Anda di halaman 1dari 29

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Stres

1. Definisi Stres

Semua orang pasti mempunyai masalah yang dapat menimbulkan stres, stres

dapat mengakibatkan kerugian bagi yang merasakanya. Sebelum kita membahas

mengenai stres pada mahasiswa, se

belumnya perlu diketahui pengertian stres secara

umum. stres adalah suatu istilah umum yang digunakan psikolog-psikolog untuk

menunjukkan ketegangan karena tidak mampu mengatasi tuntutan atau tekanan

disekelilingnya. Dalam bahasa sehari-hari, stres adalah suatu kondisi ketegangan

yang mempengaruhi kondisi fisik, mental dan perilaku seseorang. Stres melibatkan

antara interaksi individu dan lingkunganya manusia. Kebanyakan orang menyebut

stres untuk menunjuk keadaan seseorang yang tidak mampu mengatasi tuntutan,

keinginan, harapan, atau tekanan dari sekelilingnya yang berakibat pada fisik, mental

maupun perilakunya. Sarafino yang dikutip dalam tesis Kholidah (2009:17) :

Stres sebagai suatu keadaan yang dihasilkan ketika individu dan


lingkungan (bertransaksi), baik nyata atau tidak nyata, antara tuntutan situasi
dan sumber-sumber yang dimiliki individu, menyangkut kondisi biologis,
psikologis atau psikososial. Dalam peristiwa stres sekurang-kurangnya ada
tiga hal yang saling terkait yaitu: hal, peristiwa, orang,keadaan yang menjadi
sumber stres (stressor); orang yang mengalami stres (the stressed) dan
hubungan antara keduanya yang merupakan transaksi (transactions).

11
12

Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa stres merupakan

keadaan yang dihasilkan dari interaksi individu dengan lingkungan yang menyangkut

kondisi biologis, psikologis atau psikososial individu tersebut. Ada tiga hal yang

saling keterkaitan dalam terjadinya stres yaitu hal, peristiwa, orang, keadaan sumber

stres (stressor), orang yang mengalami stres (the stressed), dan hubungan antara

keduanya yang saling berinteraksi (transactions). Pendapat lain mengatakan “Stres

diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan nilai budaya, perubahan sistem

kemasyarakatan, tugas atau pekerjaan serta akibat ketegangan antara idealisme dan

realita” (Sulistiawati:2005).

Menurut Everly dan Giardano (Munandar:1995) “stres dapat ditandai dengan

tiga gejala utama yaitu mood, muskuloskeletal (otot rangka), dan visceral (organ

dalam tubuh)”. gejala tersebut ditandai dengan :

1) Mood: over excited, perasaan bimbang, sulit tidur, mudah bingung dan
lupa, kurang konsentrasi, rasa tidak nyaman dan gelisah, serta gugup.
2) Muskuloskeletal: jari-jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk
tenang; diam dan berdiri ditempat, sakit kepala, otot tegang dan kaku,
bicara gugup, leher menjadi kaku.
3) Visceral: perut mual, mulas dan muntah, degup jantung terganggu,
banyak berkeringat, kepala terasa ringan atau pingsan,
kedinginan/menggigil, wajah menjadi panas dan mulut menjadi
kering.

Menurut beberapa ahli Psikologi terdapat berbagai titik pandang dari berbagai

pendapat yang diutarakan, dibawah ini merupakan beberapa pendekatan stres adalah

sebagai berikut:
13

a. Stres sebagai stimulus.

Pendekatan ini menitik beratkan pada lingkungan dan menggambarkan stres

sebagai stimulus (stres sebagai variabel bebas). Dalam referensi seseorang,

lingkungan dianggap sebagai penyebab stres. Misalnya: Seorang mahasiswa yang

mempunyai tugas-tugas kuliah dengan tingkat stres yang tinggi akan merasa tegang

dan tidak enak. Kejadian atau lingkungan yang menimbulkan perasaan tegang

tersebut disebut stresor. Stresor dapat meliputi suatu rentang yang luas, seperti: (1).

Kejadian katastropik, contohnya: tsunami dan gempa bumi, (2). Kejadian hidup yang

utama, contohnya: Kehilangan orang yang dicintai atau kehilangan penghasilan, (3).

Keadaan yang kronis, contohnya: menderita penyakit leukemia atau asma yang

menahun.

b. Stres dipandang sebagai respon.

Pendekatan kedua ini memfokuskan pada reaksi seseorang terhadap stresor.

Stres digambarkan sebagai suatu respon (stres sebagai variabel tergantung). Dalam

konteks ini respon yang dialami seseorang mengandung dua komponen, yaitu:

komponen psikologis dan fisiologis. Komponen psikologis meliputi berbagai bentuk

perilaku, pola pikir, emosi dan perasaan. Komponen fisiologis berupa rangsangan-

rangsangan fisik yang meningkat, seperti: jantung berdebar, mulut menjadi kering,

perut mulas dan tubuh berkeringat. Contohnya: Seorang mahasiswa harus

mempresentasikan makalahnya atau mempertahankan suatu karya ilmiahnya dan ia

merasa stres dengan keadaan tersebut, maka yang terjadi adalah perasaannya menjadi
14

tegang, tenggorokannya kering, berkeringat dingin dan mengeluarkan suara dengan

gugup. Respon psikologis dan fisiologis ini juga disebut strain atau ketegangan.

c. Stres sebagai transaksional (interaksi antara mahasiswa dengan lingkungan).

