Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan gambar mikroskop

Pada pengamatan minyak atsiri menggunakan mikroskop. Pada bunga mawar yang
sebelum diberi reagen sudan III sel-sel minyak berwarna merah muda dan jumlahnya banyak,
setelah diberi reagen sudan III sel-sel minyak berwarna merah dan jumlahnya banyak. Pada
bunga melati sel-sel minyak transparan dan jumlahnya banyak, sel-sel minyak berwarna
merah muda yang letakknya ditepi dan jumlahnya banyak. Pada bunga kamboja sel-sel
minyak berwarna kuning emas dan jumlahnya banyak, sel-sel minyak berwarna merah muda
dan jumlahnya banyak. Pada daun sikat botol sel-sel minyak berwarna hijau dan jumlahnya
banyak, sel-sel minyak berwarna merah dan jumlahnya banyak. Pada daun pandan wangi
sel-sel minyak transparan dan jumlahnya banyak, sel-sel minyak berwarna merah dan
jumlahnya banyak. Pada bunga kenanga sel-sel minyak berwarna hijau bening dan
jumlahnya sedikit, sel-sel minyak berwarna merah dan jumlahnya sedikit. Pada daun jeruk
purut sel-sel minyak transparan dan jumlahnya sedikit, sel-sel minyak berwarna merah dan
jumlahnya sedikit. Pada daun sirih sel-sel minyak berwarna hijau tua dan jumlahnya banyak,
sel-sel minyak berwarna merah dan jumlahnya banyak. Pada daun kemangi sel-sel minyak
berwarna kehitaman dan jumlahnya banyak, sel-sel minyak berwarna merah muda dan
jumlahnya sedang.

Minyak atsiri dapat diketahui keberadaanya dengan pengamatan menggunakan


mikroskop cahaya, dalam hal ini hasil dari pengerusan sampel. Keberadaan minyak atsiri
dalam sampel sudah dapat terlihat yaitu seperti tetesan air, namun dalam jumlah yang
berbeda beda (semua berjumlah banyak kecuali bunga kenaga dan daun jeruk purut). Setelah
ditambahkan sudan III warna minyak atsiri menjadi lebih jelas, dalam hal ini sudan berfungsi
sebagai pewarna sehingga minyak atsiri dapat lebih jelas terlihat. Hal ini diungkapkan pula
oleh Antara dan Wartini (2014) dimana minyak atsiri dapat diselidiki dengan pewarnaan
sudan dan asam osmat dan perbedaannya dengan minyak pangan adalah minyak atsiri
lebih aktif membentuk warna dengan sudan.

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang. Minyak atsiri
merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatil), mempunyai rasa getir, dan bau
mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji,
bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. minyak atsiri selain
dihasilkan oleh tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau
dibuat secara sintetis. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150
– 200 spesies, yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae,
Myrtaceae, dan Umbeliferae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman
yaitu dari , buah, bunga, biji, batang, kulit buah dan akar. Salah satu minyak atsiri itu adalah
cengkeh dan sereh (Ketaren, 1985).
Pada hasil pengerusan bahan didapatkan larutan dengan bermacam warna, hal tersebut

sesuai teori yang menyatakan bahwa pigmen alam adalah segolongan senyawa yang berasal

dari hewan atau tumbuhan. zat warna alam terbentuk dari kombinasi tiga unsur, yaitu karbon,

hidrogen dan oksigen, tetapi ada beberapa zat warna yang mengandung unsur lain seperti

nitrogen pada indigotin dan magnesium pada klorofil. Jaringan tumbuhan seperti bunga,

batang, kulit, kayu, biji, buah, akar dan kayu mempunyai warna warna karakteristik yang

disebut pigmen dalam botani (Lemmens & Soetjipto, 1992).

Adapun jenis – jenis senyawa zat wana alam yang terkandung dalam tumbuhan adalah

klorofil (hijau) pada daun; karoten (kuning oranye) pada umbi dan daun; likopene (merah)

pada bunga dan buah; flavon (kuning) pada bunga, akar dan kayu; antosianin (kuning

kemerahan, merah lembayung) pada buah dan bunga; betalain (kuning merah) menyerupai

antosianin atau flavonoid pada beet merah; xanton (kuning) pada buah mangga (Tranggono,

1990).

Sumber:

Antara, N.S., dan Wartini, M. 2014. Senyawa Aroma dan Citarasa (Aroma and Flavor
Compounds). Bali: Universitas Udayana

Kentaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.

Lemmens, R.H.M.J. dan W.N. Soetjipto. 1992. Dye and Tannin Producing Plants. Di dalam
Plant resources of Southeast Asia No.3.Wageningen.The Netherlands.Pudoc/Prosea.
Tranggono dan Sutardi. (1990). Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai