menimbulkan kekambuhan. Menurut Suheri (2015)
Berdasarkan data dari Rekam Medis Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
dapat data kunjungan pasien skizofrenia psikotik maupun non psikotik serta pasien
lama dan pasien baru mendapatkan berbagai macam fasilitas pelayanan yaitu
umum/bayar, Jamsoskes, PBI (Penerima bantuan iuran) dan Non PBI di Poliklinik
RSJ Ernaldi Bahar pada periode tahun 2016 dengan jumlah 1539 pasien, rata-rata
6
perbulan dengan jumlah 128 pasien dari berbagai macam penyakit yang diderita,
tahu dan mengerti pentingnya minum obat dengan benar yang telah diresepkan untuk
dirumah sakit dalam rangka untuk membantu pasien atau keluarga untuk mengatasi
kesehatan pada pasien halusinasi tentang kepatuhan minum obat sangat penting
diberikan kepada pasien atau keluarga, untuk melihat kombinasi pengalaman dasar
yang direncanakan serta untuk belajar teoritis yang dapat memberikan kesempatan
bagi individu, kelompok dan masyarakat untuk menerima informasi dan keahlian
yang diperlukan dalam mengambil keputusan untuk kesehatan (Pardede & Sireger,
2015).
halusinasi tidak patuh dalam minum obat dikarenakan faktor pendidikan dan
ekonomi keluarga yang rendah. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Pelembang.
7
B. Rumusan Masalah
Salah satu masalah perilaku yang muncul pada pasien skizofrenia adalah tidak
(Perdede & Siregar, 2015). Masalah skizofrenia sudah semakin tinggi sesuai dengan
prevalensi baik didunia maupun diindonesia, sehingga perawat ikut juga adil dalam
pasien skizofrenia 70% mengalami halusinasi (Stuart, 2008; dikutip Perdede &
Siregar, 2015).
pasien skizofrenia psikotik maupun non psikotik serta pasien lama dan pasien baru
per tahun mengalami peningkatan, kunjungan dipoliklinik ini juga banyak pasien
yang diagnosa resiko mencederai diri sendiri atau orang lain dan gangguan persepsi
sensori. Hasil survey dari 7 keluarga yang berobat di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi
Bahar di dapat 4 keluarga dari pasien belum mengerti jadwal pemberian obat di
karenakan pasien baru, sedangkan 2 dari keluarga pasien lama patuh dalam
pemberian obat dan 1 pasien lama belum patuh. Berdasarkan pernyataan dari
keluarga pasien ataupun yang mengantarkan pasien untuk kontrol sering terlambat
karena terkendala biaya dan alat transportasi sehingga keluarga tidak tepat waktu
Berdasarkan data yang telah diuraikan pada latar belakang, maka perumusan
kepatuhan minum obat terhadap frekuensi halusinasi pada pasien skizofrenia rawat
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Bahar Palembang.
2. Tujuan Khusus
Bahar Palembang.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang
Hasil penelitian ini dapat mejadi referensi atau bahan masukan bagi
3. Bagi responden
4. Bagi peneliti
minum obat terhadap frekuensi halusinasi pada pasien skizofrenia rawat jalan.
Penelitian ini dilaksanakan dipolikinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang pada
bulan mei 2017. Pemilihan tempat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar khususnya rawat
jalan karena terdapat beberapa masalah yang muncul salah satunya ketidakteraturan
berobat sehingga pasien mengalami putus obat karna faktor ekonomi, waktu dan
jarak. Rumah sakit ini memiliki jumlah kunjungan pasien yang cukup tinggi dan
rumah sakit tersebut tipe A yang menjadi pusat rujukan dari berbagai daerah rumah
Popolasi dalam penelitian ini adalah 30 keluarga dari pasien laki-laki, dewasa
awal (22-35) (Depkes RI, 2009) yang memiliki tanda dan gejala halusinasi di Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Palembang dalam periode tahun 2017. Sampel yang digunakan
yang digunakan peneliti memiliki kriteria inklusi, eksklusi dan drop out. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian Pre-experimental with one group pre-post test
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Menurut UU RI No. 18 Tahun 2014 Kesehatan jiwa telah dijelaskan bahwa
upaya kesehatan jiwa bertujuan menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas
hidup yang sejahtera, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari
tantangan hidup serta dapat menerima dan mempunyai sikap yang positif terhadap
diri sendiri dan orang lain. Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis
lapisan masyarakat dan dapat dialami setiap manusia (Parawisata, 2006 dikutip
Suprianas, 2014).