Pendekatan ketiga menggambarkan stres sebagai suatu proses yang meliputi

stresor dan ketegangan (strain) dengan menambahkan dimensi hubungan antara

mahasiswa dengan lingkungan. Diakui juga bahwa interaksi antara mahasiswa

dengan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut sebagai hubungan

transaksional. Di sini stres bukan hanya suatu stimulus atau sebuah respon saja, tetapi

juga suatu proses ketika mahasiswa menjadi agen yang aktif, yang dapat

mempengaruhi stresor melalui strategi perilaku, kognisi dan emosi. Sebagai contoh:

Seorang mahasiswa terperangkap dalam kemacetan lalu lintas dan terlambat

menghadiri acara presentasi penting , maka ia akan sering melihat jam tangannya,

membunyikan klakson motor atau mobilnya dan menjadi marah sesaat; sementara

orang lain dalam kondisi yang sama, tenang-tenang saja bercanda dengan rekan

disebelahnya sambil mendengarkan musik.

2. Proses Terjadinya Stres

Istilah stres yang digunakan mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari

umumnya mengacu pada perasaan atau reaksi negatif terhadap suatu peristiwa.

Penggolongan Stres Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Kusmiati yang

dikutip oleh Bahsein (2008) dapat digolonggkan sebagai berikut:


15

a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau
rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormone, atau gas.
c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan,
organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f. Stres psikis atau emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan
interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena

perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan, baru dirasakan apabila

tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di

rumah, di tempat kerja ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya. Dr.Van amberg

dalam penelitiannya yang dikutip oleh Bahsein (2008) membagi proses stres sebagai

berikut :

a. Stres Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres paling ringan, dan biasanya disertai

dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: Semangat bekerja besar, berlebihan (over

acting), Penglihatan lebih tajam tidak sebagaimana biasanya, Merasa mampu

menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, Namun tanpa disadari cadangan energi

dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula, Merasa senang dengan

pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, Namun tanpa disadari cadangan

energi semakin menipis dan berkurang.


16

b. Stres Tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula bersifat positif sebagaimana

diuraikan pada tahap I di atas Mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang

disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak

cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup

bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami deficit.

Analogi dengan hal ini adalah misalnya handphone (HP) yang sudah lemah harus

kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan lagi dengan baik. Keluhan-

keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II

adalah sebagai berikut : Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa

segar,Merasa mudah lelah sesudah makan siang, Lekas merasa capai menjelang sore

hari, Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), Detakan

jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), Otot-otot punggung dan tengkuk

terasa tegang Tidak bisa santai.

c. Stres tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II tersebut di

atas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin

nyata dan mengganggu, yaitu : Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya

keluhan (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare), Ketegangan otot semakin

terasa, Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat,


17

Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk Mulai masuk tidur (early

insomnia), terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau

bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia),

Koordinasi tubuh terganggu (terasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah

harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres

hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna

menambah suplai energi yang mengalami defisit.

d. Stres Tahap IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan

dengan keluhan-keluhan stres tahap III di atas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit

karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini

terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal

istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul : Untuk bertahan sepanjang hari

saja sudah terasa amat sulit, Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan

mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit, Yang semula

tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara

memadai (adequate), Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-

hari, Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan,

Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan, Daya

konsentrasi dan daya ingat menurun, Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang

tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stres Tahap V
18

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V

yang ditandai dengan hal-hal berikut : Kelelahan fisik dan mental yang semakin

mendalam (physical and psychological exhaustion), Ketidakmampuan untuk

menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, Gangguan sistem

pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder), Timbul perasaan ketakutan dan

kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

f. Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan

panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami

stres tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit Gawat Darurat, meskipun pada

akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran

stres tahap VI ini adalah sebagai berikut :Debaran jantung teramat keras, Susah

bernafas (sesak), badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, Ketiadaan

tenaga untuk hal-hal yang ringan, Pingsan atau (collapse).

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas

lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal

(fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi

kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

3. Sumber-Sumber Stres

Semua kelompok umur bisa mengalami stres, baik itu bayi, anak-anak,

remaja, orang dewasa maupun manula. Termasuk didalamnya siswa TK, siswa SD,
19

siswa SMP, siswa SMA, maupun mahasiswa. Sumber-sumber stres bisa berubah

seiring dengan pertambahan usia, tetapi kondisi stres bisa terjadi setiap saat dalam

kehidupan. Goodman dan Leroy yang dikutip oleh Misra dan Mckean (2000)

mengatakan bahwa sumber stres yang mempengaruhi mahasiswa dapat dikategorikan

seperti: Masalah akademik, keuangan, berhubungan dengan manajemen

waktu,kesehatan dan beban diri.

Menurut hasil wawancara dengan mahasiswa Ilmu Keolahragaan angkatan

2009 yang mengalami stres akademik bahwa sumber stres akademik yang terbesar

setiap semester adalah berasal dari belajar menghadapi ujian, kompetisi nilai dan

harus mengusai materi dalam waktu yang singkat, serta diantaranya meliputi tekanan

keuangan, komitmen akademis dan kelemahan dalam mengatur waktu. Para

mahasiswa memaknai stres sebagai suatu keadaan yang dihasilkan ketika mahasiswa

dan lingkungan (bertransaksi), baik nyata atau tidak nyata, antara tuntutan situasi dan

sumber-sumber yang dimiliki mahasiswa, menyangkut kondisi biologis, psikologis

atau psikososial Sarafino yang dikutip dalam tesis Kholidah (2009:7).

Dalam peristiwa stres sekurang-kurangnya ada tiga hal yang saling terkait

yaitu: hal, peristiwa, orang, keadaan yang menjadi sumber stres (stressor); orang

yang mengalami stres (thestressed) dan hubungan antara keduanya yang merupakan

transaksi (transactions).

