Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN

PENYELESAIAN
PROYEK KONSTRUKSI
(STUDI KASUS DI KABUPATEN MERANGIN)

1. PENDAHULUAN
Keterlambatan pelaksanaan proyek telah menjadi fenomena diberbagai dunia, dapat
dilihat dimana hampir 60 – 70% proyek konstruksi mengalami keterlambatan. Indonesia
sendiri sebagai negara berkembang juga mengalami masalah yang sama seperti dalam sebuah
penelitian terbaru yang dilakukan oleh Alwi (2002) dalam Sugiharto Alwi dan Keith
Hampson (2003) kontraktor Indonesia menghadapi masalah dalam kaitannya dengan
penundaan jadwal dan keterlambatan penyelesaian proyek dan ini menjadi masalah serius
dalam konstruksi. Kabupaten Merangin merupakan salah satu daerah yang mengalami
masalah keterlambatan, oleh sebab itu penelitian ini mencoba melihat faktor-faktor
keterlambatan di Kabupaten Merangin yang secara historis, geografis, lingkungan dan type
konsrtuksi berbeda dengan daerah lainnya.

2. TINJAUAN LITERATUR
2.1 Analisis
Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan. Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data
besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan.
2.2 Keterlambatan Proyek
Menurut R. Amperawan Kusjadmikahadi (1999) dalam Santje Magdalena Iriyanto
keterlambatan proyek konstruksi berarti bertambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian
proyek yang telah direncanakan dan tercantum dalam dokumen kontrak. Keterlambatan
menurut Ervianto (2003) dalam Kisman Hasibuan dkk adalah sebagian waktu pelaksanaan
yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan sehingga menyebabkan satu atau
beberapa kegiatan mengikuti menjadi tertunda atau tidak dapat diselesaikan tepat sesuai
jadwal yang telah direncanakan.
2.3 Jenis-jenis Keterlambatan Proyek
Kraiem dan Dickman dalam Proboyo (1999) mengelompokkan penyebab keterlambatan
waktu pelaksanaan proyek antara lain:
1. Keterlambatan proyek yang dapat dimaafkan (excusable delay), yakni keterlambatan
proyek yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali baik oleh pemilik maupun
kontraktor.
2. Keterlambatan proyek yang tidak dapat dimaafkan (non excusable delay), yakni
keterlambatan proyek yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan kontraktor.
3. Keterlambatan proyek yang layak mendapat ganti rugi (compensable delay), yakni
keterlambatan proyek yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik.
4. Keterlambatan proyek yang tidak layak mendapat ganti rugi (non compensable
delay), yakni keterlambatan proyek yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan
kontraktor.
5. Critical atau non critical, keterlambatan proyek ini adalah akibat dari waktu progress
pelaksanaan proyek. Keterlambatan proyek yang tidak kritis (non critical delays), maka tidak
berdampak pada shcedulle project.
6. Pelaksanaan progress atau terjadinya pada waktu bersamaan (concurrent) atau non
concurrent. Hal ini terjadi ketika pemilik dan kontraktor yang bertanggung jawab atas
penyebab keterlambatan pekerjaan proyek.
2.4 Akibat Keterlambatan
Aibinu dan Jagboro (2002) dalam Wei (2010) mempelajari efek dari keterlambatan
pembangunan proyek pengiriman dalam industri konstruksi Nigeria mengidentifikasi terdapat
6 efek keterlambatan adalah:
1. Penambahan Waktu;
2. Penambahan Biaya;
3. Perselisihan;
4. Penyelesaian Perselisihan;
5. Jumlah ditinggalkan, dan
6. Litigasi.
2.5 Identifikasi Variabel Penelitian Awal
Untuk mendapatkan variabel penyebab keterlambatan telah menghasilkan rangkuman
sebanyak 45 yang dikaji melalui 6 aspek. Tinjauan studi pustaka telah diambil melalui studi-
studi terdahulu Kraiem dan Dickman (2009), Sweis, (2007), Le-Hoai et. al. (2007),
Sambasivan, (2007), Faridi, 2006, Assaf (2006), Aibinu, (2006), Lo (2006), Al- Moumani
(2000), Assaf et al. 1995, Koushki (2005), Frimpong (2003), Al-Khal (1999), Mezher et al.
(1998), yaitu :
Aspek Perencanaan dan Penjadwalan Pekerjaan
1. Penetapan jadwal proyek yang amat ketat oleh pemilik.
2. Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan yang harus ada.
3. Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu.
4. Penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama.
5. Rencana kerja pemilik yang sering berubahubah.
6. Metode konstruksi/pelaksanaan kerja yang salah atau tidak tepat.
Aspek Lingkup Dan Dokumen Pekerjaan (Kontrak)
7. Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap.
8. Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan.
9. Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan.
10. Proses pembuatan gambar kerja oleh kontraktor.
11. Proses permintaan dan persetujuan gambar kerja oleh pemilik.
12. Ketidak sepahaman aturan pembuatan gambar kerja.
13. Ada banyak (sering) pekerjaan tambah.
14. Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai.
System Organisasi, Koordinasi Dan Komunikasi
15. Keterbatasan wewenang personil pemilik dalam pengambilan keputusan.
16. Kualifikasi personil/pemilik yang tidak professional dibidangnya.
17. Cara inspeksi dan kontrol pekerjaan yang birokratis oleh pemilik.
18. Kegagalan pemilik mengkoordinasi pekerjaan dari banyak kontraktor/sub kontraktor.
19. Kegagalan pemilik mengkoordinasi penyerahan/penggunaan lahan.
20. Keterlambatan penyediaan alat/bahan dll yang disediakan oleh pemilik.
21. Kualifikasi dan teknis manajerial yang buruk dari personil-personil dalam organisasi kerja
kontraktor.
22. Koordinasi dan komunikasi yang buruk antar bagian-bagian dalam organisasi kerja kontraktor.
23. Terjadinya kecelakaan kerja.
Aspek Kesiapan/Penyiapan Sumber Daya
24. Mobilisasi sumber daya (bahan, alat, tenaga kerja) yang lambat.
25. Kurangnya keahlian dan ketrampilan serta motivasi kerja para pekerja- pekerja yang langsung di
lapangan.
26. Jumlah pekerja yang kurang memadai/sesuai dengan aktifitas pekerjaan yang ada.
27. Tidak tersedianya bahan yang secara cukup pasti/layak sesuai kebutuhan.
28. Tidak tersedianya alat/peralatan kerja yang cukup memadai/sesuai kebutuhan.
29. Kelalaian/keterlambatan oleh pekerjaan sub kontraktor.
30. Pendanaan kegiatan proyek yang tidak terencana dengan baik (kesulitan pendanaan di kontraktor).
31. Tidak terbayarnya kontraktor secara layak sesuai haknya. (kesulitan pembayaran oleh pemilik).
Aspek Sistem Inspeksi, Kontrol Dan Evaluasi Pekerjaan
32. Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal.
33. Proses permintaan dan persetujuan contoh bahan oleh pemilik yang lama.
34. Proses pengujian dan evaluasi uji bahan dari pemilik yang tidak relevan.
35. Proses persetujuan ijin kerja yang bertele-tele.
36. Kegagalan kontraktor melaksanakan pekerjaan.
37. Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena cacat/tidak benar.
38. Proses tata cara evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama dan lewat jadwal yang disepakati.
Aspek Lain-Lain (Aspek Diluar Kemampuan Pemilik Dan Kontraktor)
39. Kondisi dan lingkungan tapak ternyata tidak sesuai dengan dugaan.
40. Transportasi ke lokasi proyek yang sulit.
41. Terjadi yang hal-hal yang tidak terduga seperti kebakaran, banjir, badai/angin ribut, gempa bumi,
tanah longsor, cacat amat buruk.
42. Adanya pemogokan buruh.
43. Adanya huru hara/kerusuhan, perang.
44. Terjadinya kerusakan/pengerusakan akibat kelalaian atau perbuatan pihak ketiga.
45. Perubahan situasi atau kebijaksanaan politik/ekonomi pemerintah.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Agar hasil penelitian dapat menghasilkan dan digeneralisasikan pada populasi dimana sampel
tersebut diambil maka penelitian ini dilakukan pada sampel yang diambil secara random
melalui pendekatan Metode Kuantitatif.
3.2 Pengumpulan Data
a. Jenis-jenis Data
Teknik pengumpulan data meliputi data primer berupa data yang diperoleh langsung
dari hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap
berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan data sekunder dengan menggunakan
kajian pustaka dan kajian literature untuk mendapatkan faktor dan variable berasal dari jurnal
internasional.
b. Populasi dan Sample
Penentuan sampel penelitian digunakan teknik sampling random sederhana (Simple Random
Sampling). Cara ini dimaksudkan karena anggota populasi homogen. Ukuran sampel dalam
penelitian mengacu pada Isaac dan Icheal sebagai berikut :
c. Kuisioner
Penelitian ini dengan menggunakan kuisioner tertutup dengan menggunakan skala
Likert. Dalam peneliti ini, peneliti tidak memberikan alternatif jawaban dan pertanyaan
dengan jawaban tertutup adalah sebaliknya, yaitu semua alternatif jawaban responden sudah
disediakan oleh peneliti. Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang dianggapnya
sesuai.