12
13
dan introvet), keluhan gejala somatik (nyeri kepala, nyeri punggung dan otot,
b. Gejala Skizofrenia
1) Gejala positif skizofrenia, gejala ini ditandai dengan adanya distorsi atau
datar (flat affect) yang berati bahwa orang tersebut tidak menunjukkan
B. Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering didapatkan pada pasien
mengalami halusinasi, gejala gangguan jiwa yang lain seperti gangguan maniak
sensori, yang dialami oleh pasien skizofrenia dapat berupa halusinasi visual,
parah jika tidak ada kepatuh minum obat secara teratur sehingga dapat memicu
terjadinya kekambuhan pada pasien itu sendiri, dan ketidakpatuhan minum obat
dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga yang kurang (Yosep, 2011 dikutip Suheri,
2014).
2. Rentang halusinasi
3. Jenis-Jenis Halusinasi
1. Halusinasi pendengaran
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan
gambaran geometrik, gambar kartu atau panorama yang luas dan kompleks.
3. Halusinasi penghidu
Mencium bau atau aroma padahal kenyataannya tidak ada. Bau tersebut
seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bau lainnya. Ini terjadi pada
4. Halusinasi pengecapan
Halusinasi pengecapan mencakup rasa yang ada didalam mulut atau perasaan
bahwa makanan terasa seperti yang lain. Pasien merasakan bahwa mengecap
5. Halusinasi perabaan
Halusinasi ini mengacu pada ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas,
pada sensasi seperti aliran listrik yang menjalar keseluruh tubuh, atau
mengalami nyeri.
16
6. Halusinasi cenesthetic
Halusinasi ini merasakan fungsi tubuh yang biasanya tidak dapat dideteksi
pembentukan urine.
7. Halusinasi kinestetika
a. Tanda halusinasi adalah bicara, senyum dan tertawa sendiri, merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan, tidak dapat membedakan nyata dan tidak
nyata, tidak dapat memusatkan perhatian dan kosentrasi, sikap curiga, gelisa
kacau dan tidak masuk akal, tidak mampu mengurus diri secara mandiri,
menarik diri dan menghindar dari orang lain, wajah merah dan pucat, tekanan
tersinggung dan menyalahkan diri sendiri dan orang lain (Townsend, 1998
Pada pasien halusinasi akan dibawa kerumah sakit biasanya dalam kondisi
akut yang memperlihatkan gejala seperti bicara dan tertawa sendiri, teriak-teriak,
keluyuran dan tidak mampu mengurus dirinya sendiri. Halusinasi akan muncul
17
muncul tambah parah jika tidak ada kepatuh minum obat secara teratur sehingga
dapat memicu terjadinya kekambuhan pada pasien itu sendiri, dan ketidakpatuhan
minum obat dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga yang kurang (Yosep, 2011
dikutip Suheri, 2014). Hal tersebut dapat dicegah apabila keluarga mengetahui
tanda dan gejala awal halusinasi. Pengetahuan keluarga tentang halusinasi akan
5. Tahapan Halusinasi
Tahap Karakteristik Perilaku
Nonpsikotik
Tahap II a) Pengalaman sensori a) Adanya peningkatan
(Condeming) yang menakutkan denyut jantung,
a) Menyalahkan b) Merasa dilecehkan tekanan darah, dan
b) Tingkat oleh pengalaman pernafasan.
kecemasan berat, tersebut. b) Konsentrasi terhadap
pada secara c) Kecemasan pengalaman sensori
umum halusinasi meningkat, melamun kerja
menyebabkan d) Mulai dirasakan ada c) Klien asyik dengan
perasaan bisikan yang tidak halusinasi dan tidak
antipasti jelas bisa membedakan
e) Menarik diri dari realitas
orang lain
Psikotik Ringan
18
pelaksanaan pada pasien halusinasi atau keluarga kita perlu mengetahui dan
a. Faktor Predisposisi
a) Faktor perkembangan.
c) Faktor psikologis.
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran
d) Faktor biologis.
e) Faktor genetic.
f) Faktor biokimia.
halusinasi.
b. Faktor Presipitasi
a) Perilaku/sikap.