Sumber-sumber stres dapat muncul dari dalam diri mahasiswa, keluarga dan

komunitas serta masyarakat Sarafino dalam tesis Kholidah (2009:27) :

a. Sumber stres dari dalam diri mahasiswa.


20

Salah satu penyebab munculnya stres dari dalam diri mahasiswa adalah

melalui penyakit. Penyakit yang diderita menimbulkan tuntutan pada sistem biologis

dan psikologis mahasiswa, Tingkat stres yang ditimbulkan oleh tuntutan-tuntutan

tersebut tergantung pada keparahan penyakit dan umur individu. Alasannya, pertama:

Kemampuan tubuh untuk menghindari penyakit biasanya lebih baik pada usia muda

dan akan menurun pada usia dewasa, kedua: Pemahaman terhadap penyakit seseorang

akan berubah seiring dengan bertambahnya usia. Misalnya pada anak-anak hanya

memiliki pemahaman terbatas mengenai penyakit dan kematian.

Penilaian mereka tentang stres akibat penyakit cenderung terfokus pada

kekhawatiran saat ini. Penilaian stres pada mahasiswa yang sakit mencakup kesulitan

saat ini dan kecemasan akan masa depan, seperti kecemasan tentang kemungkinan

menjadi cacat atau meninggal.

Stres muncul dari dalam diri melalui penilaian dari kekuatan motivasional

yang melawan terhadap situasi konflik. Misalnya harus memilih salah satu di antara

dua atau lebih pilihan yang sulit. Konflik adalah sebab utama stres, dorongan konflik

menghasilkan dua kecenderungan yang berlawanan yaitu pendekatan dan

penghindaran.

Kedua kecenderungan ini mencirikan tiga tipe konflik utama: a). Konflik

pendekatan atau pendekatan, terjadi jika seseorang tertarik pada dua tujuan yang

menarik tetapi keduanya tidak cocok, b). Konflik penghindaran atau penghindaran,

terjadi jika seseorang dihadapkan pada pilihan antara dua situasi yang tidak

mengenakkan, c). Konflik pendekatan atau penghindaran, terjadi jika seseorang


21

dihadapkan pada sifat-sifat yang menarik dan tidak menarik dalam suatu situasi atau

tujuan.

Sumber masalah yang membuat mahasiswa menjadi stres, juga disebabkan

oleh pola pikir yang negatif terhadap dirinya, lingkungan dan masalah yang

dihadapinya. Munculnya pikiran negatif berkaitan dengan proses berpikir itu sendiri.

Kondisi yang dialami mahasiswa akan mempengaruhi proses berpikir mereka.

Pengalaman akan stress akan dipersepsikan oleh mahasiswa dan persepsi tersebut

terkadang positif namun terkadang juga negatif.

Sumber utama yang menyebabkan mahasiswa tetap dalam keadaan stres

adalah pikiran negatif tentang suatu peristiwa dan munculnya ketakutan-ketakutan

terhadap pikirannya tersebut. Akhirnya pikiran-pikiran tersebut mengabadikan stres

mereka dan membuatnya kronis. Takut merupakan reaksi emosi umum dan termasuk

ketidaknyamanan psikologis dan dapat membangkitkan aksi fisik ketika merasa

terancam. Proses penilaian kognisi terhadap suatu peristiwa dapat mempengaruhi

pengalaman stres dan emosi.

Stallard yang dikutip oleh Kholidah (2009:27) menyebutkan adanya empat

pikiran-pikiran negatif mengenai diri, yaitu:

a). Kaca mata hitam-individu hanya melihat sesuatu secara negatif atas
apapun yang terjadi, b). Tidak menganggap adanya hal yang positif menilai
pengalaman-pengalaman positif bukan hal penting dan menganggapnya hanya
sebatas keberuntungan, c). Membesar-besarkan masalah-melihat hal kecil
yang buruk menjadi lebih buruk dari yang sebenarnya, d).Meramalkan bahwa
hal-hal buruk akan terjadi, yaitu: pembaca pikiran-berpikir bahwa dirinya
mengetahui apa yang individu lain pikirkan dan peramal-berpikir bahwa
dirinya mengetahui apa yang akan terjadi.
22

Ketika mengalami sesuatu kejadian, mahasiswa akan menilai dan kemudian

tercipta suatu pemikiran yang akan memunculkan adanya perasaan-perasaan khusus,

serta menghasilkan perilaku tertentu. Mahasiswa yang mengalami suatu peristiwa

akan mempersepsikan pengalaman tersebut secara individual. Bila dia

mengidentifikasikan pengalaman tersebut sebagai hal negatif ini akan mempengaruhi

keadaan emosinya, misalnya menjadi sedih, marah, kecewa dan pada akhirnya

menunjukkan suatu perilaku maladaptif. Kendall (1998) “Pikiran-pikiran negatif

inilah yang menjadi sumber yang menimbulkan stres pada diri mahasiswa. Stres

merupakan suatu keadaan yang dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan.”

b. Sumber stres dalam keluarga

Interaksi antara perilaku, kebutuhan dan kepribadian setiap anggota keluarga,

mempunyai pengaruh tertentu dan dapat menimbulkan stres pada seluruh anggotanya.

Mahasiswa yang juga merupakan salah satu dari anggota keluarga, dapat stres jika

interaksi antara perilaku, kebutuhan dan kepribadian tidak berjalan semestinya.

