Anda di halaman 1dari 17

DERET TAYLOR DAN MACLAURIN

Di Susun :
Muhammad Adrian Maulana
18314056
TS 18A

Di periksa :
Permata, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang

Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Deret Taylor”.

Makalah ini berisikan tentang informasi seputar Deret Taylor atau yang lebih

khususnya membahas persamaan-persamaan Deret Taylor dan Teorema Taylor.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Deret

Taylor.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT

senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bandar Lampung, 7 April 2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Turunan numerik digunakan secara luas untuk menentukan laju


peruba-han suatu data digital yang mana fungsi pembangkitnya secara
umum tidak diketahui. Selain itu, juga terdapat fungsi-fungsi tertentu
yang tidak dapat ditu-runkan secara analitik sehingga dibutuhkan
metode numerik untuk menentukan hampiran turunannya.

Salah satu metode numerik yang paling sering dan mudah


digunakan dalam menghitung hampiran turunan suatu fungsi adalah
metode beda hingga. Pada metode ini variabel domain suatu fungsi
dipartisi atas sejumlah titik dan rumus aproksimasi untuk turunan
diperoleh dari ekspansi deret Taylor di satu atau lebih titik partisi [6].
Berdasarkan lokasi titik-titik partisi yang digunakan, metode beda
hingga dibagi atas tiga jenis, yaitu beda maju (forward di erence), beda
mundur (backward di erence), dan beda pusat (central di erence).

Rumus umum beda hingga untuk turunan ke-m dengan


ketelitian orde ke-n dapat dibangkitkan dengan suatu algoritma rekursif,
artinya untuk memper-oleh rumus turunan ke-m dengan ketelitian orde
ke-n, perlu diketahui dulu rumus turunan ke-(m 1) dengan ketelitian
orde ke-(n 1). Salah satu algoritma rekursif tersebut dikembangkan oleh
Fornberg [3] yang darinya dapat dibuat tabel yang
berisi koe sien-koe sien rumus beda maju, mundur dan pusat untuk
beberapa tingkatan turunan fungsi dengan beberapa orde ketelitian.

Dalam tataran praktis, algoritma rekursif tersebut membutuhkan


me-mori komputasi yang semakin besar untuk tingkatan turunan dan
orde ketelitian yang semakin tinggi, karena melibatkan jumlah data
(titik-titik partisi) yang se-makin banyak. Untuk mengatasi hal tersebut,
diperlukan bentuk tutup dari rumus beda hingga sehingga koe sien-koe
siennya dapat ditentukan secara lang-sung tanpa melewati proses
perhitungan secara rekursif.

Adapun yang dimaksud dengan bentuk tutup di sini adalah


suatu eks-presi matematika yang dapat dihitung dalam sejumlah
berhingga operasi. Seba-gai contoh, ekspresi matematika
1 x
X
i
f(x) = (1.1)
2i
=0

bukanlah dalam bentuk tutup karena penjumlahnya memerlukan tak-


hingga banyak operasi. Namun, dengan menggunakan deret geometri,
ekspresi di atas dapat dinyatakan dalam bentuk tutup

f(x) = 2x; (1.2)

yang menjadi lebih sederhana perhitungannya.

Dalam referensi [5], Khan dkk memberikan bentuk tutup dari


rumus beda hingga yang dikembangkan berdasarkan deret Taylor. Untuk
hampiran turunan pertama suatu fungsi f(x) di titik x = x0, bentuk tutup
dari rumus

beda hingganya diberikan


oleh
1

f0 (x0) T Xk gkfk; (1.3)

2
dimana T menyatakan lebar selang partisi, sedangkan koe sien g k dan
iterator k

dide nisikan berdasarkan orde dan jenis beda hingga.

Rumus untuk koe sien gk diperoleh dengan mengobservasi


solusi sistem

persamaan yang dibangun dari deret Taylor. Meskipun validasi rumus


tersebut telah dibuktikan secara numerik sampai ke orde N yang
cukup besar, namun rumus tersebut tidak dilengkapi dengan bukti
matematis yang komprehensif.

1.2 Perumusan Masalah

Pada skripsi ini akan dibahas pembuktian matematis dari


bentuk tutup rumus beda hingga berdasarkan deret Taylor yang
dikembangkan oleh Khan dkk dalam referensi [5]. Pembahasan pada
skripsi ini mengeksplorasi kembali kajian pada referensi [4].