Perilaku yang muncul harga diri rendah, tidak percaya diri, merasa gagal,
b) Lingkungan.
trasfortasi.
21
c) Kesehatan.
Faktor pencetus dalam kesehatan ini yang muncul meliputi: nutrisi kurang,
kesehatan.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) dikutip Muhith (2015) menyatakan bahwa
selain mengenal beberapa jenis halusinasi dan tanda gejalanya perawat harus
mengetahui isi halusinasi, waktu dan frekuensi halusinasi, situasi pencentus, serta
a) Isi halusinasi
Isi halusinasi tersebut dapat dikaji suara siapa yang didengar, bentuk
bayangan seperti apa yang dilihat, bau seperti apa yang tercium, rasa apa yang
halusinasi muncul berapa hari sekali, seminggu atau sebulan halusinasi itu
Apakah pasien mengalami halusinasi pada saat sendiri atau setelah terjadian
tertentu?
22
d) Respon pasien.
bantuan orang lain atau sudah tidak berdaya lagi terhadap halusinasi tersebut.
8. Standar Pelaksanaan
Menurut Tim MPKP & Diklat Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provensi Sumatra
a. Pasien
SP 1 :
b. Keluarga
SP I :
SP II :
halusinasi.
24
SP III :
pendengaran yaitu gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat anti
1) CPZ (Clorpromazine).
sehari, dan efek samping dari obat ini lesu, ngantuk, mulut kering,
2) THP (Trihexiphenidyl).
emosional, mual, perasaan gelisah, tremor dan lesu. Dosis awal obat
THP sebaiknya renah 12,5 mg diberikan tiap 2 minggu, bila ada efek
3) HLP (Haloperidol).
serta masalah kejiwaan lainnya. Efek samping dari obat ini mulut
terasa kering, sakit kepala, sakit perut, perubahan BB, sulit BAK,
1. Pengkajian
c. Faktor predisposisi.
3) Faktor sosial budaya yaitu isolasi sosial pada usia lanjut, cacat
5) Faktor genetik.
d. Perilaku .
e. Fisik
berlebihan.
g. Status emosi: afek tidak sesuai, malu, panik dan ansietas berat.
dan stresor.
2. Analisis Data
3. Pohon masalah
4. Diagnosa Keperawatan
5. Rencana Intervensi
b) Tindakan keperawatan
berikut.
a) Menghardik halusinasi.
a. Tujuan
maupun di rumah.
b. Tindakan keperawatan
lanjutan klien.
7. Evaluasi
1. Kepatuhan
a. Pengertian
derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya.
situasi klinis tertentu, sifat penyakit dan progam pengobatan (Kaplan &
pengobatan secara benar dari perawat atau dokter (Kaplan & sadock, 2012).
32
sosial yang rendah membuat penderita untuk menentukan hal yang lebih
3) Faktor penyakit
Pada faktor ini pasien cenderung menjadi putus asa dengan lamanya
penyakit yang dialami sehingga progam terapi menjadi lama dan tidak
yang disebabkan suatu penyakit dan kepatuhan dapat lebih baik, serta
Menurut Potter dan Perry (2005) terdapat beberapa prinsip pemberian obat
adalah:
1) Benar pasien
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non
kepada keluarganya.
2) Benar obat
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya
harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat
yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak
Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini
3) Benar dosis
perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun
4) Benar cara/rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta
5) Benar waktu
Informasi ini diberikan agar awitan kerja obat, efek puncaknya, dan durasi
darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
2. Ketidakpatuhan
a. Pengertian
dkk, 2015).
b. Jenis-Jenis Ketidakpatuhan
c. Akibat Ketidakpatuhan
atau rawat jalan yang tidak terjadwal. Kekambuhan adalah dimana kondisi
38
atau puyer
D. Keluarga
1. Pengertian
dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi,
dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. Keluarga juga
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disatu atap dalam keadaan saling
a. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
2. Peran Kelurga
memberikan perhatian langsung pada setiap keadaan pasien baik sehat maupun
Oleh karna itu keluarga sangat penting untuk mengetahui obat dan efek samping
obat. Diharapkan keluarga mengentahui manfaat obat, jenis, dosis, waktu, cara
pemberian, dan efek samping obat. Kondisi halusinasi dalam perawatan dan
40
bagaimana klien dengan halusinasi tahu manfaat obat, kemudian mau minum
3. Dukungan keluarga
keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan
keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan suami, istri,
atau dukungan dari saudara kandung, dan dapat juga berupa dukungan eksternal
a. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
mengurangi putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dan
menjadi faktor sangat penting untuk upaya perawatan dan pengobatan dalam
pembentukan emosional.
