Anda di halaman 1dari 8

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyuluhan Pertanian

1. Pengertian Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian berasal dari kata penyuluhan dan pertanian (Ibrahim


dkk, 2003). Dijelaskan lebih lanjut bahwa secara harafiah bahasa penyuluhan berasal
dari kata “suluh” yang berarti “obor” atau “pelita” atau pemberi terang, sedangkan
pertanian didefinisikan sebagai proses produksi yang memanfaatkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman serta hewan.
Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan sosial, ekonomi dan
politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui
proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri
semua stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses
pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan
partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan (Mardikanto, 2009).
Penyuluhan juga dapat di artikan sebagai usaha yang dilakukan untuk
mengubah perilaku orang melalui kegiatan pendidikan sampai orang tersebut mau
dan mampu melakukan perubahan itu, sehingga terjadi peningkatan produktivitas
dalam usaha, pendapatan bertambah dan menjadi lebih sejahtera (Isbandi, 2011).
Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan
hidup (Undang-undang No. 16,2006).

2. Metode dan Teknik Penyuluhan

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk melakukan sesuatu pekerjaan
dengan melakukan langkah yang sistematis, artinya langkah pekerjaan dimulai
dengan pembuatan perencanaan, teratur, terarah dan berurutan, sehingga pekerjaan itu
berjalan efektif dan efisien. Dijelaskan lebih lanjut oleh Isbandi (2011) bahwa metode
penyuluhan adalah cara melakukan kegiatan penyuluhan untuk mengubah perilaku
sasaran dengan langkah yang sistematis.
Mardikanto dan Sutarni (2006), menyatakan bahwa metode penyuluhan
merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan. Dalam melaksanakan penyuluhan metode yang dipakai terdiri dari
metode pendekatan individu, surat menyurat, kunjungan atau anjangsana,
karyawisata, demonstrasi, pertemuan kelompok, kelompencapir, pertemuan umum
dan pameran. Penggunaan metode disesuaikan dengan kondisi dan materi yang
disampaikan.
Metode Penyuluhan Pertanian merupakan cara/teknik penyampaian materi
penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar
mereka tahu, mau, dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumber daya lainnya sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan
hidup (Permentan No. 52 Tahun 2009).
Teknik penyuluhan pertanian adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh
sumber atau penyuluh pertanian dalam memilih serta menata simbol dan isi pesan,
menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk
penyajian pesan (Kusnadi, 1999). Dijelaskan lebih lanjut bahwa bagi sasaran
penyuluhan pertanian, teknik penyuluhan pertanian berguna untuk memudahkan
menerima pesan. Teknik penyuluhan pertanian bagi penyuluh pertanian berguna
untuk mengembangkan bakat dalam bidang sastra dan kesenian, serta meningkatkan
kegencaran mengkomunikasikan inovasi dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan
pertanian.

3. Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan, pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin


dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat sasarannya. Adapun
materi penyuluhan yang disampaikan oleh seseorang penyuluh, pertama-tama harus
diingat bahwa materi tersebut harus selalu mengacu kepada kebutuhan yang telah
dirasakan oleh masyarakat sasarannya. (Mardikanto, 1993).
Dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2006, di sebutkan bahwa materi
penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh
kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi :
informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian
lingkungan. Dijelaskan lagi bahwa materi penyuluhan dalam bentuk teknologi
tertentu yang akan disampaikan kepada pelaku utama dan pelaku usaha harus
mendapat rekomendasi dari lembaga pemerintah, kecuali teknologi yang bersumber
dari pengetahuan tradisional.

4. Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah suatu benda yang dikemas sedemikian rupa untuk
memudahkan penyampaian materi kepada sasaran, agar sasaran dapat menyerap
pesan dengan mudah dan jelas. Jenis-jenis media penyuluhan dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu : a). Benda sesungguhnya dan tiruan, seperti benda
sesungguhnya, spesimen dan maket. b) Tercetak, seperti poster, folder, leaflet,
diagram dan buku. c) Audio, seperti kaset, MP3, CD, DVD dan d) audio visual,
seperti film, slide filem, video film, televisi dan komputer (Kementan, 2010).
Fungsi dan peran media dalam penyuluhan pertanian terutama media massa
adalah untuk membangkitkan perhatian agar sasaran penyuluhan pertanian menjadi
sadar akan inovasi yang diterimanya dan untuk menggugah hati agar sasaran
penyuluhan pertanian timbul minatnya untuk mengadopsi (Padmowihardjo, 2002).