Mahasiswa yang memiliki pikiran negatif terhadap interaksi antara perilaku,

kebutuhan dan kepribadian pada setiap anggota keluarga, hal ini merupakan sumber

stresor yang cukup membebani bagi diri mahasiswa.

c. Sumber stres dalam komunitas dan masyarakat

Interaksi mahasiswa yang cenderung memiliki pikiran-pikiran negative

dengan orang-orang di luar lingkungan keluarga, dalam komunitasnya dan

masyarakat yang ada di sekelilingnya juga menyediakan banyak sekali sumber stres.
23

d. Stres lingkungan

Kebisingan, kerumunan banyak orang, pencemaran air, dan bencana alam

adalah faktor penyebab stres lingkungan terhadap mahasiswa yang memiliki

kebiasaan selalu berpikir negatif. Stresor lingkungan mencakup juga stresor secara

makro seperti faktor lingkungan kampus, lingkungan tempat tinggal, kerugian akibat

teknologi modern dan migrasi Sarafino yang dikutip oleh Kholidah (2009:33).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: “Sumber-sumber stres berasal

dari dalam diri mahasiswa sendiri, seperti: penyakit, penilaian mahasiswa terhadap

stres, pikiran-pikiran negatif terhadap keluarga, komunitas masyarakat serta

lingkungan”. Penelitian ini memfokuskan pikiran-pikiran negatif inilah yang menjadi

sumber yang menimbulkan stres pada diri mahasiswa.

4. Respon Terhadap Stres

Menurut Taylor yang dikutip oleh Wangsadjadja (2007) ada beberapa macam

reaksi atau respon terhadap stres, dan reaksi atau respon itu akan berakibat secara

fisiologis, kognitif, emosional dan perilaku. Reaksi atau respon-respon stres pada

mahasiswa itu adalah tersebut sebagai berikut:

a. Respon fisiologis.

Ada banyak respon fisiologis terhadap stres yang melibatkan sistem saraf dan

endokrin. Stres mengakibatkan sistem saraf simpatik menjadi aktif, sehingga tekanan

darah meningkat, detak jantung lebih cepat, konduksi kulit meningkat dan pernafasan

juga bertambah berat. Ini terlihat antara lain ketika mahasiswa dihadapkan pada
24

keadaan yang membuat stres, tiba-tiba wajahnya memucat, berkeringat dingin dan

jantungnya berdebar keras .

b. Respon kognitif.

Respon kognitif terhadap stres meliputi hasil-hasil dari proses penilaian dan

kemampuan kontrol mahasiswa. Respon kognitif juga meliputi respon stres yang

tidak direncanakan seperti kebingungan dan ketidakmampuan berkonsentrasi,

gangguan performansi pada tugas-tugas kognitif dan pikiran-pikiran tak wajar.

c. Respon emosional dan perilaku.

Respon emosional meliputi ketakutan, kecemasan, merasa malu, marah, stres

dan juga sikap yang sabar, tabah atau penyangkalan. Respon perilaku sebenarnya tak

terbatas, tergantung sifat dari keadaan stres. Dua kategori yang umum dari respon

perilaku adalah melawan stresor (fight) atau melarikan diri dari ancaman (flight).

respon tubuh terhadap bahaya adalah melawan atau lari (fight or flight) sehingga

mahasiswa akan menyerang terhadap ancaman yang dihadapi atau melarikan diri dari

ancaman tersebut.

Stresor tidak saja menghasilkan perubahan-perubahan pada fisiologis, tetapi

faktor-faktor psikososial juga ikut berperan. Diantaranya pengaruh stres terhadap

kognisi, emosi, fisik dan sistem sosial. Stres merupakan respon mahasiswa terhadap

berbagai faktor penyebab stres yang berlangsung lama dan berlarut-larut. Stres dalam

tingkat tinggi cenderung membuat mahasiswa menarik diri dari lingkungan

masyarakatnya.
25

berdasarkan pendapat Sarafino dalam tesis Kholidah (2009:33) uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa: Respon stres terdiri dari: 1). Respon kognitif, 2). Respon

emosional,3). Respon fisiologis dan 4). Respon psikososial.

Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan mengungkap respon stres

pada mahasiswa yang difokuskan pada reaksi stres yang meliputi gangguan kognitif,

emosional, fisiologis dan psikososial.

5. Tipe Kepribadian Yang Rawan Stres

Ada empat tipe kepribadian yang rawan stres, yaitu sebagai berikut :

Pertama, mahasiswa yang sangat hati-hati. Mahasiswa jenis ini perfeksionis,

kaku dan kurang memiliki toleransi terhadap perbedaan. Sehingga, sedikit perbedaan

atau sedikit kurang saja dari standarnya bisa menimbulkan kecemasan baginya.

Kecermatannya berlebihan dan bisa berkembang menjadi obsesif kompulsif, yaitu

kekakuan dan keterpakuan pada suatu aktivitas tertentu saja.

Kedua, mahasiswa yang pencemas. Mahasiswa jenis ini sering merasa tidak

aman, cenderung kurang tenang dan sering meresahkan segala sesuatu. Inilah yang

membuatnya jadi cepat panik dalam menghadapi suatu masalah.

Ketiga, mahasiswa yang kurang percaya diri. Mahasiswa jenis ini merasa diri

tidak mampu sehingga kurang usaha untuk mengoptimalkan diri dalam mengatasi

masalah-masalah yang dihadapinya. Ia selalu berusaha lari dari masalah atau

berusaha mencari pelarian. Akibatnya, masalah tidak pernah selesai. Selama masalah

tidak selesai, seseorang akan selalu dihinggapi stres.


26

Keempat, mahasiswa yang temperamental. Mahasiswa jenis ini emosinya

cepat terpancing. Masalah kecil bisa berakibat besar karena kecenderungannya yang

mudah meledak-ledak. Akibatnya, banyak orang yang tertekan dan akhirnya bereaksi.

