UNIVERSITAS TERBUKA
JAKARTA 2019
EVALUASI PEMBELAJARAN MODUL 1
A. KEGIATAN BELAJAR 1
1
Sedangkan menurut Weiss (1972) ada empat hal yang di tekankan pada
rumusan tujuan evaluasinya, yaitu: menunjuk pada penggunaan metode
penelitian, menekankan pada hasil suatu program, pengguna criteria untuk
menilai dan kontirbusi terhadap pengambilan keputusan dan perbaikan program
di masa mendatang. Jadi berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan
informasi tentang suatu program. Untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat
keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Tujuan
dari evaluasi tersebut adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan
objektif tentang suatu program informasi tersebut dapat berupa proses
pelaksanaan program, dampak atau hasil yang dicapai, efisiensi serta
pemanfaatan hasil evaluasi yang di putusaskan dari program itu sendiri yaitu
untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan.
Wujud dari hasil evaluasi adalah rekomendasi dari evaluator untuk pengambil
keputusan
2
3. Pengertian Penilaian Dalam Evaluasi Pembelajaran
Penilaian hasil belajar merupakan komponen yang penting dalam
kegiatan pembelajaran meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas sistem penilaian. Menurut Djemari Mardapi
(2008:5) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem
penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi
mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar dengan lebih
baik.
Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses
menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga
suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat
mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ketentuan atau ukuran
yang jelas bagaimana yang baik, yang sedang dan yang kurang. Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program
yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara
kenyataan atau apa adanya. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat
relatif. Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut
menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku.
Sedangkan perbandingan bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih
menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya dengan
bersumber pada kriteria yang sama.
Dalam konteks ini penilaian yang di maksud dalam proses evaluasi
pembelajaran adalah penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar adalah proses
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria
tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil
belajar siswa. Pada hakikatnya hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah
laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup
bidang kognitif, efektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil
belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan
tingkah laku yang dikuasai siswa menjadi unsure penting sebagai dasar dan
acuan penilaian.
3
B. KEGIATAN BELAJAR 2
1. Jenis Penilaian Dalam Evaluasi Pembelajaran
Dibedakan dari fungsinya, ada beberapa macam jenis penilaian, yaitu
penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostic, penilaian selektif dan
penilaian penempatan.
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir
program pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran
itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif diharapkan guru dapat
memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. Biasanya di
sekolah-sekolah, tes formatif itu pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan
pelajaran yang akan diajarkan oleh seorang guru, setelah guru mengadakan atau
melaksanakan suatu tes formatif maka sebaiknya ditindaklanjuti lagi jika ada
bagian-bagian yang memang belum dikuasai atau belum dipahami oleh peserta
didik. Dengan begitu tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki
tingkat penguasaan materi dari peserta didik dan sekaligus memperbaiki dalam
suatu proses pembelajaran.
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit
program, yaitu akhir semester dan akhir tahun.Tujuannya adalah untuk melihat
hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler
dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan proses.
Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat
kelemahan-kelemahan siswa serta factor penyebabnya. Penilaian ini di
laksanakan untuk untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial
(remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dll. Soal-soal tentunya disusun
agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.
Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan
seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui
ketrampilan prasayarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan
penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan
belajar untuk program itu. Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi
4
kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program
belajar dengan kemampuan siswa.
Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes
dan bukan tes (nontes). Tes ini ada yang berikan secara lisan (menurut jawaban
secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes
tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan. Soal-soal tes ada yang
disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai atau uraian.
Sedangkan non tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner,
wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.
5
2) Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat
pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya
tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawabannya juga berdasarkan
apa yang dikehendakinya.
3) Tes ini biasanya kurang realibel, mengungkap aspek yang terbatas,
pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi
kelas yang jumlah siswanya relatif besar.
b. Jenis-jenis tes uraian
1) Uraian Bebas (free essay)
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung
pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan
uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan
bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:
a) Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu maasalah
sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.
b) Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka
ragam sehingga tidak ada satupun jawaban yang pasti
c) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan
dari berbagai segi atau dimensi.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa
bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif
karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
2) Uraian Terbatas
Pertanyaan bentuk tes uraian terbatas telah diarahkan kepada
hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi:
a. ruang lingkupnya, b. sudut pandang menjawabnya, c. indikator-
indikatornya.
Dengan adanya pembatasan tersebut, jawaban siswa akan lebih
terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan penilaian juga
lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih mudah
ditentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal uraian terbatas lebih terarah dan
telebih tepat digunakan daripada bentuk uraian bebas.
6
3) Uraian Berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal
objektif dan soal-soal essay. Soal berstruktur merupakan serangkaian
soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas
menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi unsur-unsur a. pengantar
soal, b. seprangkat data, dan c. serangkaian sub soal.
Keuntungan soal berstruktur antara lain: a. satu soal bisa terdiri
atas beberapa sub soal atau pertanyaan, b. setiap pertanyaan yang
diajukan mengacu kepada suatu data tertentu sehingga lebih jelas dan
terarah, c. soal-soal berkaitan satu sama lain dan bisa diurutkan
berdasarkan tingkat kesulitannya.
Data yang diajukan dalam berstuktur bisa berupa angka, tabel,
grafik, gambar, bagan, kasus, bacaan tertentu, diagram, model, dll.
Bentuk soal berstruktur bisa digunakan untuk mengukur semua
aspek kognitif seperti ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Tingkat kesulitan soal dapat dibuat sedemikian rupa
sehingga berurutan dari soal yang mudah menuju soal yang sukar.
Kelemahan yang mungkin terjadi berkisar pada: a. bidang yang
diujikan menjadi terbatas, dan b. kurang praktis sebab satu
permasalahan harus dirumuskan dalam pemaparan yang lengkap disertai
data yang memadai.