3.3 Pengumpulan Data
Untuk mengolah berbagai type statistik analisa ini menggunakan bantuan program SPSS
versi 21.
a. Analisis Faktor
Analisis faktor adalah suatu analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan
dalam menjelaskan suatu masalah.
Model Analisis Faktor:
X1-1 = 11F1+12F2+...+1mFm+1
X2-2 = 21F1+22F2+...+2mFm+2
Xp-p = p1F1+p2F2+...+pmFm+m
dimana :
X = vektor peubah asal
= vektor rata-rata peubah asal
L = matrik loading faktor
F = vektor faktor bersama
= vektor faktor spesifik
b. Analisa Realibilitas
Analisa Realibilitas adalah menunjukkan kemampuan suatu alat ukur dapat dipercaya.
Uji reabilitas dapat dilakukan dengan realibiltas internal yaitu dengan menganalisa dan
mengolah data dari suatu percobaan dengan menggunakan model Coefficient
Alpha/Conbach’s Alpha.
=
−1
1−
Σ²
Σ²
dimana :
ri = Reliabilitas
k = banyak butir pertanyaan
ΣSi² = jumlah varian butir ke-i
Σ St² = varians total
c. Analisis Frequencies
Statistik deskripsi lebih berhubungan dengan pengumpulan data dan peringkasan
data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Data-data statistik yang bisa diperoleh dari
hasil servei, umumnya masih acak, “mentah” dan tidak terorganisir dengan baik (raw data).
Data-data tersebut harus diringkas dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau
presentasi grafis, sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputussan (Statistik Inferensi).
d. Analisis Mean
Analisa ini digunakan untuk mendapatkan variable yang panting dan berpengaruh dengan
penelitian. Mean merupakan angka yang diperoleh dengan membagi nilai-nilai (X) dengan
jumlah indipidu (n) semakin besar nilai mean berarti semakin besar juga pengaruh yang
diberikan, begitu juga sebaliknya.
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
a. Penentuan Jumlah Sampel

b. Analisa Faktor
Dari hasil analisis didapat faktor-faktor penyebab keterlambatan konstruksi, adalah
sebagai berikut :
1. Sistem Keselamatan Kerja, Manajemen Keuangan Pemilik, Proses Pelaksanaan dan
Kebijakan Pemerintah
a. Terjadinya kecelakaan kerja
b. Tidak terbayarnya kontraktor secara layak sesuai haknya (kesulitan pembayaran oleh
pemilik)
c. Proses persetujuan ijin kerja yang bertele-tele
d. Kegagalan kontraktor melaksanakan pekerjaan
e. Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena cacat/tidak benar
f. Proses tata cara evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama dan lewat jadwal yang disepakati.
g. Kondisi dan lingkungan tapak ternyata tidak sesuai dengan dugaan
h. Adanya pemogokan buruh
i. Perubahan situasi atau kebijaksanaan politik/ekonomi pemerintah
2. Manajemen Kontraktor
a. Kualifikasi personil/pemilik yang tidak professional dibidangnya
b. Kualifikasi dan teknis manajerial yang buruk dari personil-personil dalam organisasi kerja
kontraktor
c. Kurangnya keahlian dan ketrampilan serta motivasi kerja para pekerja-pekerja yang
langsung di lapangan
d. Tidak tersedianya alat/peralatan kerja yang cukup memadai/sesuai kebutuhan
e. Tidak tersedianya alat/peralatan kerja yang cukup memadai/sesuai kebutuhan
f. Kelalaian/keterlambatan oleh pekerjaan sub kontraktor
g. Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal
h. Proses permintaan dan persetujuan contoh bahan oleh pemilik yang lama
3. Manajemen Keuangan Kontraktor dan Aspek Diluar Kemampuan Pemilik dan
Kontraktor
a. Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan yang harus ada
b. Keterbatasan wewenang personil pemilik dalam pengambilan keputusan
c. Pendanaan kegiatan proyek yang tidak terencana dengan baik (kesulitan pendanaan di
kontraktor)
d. Transportasi ke lokasi proyek yang sulit
e. Adanya huru hara/kerusuhan, perang
f. Terjadinya kerusakan/pengerusakan akibat kelalaian atau perbuatan pihak ketiga.
g. Mobilisasi sumber daya (bahan, alat, tenaga kerja) yang lambat
4. Aspek Perencanaan
a. Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan
b. Ketidak sepahaman aturan pembuatan gambar kerja
c. Ada banyak (sering) pekerjaan tambah.
d. Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai.
e. Tidak tersedianya bahan yang secara
cukup pasti/layak sesuai kebutuhan
5. Manajemen Komunikasi dan Mobilisasi
a. Koordinasi dan komunikasi yang buruk antar bagian-bagian dalam organisasi kerja
kontraktor
b. Mobilisasi sumber daya (bahan, alat, tenaga kerja) yang lambat
d. Analisis Frequencies
Dari hasil analisis faktor dan realibilitas selanjutnya dilakukan analisis frequencies
untuk mendapatkan nilai mean, menghasilkan nilai F1:2,6, F2:3,13, F3:2,44, F4:2,7 dan
F5:2,68. Berdasarkan nilai frequencies didapat nilai mean paling tinggi untuk analisis ini data
kurang dari ≥ 3 dieleminasi sehingga didapatkan variable yang berpengaruh F3 : 3,13. Dari
hasil analisis didapat faktor-faktor yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap
keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi adalah
Faktor Manajemen Kontraktor , sebagai berikut :
1. Kualifikasi personil/pemilik yang tidak professional dibidangnya
2. Kualifikasi dan teknis manajerial yang buruk dari personil-personil dalam organisasi kerja
kontraktor
3. Kurangnya keahlian dan ketrampilan serta motivasi kerja para pekerja-pekerja yang
langsung di lapangan
4. Tidak tersedianya alat/peralatan kerja yang cukup memadai/sesuai kebutuhan
5. Kelalaian/keterlambatan oleh pekerjaan sub kontraktor
6. Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal
7. Proses permintaan dan persetujuan contoh bahan oleh pemilik yang lama
5. PENUTUP
a. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi penyebab keterlambatan
dalam proyek konstruksi berdasarkan pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan,
dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian ini, yaitu :
1. Terdapat 5 faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek adalah faktor Sistem
Keselamatan Kerja, Manajemen Keuangan Pemilik, Proses Pelaksanaan dan Kebijakan
Pemerintah, faktor Manajemen Kontraktor, faktor Manajemen Keuangan Kontraktor dan
Aspek Diluar Kemampuan Pemilik dan Kontraktor, faktor Aspek Perencanaan dan faktor
Manajemen Komunikasi dan Mobilisasi.
2. Faktor yang paling berpengaruh terdapat keterlambatan adalah faktor manajemen
kontraktor dan variabel paling berpengaruh adalah :
a. Kualifikasi personil/pemilik yang tidak professional dibidangnya
b. Kualifikasi dan teknis manajerial yang buruk dari personil-personil dalam organisasi kerja
kontraktor
c. Kurangnya keahlian dan ketrampilan serta motivasi kerja para pekerja-pekerja yang
langsung di lapangan
d. Tidak tersedianya alat/peralatan kerja yang cukup memadai/sesuai kebutuhan
e. Kelalaian/keterlambatan oleh pekerjaan sub kontraktor
f. Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal
g. Proses permintaan dan persetujuan contoh bahan oleh pemilik yang lama
b. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk penelitian yang akan datang
agar :
1. Mengidentifikasi faktor Proses pembuatan gambar kerja oleh kontraktor, pemahaman
aturan pembuatan gambar kerja dan ketersediaan alat/peralatan kerja yang cukup
memadai/sesuai kebutuhan sebagai faktor utama penyebab keterlambatan.
2. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh merupakan faktor utama paling berpengaruh dalam
pelaksanaan konstruksi, tetapi faktor yang dikategorikan berpengaruh belum tentu
menyebabkan keterlambatan, untuk itu diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruhnya jika faktor-faktor yang masuk kategori tingkat berpengaruhnya
terjadi.
3. Penelitian ini dapat dilanjutkan dalam menentukan perbaikan untuk mengurangi
keterlambatan berdasarakan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan dan hasil
penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengeluarkan kebijakan dengan membuat strategi
dalam mengatasi keterlambatan.

Anda mungkin juga menyukai