Kondisi ini tentu saja membuat emosinya semakin tegang dan meninggi. Selain itu

ada beberapa pola reaksi yang perlu diwaspadai, yang merupakan pintu masuknya

stres yang negatif (distress).

Setiap manusia pasti pernah atau akan bertemu dengan pola-pola reaksi ini

antara lain: jengkel, marah, agresi, gelisah, stres, depresi, suasana hati yang cepat

berubah dan menarik diri dari lingkungan kampus, keluarga, teman atau masyarakat

di sekeliling.

Berdasarkan paparan di atas dapat dilihat bahwa: “Beberapa tipe pribadi

mahasiswa yang rawan terhadap stres , yaitu mahasiswa dengan pribadi yang sangat

hati-hati, mahasiswa yang pencemas, mahasiswa yang kurang percaya diri dan

mahasiswa yang temperamental”. Mengurangi stres menurut Lambert (2003) adalah

dengan mengurangi stres yaitu dengan meningkatkan ketiga komponen yang tangguh

diantaranya: a). Komitmen: pengertian tentang tujuan dan arti sesuatu hal yang

diekspresikan dengan keterlibatan aktif, tidak sekedar menjalani; b). Kontrol:

kecenderungan mahasiswa untuk yakin dan melakukan tindakan yang memberi

pengaruh terhadap situasi kehidupan dan bukannya merasa tidak berdaya atas

kemalangan yang dihadapinya dan c). Tantangan: keyakinan bahwa perubahan

sebagai pengganti stabilitas adalah normal dalam kehidupan, merupakan stimulus

untuk berkembang daripada sebagai ancaman terhadap rasa aman.


27

6. Variabel Pokok Stres

Stres merupakan fenomena psikofisik. Stres dialami oleh setiap orang. Stres

dapat berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap individu. Pengaruh

positifnya dapat mendorong individu untuk melakukan sesuatu, membangkitkan

kesadaran dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negatifnya dapat

menimbulkan perasaan-perasaan tidak percaya diri, penolakan, marah, atau depresi,

dan memicu berjangkitnya sakit kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi,

atau stroke.

Teori tentang stres dapat disimpulkan ke dalam dua variabel pokok, yaitu:

a. Variabel stimulus, atau engineering approach (Pendekatan rekayasa) yang

mengkonsepsikan stres sebagai suatu stimulus atau tuntutan yang mengancam

(berbahaya), yaitu tekanan dari luar terhadap individu yang dapat

menyebabkan sakit (mengganggu kesehatan). Dalam model ini, stres dapat

juga disebabkan oleh stimulasi eksternal baik sedikit maupun banyak.

b. Variabel respon, atau "physiological approach" (pendekatan fisiologis) yang

didasarkan pada model triphase dari "Hans Selye". Dia mengembangkan

konsep yang lebih spesifik tentang reaksi manusia terhadap stressor, yang dia

namakan "GAS" (General Adaptation Syndrome), yaitu mekanisme respon

tipikal tubuh dalam merespon rasa sakit, ancaman atau stressor lainnya. GAS

terdiri atas tiga tahap, yaitu reaksi alarm, yang terjadi ketika organisme

merasakan adanya ancaman, yang kemudian meresponnya dengan "fight".


28

7. Stres Pada Mahasiswa

Stres adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari di

lingkungan kampus. Stres yang dialami oleh mahasiswa dapat ditimbulkan oleh

berbagai macam sebab, seperti ketatnya persaingan dalam mencapai prestasi pada

mahasiswa, tekanan untuk meningkatkan prestasi akademik yang ditunjukkan dengan

IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang tinggi, kemampuan beradaptasi dengan

lingkungan pergaulan yang baru di kampus, gangguan hubungan interpersonal, yang

dibenarkan dalam pernyataan bahwa, kurang harmonisnya hubungan sosial dengan

teman sebaya dan banyaknya kegiatan-kegiatan baru dapat menambah rasa stres

selama kuliah (Hudd:2003).

Kompetisi, kebutuhan untuk tampil, juga menyebabkan stres bagi mahasiswa.

Penyesuaian dalam kuliah, kehidupan sosial dan tanggung jawab pribadi merupakan

bagian tugas yang juga menakutkan bagi mahasiswa. stresor yang biasanya dihadapi

oleh mahasiswa, yaitu: (1). Tingginya tuntutan akademik Mahasiswa dianggap sudah

dewasa dan perlu belajar mandiri. Tugas-tugas kuliah pun mengandung instruksi

yang kompleks, waktu yang sempit dan kesulitan yang cukup tinggi sehingga situasi

yang terjadi dapat mengancam integritas individu, (2). Perubahan tempat tinggal, dari

yang tinggal bersama orang tua menjadi tinggal bersama orang lain. Misalnya,

kontrak atau tinggal di tempat saudara. Di sini berarti mahasiswa perlu belajar untuk

mengurus kebutuhannya sendiri, mengatur keuangan sebaik-baiknya dan menentukan

prioritas kebutuhannya secara tepat, (3). Pergantian teman sebagai akibat dari
29

perpindahan tempat tinggal atau tempat studi, perubahan relasi dari yang bersifat

pribadi menjadi lebih bersifat fungsional. Penyesuaian dalam pergaulan muda-mudi,

mencari sahabat baru dan menjajagi kesempatankesempatan baru dalam aktivitas, (4).

