Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL

BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia-


manuasia berkualitas. Sejalan dengan itu, pendidikan memerlukan inovasi-inovasi
yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa
mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana
untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab,
produktif dan berbudi pekerti luhur.

Pemerintah telah melakukukan berbagai upaya untuk membuat inovasi


dalam dunia pendidikan. Inovasi yang dilakukan biasanya dilakukan dengan
memperhatikan tiga alasan penting, yaitu efisien, efektif dan kenyamanan. Efisien
maksudnya waktu yang tersedia bagi guru harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Efektif maksudnya pelajaran yang diberikan harus menghasilkan hasil yang
bermanfaat bagi siswa atau masyarakat, sedangkan kenyamanan berarti sumber
belajar, media alat bantu belajar, metode yang ditentukan sedemikian rupa
sehingga memberikan gairah belajar mengajar bagi siswa dan guru.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pemerintah, guru, dan orang


tua selalu berupaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Usaha-usaha yang
telah dilakukan belum menunjukkan hasil yang memuaskan, khususnya mata
pelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan hasil ujian mata pelajaran
matematika tingkat SMP sederajat di Indonesia tahun 2018 menurut data Pusat
Penilaian Pendidikan hanya mencapai rata-rata 43,34. Khususnya di Kota
Parepare, tingkat capaian rata-rata nilai UN matematika SMP Negeri 1 Parepare
hanya 34,49 dan tingkat capaian rata-rata nilai UN matematika SMP Negeri 2
Parepare hanya 39,90.

Rendahnya prestasi belajar matematika siswa tersebut mungkin saja


disebabkan oleh usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar
belum maksimal. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk mengatasi hal tersebut
seperti penggunaan model pembelajaran yang baru dan meninggalkan model
pembelajaran konvensional. Salah satu model pembelajaran yang dapat
mendorong motivasi siswa agar terjadi peningkatan hasil belajar yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif. Huda (Ikram, 2015:4) menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif mengacu pada model pembelajaran yang dalam
hal ini peserta didik bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu
dalam belajar.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan memudahkan siswa untuk


memahami pelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division). Isjoni (Taniredja, 2013:64) model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Slavin ini merupakan
salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Selain model pembelajaran kooperatif tipe STAD, model pembelajaran lain


yang dapat meningkatkan hasil belajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe
GI (Group Investigastion). Group Investigation (GI) menurut Sumarmi (2012: 123)
merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil, siswa
menggunakan inkuiri kooperatif (perencanaan dan diskusi kelompok) kemudian
mempresentasikan penemuan mereka di kelas. (Wijayanti dkk, 2013)

Selain dari faktor model pembelajaran, kreativitas juga menentukan hasil


belajar. Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik
dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya yang baru
maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengkaji penelitian dengan


menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI dengan judul
penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif terhadap Hasil Belajar Siswa
Ditinjau dari Kreativitas Siswa (Penelitian Eksperimen Semu pada siswa SMPN di
Kota Parepare)

2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana deskripsi kreativitas belajar matematika siswa yang diajar dengan


model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

b. Bagaimana deskripsi kreativitas belajar matematika siswa yang diajar dengan


model pembelajaran kooperatif tipe GI?

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan


kreativitas terhadap hasil belajar?

b. Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap


hasil belajar matematika siswa?

c. Untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi, apakah ada perbedaan hasil
belajar matematika yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI?

d. Untuk siswa yang memiliki kreativitas rendah, apakah ada perbedaan hasil
belajar matematika yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI?

B. Kajian Teoritik dan Pengujian Hipotesis

1. Deskripsi Teoritik

a. Matematika Sekolah

Soedjadi (Zholillah, 2018:12) mengemukakan bahwa matematika


sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang
diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLTP) dan Pendidikan Menengah (SLTA
dan SMK). Matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari
matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan
kependidikan dan perkembangan IPTEK. Matematika sekolah memiliki
perbedaan dengan matematika sebagai ilmu dalam hal penyajian, pola pikir,
keterbatasan semesta dan tingkat keabstrakannya.