b. Dukungan informasi
masalah. Manfaat dari dukungan ini dapat menekan munculnya suatu stresor
khusus pada individu. Aspek dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran,
dialaminya dan menjelaskan cara perawtan yang tepat pada klien halusinasi
keadaan ini dapat mengakibatkan munculnya rasa permisis dan putus asa
c. Dukungan instrumental
kesehatan penderitaan dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan
memeriksa kesehatannya.
d. Dukungan penilaian
berharga dan berati serta bermakna bagi keluarganya, dan klien halusinasi
akan merasa bahwa dirinya masih sangat dibutuhkan oleh orang lain
terdapat hubungan positif antara fungsi keluarga dengan kepatuhan minum obat,
(resolve):
dan saran dari anggota keluarga yang lain, dalam hal ini berarti keluarga ikut
serta membantu dan memberi dukungan pasien untuk patuh minum obat.
keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh anggota keluarga tersebut,
berarti keluarga membantu pasien untuk ikut berbagi dalam berbagai masalah
dorongan dan bantuan untuk patuh minum obat dapat memunculkan kualitas
sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mendengar dan
meliputi:
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berati. Orang tua perlu
Tugas ini adalah upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang
tinggalnya.
atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan
pertolongan pertama.
sebagai media rujukan untuk merujuk pasien ke tempat rumah sakit jiwa
1. Pengertian
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
NOMOR: 812, 2007; dikutip Fitria 2010). Masalah psikologis yang dialami
penderita penyakit terminal tidak bisa diabaikan karena bisa berlanjut menjadi
gangguan jiwa berat. Untuk mengatasi masalah psikotogis ini perlu pendekatan
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita dan juga bisa memperbaiki prognosa
kematiannya.
e) Menyediakan support sistem bagi keluarga selama penderita sakit dan setelah
kematiannya.
Menurut Chairn dan Yates (2003) dikutip Suryani (2013) menyatakan bahwa
b) Puskesmas.
d) Rumah sakit.
F. Pendidikan Kesehatan
pasien dan keluarga, supaya keluarga tahu dan mengerti pentingnya minum obat
dengan benar yang telah diresepkan untuk kesembuhan pasien tersebut (Misnan,
sakit ataupun dirumah pasien dalam rangka untuk membantu pasien dan keluarga
(Notoatmodjo; 2010).
dalam proses perubahan pada diri seseorang (individu, keluarga dan masyarakat),
media edukasi yang mengunakan berupa flipchart dan leaflet. Flipchart digunakan
dasar yang direncanakan serta untuk belajar teoritis yang dapat memberikan
kesempatan bagi individu, kelompok dan masyarakat untuk menerima informasi dan
keahlian yang diperlukan dalam mengambil keputusan untuk kesehatan (Pardede &
Sireger, 2015).
2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalanya, dengan sumber
daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar.
3) Menentukan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup
G. Penelitian Terkait
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Independen
Pendidikan kesehatan
keluarga tentang kepatuhan
minum obat
Dependen Dependen
2. Faktor penderita
3. Faktor penyakit
4. Faktor terapi
5. Faktor tim kesehatan
Variabel Confounding
B. Desain Penelitian
posttest”. Rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi melakukan
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah frekuensi halusinasi pada pasien
tentang kepatuhan minum obat yang dilakukan peneliti setelah observasi pertama
01 X 02
Keterangan:
minum obat
C. Hipotesis
(Natoatmodjo, 2012).
Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka dapat dilihat
Palembang.
Palembang.
minum obat pada pasien skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dapat diteliti
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga pasien skizofrenia yang
memiliki tanda dan gejala halusinasi yang berjumlah 30 pasien di Poli Klinik
2. Sampel
dengan pemilihan sampel sesuai tujuan peneliti dari populasi yang memenuhi
15 responden.