Perubahan budaya asal dengan budaya tempat tinggal yang baru. Menyesuaikan

dengan masyarakat sekitar dan norma-norma yang berlaku, (5). Penyesuaian dengan

jurusan yang dipilih. Bagi yang menyukai pilihannya dan merasa cocok serta tidak

kesulitan dalam mengikuti perkuliahan tidak akan menimbulkan masalah yang

berarti. Sementara bagi mahasiswa yang merasa salah jurusan, kurang cocok, merasa

kesulitan dalam mengikuti perkuliahan akan menimbulkan masalah yang besar, (6)

Mulai memikirkan dan mempersiapkan karier yang ingin ditempuh dan mencari

pekerjaan setelah lulus nanti. Stresor yang ada dapat menjadi tekanan hidup dan

memicu stres pada mahasiswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

stres pada mahasiswa adalah: Keadaan yang disebabkan oleh stresor, menghasilkan

respon-respon penilaian mahasiswa terhadap ancaman dan kemampuannya untuk

menguasai keadaan.

B. Olahraga Rekreasi

1. Konsep Olahraga

Perkataan olahraga mengandung arti akan adanya sesuatu yang berhubungan

dengan peristiwa mengolah yaitu mengolah raga atau mengolah jasmani. Selaras

dengan hal itu Giriwijoyo (2007:30) mengatakan bahwa “olahraga adalah serangkaian

gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk
30

meningkatkan kemampuan fungsionalnya”. Selanjutnya Supandi yang dikutip oleh

Kusmaedi (2007:1) menyatakan bahwa kata olahraga berasal dari :

a) Disport, yaitu bergerak dari satu tempat ke tempat lain;


b) Field Sport, kegiatan yang dilakukan oleh para bangsawan yang teriri dari
kegiatan menembak dan berburu;
c) Desporter, membuang lelah;
d) Sports, pemuasan atau hobi ;
e) Olahraga, latihan gerak badan untuk menguatkan badan, seperti berenang,
main bola, agar tumbuh menjadi sehat.

Sedangkan pengertian menurut International Council of Sport and education

yang dikutip oleh Kusnaedi (2007:1) bahwa “Olahraga adalah kegiatan fisik yang

mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan dengan diri sendiri atau

perjuangan dengan orang lain serta konfrontasi dengan unsur alam”. Selanjutnya

Engkos yang dikutip oleh Kusnaedi (2007:1) menyatakan bahwa “Olahraga adalah

kegiatan untuk memperkembangkan kekuatan fisik dan jasmani supaya badannya

cukup kuat dan tenaganya cukup terlatih, menjadi tangkas untuk melakukan

perjuangan hidupnya”. Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

olahraga adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik mengandung sifat permainan

serta berisi perjuangan dengan diri sendiri dengan orang lain atau konfrontasi dengan

unsur alam yang terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan kemampuan

dan kesenangan.

2. Olahraga Rekreasi

Olahraga dan rekreasi erat hubungannya, namun jika kata olahraga dan

rekreasi digabungkan akan mengandung kata arti sendiri, oleh karena itu mengenai
31

pengertian olahraga rekreasi, Kusmaedi (2007:4) mengemukakan bahwa “ olahraga

rekreasi adalah olahraga yang dilakukan untuk tujuan rekreasi”. Lebih lanjut

Haryono yang dikutip oleh Kusnaedi (2007:7) menjelaskan bahwa :

“Olahraga rekreasi adalah kegiatan fisik yang dilakukan pada waktu


senggang berdasarkan keinginan atau kehendak yang timbul karena
memberikan kepuasan dan kesenangan, dalam melakukan kegiatan olahraga
tersebut pelaku mengutamakan nilai-nilai kesenangan atau kepuasan, positif,
sehat, tanpa paksaan, dan dilakukan dalam konteks waktu senggang. “

Menurut Herbert Haag yang dikutip oleh Nurlan Kusmaedi (2007:4)

mengungkapkan bahwa:

Olahraga rekreasi / olahraga wisata adalah kegiatan olahraga yang ditujukan

untuk rekreasi atau wisata, seperti halnya olahraga pendidikan yaitu olahraga untuk

tujuan pendidikan, atau olahraga kesehatan yaitu olahraga untuk tujuan kesehatan

serta olahraga prestasi yaitu olahraga untuk tujuan prestasi. Olahraga wisata adalah

olahraga yang dilakukan sambil melakukan perjalanan atau merupakan kunjungan.

Pelaku olahraga wisata dapat menjadi pelaku aktif, dapat pula menjadi pelaku pasif.

Dalam Konferensi PBB tentang perjalanan dan pariwisata internasional yang dikutip

oleh Haryono dalam modul Kusnaedi (2007:8) menyatakan bahwa :

Selanjutnya Kusmaedi dalam modulnya (2007:8) mengelompokan Olahraga


rekreasi / olahraga wisata kedalam beberapa kelompok menurut tempat
melakukannya dapat dibedakan menjadi empat golongan besar, yaitu :
a. Olahraga rekreasi yang dilakukan didarat ;
b. Olahraga rekreasi yang dilakukan diair ;
c. Olahraga rekreasi yang dilakukan di udara;
32

d. Olahraga rekreasi yang dilakukan gabungan dari ke dua atau ketiga tempat
tersebut.