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Isjoni (Taniredja, 2013:64) model pembelajaran kooperatif tipe STAD


yang dikembangkan oleh Slavin ini merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD


Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Fase Kooperatif
STAD
Fase-1 Menyampaikan semua tujuan pembelajaran
Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
memotivasi siswa dan memotivasi siswa untuk belajar.

Fase-2 Menyajikan informasi kepada siswa dengan


Menyajikan informasi jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan
bacaan.
Fase-3 Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok agar melakukan
ke dalam kelompok- transisi secara efisien.
kelompok belajar.
Fase-4 Membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas.
belajar (berpikir bersama)
Fase-5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan penghargaan upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan


menggunakan teknik kooperatif Tipe GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa
itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih
subtopic dari keseluruhan unit materi yang diajarkan, dan kemudian membuat
atau menghasilkan laporan kelompok. Model ini dapat dipakai guru untuk
menembangkan kreativitas siswa. (Rusman, 2011:220)

Langkah pembelajaran seperti berikut

1) Pemilihan Topik; siswa memilih topik tertentu dalam suatu bidang masalah.

2) Perencanaan Cooperative; siswa di masing-masing kelompok dan guru


merencanakan prosedur belajar tertentu.

3) Penerapan; siswa melaksanakan rencaa yang telah diformulasikan pada


tahap kedua.

4) Analisis dan Sintesis; siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang


diperoleh pada tahap ketiga.

5) Presentasi Produk Akhir; sebagian atau seluruh kelompok memberikan


presentasi atas topik-topik yang dipelajari

6) Evaluasi; guru dan siswa mengevaluasi kontribusi masing-masing kelompok


terhadap kerja kelas secara keseluruhan.

d. Kreativitas Belajar Matematika Siswa

Kreatif dalam belajar matematika dapat dinyatakan sebagai kemampuan


untuk melihat bermacam-macam kemungkinan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam belajar matematika. Lebih jauh dinyatakan oleh Torrance
EP (2001: 134): “Creativity is process that manifests itself influence, in
flexibility as well in originality of thinking“ (kreatif adalah proses yang
menjilma dan berpengaruh dalam diri secara lentur dan asli). (Widiarti, 2015)

e. Hasil Belajar Matematika

Sumarni (Zholillah, 2018:13) mengemukakan bahwa hasil belajar


matematika merupakan hasil yang dicapai atau sesuatu yang diperoleh,
dikuasai setelah melakukan kegiatan belajar matematika. Hasil belajar
tersebut merupakan kecapakan seseorang (siswa yang dapat di ukur langsung
dengan menggunakan tes hasil belajar atau dengan kata lain hasil belajar
matematika menggambarkan tingkat penggunaan siswa dalam pelajaran
matematika yang dicerminkan oleh skor yang diperoleh dalam tes hasil belajar
matematika.

2. Hasil Penelitian yang Relevan

a. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pernah digunakan oleh Dwi
Pambudi (2017) di salah satu SMP di Tulungagung, diperoleh hasil belajar
matematika siswa dengan besar pengaruh dilihat dari perhitungan effect size yaitu
86%.

b. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI pernah digunakan oleh Een dkk
(2015) di salah satu SMP di Riau, diperoleh hasil belajar matematika siswa dengan
rata-rata 79,30.

c. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw pernah


digunakan oleh Mufany Nur Lestari (2018) di salah satu SMP di Medan, diperoleh
hasil belajar matematika yang diajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD
lebih baik dari pada Jigsaw.

3. Kerangka Pikir

Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap hasil


belajar yang dicapai siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu memilih dan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model


pembelajaran koperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap kelompok 4 – 5 orang siswa secara hiterogen. Diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis
dan penghargaan kelompok. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja
dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota telah meguasai pelajaran
tersebut, kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat
tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe G1 merupakan model


pembelajaran kooperatif yang mencakup konsep penelitian (inquiry),
pengetahuan (knowledge) dan dinamika belajar kelompok (the dynamics of the
learning group). Pada model ini siswa tidak dituntut untuk menemukan masalah,
tetapi lebih dituntut untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah secara
kelompok. Dalam hal ini, masalah sudah direncanakan oleh guru.