1.3 Pembatasan Masalah

Pembahasan dalam skripsi ini dibatasi pada pembuktian


bentuk tutup rumus beda maju untuk turunan pertama dari fungsi satu
variabel.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan


penjelasan detail mengenai pembuktian matematis dari bentuk tutup
rumus beda maju berdasarkan deret Taylor.
BAB II
ISI

DERET TAYLOR DAN MACLAURIN

Jika kita mempunyai sebuah fungsi dengan satu variabel, katakanlah sin x atau
ln(cos2x), dapatkan fungsi ini digambarkan sebagai suatu deret pangkat dari x atau lebih
umum dari (x  a) ?. Atau dengan kata lain, adakah bilangan c0, c1, c2, c3, . . . sehingga,
f(x) = c0 + c1(x  a) + c2(x  a)2 + c3(x  a)3 . . .
pada sebuah selang di sekitar x = a ?
Apabila penggambaran fungsi semacam itu ada, maka menurut teorema tentang
pendiferensialan deret (Teorema V.2) akan diperoleh pendiferensialan sebagai berikut,
f’(x) = c1 + 2c2(x  a) + 3c3(x  a)2 + 4c4(x  a)3 . . .
f’’(x) = 2c2 + 6c3(x  a) + 12c4(x  a)2 + 20c5(x  a)3 . . .
f’’’(x) = 6c3 + 24c4(x  a) + 60c5(x  a)2 + 120c6(x  a)3 . . .
.
.
.
Apabila kita subtitusikan x = a, maka diperoleh,
f(a) = c0
f’(a) = c1
f’’(a) = 2c2 = 2!c2
f’’’(a) = 6c3 = 3!c3
.
.
.
Dari hasil subtitusi ini selanjutnya kita dapat menghitung cn, yaitu
c0 = f(a)
c1 = f’(a)
f ' ' (a )
c2 =
2!
f ' ' ' (a )
c3 =
3!
.
.
.
Dari penentuan cn ini, kita dapat menuliskan rumus yang lebih umum, yaitu
f n (a )
cn =
n!
Catatan : Supaya rumus untuk cn ini berlaku untuk n = 0, maka kita artikan f0(a) sebagai
f(a) dan 0! = 1.
Dari hasil di atas dapat kita lihat bahwa koefisien-koefisien cn ditentukan oleh f. Hal
ini berarti bahwa suatu fungsi f tidak dapat digambarkan oleh dua deret pangkat dari x  a
yang berbeda seperti yang dituangkan dalam teorema berikut.

Teorema VI.1 (Teorema Ketunggalan)


Andaikan f memenuhi uraian berikut,
f(x) = c0 + c1(x  a) + c2(x  a)2 + c3(x  a)3 . . .
untuk semua x dalam selang di sekitar a, maka
f n (a )
cn =
n!
Jadi suatu fungsi tidak dapat digambarkan oleh dua deret pangkat dari (x  a).

Bentuk koefisien cn mirip dengan koefisien yang terdapat dalam Rumus Taylor, oleh
karena itu deret pangkat dari (x  a) yang menggambarkan sebuah fungsi ini dinamakan
deret Taylor. Apabila a = 0, maka deret dinamakan deret Maclaurin. Dengan deret Taylor
ini kita bisa menjawab pertanyaan di awal bagian ini yaitu apakah sebuah fungsi f dapat
digambarkan sebagai deret pangkat dalam x atau (x  a) seperti yang dinyatakan dalam
teorema berikut.

Teorema VI.2 (Teorema Taylor)


Misalkan f adalah sebuah fungsi yang memiliki turunan dari semua tingkat dalam
selang (a  r, a  r). Syarat perlu dan cukup supaya deret Taylor
f ' ' (a ) f ' ' ' (a )
f(a) + f’(a)(x  a) + (x  a)2 + (x  a)3 + . . .
2! 3!
menggambarkan fungsi f dalam selang tersebut adalah,
lim Rn (x)  0
n 

dengan Rn(x) adalah suku sisa dalam Rumus taylor, yaitu


f ( n 1) ( c)
Rn(x) = ( x  a ) n 1
( n  1)!
dengan c suatu bilangan dalam selang (a  r, a  r).