Soudan dan Everett melakukan penelitian terhadap mahasiswa yang dikutip

oleh Ayinosa (2010) adalah sebagai berikut:

a. Memelihara kesehatan dan kondisi jasmani yang baik;


b. Memperoleh kesenangan dan kegembiraan ;
c. Memperoleh kepercayaan diri;
d. Memperoleh latihan secara teratur;
e. Membentuk kebiasan menggunakan waktu untuk aktivitas yang
menyenangkan;
f. Mencegah, mengetahui, dan mengoreksi kelemahan dan cacat jasmani

Adapun menurut Ayinosa (2010), tujuan dari olahraga rekreasi adalah sebagai

berikut :

a. Pengisi waktu luang


b. Pelepas lelah, kebosanan dan kepenatan
c. Sebagai imbangan subsisten activity (kegiatan pengganti/pelengkap),
contoh pendidikan dan pekerjaan/bekerja
d. Sebagai pemenuh fungsi sosial (fungsi sosial ini dilakukan untuk kegiatan
berkelompok serta rekreasi aktif).
e. Untuk memperoleh kesegaran jasmani dengan olahraga yang
menyenangkan
f. Memperoleh kesenangan dengan cara berolahraga
g. Memperkenalkan olahraga bahwa olahraga itu menyenangkan

kegiatan rekreasi merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap

manusia. Kegiatan tersebut ada yang diawali dengan mengadakan perjalanan ke suatu

tempat. Secara psikologi banyak orang di lapangan yang merasa jenuh dengan adanya

beberapa kesibukan dan masalah, sehingga mereka membutuhkan istirahat dari

bekerja, tidur dengan nyaman, bersantai sehabis latihan, keseimbangan antara


33

pengeluaran dan pendapatan, mempunyai teman bekerja yang baik, kebutuhan untuk

hidup bebas, dan merasa aman dari resiko buruk. Melihat beberapa pernyataan di

atas, maka rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan sebagai

pengisi waktu luang untuk satu atau beberapa tujuan, diantaranya untuk kesenangan,

kepuasan, penyegaran sikap dan mental yang dapat memulihkan kekuatan baik fisik

maupun mental.

Banyak nilai yang dapat diperoleh dari rekreasi dengan menggunakan dasar

persekutuan. Ketegangan dapat dilepaskan dan energi yang ada dapat digunakan

dengan cara-cara yang berguna. Anak-anak dapat diajari bagaimana berolah raga

dalam berbagai kegiatan sehingga kemampuan individu dapat dibangun dan

ditingkatkan melalui rekreasi. Anak-anak perlu belajar berelasi dengan orang lain di

arena bermain sebagaimana di dalam kelas atau rumah. Kreativitas dapat ditingkatkan

dan dibangun, dan cara-cara baru untuk melakukannya dapat diperkenalkan. Salah

satu manfaat penting dari rekreasi adalah dalam pembentukan karakter/sifat. Telah

dikatakan bahwa “anak-anak belajar melalui bermain”. Melalui suatu program

rekreasi yang telah disusun dan direncanakan dengan baik, anak-anak dapat belajar

untuk menikmati penggunaan waktu sebaik-baiknya. Tantangan pada pengajaran

yang efektif dengan menggunakan latar alami amat tidak terbatas bagi para pemimpin

dan para guru. Secara lebih spesifik peranan rekreasi dalam kehidupan sosial menurut

Ayinosa (2010) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


34

1. Mengembangkan rasa menghargai dan mencintai lingkungan serta


melestarikannya.
2. Mengembangkan pengertian dan kemampuan serta pemahaman akan
pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dan menggunakannya
secara bijaksana.
3. Menggugah kesadaran manusia akan pentingnya membina hubungan
timbal balik antara manusia dan lingkungannya serta agar semakin
mengenal sifat ataupun karakternya.
4. Membantu mengembangkan secara positif tingkah laku serta hubungan
sosial kepada individu.
5. Membantu mengembangkan ilmu pengetahuan tentang praktek
lingkungan yang sehat.
6. Membantu membuat pelajaran di kelas agar menjadi lebih berarti
melalui pengalaman langsung di lapangan.
7. Membuka peluang membangun kerjasama antar masyarakat sekolah
dengan organisasi pelayanan rekreasi pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
8. Menumbuhkan dan atau memperkuat rasa percaya diri dan harga diri
yang merupakan pondasi yang kuat untuk menumbuhkan “self concept”.
9. Mempererat persaudaraan dan tumbuhnya saling mendukung diantara
anggota kelompok .
10. Menambah atau meningkatkan keterampilan dan koordinasi.
11. Menambah kesenangan pribadi serta rasa kebersamaan antara anggota
kelompok.
12. Mendidik seseorang untuk dapat mengisi waktu luangnya dengan
kegiatan positif dalam arti, tidak merugikan dirinya sendiri, orang lain,
atau lingkungan/alam dan sebaliknya mencegah munculnya kegiatan
negatif, seperti penggunaan narkoba, vandalisme kegiatan destruktif, dan
kegiatan negatif lain yang sejenis.
13. Mengembangkan budaya hidup sehat, baik untuk pribadi maupun untuk
orang lain dan atau lingkungan alamnya.

Sasaran rekreasi olahraga yaitu semua kalangan masyarakat, olahraga sesuai

dengan usia contoh hiking dilakukan oleh anak usia dewasa bukan dilakukan untuk

anak kecil. untuk anak kecil dapat disesuaikan dengan gerak yang dibutuhkan usia

anak kecil. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres dapat diatasi

dengan berbagai cara yang dapat memberikan kesenangan. Penelitian ini ditujukan
35

untuk mengetahui olahraga rekreasi bisa menurunkan tingkat stres sehingga tercapai

tujuan pribadi pada mahasiswa karena olahraga rekreasi merupakan jenis aktivitas

olahraga yang dapat menyegarkan juga dapat mendatangkan kesenangan dan

kepuasan.

C. Landasan Teori

Suatu buku yang berjudul Kendalikan Stres Anda dengan penulis Losyk

(2005:43) menyatakan “olahraga atau latihan fisik dapat membantu tubuh kita

terhindar dari produk sampingan yang tercipta dari reaksi stres secara fisik.

