DOSEN PEMBIMBING :
MEI WIDYAWATI, S.Kep., Ns., M.Kep.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
i
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
AFIFAH ANIMA PUTRI (17.10.2.149.090)
AINUN ROFATIN (17.10.2.149.091)
ALFIATUN NURIYAH (17.10.2.149.092)
ANINDA NURFADDLILLAH L. (17.10.2.149.094)
APRILIYA INDRAWATI (17.10.2.149.095)
AYU MARLIANTI (17.10.2.149.096)
CICIK KOIDAH (17.10.2.149.097)
DESINDI MARTIN LARASATI (17.10.2.149.098)
DHIAJENG NIKITA SARI (17.10.2.149.099)
DIAH ENDANG SAFITRI (17.10.2.149.100)
DINO FEBRIAN (17.10.2.149.101)
DWI RISMA NUR QOMARIYAH (17.10.2.149.102)
ELISTA NUR SAFITRI (17.10.2.149.103)
FANDHILATUL MUNAWAROH (17.10.2.149.104)
FIRDA NUR AINI S. (17.10.2.149.105)
FRYLLY ANDISTA (17.10.2.149.106)
HANIF RESTU ARIYADI (17.10.2.149.107)
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 2
1.2.1. Tujuan Umum ......................................................................................... 2
1.2.2. Tujuan Khusus......................................................................................... 2
1.3 Manfaat........................................................................................... 3
BAB I V PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 30
5.2 Saran ........................................................................................................ 32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Mengingat pneumonia merupakan salah satu penyakit berat yang dapat
mengancam jiwa, termasuk di dalamnya adalah balita maka diperlukan
penanganan yang serius agar kasus pneumonia dapat menurun presentasi
kejadiannya. Jika tidak maka akan dapat menimbulkan komplikasi pada sistem
tubuh.Dalam proses perawatan dan pengobatan pada klien dengan gangguan
pneumonia, klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45o. serta
pemberian O2 yang adekuat untuk menurunkan perbedaan O2 di alveoli-arteri, dan
mencegah hipoksia seluler. Dapat juga dilakukan dengan pemberian cairan
intravena untuk IVline dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk mencegah penurunan
dan volume cairan tubuh secara umum. Maka dari itu diperlukan proses
keperawatan pada pasien pneumonia dengan tepat agar tidak terjadi komplikasi,
mendukung proses penyembuhan, menjaga/mengembalikan fungsi respirasi, dan
memberikan insformasi tentang proses penyakit/prognosis dan treatment.
1.2 Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan klien
dengan gangguan sistem pernapasan, khususnya pneumonia.
b) Konsep teori
a) Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
b) Mengetahui definisi pneumonia
c) Mengetahui etiologi pneumonia
d) Mengetahui patofisiologi dan WOC pneumonia
e) Mengetahui manifestasi klinis pneumonia
f) Mengetahui penatalaksanaan pneumonia
g) Mengetahui komplikasi pneumonia
h) Mengetahui prognosis pneumonia
i) Dapat menjelaskan proses keperawatan pada klien pneumonia
j) Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien pneumonia
c) Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pneumonia
a. Menjelaskan tentang pengkajian klien dengan pneumonia
b. Menjelaskan tentang diagnosis keperawatan klien dengan pneumonia
2
c. Menjelaskan intervensi dan rasional tindakan kepada klien dengan
pneumonia
1.3 Manfaat
a) Untuk memermudah mahasiswa dalam mencari sumber informasi mengenai
pneumonia
b) Untuk menambah literatur/referensi mengenai pneumonia
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
kuda. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan
ikat yang dilapisi oleh oto polos.
b. Bronkhial dan alveoli
Ujung distal trakea membagi menjadi bronki primer kanan dan kiri
yang terletak di dalam rongga dada. Fungsi percabangan bronkial
untuk memberikan saluran bagi udara antara trakea dan alveoli.
Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru, fungsinya
adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan aliran darah.
c. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa alveoli). Gelembung-
gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
5
e. Toraks
Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah
yang disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan penting dalam
pernapasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut
perlekatannya tulang belakang. Perubahan dalam ukuran toraks inilah
yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.