Bukti :
Untuk membuktikan teorema ini kita hanya perlu mengingat Rumus Taylor, yaitu
f ' ' (a ) f ' ' ' (a ) f ( n ) ( c)
f(a) + f’(a)(x  a) + (x  a)2 + (x  a)3 + . . . + ( x  a ) n + Rn(x)
2! 3! n!

dengan mengambil lim Rn (x )  0, maka diperoleh,


n 
f ' ' (a ) f ' ' ' (a )
f(a) + f’(a)(x  a) + (x  a)2 + (x  a)3 + . . .
2! 3!

Perhatikanlah, apabila a = 0, maka diperoleh deret Maclaurin, yaitu


f ' ' ( 0) 2 f ' ' ' ( 0) 3
f(0) + f’(0)(x) + x + x +. . .
2! 3!

Contoh VI.1
Tentukan deret Maclaurin untuk sin x dan buktikan bahwa deret tersebut menggambarkan
sin x untuk semua x.

Jawab :
f(x) = sin x f(0) = 0
f’(x) = cos x f’(0) = 1
f’’(x) = sin x f’’(0) = 0
f’’’(x) = cos x f’’’(0) = 1
f(4)(x) = sin x f(4)(0) = 0
f(5)(x) = cos x f(5)(0) = 1
f(6)(x) = sin x f(6)(0) = 0
f(7)(x) = cos x f(7)(0) = 1
. .
. .
. .
Dengan memasukan harga-harga turunan ini ke deret Maclaurin diperoleh,

x 3 x5 x 7
sin x = x     . . .
3! 5! 7!

Uraian deret ini akan berlaku untuk semua x, asal dapat dibuktikan bahwa
f ( n 1) ( c) n 1
lim Rn (x) = lim x =0
n  n  ( n  1)!
Oleh karena f ( n 1) ( x )  cos x  1 atau f ( n 1)
( x )  sin x  1, maka

f ( n 1) ( c) n 1
n1
x
Rn(x) = x 
( n  1)! ( n  1)!
n 1
x
Selain itu, menurut Uji Suku ke-n diperoleh bahwa lim = 0. Jadi lim Rn (x ) = 0.
n  ( n  1)! n

Contoh VI.2
Tentukan deret Maclaurin untuk cos x dan buktikan bahwa deret tersebut menggambarkan
cos x untuk semua x.
Jawab :
f(x) = cos x f(0) = 1
f’(x) = sin x f’(0) = 0
f’’(x) = cos x f’’(0) = 1
f’’’(x) = sin x f’’’(0) = 0
f(4)(x) = cos x f(4)(0) = 1
f(5)(x) = sin x f(5)(0) = 0
f(6)(x) = cos x f(6)(0) = 1
f(7)(x) = sin x f(7)(0) = 0
. .
. .
. .
Dengan memasukan harga-harga ini ke deret Maclaurin diperoleh,

x2 x4 x6
cos x = 1     . . .
2! 4! 6!

Uraian deret ini akan berlaku untuk semua x, asal dapat dibuktikan bahwa
f ( n 1) ( c) n 1
lim Rn (x) = lim x =0
n  n  ( n  1)!

Oleh karena f ( n 1) ( x )  cos x  1 atau f ( n 1)


( x )  sin x  1, maka

f ( n 1) ( c) n 1
n1
x
Rn(x) = x 
( n  1)! ( n  1)!
n 1
x
Selain itu, menurut Uji Suku ke-n diperoleh bahwa lim = 0. Jadi lim Rn (x ) = 0.
n  ( n  1)! n

Contoh VI.3
Tentukan deret Maclaurin untuk f(x) = cosh x dengan dua cara, dan buktikan bahwa uraian
tersebut menggambarkan cosh x untuk semua x.
Jawab :
Cara pertama,
f(x) = cosh x f(0) =1
f’(x) = sinh x f’(0) =0
f’’(x) = cosh x f’’(0) =1
f’’’(x) = sinh x f’’’(0) =0
f(4)(x) = cosh x f(4)(0) =1
f(5)(x) = sinh x f(5)(0) =0
f(6)(x) = cosh x f(6)(0) =1
Jadi dengan memasukan harga-harga ini ke deret Maclaurin diperoleh,

x2 x4 x6
cosh x = 1     . . .
2! 4! 6!
Untuk membuktikan bahwa uraian ini menggambarkan cosh x untuk semua x, cukup
dibuktikan bahwa lim Rn (x )  0.
n 
Misalkan B sebuah bilangan sebarang, dan andaikan x  B , maka
e x  e x e x e x e B e B
cosh x =      eB
2 2 2 2 2
dengan jalan yang sama kita peroleh juga sinh x  eB . Oleh karena f(n+1)(x) adalah cosh x
atau sinh x maka dapat kita simpulkan bahwa
n 1
f ( n 1) (c)x n 1 ex x
Rn (x ) 
(n  1)! (n  1)
n 1
en x
Bentuk pada ruas terakhir menuju nol apabila n   atau lim  0. Akibatnya
n  ( n  1)!
lim Rn (x)  0
n 

Cara kedua :
ex  e x
Telah kita ketahui bahwa cosh x = (i)
2
Dari Contoh VI.9 telah kita peroleh bahwa,
x2 x3 x4
ex = 1  x    + . . . (ii)
2! 3! 4!
dari persamaan (ii) ini dapat ditentukan ex , yaitu
x2 x3 x4
ex = 1  x     . . . (ii)
2! 3! 4!
dengan mesubtitusikan persamaan (ii) dan (iii) ke persamaan (i) diperoleh,
x 2 x3 x 4 x 2 x3 x 4
1 x     . . . + 1 x     . . .
cosh x = 2! 3! 4! 2! 3! 4!
2
x2 x4 x6
= 1    . . .
2! 4! 6!

Contoh VI.4
Tentukan deret Maclaurin untuk f(x) = sinh x dengan dua cara, dan buktikan bahwa uraian
tersebut menggambarkan cosh x untuk semua x.

Jawab :
Cara pertama,
f(x) = sinh x f(0) =0
f’(x) = cosh x f’(0) =1
f’’(x) = sinh x f’’(0) =0
f’’’(x) = cosh x f’’’(0) =1
f(4)(x) = sinh x f(4)(0) =0
f(5)(x) = cosh x f(5)(0) =1
f(6)(x) = sinh x f(6)(0) =1
Jadi dari deret Maclaurin diperoleh,

x 3 x5 x 7
sinh x = x     . . .
3! 5! 7!

VI.A. DERET BINOMIAL


Dari Rumus Binomial diketahui bahwa untuk p bilangan bulat positif berlaku,
 p  p  p  p
(1 + x) = 1    x    x    x  . . .    x p
p 2 3

1 2  3  p
dengan
 p  p( p  1)( p  2) . . . ( p  k  1)
 =
k  k!
 p
Perhatikan bahwa simbol   mempunyai arti untuk setiap bilangan riil p, asal saja k bulat
k 
positif. Dengan rumus binomial ini kita dapat menyusun teorema berikut.

Teorema VI.3 (Deret Binomial)


Untuk setiap bilangan riil p dan x  1 berlaku ,
 p  p  p  p
p
(1 + x) = 1    x    x 2
   x 3
 . . .   x p
1 2  3  p
 p
dengan   seperti yang dibicarakan di atas.
k 

Bukti :
Andaikan f(x) = (1 + x)p. Jika kita diferensialkan fungsi ini maka diperoleh,
f(x) = (1 + x)p f(0) = 1
f’(x) = p(1 + x)p  1 f’(0) = p
p 2
f’’(x) = p(p  1)(1 + x) f’’(0) = p(p  1)
p 2
f’’’(x) = p(p  1)(p  2)(1 + x) f’’’(0) = p(p  1)(p  2)
. .
. .
. .
Dengan memasukan harga-harga diferensial ini ke deret Maclaurin yaitu,
f ' ' ( 0) 2 f ' ' ' ( 0) 3
f(x) = f(0) + f’(0)x + x + x +. . .
2! 3!
maka diperoleh,
p( p  1) 2 p( p  1)( p  2) 3
(1 + x)p = 1 + px + x + x +. . . (i)
2! 3!
Karena,
p  p
p  
1!  1 
p( p  1)  p 
 
2!  2
p( p  1)( p  2)  p 
 
3!  3
maka persamaan (i) menjadi
 p  p  p
(1 + x)p = 1    x    x 2    x 3  . . .
1 2  3

Contoh VI.5
Tuliskanlah (1  x)2 sebagai suatu deret Maclaurin pada selang 1  x  1.