Guru yang mengajarkan matematika diharapkan berperan untuk


mengembangkan pikiran inovatif dan kreatif, membantu siswa dalam
mengembangkan daya nalar, berpikir logis, sistematis logis, kreatif, cerdas, rasa
keindahan, sikap terbuka dan rasa ingin tahu. Menjadikan pembelajaran
matematika menarik bagi siswa akan menjadikan mereka aktif dan kreatif. Dengan
aktif dan kreatifnya siswa mengikuti pembelajaran, maka diharapkan hal ini akan
memberi efek positif terhadap hasil belajar yang diperolehnya.

Model pembelajaran dan kreativitas adalah faktor yang berpengaruh


terhadap prestasi belajar siswa. Jika model pembelajaran STAD dan GI tidak
didukung kreativitas siswa maka hasilnya kurang optimal. Begitu pula sebaliknya,
jika siswa mempunyai kreativitas tinggi, tetapi guru tidak memfasilitasi model
pembelajaran yang mendukung maka hasilnya pun kurang optimal.

Dari uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh interaksi


antara model pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa terhadap hasil belajar
matematika.

4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dan kreativitas terhadap hasil


belajar matematika siswa.

b. Hasil belajar siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar melalui
pembelajaran kooperatif tipe GI.

c. Untuk siswa yang memiliki kreativitas kategori tinggi, ada perbedaan hasil
belajar matematika siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar melalui model
pembelajaran kooperatif tipe GI.

d. Untuk siswa yang memiliki kreativitas kategori rendah, ada perbedaan hasil
belajar matematika siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar melalui model
pembelajaran kooperatif tipe GI.

C. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang melibatkan dua


kelas eksperimen. Kelas eksperimen I yang diajar dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan kelas eksperimen II diajar dengan
menerapkan model pembelajaran tipe GI.

2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kreativitas belajar matematika siswa yang diajar dengan


menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Untuk mengetahui kreativitas belajar matematika siswa yang diajar dengan


menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

c. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi model pembelajaran kooperatif dan


kreativitas belajar terhadap hasil belajar matematika siswa.

d. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran


kooperatif terhadap hasil belajar matematika siswa.

e. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang diajar melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar matematika siswa yang
diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI ditinjau dari siswa yang
memounyai kreativitas belajar tinggi.
f. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang diajar melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar matematika siswa yang
diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI ditinjau dari siswa yang
memounyai kreativitas belajar rendah.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Parepare dan SMP Negeri 2


Parepare yang terakreditasi A pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

4. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri
di Koata Parepare tahun pelajaran 2018/2019 yang terakreditasi A.

b. Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan


teknik cluster random sampling. Adapun langkah-langkah dalam menentukan
sampel penelitian adalah:

1) Memilih dua sekolah dari sekolah (SMP) negeri yang berada di kota
Parepare yang memiliki akreditasi sama, dan menerapkan kurikulum yang
sama.

2) Dari kedua sekolah, dipilih masing-masing satu kelas secara acak


(diasumsikan homogeny dalam hal hasil belajarnya)

3) Memilih satu kelas sebagai kelompok yang diajar dengan menggunakan


model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan satu kelas sebagai kelompok
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

5. Jenis Istrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tes Hasil Belajar


Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasan, dengan cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan. Jenis instrumen ini digunakan untuk memperoleh data
tentang hasil belajar siswa dengan jenis tes posttes. Instrumen penelitian ini
sebelum digunakan terlebih dahulu diuji validitas isi yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan isi tes yang
dikehendaki. Tes hasil belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini
berbentuk pilihan ganda.

b. Pedoman Observasi

Pedoman observasi merupakan salah satu bentuk instrumen yang sering


digunakan dalam penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data yang
lebih akurat melalui pengamatan di lapangan. Pedoman observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang
keterlaksanaan pembelajaran selama proses belajar mengajar.

c. Angket Kreativitas Belajar Matematika

Angket kreativitas belajar matematika yang digunakan terdiri dari 30


butir item pernyataan yang dijabarkan dari 13 indikator yang juga dijabarkan
dari 4 aspek kreativitas belajar matematika yaitu fleksibilitas, originalitas,
elaborasi dan fluency. Adapun skala pengukuran yang digunakan dalam
angket ini adalah skala Likert.