5. Manfaat Penyuluhan

Isbandi (2011), mengemukakan bahwa manfaat penyuluhan adalah sebagai


berikut : a) menyebarkan inovasi baru pada jangkauan yang luas, b) dapat terjadi
perubahan perilaku baru, meningkatnya produksi dan produktivitas, meningkatkan
kehidupan, kesejahteraan dan kemakmuran yang lebih baik, c) tergunakannya
inovasi/teknologi baru (ilmu dan pengetahuan), d) terjalinnya hubungan antara
peneliti dan penerima/pengguna, e) Terbentuknya berbagai kemungkinan penelitian
yang berlanjut atau berkembangnya ilmu dan kegiatan penyuluhan khususnya dan
ilmu kegiatan lain pada umumnya.

6. Sasaran Penyuluhan Pertanian

Mardikanto (1993),menerangkan bahwa sasaran penyuluhan dapat dibedakan


menjadi 3 kelompok sasaran, yaitu : 1) sasaran utama, yaitu sasaran penyuluhan yang
secara langsung terlibat dalam kegiatan bertani dan pengelolaan usaha tani. Termasuk
dalam kelompok ini adalah petani dan keluarganya, 2) sasaran penentu dalam
penyuluhan pertanian, yaitu yang bukan pelaksana kegiatan bertani dan berusaha tani.
Termasuk dalam kelompok ini adalah penguasa (pemimpin wilayah), tokoh-tokoh
informal, para peneliti dan para ilmuwan serta lembaga perkreditan, dan 3) sasaran
pendukung penyuluhan pertanian, yaitu pihak-pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung tidak memiliki hubungan kegiatan dengan pembangunan pertanian,
tetapi dapat diminta bantuannya guna melancarkan penyuluhan pertanian.

7. Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Menurut Ibrahim, dkk (2003), evaluasi sebagai proses penentuan terhadap


hasil-hasil yang telah tercapai melalui aktifitas-aktifitas yang terencana dengan
maksud mencapai tujan akhir yang sangat berguna. Dalam semua kegiatan
evaluasi terdapat tiga unsur, pertama kita mengamati atau mengumpulkan data,
kedua kita menggunakan kriteria atau ukuran tertentu dalam pengamatan itu dan
ketiga kita membuat kesimpulan atau mengambil keputusan tertentu.
Menurut Mardikanto dan Sutarni (1999), bahwa evaluasi merupakan suatu
kegiatan atau proses pengumpulan keterangan dalam hubungannya dengan
perbaikan perencanaan berikutnya yang lebih lanjut evaluasi tidak hanya sekedar
menilai tetapi harus berdasarkan keterangan atau fakta menurut ukuran-ukuran
yang obyektif.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas


Menurut Dahlan (2015) validitas adalah derajat ketepatan/kelayakan
instrumen yang digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur serta sejauh
mana instrumen tersebut menjalankan fungsi pengukurannya. Validitas
merupakan produk dari validasi. Validasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh
penyusun atau pengguna instrumen untuk mengumpulkan data secara empiris
guna mendukung kesimpulan yang dihasilkan oleh skor instrumen. Sedangkan
validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya.
Dalam mengukur validitas perhatian ditujukan pada isi dan kegunaan instrumen.
Validitas terdiri dari validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal
meliputi validitas konstruk dan validitas isi, sedangkan validitas eksternal meliputi
validitas empiris yang di dalamnya ada validitas kongkuren, validitas prediktif,
dan validitas sejenis.
Menurut Dahlan (2015), reliabilitas diartikan dengan keajekan
(konsistensi) bila mana tes tersebut diuji berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya
setelah hasil tes yang pertama dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapat
hasil korelasi yang signifikan. Derajat hubungan ini ditunjukkan dengan koefesien
reliabilitas yang bergerak dari 0 sampai dengan 1. Jika koefesiennya semakin
mendekati 1 maka semakin reliabel dan sebaliknya. Pada umumnya para ahli
memberikan standar minimal koefesien reliabilitas sama atau lebih besar dari 0.6.