Jawab :
Dengan menggunakan Teorema VI.3 (Deret Binomial) diperoleh,
 2   2   2 
2
(1 + x) = 1   x   x   x 3  . . .
2

 1  2   3
 2 ( 2)( 2  1) 2 ( 2)( 2  1)( 2  2) 3
=1+ x+ x + x +. . .
1! 2! 3!
( 2)( 3) 2 ( 2)( 3)( 4) 3
= 1  2x + x + x +. . .
2 6
= 1  2x + 3x2  4 x3 + . . .
Selanjutnya ganti x dengan x, maka diperoleh,
(1  x)2 = 1 + 2x + 3x2 + 4 x3 + . . .

Contoh VI.6
Tulislah 1 x sebagai suatu deret Maclaurin dan gunakan hasilnya untuk menghampiri
11
, sampai 5 angka desimal
1

Jawab : 1 x = (1  x ) 2
Dengan menggunakan deret Binomial diperoleh,
1  21   21   21   1
(1 x) = 1 +
2   x   x 
2   3  2 4
x  x  . . .
       
 1  2  3  4
1
2
1 1
(
2 2
 1) 2
1 1
(
2 2
1)( 21 2) 3
1 1
2 (2  1)( 21  2)( 21  3) 4
=1+ x+ x + x + x +. . .
1! 2! 3! 4!
1 ( 1 )(  21 ) 2 ( 21 )(  21 )(  32 ) 3 ( 21 )(  21 )(  32 )(  52 ) 4
=1+ x+ 2 x + x + x +. . .
2 2 6 24
1 1 1 3 5 4
=1+ x  x2 + x  x +. . .
2 8 16 128
Hasil ini akan kita gunakan untuk menghampiri 11, sampai 5 angka desimal, yaitu
1 1 1 1 5
0 1 = (1 0,1) 2 = 1 +
, = 1 ,
11 (0,1)  (0,1)2 + (0,1)3  (0,1)4 + . . .
2 8 16 128
01
, 0,01 0,001 5( 0,0001)
= 1     . . .  1,04881
2 8 16 128

Contoh VI.7
0,4
Hitunglah  1  x 4 dx sampai 5 angka desimal.
0

1
Jawab : 1 x 4 = (1 x 4 ) 2
Dari Contoh VI.6 kita peroleh.
1
1 1 1 3 5 4
(1 x) 2 = 1 + x  x2 + x  x +. . .
2 8 16 128
Ganti x dengan x4, diperoleh
1 1 4 1 8 1 12 5 16
(1 x 4 ) 2 = 1 + x  x + x  x +. . .
2 8 16 128
Jadi,
0,4 0,4 0,4
 
  (1  x 1
 1  2 x
1 1 5 16
1
1  x dx =
4 4
) dx =
2 4
 x8  x12  x  . . . dx
0 0 0
8 16 128 
0,4
 1 1 9 1 13 5 17 
=  x  x5  x  x  x  . . . 
 10 72 208 2176 0
(0,4) 5 (0,4) 9 (0,4) 13 5(0,4) 17
= 0,4     . . .
10 72 208 2176
 0,40102

VI.B. SOAL LATIHAN


Tentukanlah deret maclaurin untuk f(x) dalam Soal 1 - 6 sampai tiga suku pertama.
1 2. f(x) = 1 x2
1. f(x) = 2
1 x
3. f(x) = ex 
1 x 4. f(x) = x sec x

1
5. f(x) = e1 sin x 6. f(x) =
1 sin x
Tentukanlah deret Maclaurin untuk f(x) dalam Soal 7 - 16 hingga suku x5.
7. f(x) = tan x 8. f(x) = ex sin x

9. f(x) = ex cos x 10. f(x) = cos x ln(1 + x)

11. f(x) = ex + x + sin x 12. f(x) = sin3x


1 1
13. f(x) = 14. f(x) = cosh x
1  x  x2 1 x
15. f(x) = x sec(x2) 16. f(x) = (1 + x)3/2

Tentukanlah deret Taylor dalam (x  a) hingga suku (x  a)3 pada soal 17-19
n
17. ex , a = 1 18. cos x , a = 19. 1 + x2  x3 , a = 1
3

20. Tentukanlah empat suku pertama tak nol dalam deret Maclaurin untuk sin1 x. Ingat
bahwa,
x
1
sin1 x =  dt
0 1  t 2

21. Hitunglah dengan teliti sampai empat angka desimal integral berikut.
1

cos(x
2
) dx
0

1 1 1
22. Tentukanlah deret Taylor untuk dalam x  1. Petunjuk : Tulislah = ,
x x [1 (1 x )]
1
kemudian gunakanlah uraian .
1 x

23. Carilah deret Maclaurin untuk f(x) dalam soal di bawah ini dengan menggunakan deret
yang telah kita kenal. Selanjutnya gunakanlah hasilnya untuk menentukan f(4)(0).
(a) f(x) = e x  x (b) f(x) = esin x
2

et  1
x 2

(c) f(x) =  dt (d) f(x) = e cos x


0 t2

24. Tentukanlah deret Maclaurin untuk (1  x)1/2 sampai suku yang keenam.

25. Hitunglah integral berikut sampai 3 angka desimal.


1  cos x
1/ 2 1
(a)  e dx
x2
(b)  dx
0 0
x

26. Butikan bahwa,


ln(1  x )
= x  (1 21 )x 2  (1 21  31 )x 3  . . . untuk 1  x  1
1 x
27. Buktikan bahwa
2x 3 4
ln(1 x ) 2
= x  (1  )
2 1
2
1 1 2x
 (1  2  3 ) . . . untuk 1  x  1
3 4
28. Tentukanlah deret Maclaurin untuk f(x) = sin x + cos x.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Deret
Taylor sangat berguna dalam menyelesaikan masalah numerik, karena pada
dasarnya Deret Taylor menyediakan sarana untuk memperkirakan nilai fungsi
pada satu titik dalam bentuk nilai fungsi dan turunan-turunannya pada titik
lain.
Deret Taylor akan memberikan perkiraan suatu fungsi dengan benar jika
semua suku dari deret tersebut diperhitungkan, tetapi pada kenyataannya
sering dipehitungkan hanya beberapa suku pertama saja sehingga hasilnya
tidak tepat seperti perhitungan analitisnya.

2. Saran
Bertolak dari persamaan-persamaan dari Deret Taylor di atas, penyusun
menyarankan kepada pembaca untuk lebih dalam mempelajari beberapa
persamaan dari Deret Taylor karena Deret Taylor sangat berguna untuk
menyelesaikan permasalahan matematis yang tidak dapat diselesaikan
secara analitis.
Soal

250 120
x
120 A B 70

w y

175 C D 630
z
115 390

JAWABAN :

IN : OUT

TOTAL 120 + 115 + 120 + 630 : 250 + 175 + 70 + 390


@A 120 + W : 250 + X
@B 120 + X : 70 + Y
@C 115 + Z : 175 + W
@D 630 + Y : 390 + Z

985 : 885
W–X : 130
Y–X : 50
Z–W : 60
Z–Y : 240

Menggunakan eliminasi Gauss Jourdan

1 -1 0 0 130 1 -1 0 0 130
0 -1 1 0 50 b3 + b1 0 -1 1 0 50 -1b2
-1 0 0 1 60 0 -1 0 1 190
0 0 -1 1 240 0 0 -1 1 240
1 -1 0 0 130 1 0 -1 0 80
0 1 -1 0 -50 b1 + b2 0 1 -1 0 -50 b3 + b2
0 -1 0 1 190 0 -1 0 1 190
0 0 -1 1 240 0 0 -1 1 240

1 0 -1 0 80 1 0 -1 0 80
c
0 1 -1 0 -50 -b3 0 1 -1 0 -50 b1 + b3
0 0 -1c 1 140 0 0 1 -1 -140
0 0 -1 1 240 0 0 -1 1 240

1 0 0 -1 -60 1 0 0 -1 -60
0 1 -1 0 -50 b2 + b3 0 1 0 -1 -190 b4 + b3
c
0 0 1 -1 -140 0 0 1 -1 -140
0 0 -1 1 240 0 0 -1c 1 240

1 0 0 -1 -60 1 0 0 -1 -60
c
0 1 0 -1 -190 1/100 b4 0 1 0 -1 -190 b1 +60 b4
0 0 1 -1 -140 0 0 1 -1 -140
0 0 0 0 100 0 0 0 0 1

1 0 0 -1 0 1 0 0 -1 0
0 1 0 -1 -190
c b2 + 190b4 0 1 0 -1 0 b3 +140 b4
0 0 1 -1 -140 0 0 1 -1 -140
c
0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

1 0 0 -1 0
0 1 0 -1 0
0 0 1 -1 0
0 0 0 0 1

W–Z =0
X– Z =0
Y– Z =0
Z (Free) jadi misal Z = 1 jadi
W = Z W = 1
X = Z X = 1
Y = Z Y = 1

Anda mungkin juga menyukai