6. Desaian Penelitian/Analisis

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest

Only Control Design. Adapun desain faktorial 2x2 dalam peneleitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain ANAVA 2x2 faktorial

Model Pembelajaran Kooperatif (A)

A1 A2
Kreativitas B1 A1B1 A 2 B1

Belajar
B2 A1B2 A 2 B2
Matematika (B)

Keterangan :

A1 : Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD

A2 : Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe GI

B1 : Kelompok siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi

B2 : Kelompok siswa yang mempunyai kreativitas belajar rendah

A1B1 : Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan mempunyai kreativitas belajar tinggi

A2B1 : Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe GI dan mempunyai kreativitas belajar tinggi.

A1B2 : Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan mempunyai kreativitas belajar rendah.

A2B2 : Kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe GI dan mempunyai kreativitas belajar rendah.

7. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara deskripti dan inferensial


a. Analisis Statistik Deskriptif

1) Keterlaksanaan Pembelajaran

Teknik analisis data terhadap keterlaksanaan pembelajaran menggunakan


analisis rata-rata, dalam hal ini tingkat kemampuan guru dihitung dengan cara
menjumlahkan nilai setiap aspek kemudian membaginya dengan banyak aspek
yang dinilai. Adapun pengkategorian kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Konversi Nilai Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT dan CORE

No. Persentase Keterlaksanaan Kategori

1. 0% - 25% Tidak terlaksana

2. 26% - 50% Kurang terlaksana

3. 51% - 75% Cukup terlaksana

4. 76% - 100% Terlaksana dengan baik

Sumber : Djaya (2013:76)

2) Analisis Deskriptif Variabel Kreativitas Belajar Matematika Siswa

Data berupa skor yang diperoleh dari pengisian angket kreativitas


matematika siswa dideskripsikan per aspek dengan menghitung jumlah skor
item positif dan negative tiap aspek kemudian menentukan kategorinya.

Tabel 3.3 Konversi Skor Kreativitas Siswa

Persentase Kategori
90,00 ≤ P ≤ 100 Sangat tinggi
80,00 ≤ P ˂ 90,00 Tinggi
65,00 ≤ P ˂ 80,00 Sedang
55,00 ≤ P ˂ 65,00 Rendah
P ˂ 55,00 Sangat rendah
Sumber : Faelasofi (2017)

3) Tes Hasil Belajar Matematika

Analisis ini meliputi nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum, nilai

minimum dan tabel distribusi frekuensi.

Jenis data berupa hasil belajar selanjutnya dikategorikan secara

kualitatif berdasarkan teknik kategorisasi menurut methods of grading in

Summative Evaluation dari Bloom, Madaus & Hastings (Gerson, 2003: 19)

adalah:

Tabel 3.3 Kategori hasil belajar

Nilai hasil belajar Kategori

90 ≤ x Sangat tinggi

75 ≤ x < 90 Tinggi

60 ≤ x < 75 Sedang

40 ≤ x < 60 Rendah

x < 40 Sangat Rendah

Untuk keperluan analisis tersebut, disusun suatu Kriteria Ketuntasan Minimun


(KKM) siswa dalam belajar yang ditetapkan oleh sekolah tempat penelitian.
Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki nilai paling
sedikit 75.

b. Statistik Inferensial

Pengujian kebenaran hipotesis yang diajukan dilakukan melalui analisis

data yang telah diperoleh. Pertama, melakukan uji persyaratan analisis yang

diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis


dapat diajukan atau tidak. Uji prasyarat analisis berupa uji homogenitas,

kemudian menggunakan uji anova (two way anova) untuk menguji hipotesis

pertama, uji t (independent samples t test) untuk hipotesis kedua, dan uji

anova (uji kontras) untuk hipotesis ketiga dan keempat.