A) Fisiologi pernapasan
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
Pernapsan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida
yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan
eksterna oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas
dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan
darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, O2
menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari
jantung dipompakan ke seluruh tubuh.Guna pernapasan:
1. Mengambil O2 yang kemudian di bawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-
selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi
oleh tubuh).
3. Menghangatkan dan melembabkan udara.
Pernapasan dalam keadaan normal
Orang dewasa : 16-24 kali/menit
Anak-anak kira-kira : 24 kali/menit
Bayi kira-kira : 30 kali/menit
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,
yangmerupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan
menurunkan kapasitas dada. Inspirasi adalah ketika kapasitas dalam dada
6
meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi adalah ketika dinding dada dan
diafragma kembali ke ukuran semula.
7
2.3 Etiologi
Pneumonia dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya
antara lain yaitu :
8
paru-parunya.
Infeksi gram negative
atau positif
Gambaran klinik
mungkin sama dengan
pneumonia klasik
Distress respirasi
mendadak, dyspnea berat,
sianosis, batuk,
hiposekmia, dan diikuti
tanda infeksi sekunder
Hematogen Terjadi bila kuman Gejala pulmonal timul
pathogen menyebar ke minimal dibanding gejala
paru-paru melalui aliran septicemia
darah: Staphyloccus, E. Batuk nonproduktif dan
coli, dan anaerob enteric nyeri pleuritik sama
dengan yang terjadi pada
emboli paru-paru
9
pyogenes)
Streptococcus aureus
Mycoplasma pnaumoniae
Spesies streptococcus lainnya
Lebih 5 tahun Mycoplasma pneumonia
Chlamydia pneumonia
Streptococcus pneumonia
10
2.4 Patofisiologi
Akumulasi sputum
di jalan napas
Suplai O2 menurun
Mk: Bersihan jalan Tertelan di labung
napas tidak efektif
dan pola napas tidak Mk: Toleransi
teratur Keseimbangan asam
Aktivitas
basa terganggu
11
Paru terlindungi dari infeksi melalui beberapa mekanisme: filtrasi di partikel
hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglottis, ekspulsi benda asing
melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis
kuman oleh makrofag elveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun local dan
drainase melalui sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia: aspirasi,
gangguan imun, septisema, malnutrisi, campak, pertussis, penyakit jantung
bawaan, gangguan neuromuscular, kontaminasi perinatal dan gangguan klirens
mucus atau sekresi seperti pada fibrosis kistik, benda asing atau disfungsi silier.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi
benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatur. Umumnya
pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil
terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan
pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia
tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan
dengan pertambahan umur. Pada pneumonia berat bisa terjadi hiposekmia,
hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal napas.
12
ruam, dan faringitis. Setelah beberapa hari, sputum mukoid atau mukopurulen
dikeluarkan.
Nadi cepat dan bersambung (bounding). Nadi biasanya meningkat sekitar
10kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat Celcius. Bradikardia relative
untuk suatu demam tingkatan tertentu dapat menandakan infeksi virus, infeksi
Micoplasma, atau infeksi dengan spesies Legionella.
Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna mata
menjadi lebih terang, dan bibir serta bidang kuku sianotik. Pasien lebih menyukai
untuk duduk tegak di tempat tidur dengan condong kearah depan, mencoba untuk
mencapai pertukaran gas yang adekuat tanpa mencoba untuk batuk atau napas
dalam. Pasien banyak mengeluarkan keringat. Sputum purulent dan bukan
merupakan indicator yang dapat dipercaya diari eriologi. Sputum berbusa,
bersemu darah sering dihasilkan pada pneumonia pneumokokus, stafilokokus,
Klebsiella, dan streptokokus. Pneumonia Klebsiella sering juga mempunyai
sputum yang kental; sputum H. Influenzae biasanya berwarna hijau.