Sebenarnya olahraga atau latihan dapat membantu otot-otot kita yang mengalami

stres kembali ke keadaan normal dan saintai”.

Suatu pernyataan Daniel M. Landers (Habib:2010), profesor ilmu kesehatan

fisik dan olah raga dari Univeritas Arizona mengatakan :

Cukup dengan menggerakkan tubuh selama 10 menit setiap hari


kesehatan mental kita akan meningkat cepat, Selain itu daya pikir akan
bertambah jernih dan yang menggembirakan dapat mengurangi ketegangan
alias stres serta membuat perasaan menjadi riang selalu.

Menurut widyarini (2009:71) bahwa :

“Faktor yang dapat mengurangi stres adalah melakukan olahraga dan


rekreasi, karena olahraga bersifat psychological relaxer yaitu dapat membuat
perhatian kita teralihkan dari hal-hal yang bisa membuat kita stres,
Sementara itu rekreasi dapat menjauhkan pikiran dan emosi dari hal yang
dapat menyebabkan stres juga dapat membuat pikiran kita segar dan
semangat kembali”.
36

Menurut Landers (Habib:2010) pula “ Olahraga bisa menurunkan stres” . dan

menurut (Habib:2010) olahraga rekreasi adalah salah satu cara yang dapat

menurunkan stres. Ada pula Menurut penelitian Kepala Ahli Fisiologi The American

Council on Exercise (ACE) dr. Bryant Cedric bekerjasama dengan Asosiasi

Psikologis Amerika (APA) menunjukkan, bahwa olahraga mampu membebaskan

depresi ringan, mengangkat suasana hati dan membantu seseorang untuk berlaku

tenang. Penelitian pada akhir 2004 yang menggunakan metode survey itu

menunjukkan bahwa sebanyak 45% orang Amerika mengatakan dengan berolahraga

ternyata mampu mengurangi beban stres. Untuk mengetahui olahraga yang mampu

meredakan stres dr. Cedric menganjurkan tiga jenis olahraga yaitu: olahraga yang

bersifat rekreasi, Yoga, dan olahraga Aerobik (Uzi:2010). Menurut Asthri Marisha

Sidharta, S.Psi (2010) bahwa olahraga dapat menjadi sarana katarsis, Katarsis dalam

konteks psikologi diartikan sebagai kegiatan untuk melepaskan keadaan stress yang

berlebihan. Olahraga seringkali dikatakan sebagai aktivitas rekreasi, dan hal ini

memang betul. Di dalam rekreasi, anda bisa melepaskan kepenatan, kejenuhan dan

stress. Jika anda dalam kondisi stress tertentu dan ingin melepaskannya melalui

aktivitas olahraga, anda sudah melakukan katarsis untuk melegakan emosi anda.

Menurut Komarudin (2008) dalam penelitianya yang berjudul Peningkatan

kepercayaan diri dan Kemampuan mengatasi stres melalui aktivitas Outbond, bahwa

“aktivitas outbond memberikan pengaruh yang signifikan dalam peningkatan percaya

diri dan mampu mengatasi stres”. Dapat diketahui bahwa outbond merupakan salah

satu jenis olahraga rekreasi dalam aktivitas outdoor.


37

Pengaruh Outbound Terhadap Kecemasan (Anxiety) Mahasiswa FPOK UPI

Oleh: Agus Rusdiana, Sumardianto, Yati Ruhayati (2005). Dari hasil penelitian

sesuai dengan permasalahan penelitian diperoleh kesimpulannya bahwa terdapat

pengaruh positif yang signifikan dari outbound terhadap kecemasan mahasiswa

FPOK UPI. Dan terdapat perbedaan kecemasan antara mahasiswa yang terlibat

outbound dengan yang tidak terlibat outbound.

Tesis Efektivitas Pelatihan Berpikir Positif Untuk Menurunkan Tingkat Stres

Pada Mahasiswa oleh Enik Nur Kholidah (2009). Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan disimpulkan Pelatihan berpikir positif efektif untuk menurunkan tingkat

stres pada mahasiswa.

Sari DF. Hubungan antara toleransi stres dengan indeks prestasi Mahasiswa

Baru Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Semester dua angkatan 2004.

Jogjakarta : FK UII, (2007).bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara

tolerasnsi stres dengan Indeks prestasi Mahasiswa.

D. Posisi Keilmuan Peneliti Dalam Penelitian Hubungan Olahraga rekreasi dan


Tingkat Stres Mahasiswa Ilmu Keolahragaan.

Henberg Haag (1994) dalam skripsi Ahmad (2009:43) mengelompokkan

bidang kajian Sport Science menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Kelompok Kajian Teori Sport Science yang sudah mapan meliputi kajian:
Sport Medicine, Sport Biomechanics, Sport Psichology, Sport Sociology,
Sport Pedagogy, Sport History, Sport Philosophy;
38

2. Kelompok kajian Teori Sport Science yang baru meliputi: Sport Information,
Sport Politics, Sport Law, Sport Economy, Sport Facilities and Sport
Equipment;
3. Kelompok Kajian Teori Sport Science yang khusus meliputi: Movement
Science, Play Science, Training Science, Instruction Science;
4. Kelompok Kajian Umum Sport Science meliputi: Performance and
Performance Ability in Sport, Music and Movement, Sport and Recreation,
Sport and Health, Sport with Special Groups, Sport and Mass Media,
Agression and Violence in Sport.

Dalam penelitian ini peneliti memiliki acuan dalam teori dalam konteks ilmu

keolahragaan yaitu olahraga dan rekreasi (Sport and Recreation) termasuk kedalam

kelompok kajian umum sport science.


39

Anda mungkin juga menyukai