3. Kriteria Sampel
Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
yang dapat diambil sebagai sampel, sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri
a. Kriteria inklusi
1) Keluarga dari pasien skizofrenia yang memiliki tanda dan gejala halusinasi,
3) Keluaga dari pasien lama yang menggunakan asuransi BPJS (1 kali per
7) Memiliki kemampuan baca tulis yang baik dan mau kerja sama.
b. Kriteria eksklusi
1) Kelurga dari pasien skizofrenia yang memiliki tanda dan gejala penyakit
F. Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Poli Klinik Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Palembang. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A, dengan jumlah
kunjungan pasien yang cukup tinggi pertahunnya serta rumah sakit ini juga menjadi
G. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan bulan mei yang dimulai dari pengumpulan data,
H. Etika Penelitian
manusia, maka peneliti harus memahami hak dan dasar manusia. Manusia memiliki
a) Prinsip manfaat
Dengan berperinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian yang
Penelitian ini dapat memberi manfaat terutama bagi petugas kesehatan rumah
sakit.
Manusia memiliki hak yang mulia yang harus dihormati, karena manusia
berhak menentukan pilihan antara mau dan tidak mau di ikut sertakan menjadi
c) Prinsip keadilan
menghargai hak, menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan
62
observasi untuk semua kelurga pasien yang memiliki tanda dan gejala
maksut dan tujuan penelitian, serta mengerti akan dampaknya. Jika responden
responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak dan keputusan
responden tersebut.
pada lembar alat ukur. Peneliti hanya menuliskan kode atau inisial pada lembar
f) Confidentiality (kerahasiaan)
lainnya yang berkaitan dengan hasil dari responden. Semua informasi yang
1. Data Primer
melalui lembar kuesioner dan lembar observasi. Lembar kuesioner yaitu data
b) Dukungan keluarga
emosional yang terdiri dari 4 pertanyaan yaitu nomor 1-4, dukungan informasi
empat pilihan alternatif jawaban yang terdiri dari Selalu, Sering, Jarang dan
Tidak Pernah dengan menggunakan skala likert. Bobot nilai yang diberikan
Banyak kelas
64
dan nilai terendah yang mungkin diperoleh adalah 0, maka rentang kelas
Nara (2014). Skor didapat berdasarkan nilai mean jika A = nilai 2, B= nilai 1.
Akses Sulit (skor dibawah rata-rata) dan akses mudah (skor diatas rata-rata).
d) Frekuensi halusinasi.
peneliti menggunakan lembar observasi 2 pertanyaan nilai 0-4 dan rentan 0-8.
Dengan hasil tinggi = 6-8x dalam seminggu, sedang = 3-5x dalam seminggu,
2. Data Sekunder
kunjungan pasien di Poliklinik/ rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar
Palembang.
65
a) Tahap persiapan
penelitian dan fokus permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi
kunjungan pasien skizofrenia rawat jalan dan data jumlah pasien yang
kriteria inklusi dengan cara melihat data melalui status pasien, membuat daftar
pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian menjelaskan proses dan
responden penelitian.
66
b) Tahap Pelaksanaan
1) Pre-test
Bahar Palembang.
2) Intervensi
manfaat dan efek samping obat pada pasien halusinasi, cara mengontrol
obat.
67
pertanyaan keluarga.
menjawab pertanyaan.
3) Post-test
memberikan bingkisan yang diberikan pada saat intervensi dan posttest serta
K. Analisis Data
1. Pengolahan Data
2012):
a. Editing
data. Peneliti memastikan bahwa data yang diperoleh baik atau benar,
artinya data tersebut telah terisi semua dan dapat dibaca dengan baik.
Hal ini dilakukan dengan meneliti tiap lembar kuesioner dan lembar
b. Coding
hari. Adapun pemberian coding dalam penelitian ini meliputi usia (1. Remaja
Dukungan baik), akses pelayanan kesehatan (1. Akses sulit 2. Aksis mudah).
69
d. Cleaning
2. Analisis Data
a. Analisis univariat
b. Analisis bivariat
ordinal. Variabel confounding penelitian ini yaitu dukungan keluarga dan akses
dengan tingkat kepercayaan 95%, dijumpai nilai expected count kurang dari 5
(E< 5) maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji Chi-square tidak
Penelitian ini menggunakan α = 0,05 sehingga jika p value < 0,05 (Dahlan,
2012).
71
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Visi : Rumah sakit Ernaldi Bahar sebagau pusat rujukan pelyanan dan pendidikan
Misi :
prasarana.
NAPZA.
Jumlah pegawai pada tahun 2017 yaitu 390 orang. Pegawai terdiri dari
berbagai disiplin ilmu baik dokter spesialis, perawat dan tenaga kesehatan dan
3. Jumlah Pelayanan
Pelayanan yang dilakukan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar yakni terdiri dari
pelayanan gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, kesehatan jiwa anak, remaja,
Layanan rawat inap mempunyai kapasitas sebanyak 250 tempat tidur, dengan
rata-rata pasien dirawat perhari sebanyak 245 orang. Poliklinik rawat jalan rata-
B. Hasil Penelitian
data dilakukan pada tanggal 17 sampai 31 Mei tahun 2017 dengan total 15 sampel.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh menggunakan kuesioner dan lembar
adanya persepakatan antara peneliti dan keluarga pasien. Hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
73
1. Analisa Univariat
kesehatan keluarga tentang kepatuhan minum obat. Tujuan analisis ini adalah
Tabel 4.1
Umur Responden Di Poliklinik Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2017
Total 15 100%
sebagian besar berusia 26-35 tahun dan 45-55 tahun dengan kategori dewasa
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Pendidikan Responden Di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2017
No. Pendidikan Frekuensi Persentase
1. Rendah 4 25.0%
2. Sedang 8 53.3 %
3. Tinggi 3 18.8 %
Total 15 100 %
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan
persentase 53.3 %.
75
Tabel 4.4
Pendapatan Responden Di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2017
No. Pendapatan Frekuensi Persentase
1. Tinggi 2 12.5 %
2. Sedang 8 53.3 %
3. Rendah 5 31.2%
Total 15 100 %
persentase 53.3%.
Tabel 4.5
Total 15 100 %
dengan pasien yaitu keluarga lainnya seperti bibik, paman, nenek dan kakek
Total 15 100 %
Tabel 4.7
Frekuensi Halusinasi Setelah Pendidikan Di Poliklinik Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2017
No. Frekuensi Halusinasi Frekuensi Persentase
Setelah
1. Sedang 4 26.7 %
2. Rendah 11 73.3 %
Total 15 100 %
73.3%.
2. Analisa Bivariat
Tabel 4.2
Dukungan 1 3 4 0.01
Cukup 25.0% 75.0 % 100.0 %
Dukungan 1 8 9
Baik 11.1% 88.9 % 100.0 %
Total 4 11 15
26.7 % 73.3 % 100.0 %
value sebesar 0.001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0.05) dukungan keluarga
Palembang.
Tabel 4.3
4 11 15
Total 26.7 % 73.3 % 100.0 %
bermakna diperoleh nilai p-value sebesar 0.002 besar dari nilai alpha (0.05)
yang berarti tidak ada hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan
Bahar Palembang.
79
Tabel 4.8
kesehatan.
1. Analisis Univariat
a. Usia
Dalam penelitian ini usia keluarga dari pasien halusinasi yang sedang
awal (26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun) dan lansia awal (45-55).
80
pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Pemda dengan hasil sebagian
besar rentang usia responden lebih banyak dewasa awal dan akhir yaitu
Hal ini dapat terjadi, umur yang lebih dewasa lebih memiliki banyak
b. Jenis Kelamin
penelitian ini jenis kelamin digolongkan menjadi dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan. Hal ini disebabkan karna perempuan memiliki peran penting
c. Pendidikan
yaitu rendah (tidak sekolah dan SD), sedang (SMP dan SMA), tinggi
d. Pendapatan
Pekerja (UMP) Provensi Sumatra Selatan yaitu pendapatan tinggi jika (Rp. >
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu,
Penelitian ini di kategorikan yaitu ayah, ibu, adek, kakak dan keluarga lainnya
merawat pasien.