Tanda-tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi seperti kanker, atau
pada mereka yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan, yang
menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan terhadap organisme yang
sebelumnya tidak dianggap pathogen serius. Pasien demikian menunjukkan
deman, krekles, dan temuan fisik yang menandai area solid (konsolidasi) pada
lobus-lobus paru, termasuk peningkatan fremitus taktil, perkusi pekak, bunyi
napas bronkovesikular atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik yang
terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui
dinding dada). Perubahan ini terjadi karena bunyi ditranmisikan lebih baik melalui
jaringan padat atau tebal (konsolidasi) ketimbang melalui jaringan normal.
Pada pasien lansia atau mereka yang menderita PPOM, gejala –gejala
dapat berkembang secara tersembunyi. Sputum purulent mungkin menjadi satu-
satunya tanda pneumonia pada pasien ini. Sangat sulit untuk mendeteksi
perubahan yang halus pada kondisi mereka karena telah mengalami gangguan
fungsi paru yang serius.
Pneumonia akibat virus. Kebanyakan virus pneumonia didahului gejala-
gejala pernapasan beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk. Seringkali anggota
13
keluarga yang lain sakit. Walaupun biasanya ada demam, suhu biasanya lebih
rendah daripada pneumonia bakteri. Takipnea, yang disertai dengan retraksi
intercostal, subcostal, dan suprasentral; pelebaran cuping hidung; dan penggunaan
otot tambahan sering ada. Infeksi berat dapat disertai dengan sianosis dan
kelelahan pernapasan. Auskultasi dada dapat menampakkan ronki dan mengi yang
luas, tetapi ronki dan mengi ini sukar dilokalisasi sumbernya dari suara yang
kebetulan ini pada anak yang amat muda dengan dada hipersonor. Pneumonia
virus tidak dapat secara tepat dibedakan dari penyakit mikoplasma atas dasar
klinis murni dan kadang-kadang mungkin sukar dibedakan dari pneumonia
bakteri. Lagipula, bukti adanya infeksi virus ada pada banyak penderita yang telah
konfirmasi pneumonia bakteri.
14
Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
penyembuhan. Jika dirawat di rumah sakit, pasien diamati dengan cermat dan
secara kontinu sampai kondisi klinis membaik.
Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen. Analisa gas darah arteri
dilakukan untuk menentukan kebutuhan oksigen dan untuk mengevaluasi
keefektifan terapi oksigen. Oksigen dengan konsentrasi tinggi merupakan
kontraindikasi pada pasien dengan PPOM karena oksigen ini dapat memperburuk
ventilasi alveolar dengan menggantikan dorongan ventilasi yang masih tersisa dan
mengarah pada dekompensasi. Tindakan dukungan pernapasan seperti intibasi
endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan
ekspirasi akhir positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa pasien
tersebut.
2.7 Komplikasi
Potensial komplikasi pneumonia yang mungkin terjadi :
1. Hipotensi dan syok
Syok dan gagal pernapasan. Pasien biasanya memberikan respos terhadap
pengobatan dalam 24 sampai 48 jam setelah terapi antibiotic diberikan.
Komplikasi pneumonia mencakup hipertensi dan syok serta gagal pernapasan
(terutama pada penyakit baksteri gram negative yang menyerang lansia).
Komplikasi ini ditemukan terutama pada pasien yang tidak mendapat
pengobatan spesifik, mendapat pengobatan yang tidak mencukupi atau
menunda pengobatan atau terapi antimikroba dimana oragnisme
penginfeksinya resisten, atau pada mereka dengan penyakit sebelumnya yang
menyulitkan pneumonia.
Jika pasien sakit parah, tetapi agresif dapat mencakup dukungan hemodinamik
dan ventilitator untuk melawan kolaps perifer dan mempertahankan tekanan
darah arteri. Agens vasopressor mungkin diberikan secara intravena dengan
infus kontinu dan dengan kecepata yang disesuaikan dengan respon tekanan.
Kortikosteroid mungkin diberikan secara parenteral untuk melawan syok dan
toksisitas pada pasien dengan pneumonia yang menderita sakit sangat parah
dan pada mereka yang menghadapi bahaya terserang infeksi. Pasien mungkin
15
membutuhkan intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik. Gagal jantung
kongestif, distritmia jantung, pericarditis, dan miokarditis juga merupakan
komplikasi pneumonia yang mengarah pada syok.
