Anda di halaman 1dari 2

1.

dengan wawancara secara terstruktur dan tidak mendikte anak

a. introduksi (persiapan anak, jelaskan tujuan wawancara), perkenalan, dan membangun raport dengan
anak

b. penjelasan ground rules wawancara

c. narasi bebas (membebaskan anak untuk melakukan yg ia inginkan terlebih dahulu sebelum
wawancara, menilai kemampuan anak untuk menceritakan kejadian dengan latihan memori episodik)

d. pertanyaan-pertanyaan (memancing anak untuk menceritakan kejadian)

e. istirahat

e. menutup wawancara (menyimpulkan dengan mengungkap informasi yang sudah diberikan dan
berterima kasih kepada anak)

2. tidak mendikte, berbicara dengan bahasa sesuai usia anak, tidak memaksa anak untuk menjawab
pertanyaan (katakan jika memang tidak tahu jawabannya/tidak mau menjawab cukup katakan tidak
tahu/tidak mau menjawab agar anak tidak asal menjawab), terstruktur, harus meyakinkan anak bahwa
si anak tidak akan disakiti, membebaskan apa yang ingin dilakukan anak,

3. - usahakan mendapat informasi dari anak dengan menggunakan ahli/ yang kompeten, apabila tidak
ada bisa mewawancarai keluarga/pengasuh anak dengan syarat anak tidak boleh berada di ruangan
yang smaa, ikut mendengarkan, dan melihat reaksi orang yang ditanya agar psikis anak tidak
terpengaruh

- orientasi anak dan keluarga (jelaskan tujuan dan cara)

- menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak, dapat menggunakan media-media yang
dapat menarik perhatian anak

4. Periksa keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital anak

Pada pemeriksaan fisik kasus kekerasan perhatikan seluruh tubuh si anak untuk mencari luka-luka yang
ada pada tubuh anak dan cari kemungkinan penyebab luka, misalnya seperti luka bekas gigitan, setrika,
dll.

Pada pemeriksaan seksual cari riwayat/tanda penetrasi, persetubuhan, pengakuan adanya pelecahan
seksual atau bentuk kekerasan lainnya

Pada pemeriksaan psikis anak perhatikan efek kekerasan yang anak dapatkan, seperti misalnya anak
menjadi mudah ketakutan, panic, menangis, atau lebih waspada terhadap hal-hal kecil (perubahan
emosi dan perilaku), serta cek adanya keterhambatan fungsi fisik, mental, social.
5. -Konvensi Hak Anak yang telah disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
tanggal 20 November 1989

Berdasarkan Konvensi tersebut, berikut 10 hak yang wajib diberikan orangtua untuk anak yaitu:

1. Hak untuk bermain


2. Hak untuk mendapatkan pendidikan
3. Hak untuk mendapatkan perlindungan
4. Hak untuk mendapatkan nama (identitas)
5. Hak untuk mendapatkan status kebangsaan
6. Hak untuk mendapatkan makanan
7. Hak untuk mendapatkan akses kesehatan
8. Hak untuk mendapatkan rekreasi
9. Hak untuk mendapatkan kesamaan
10. Hak untuk berperan dalam pembangunan

- UU No. 35 tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak

- pasal 1 (2) : “Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.

- pasal 15 : “Setiap Anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:

a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;

b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;

c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;

d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur Kekerasan;

e. pelibatan dalam peperangan; dan

f. kejahatan seksual.

- UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, juga terdapat hak khusus anak yaitu pada bagian
kesepuluh, pasal 52 - 66

Anda mungkin juga menyukai