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel

memiliki variansi yang sama. Hipotesis yang akan diuji yaitu :

𝐻0 ∶ Data memiliki variansi yang sama.

𝐻1 ∶ Data tidak memiliki variansi yang sama.

Pedoman pengambilan keputusan dihitung menggunakan bantuan

program SPSS 20 dengan metode Levene’s for equality of variances. Nilai α

yang digunakan adalah 0,05 dengan pedoman pengambilan keputusan sebagai

berikut :

- Jika nilai signifikansi atau p-value < 0,05 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima

dengan artian bahwa data sampel mempunyai variansi yang berbeda.

- Jika nilai signifikansi atau p-value > 0,05 maka H0 diterima dengan artian

bahwa data sampel mempunyai variansi yang sama.

8. Hipotesis Statistik

Dalam melaksanakan penelitian ini maka dirancang desain data


penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.4 Desain Data Penelitian

Model Pembelajaran Kooperatif (A)

A1 A2

Kreativitas Belajar B1 𝜇11 𝜇12

Matematika (B) B2 𝜇21 𝜇22


Keterangan:
A1 adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
A2 adalah model pembelajaran kooperatif tipe GI
B1 adalah kreativitas belajar matematika tinggi
B2 adalah kreativitas belajar matematika rendah
Maka untuk keperluan pengujian secara statistik, dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
a) Hipotesis 1 : 𝐻0 : 𝜇𝐴𝑥𝐵 = 0 melawan 𝐻1 ∶ 𝜇𝐴𝑥𝐵 ≠ 0
b) Hipotesis 2 : 𝐻0 : 𝜇𝐴1 ≤ 𝜇𝐴2 melawan 𝐻1 ∶ 𝜇𝐴1 > 𝜇𝐴2
c) Hipotesis 3 : 𝐻0 : 𝜇11 = 𝜇12 melawan 𝐻1 ∶ 𝜇11 ≠ 𝜇12
d) Hipotesis 4 : 𝐻0 : 𝜇21 = 𝜇22 melawan 𝐻1 ∶ 𝜇21 ≠ 𝜇22
D. Daftar Pustaka

Djaya, R.M. 2013. Komparasi Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Numbered Heads Together (NHT) dan Pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI)dalam Materi Geometri pada Siswa Kelas VII SMP
Negeri 4 Sungguminasa. Tesis. Makassar: Pascasarjana UNM.
Een, dkk. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 4 Rambah. [Online]. Tersedia: http://e-journal.upp.ac.id/ diakses 30
Maret 2019
Faelasofi, Rahma. 2017. Identifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Pokok Bahasan Peluang. Jurnal Edumath Vol. 3 No.2, hal 155-163, Oktober
2017.
Gerson. 2003. Evaluasi Hasil Belajar yang relevan dengan kurikulum berbasis
kompetensi. Surabaya : Yayasan Pengkajian Pengembangan Pendidikan
Indonesia Timur (YP3IT).
Ikram, Z. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar
Matematika. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: FMIPA UNM.
Lestari, Mufany N. 2018. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dan Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah
19 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi tidak diterbitkan.
Medan: UIN Sumut.
Pambudi, Dwi. 2017. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Stad (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar
Matematika Materi Lingkaran Siswa Kelas VII Semester 2 MTsN Tunggangri
Kalidawir Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi tidak diterbitkan.
Tulungagung: IAIN Tulungagung.
Rusman, Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Taniredja, tukiran dkk. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.
Bandung: Alfabeta.
Widiarti, S. 2015. Pengaruh Pemanfaatan Media Lingkungan dan Media Gambar
Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas
Siswa. Tesis tidak diterbitkan: Universitas Sebelas Maret.
Wijayanti, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mejayan
Kabupaten Madiun. [Online]. Tersedia: http://jurnal-online.um.ac.id/ diakses
29 Maret 2019
Zholillah, Z. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil
Belajar Siswa Ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: FMIPA UNM.

Anda mungkin juga menyukai