2. Gagal pernapasan
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia
sering kesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup
bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang
dapat membantu seperti mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif,
dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan ventilator
dapat digunakan untuk membantu pernafasan. Pneumonia dapat menyebabkan
gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress.
Atelectasis
Atelectasis adalah suatu kondisi dimana paru-paru tidak dapat mengebang
secara sempurna. Atelectasis (akibat obstruksi bronkus oleh penumpukan
sekresi) dapat terjadi pada sembarang fase dari pneumonia akut.
Efusi pleural
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dalam pleura berupa transudate atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura
viseralis.Efusi pleural, dimana cairan terkumpul dalam rongga pleural
cukup umum terjadi dan dapat menandakan dimulainya epiema (cairan
purulent di dalam ruang pleura). Torasentesis diagnostic biasanya perlu
dilakukan untuk menegakkan efusi pleura. Setelah efusi pleura terlihat dala
gambaran rontgen dada, mungkin dipasang selang dada untuk mengatasi
infeksi pleura dengan membuat drainase yang tepat dari empyema.
3. Delirium
Delirium adalah kemungkinan komplikasi lain dan dianggap sebagai
kedaruratan medis ketika hal ini terjadi. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh
hipoksia, meningitis, atau sindrom putus zat alcohol. Pasien dengan delirium
dberikan oksigen, hidrasi yang adekuat, dan sediasi riangan sesuai yang
diresepkan dan diobservasi dengan konstan.
16
4. Superinfeksi
Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotic yang sangat besar,
seperti penisilin, atau dengan penggunaan kombinasi antibiotic. Jika pasien
membaik dan demam menghilang setelah diberikan terapi antibiotic, tetapi
selanjutnya terjadi peningkatan suhu tubuh disertai dengan batuk dan adanya
bukti penyesuaian pneumonia, kemungkinannya adalah superinfeksi. Antibiotic
diganti dengan penyesuaian atau dihentikan sama sekali pada beberapa kasus.
17
2.8 WOC PNEUMONIA
Etiologi: jamur, bakteri,virus
Terhirup/terasparasi
Masuk ke alveoli
Proses peradangan
PNEUMONIA
Mual, muntah
19
BAB III
PEMBAHASAN
3.2 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2016,
Pukul: 09.00 WIB.
1. Identitas Klien
Klien bernama An. L, klien berjenis kelamin perempuan usiakronologis
klien sekarang 1 tahun 6 bulan 4 hari, klien beragama Islam. Klien adalah
orang Dayak, alamat klien di JL.Mendawai Palangka Raya. Pasien di diagnosa
medis Pneumonia
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan: “anak saya sesak napas sejak tadi malam ”.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu An.L mengatakan bahwa sejak 4 hari yang lalu anaknya menderita
batuk/pilek, oleh keluargaa di berikan obat hufagrip batuk/pilek berkurang.
Pada tanggal 31 Juli 2016 (22.21 WIB) anak rewel dan tidurnya gelisah karena
sesak, oleh keluarga di pijat dan sesak berkurang, akan tetapi pada tanggal 1
20
agustus 2016 subuh anaknya sesak lagi disertai batuk dan pilek , oleh keluarga
di bawa ke Puskesmas Bukit Hindu untuk dilakukan pengobatan.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu An.L mengatakan tidak pernah menderita sakit seperti ini, hanya saja
batuk, pilek dan demam saja.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Riwayat Prenatal: G1, P1, A0 selama hamil ibu pernah sakit, Ibu pasien
memeriksakan kandungannya rutin ke bidan dan lengkap dalam
melakukan imunisasi TT di Puskesmas.
2) Riwayat Natal: Ibu mengatakan persalinannya ditolong oleh Bidan Praktik,
kelahiran normal.
3) Riwayat Postnatal: Anak lahir sehat, Berat Badan 2,8 kg.
e. Status Imunisasi
Anak telah memperoleh imunisasi BCG pada usia 1 bulan, DPT pada usia 2
bulan, Polio pada usia 3 bulan, Campak pada usia 6 bulan, dan Hepatitis 8
bulan.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny.T mengatakan bahwa dalam Keluarga Ny.T tidak memiliki riwayat
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, tapi memiliki riwayat hipertensi di
dalam keluarga dari pihak ibu pasien. Ibu pasien mengatakan bahwa dia tidak
tahu apa yang harus dilakukan pada saat anaknya sesak karena ini adalah anak
pertamanya. Ibu pasienn tampak gelisah
MK: Kurang Pengetahuan
4.Keadaan Umum
Tingkat kesadaran klien adalah compos mentis/sadar penuh, tampak
lemah, tampak pucat, tampak sesak, kontak mata baik, ujung ekstremitas teraba
dingin, Rewel dan gelisah, Klien dapat berbicara dengan belum lancar,
penampilan cukup rapi.
5. Tanda-Tanda Vital
Tanda-tanda vital klien saat dikaji adalah suhu 37,4° C, RR 44 x/Menit,
Nadi 110x/Menit.
21
6. Pemeriksaan Fisik
A. Sistem Pernapasan
Pernapasan cepat dan dalam, frekuensi meningkat, tidak terdapat bunyi
napas tambahan.
B. Sistem Kardiovaskuler
Denyut nadi 110x/menit, bunyi jantung lup-dup, tidak ada peningkatan
vena jugularis.
C. Sistem Neurologi
Klien tampak rewel dan gelisah
D. Sistem Perkemihan
Warna urine kuning jernih, tidak ada nyeri tekan.
E. Sistem Gastrointestinal
Mual, muntah, bentuk abdomen kiri dan kanan simetris, warna kulit putih,
tidak terdapat nyeri tekan disemua lapang abdomen , bising usus (+)
F. Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas
Pergerakan atau tonus otot bebas, klien dapat melakukan aktivitas
sendiri dengan bantuan. Tidak terdapat adanya oedema, sianosis dan
clubbing finger. Keadaan kulit halus, turgor kulit elastis dapat kembali
dalam waktu <2 detik dan kulit teraba hangat.
22
3.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
Tabel 3.6 Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit
1 Nutrisi:
a. Frekuensi 3-4x sehari 3x sehari (1/2 porsi)
23
- Salbutamol 2 mg peradangan.
(1 tablet )
Golongan bronkodilator, yang
berfungsi untukmelebarkan saluran
napas.
Sumber: Indikasi dan kontraindikasi dari ISO (Informasi Spesialite Obat).
Cici Pambriani
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS: infeksi Ketidakefektifan
Anak saya batuk berdahak pola nafas
sudah 4 hari ini.
DO:
- Keadaan umum lemah kerja sel goblet
- Tampak pucat
- RR 44x/menit
- Tampak sesak
24
- Retraksi dinding dada produksi sputum
- Tipe pernapasan dada dan
perut
- Ujung ekstremitas teraba
dingin akumulasi sputum dijalan
- Rewel dan gelisah
- re
25
3.9 Intervensi Keperawatan
Tabel 3.11 Intervensi Keperawatan
Tujuan
Diagnosa
(Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Hasil)
Ketidakefektifan Diharapkan 1. 1. Kaji frekuensi/ 1.1. untuk mengetauhi
pola napas Setelah pernafasan catat frekuensi
dilakukan rasio inspirasi dan pernafasan
asuhan ekspirasi
keperawatan
selama 1 x 8 2. 2. Anjurkan keluarga 2.2. Meningkatkan
jam kunjungan untuk meninggikan inspirasi maksimal
diharapkan kepala atau semi
pasien tidak fowler dan 3.
mengeluh mengubah posisi
1.sesak napas 3.
2. pola napas 3. 3. Menganjurkan 3. 3. Menjaga
teratur orang tua menjaga pertukaran gas
3. tidak ada agar sirkulasi udara yang optimal
tambahan suara baik dan optimal dilingkungan
napas didalam rumah pasien
4.
4. 4. Observasi 4. 4. Untuk
karakteristik bentuk mengetauhi
membantu tindakan karakteristik batuk
untuk memperbaiki
kefektifitan upaya 5.
batuk
5.
5. 5. Kolaborasi dalam 5. 5. Secara paten
pemberian terapi menambah suplai
oksigen
Bersihan jalan Setelah 1. 1. Kaji 1. 1. Menifestasi
napas tidak efektif dilakukan frekuensi/kedalaman distress pernapasan
berhubungan tindakan pernapasan dan tergantung pada
dengan keperawatan gerakan dada indikasi derajat
penumpukan selama 3x keterlibatan paru
secret akibat kunjungan dan status
proses peradangan diharpkan jalan2. kesehatan umum
napas kembali
efektif dengan
26
criteria hasil: 2. 2. Anjurkan keluarga2. 2. Meningkatkan
- - Napas untuk meninggikan inspirasi maksimal
normal <40 x kepala dan
/menit mengubah posisi
- - Batuk dan
pilek teratasi 3. 3. Anjurkan ibu 3. 3. Air hangat
- - Bunyi memberikan memobilisasi dan
napas bersih cairan/minum air mengeluarkan
- - Tidak hangat sesuai secret
terjadi sianosis kebutuhan 4.
27
3.10 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.12 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal Evaluasi Tanda Tangan
Implementasi
Jam (SOAP) Perawat
Senin, 1 Agustus Diagnose 1 Kunjungan Cici Pambriani
2016 1. Mengkaji pertama jam
09.00 WIB frekuensi/kedalaman 12.00 WIB
dan kemudahan S: ibu
09.20 WIB bernapas mengatakan
09.22 WIB 2. Menganjurkan masih sesak
keluarga untuk O: RR 42x.menit,
meninggikan kepala pernapasan dada
09.10 WIB dan mengubah posisi dan perut,
3. Menganjurkan orang ektremitas masih
tua menjaga agar teraba dingin,
sirkulasi udara baik tidak ada retraksi
dan optimal didalam dinding dada,
rumah posisi
4. Menganjurkan orang semifowler
tua tidak memakaikan dengan
pakaian yang kentat tumpukan 2
5. Berkolaborasi dalam bantal tidur
pemberian terapi A: masalah
bronkodilator: belum teratasi
Pulv:Paracetamol, P : lanjutkan
dexamethasone, intervensi 1 dan
Glyceryl Guaiacolate, 2, dan motivasi
salbutamol ibu untuk
09.00 WIB memberikan obat
jika anak sesak.
09.20 WIB Diagnose 2 Kunjungan
1. Kaji pertama jam
frekuensi/kedalaman 12.00 WIB
09.23 WIB pernapasan dan S: ibu mngatakan
gerakan dada anaknya masih
2. Anjurkan keluarga batuk
09.10 WIB untuk meninggikan O:RR 42x/menit,
kepala dan mengubah pernapsan dada
posisi dan perut, batuk
3. Anjurkan ibu produktif, secret
memberikan hidung kental
cairan/minum air kekuningan,
hangat sesuai bunyi napas
kebutuhan wheezing
09.00 WIB 4. Kolaborasi dengan sebelah kanan,
dokter dalam ujung
12.10 WIB pemberian obat sesuai ekstremitas
28
indikasi masih terabas
- Antibiotic: dingin,
Amoxicilinsyrup 2 x 5 A: masalah
ml belum teratasi
- Pulv:Paracetamol, P: lanjutkan
dexamethasone, intervensi 1-4,
Glyceryl Guaiacolate, dan motivasi ibu
salbutamol memberikan obat
sesuai saran
dokter
Diagnose 3 Kunjungan
1.Mengkaji tingkat pertama pukul
kecemasan keluarga 12.45 WIB
2.Memberikan informasi S: saya bisa
kesehatan tentang tenang sekarang
penyakit yang dialami O: ibu tampak
anaknya: melakukan tenang,
penkes pengetahuan
baik, kooperatif.
A: masalah teratasi
P: hentikan
intervensi:
motivasi ibu
untuk selalu
belajar dan
mencari
informasi
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Organ pernapasan dalam tubuh dibedakan menjadi organ pernapasan atas
dan organ pernapasan bawah. Organ pernapasan atas terdiri dari hidung, faring
dan laring. Sedangkan untuk organ pernapasan bawah terdiri dari trakea,
bronchial, paru-paru, toraks.
Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Kebanyakan
kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab
nonifeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan.
Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial
pernapasan (respiratory syncytial virus VRS), parainfluenzae, influenza, dan
adenovirus. Jenis dan keparahan penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk umur, jenis kelamin, musim dalam tahun tersebut, dan kepadatan
penduduk. Anak laki-laki terkena sedikit lebih sering daripada anak perempuan.
Tidak seperti bronkiolitis, dimana angka serangan puncak adalah dalam tahun
pertama, angka serangan puncak untuk pneumonia virus adalah antara umur 2 dan
3 tahun dan sedikit demi sedikit menurun sesudahnya.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi
benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatur. Umumnya
pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil
terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan
pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia
tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan
dengan pertambahan umur. Pada pneumonia berat bisa terjadi hiposekmia,
hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal napas.
Pneumonia bacterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan
menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5°C sampai 40,5°C [ 101°F
sampai 105°F ], dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh
bernapas dan batuk. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung
30
pada organisme penyebab. Pneumonia akibat virus kebanyakan didahului gejala-
gejala pernapasan beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk.
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotic yang sesuai seperti
yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotic
pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae. Medikasi efektif lainnya termasuk
eritromasin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, penisilin
lainnya, dan trimethoprim sulfametoksazol (Bactrim).
Pneumonia mikoplasma memberikan respons terhadap eritromasin,
tetrasiklin, dan derivate tetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya
mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan respon terhadap
antimicrobial. Pneumocystis carinii memberikan respon terhadap pentamidin dan
trimethoprim-sulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi lembab, hangat
sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial. Asuhan keperawatan dan
pengobatan (dengan pengecualian terapi antimkrobial) sama dengan yang
diberikan untuk pasien yang mengalami pneumonia akibat bakteri.
Potensial komplikasi pneumonia yang mungkin terjadi antara kain
hipotensi dan syok, gagal pernapasan, atelectasis, efusi pleural, delirium, dan
super infeksi.
Pada umumnya prognosis, tergantung dari faktor penderita, bakteri
penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang
baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang
dirawat. Dengan pengobatan, kebanyakan jenis pneumonia bakteri akan stabil
dalam waktu 3–6 hari. Kadang-kadang memakan waktu beberapa minggu
sebelum kebanyakan gejala diatasi. Hasil rontgen biasanya bersih dalam waktu
empat minggu dan mortalitas rendah (kurang dari 1%). Di kalangan lansia atau
orang yang memiliki masalah paru-paru lain penyembuhan mungkin memakan
waktu lebih dari 12 minggu. Di kalangan orang yang memerlukan perawatan di
rumah sakit, mortalitas mungkin hingga 10% dan di kalangan mereka yang
memerlukan perawatan intensif (ICU) mortalitas bisa mencapai 30–50%.
31
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan mengetahui
masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem pernafasan pada pasien, agar
perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut. Sebagai
salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, perawat harus
mampu memenuhi kebutuhan pasien, salah satunya adalah kebutuhan yang
berhubungan dengan sistem pernafasan. Penyusunan makalah ini belum
sempurna, untuk itu diperlukan peninjauan ulang terhadap isi dari makalah ini.
32
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, George, Wita J. Suwono, Budi Riyanto, dan Yuda Taruna. 2009.
Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2012. Surabaya
Engram, Barbara.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Vol.1.Jakarta: EGC
Gibson, John.2003.Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi
2.Jakarta:EGC
Kemenkes RI.2010.Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita.Jakarta
Muttaqin, Arif.Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika.
Soemyarso, Ninik Asmaningsih, Darto Saharso, dan Sjamsul Arief.2014.Modul
Pembelajaran Ilmu Kesehatan Anak.Surabaya:Airlangga University Press
(AUP)
Somantri, Irman.2007.Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika
Wahab, A Samik. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. II E/15. Jakarta: EGC.
33