9. Pengertian Respons

Respons adalah tanggapan atau reaksi mereka terhadap adanya


tekhnologi/inovasi baru yang berupa pengetahuan (kognitif), sikap (Afektif), dan
keterampilan (psikomotorik). (Suryabrata, 2005).
Respons merupakan tanggapan, reaksi dan jawaban, pengertian respons
tersebut mengandung penjelasan bahwa tidak hanya sekedar suatu tanggapan atau
reaksi, tetapi juga disertai adanya kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan
sikap terhadap suatu kejadian atau objek. Tanggapan atau reaksi ini mungkin
terarah pada benda, orang, peristiwa, lembaga dan norma atau nilai tertentu
(Gibson, 1996 dalam Widodo dan Tripatmasari, 2007).
Rahayu (2002), dalam Widodo dan Tripatmasari (2007), menyatakan
bahwa pesan yang disampaikan oleh penyuluh dapat dikategorikan sebagai sebuah
rangsangan atau stimulus. Stimulus tersebut akan diterima oleh penerima dan
setelah terjadi proses psikiologi didalam penerima maka akan muncul respons
atau tanggapan. Respons sangat tergantung pada proses psikologi yang terjadi
pada diri penerima pesan setelah disampaikan. Secara garis besar dapat dikatakan
bahwa pesan yang akan diterima akan dipersepsi kemudian disikapi dan setelah
itu akan muncul perilaku penerima pesan sebagai tanggapan terhadap pesan yang
akan disampaikan.
Selanjutnya Ambayoen (2003) dalam Widodo dan Tripatmasari (2007),
mengemukakan bahwa tahap respons setelah dipersepsi adalah pembentukan
perilaku, dimana perilaku terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Menurut Rakhmat (1999), dalam Widodo dan Tripatmasari (2007), sikap
merupakan (tendency) atau (predisposition) yang berarti senantiasa adanya
kecenderungan untuk bertingkah laku, jelasnya bahwa sikap belum merupakan
suatu tindakan. Namun berupa kecenderungan tingkah laku. Faridz (2004), dalam
Widodo dan Tripatmasari (2007), dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
persepsi masyarakat sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh lokasi atau daerah.
Mardikanto (1993), mengatakan bahwa respons yang ditunjukkan didalam
proses adopsi inovasi meliputi tahapan yaitu seperti tahap kesadaran (awarenes),
tahap tumbuhnya minat (interest), penilaian (evaluation), mencoba (trial), dan
tahap menerapkan atau menerima (adoption).
Faktor-faktor yang mempengaruhi respons petani terhadap suatu
tekhnologi/inovasi baru dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Umur, semakin tua umur petani peternak biasanya semakin lambat/pelan dalam
mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang sudah biasa diterapkan warga setempat, umur petani mempengaruhi
kemampuan dan kemauan petani peternak dalam mengelola usaha taninya
menjadi lebih baik dan maju. Petani yang lebih muda biasanya mempunyai
semangat (spirit) untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, dengan
demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan inovasi walaupun
sebenarnya mereka masih belum berpengalaman dalam hal inovasi yang baru
(Mardikanto, 1993).
2. Tingkat pendidikan, Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa tingkat
pendidikan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap
kapasitas/kemampuan belajar yang memerlukan tingkat pengetahuan tertentu
untuk dapat memahami suatu teknologi/inovasi. Tingkat pendidikan seseorang
akan mempengaruhi kemampuan dalam memahami suatu informasi yang baru
diterimanya. Pendidikan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
proses mental seseorang dalam merespons suatu tekhnologi/inovasi.
3. Jumlah ternak, petani peternak yang memiliki ternak yang banyak biasanya
lebih cepat dalam mengadopsi teknologi/inovasi karena kemampuan
ekonominya juga lebih tinggi, selain itu jumlah ternak akan memberikan hasil
yang lebih banyak sehingga petani peternak akan semakin merespons
tekhnologi inovasi yang mampu mengelola hasil usaha ternaknya agar dapat
meningkatkan nilai jual dan pendapatannya (Mardikanto, 1993).
4. Status kepemilikan ternak, petani peternak yang memiliki ternak dan dikelola
sendiri akan mempunyai kemauan yang tinggi dalam memperbaiki usaha tani
ternaknya guna meningkatkan hasil dan pendapatannya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya (Iswandari, 2006)
5. Status peternak, sebagian petani peternak dalam berusaha tani ternak tidak
dapat melakukan secara intensif karena selain ia sebagai petani peternak juga
memiliki pekerjaan sampingan lain maupun pekerjaan lain yang diharapkan
dapat menambah hasil untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(Iswandari, 2006).
6. Intensitas petani peternak dalam mengikuti kegiatan penyuluhan, keberhasilan
penyuluhan tidak hanya ditentukan oleh aktivitas penyuluh tetapi juga
ditentukan oleh intensitas kehadiran petani peternak dalam kegiatan
penyuluhan tersebut, karena jika tidak hadir dalam penyuluhan maka tujuan
yang hendak dicapai kurang dipahami oleh petani peternak.

B. Isi Rumen

Anda mungkin juga menyukai