2. Analisis Bivariat
Tanda halusinasi adalah bicara, senyum dan tertawa sendiri, tidak dapat
membedakan nyata dan tidak nyata, tidak dapat memusatkan perhatian dan
membuat keputusan, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, tidak mampu
mengurus diri secara mandiri, menarik diri dan menghindar dari orang lain,
wajah merah dan pucat, tekanan darah meningkat, nadi cepat dan banyak
melihat, mengecap, mencium, dan merasa sesuatu yang tidak nyata, mudah
tersinggung dan menyalahkan diri sendiri dan orang lain (Townsend, 1998
kategori tinggi, kategori sedang dan kategori rendah. Kekambuhan yang tinggi
banyak yang sibuk akan pekerjaannya, tidak tahu pentingnya minum obat
bahwa ekspresi emosi yang terlalu tinggi dan memarahi pasien skizofrenia
munculnya frekuensi halusinasi yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan pasien
anggota keluarga ikut berperan aktif dalam perawatan pasien dan harus
dukungan dari keluarga untuk sembuh misalnya kepatuh minum obat secara
(17%). Uji analisis pada penelitian ini H0 ditolak karena p-value lebih kecil
dengan Nadia (2012) di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa`anin
pasien schizophrenia ini juga dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
kehidupan pasien lebih berharga dan berati serta bermakna bagi keluarganya,
pasien halusinasi akan merasa bahwa dirinya masih sangat dibutuhkan oleh
orang lain.
pelayanan sulit karena lokasi rumah sakit untuk melakukan pengobatan terlalu
Balai dan Kertapati. Sedangkan untuk akses mudah tempat tinggal responden
berada di Sekip, KM.12, KM.5, dan Jln. M.Isa 8 ilir. Akses pelayanan sulit
dikarenakan sarana transportasi dan biaya yang diperlukan mahal dilihat dari
kecepatan, lama dan jarak yang ditempuh, sehingga dengan demikian hal
sehingga timbulnya perasaan yang senang dan lega yang dirasakan oleh pasien
Pasien halusinasi akan dibawa kerumah sakit biasanya dalam kondisi akut
Halusinasi juga akan muncul tambah parah jika tidak ada kepatuh minum obat
secara teratur sehingga dapat memicu terjadinya kekambuhan pada pasien itu
mengetahui tanda dan gejala awal halusinasi (Yosep, 2011 dikutip Suheri,
2014).
halusinasi dan kepatuhan minum obat yang harus diterapkan pada pasien
misalnya jadwal pemberian obat. Pasien yang tidak patuh akan mengalami
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pardede & Sireger
gejala lainnya agar tidak muncul tanda dan gejala halusinasi sehingga dapat
ditunjukan kepada individu atau kelompok yang bertujuan agar individu atau
kesehatan yang lebih baik lagi sehingga mereka bisa meningkatkan kesehatan
arah yang lebih baik lagi sehingga bisa secara mandiri mengatasi masalah
waktu dan dosis yang tepat karena pengobatan hanya akan efektif apabila
teratur dan sesuai dengan dosis, klien mampu sembuh dari penyakitnya
yang mengubah kognitif dan perilaku klien sehingga patuh minum obat.
kesehatan ini, peneliti menggunakan alat dan media. Alat yang digunakan
pada penelitian ini diantaranya adalah lembar kuesioner dan lembar observasi
keluarga, akses pelayanan kesehatan, alat tulis dan alat untuk dokumentasi
tahap, yaitu persiapan, orientasi, kerja dan terminasi. Langkah awal yang
segala sesuatu yang diperlukan seperti alat dan media. Sebelum memulai
kegiatan peneliti juga perlu menyampaikan tujuan dari kegiatan serta prosedur
ke tahap kerja.
Pada tahap ini lah peneliti akan mengukur frekuensi halusinasi pasien
tersebut menggunakan lembar kuesioner, pada tahap ini peneliti yang akan
dirumah sakit ataupun dirumah pasien dalam rangka untuk membantu pasien
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Pardede & Sireger (2015)
menerima pujian, cara mengeluh dan menghadapi keluhan, cara menolak, cara
keluarga pasien skizofrenia khususnya pasien yang memiliki tanda dan gejala
dan motivasi yang diberikan keluarga kepada pasien, hal tersebut sangat
pasien skizofrenia.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan
yaitu:
kontrol ulang tidak mau melakukan komunikasi dengan peneliti, sehingga peneliti
4. Terdapat satu pasien skizofrenia lainnya di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
salah satu responden hanya sebagian dikarnakan responden takut dengan amukan
pasien tersebut.
93
BAB V
A. Kesimpulan
kesehatan keluarga tentang kepatuhan minum obat terhadap fekuensi halusinasi pada
pasien skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun 2017,
pasien skizofrenia
halusinasi.
94
B. Sarana
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang
Hasil penelitian ini dapat mejadi referensi atau bahan masukan bagi
3. Bagi responden
selanjutnya, disarankan untuk meneliti apa saja faktor yang berhubungan dengan