ABSTRAK
Mukositis merupakan peradangan dan ulcerasi pada mucosa oral dan sub mucosa yang terjadi
akibat efek samping kemoterapi. Salah satu tindakan yang direkomendasikan untuk mencegah dan
menurunkan derajat mukositis adalah melakukan perawatan mulut menggunakan madu.Penelitian
ini bertujuan mengetahui efektivitas madu dalam menurunkan derajat mukositis pada pasien
kanker akibat kemoterapi di rumah sakit umum Kota Medan. Penelitian ini merupakan kuasi
eksperimen non equivalent control group pre test-post test. Metode sampling dengan tehnik total
sampling berjumlah 96 responden terdiri dari kelompok intervensi (76 responden) dilakukan
perawatan mulut menggunakan madu dankelompok kontrol (22 responden) dilakukan perawatan
mulut menggunakan chlorhexidine 0,2%. Analisa data dengan regresi logistic ordinal, uji
bedaMann Withney dan Wilcoxon. Hasil analisis menunjukkan bahwa perawatan mulut
menggunakan madu efektif menurunkan derajat mukositis pada pasien kanker (p=0.000). Uji
bedaMann Wthney diperoleh hasil terdapat perbedaan derajat mukositis pada kelompok inervensi
dan kelompok kontrol P<0.05 (0.007). Perawatan mulut menggunakan madu secara statistic efektif
menurunkan derajat mukositis, maka disarankan agar institusi rumah sakit mengaplikasikan
perawatan mulut menggunakan madu dalam standar asuhan keperawatan pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi.
Kata kunci: Derajat mukositis; kanker; kemoterapi; madu; mukositis; perawatan mulut.
ABSTRACT
Mucositis is the respond of inflammation and ulceration on the mucous membrane in the mouth
and sub mucosa that happened because the side effect of chemotherapy. One of the suggested
actions to prevent and decrease the degree of mucositis is by starting oral care using honey. This
research’s purpose is to find out the effectiveness of the honey in decrease the degree of mucositis
on cancer patients undergo are doing the chemotherapy in a general hospital in Medan. This
research is a quasi experiment with designed of non-equivalent control group pre test-post test.
Sampling method with total sampling technique is consist of 2 groups; an intervention group who
get the oral care using honey (76 correspondent), and a group who get oral care using
chlorhexidine 0.2% (22 correspondent). Regression of ordinal logistic and the test of difference
in non-parametric (Mann Withney and Wilcoxon) are used to analyze the data. The result of the
analysis shows that the oral care using honey is effective to decrease the degree of mucositis on
cancer patients (P=0.000). The oral care using honey statistically effective to decrease the degree
of mucositis, so it is recommemded to the hospitals to implement the oral care using honey in their
standard of nursing treatment towards cancer patient who are doing chemotherapy.
Key words: Cancer; chemotherapy; honey; mucositis; oral care; the degree of mucositis
Analisis Data
Jumlah Jumlah
N intervensi kontrol
Kategori
o n = 76 n = 22
(74.48%) (21.56%)
1 Status Gizi:
- Gizi kurang 23 (30,3%) 4 (18.2)
- Normal 48 (63.1%) 18 (81.8)
- Gizi baik 5 (6.6)
2 Jenis Kanker
- Kanker/ 75 (98,7%) 22 (100%)
tumor
solid
- Kanker 1 (1,3%)
darah
3 Jenis
Kemoterapi
- Potensi 14 (18.4) 2 (9.1))
Mukosatoks
ik sedang
- Potensi 62 (81,6) 20 (90.9)
mukosatok
sik tinggi
4 Perawatan
Mulut:
- Chlorhexidi 22 (22,4)
ne
- Madu 76 (77.6)
peningkatan pada nilai estimasi
perawatan mulut menjadi 4.662
artinya madu lebih efektif 4.662 kali
lebih efektif menurunkan derajat
mukositis dibandingkan dengan
Estimasi Sig. chlorhexidine.Hasil analisis derajat
[derajatpost = 0] -40.750 .879
Thresh [derajatpost = 1] -18.980 .915 mukositis setelah dilakukan perawatan
old [derajatpost = 2] -14.908 .933 mulut selama tiga dan enam hari juga
[derajatpost = 3] -11.287 .949
Perawatan Mulut 4.662 .000 menunjukkan arah yang negative,
Variab
el
Usia -12.156 .925 artinya semakin sering dilakukan
Status gizi .763 .576
indepe
Jenis kanker - 1.466 .888 perawatan mulut maka derajat
nden
Jenis Kemoterapi -18.197 .918 mukositis akan turun.
Hal ini sejalan dengan penelitian
Hari ke III Hari ke VI
Model
yang dilakukan oleh Bardi et al (2011)
-2 Log Sig. -2 Log Sig.
Likelihood Likelihood terhadap 131 pasien kanker kepala dan
Null 109.446 41.519 leher yang menjalani radioterapi
Hypothesis
dilakukan perawatan mulut
General .000 .023 .000 1.000 menggunakan jenis madu manuka
aktif sebanyak 20 ml, perawatan
mulut dilakukan sebanyak 4 kali
Pengaruh Perawatan Mulut
sehari selama 6 hari sedangkan
Menggunakan Madu terhadap
kelompok kontrol menggunakan 20
Penurunan Derajat Mukositis
ml golden sirup dan hasilnya
menunjukkan madu terbukti efektif
Berdasarkan hasil uji statistik
dapat menurunkan mukositis tetapi
pengaruh perawatan mulut terhadap
tidak ada perbedaan yang yang
penurunan derajat mukositis
signifikant antara kelompok madu dan
didapatkan p value 0.000 (p<0.05) maka
golden sirup dalam menurunkan
Ha 1diterima, artinya terdapat
mukositis.
pengaruh yang signifikan perawatan
Madu mengandung berbagai
mulut menggunakan madu terhadap
jenis komponen kimia dan
penurunan derajat mukositis pada hari
mikrobiologis yang dapat digunakan
ke III dan hari ke VI.Hal ini
dalam proses penyembuhan luka.
menunjukkan bahwa perawatan mulut
Madu yang digunakan dalam
yang dilakukan secara teratur
penelitian ini adalah madu dari hutan
memberikan pengaruh positif terhadap
yang berasal dari kepulauan Riau yang
penurunan derajat mukositis.
dijamin kemurniannya dan telah
Hasil analisis efektifitas madu
mendapat sertifikasi uji laboratorium
dalam menurunkan derajat mukositis
dari laboratorium fisik terpadu Institut
menggunakan regresi logistic ordinal
Pertanian Bogor tanggal 25 April
dapat dilihat dari hasil uji parameter
2014. Berdasarkan hasil uji
estimate (tabel 5.13) dimana pada hari
laboratorium didapatkan komposisi
ketiga nilai estimasi perawatan mulut
madu yang digunakan dalam
adalah 3.626 dengan Signifikansi
penelitian ini mengandung senyawa
pvalue= 0.023 (p<0.05) yang madu
Glukosa 31.41%, Fruktosa 34.17%,
lebih efektif 3.626 kali lebih efektif
suksosa 2.98%, Vitamin C <1.55 ppm,
menurunkan derajat mukositis
Air 21.22% dan pH 3.62.
dibandingkan dengan chlorhexidine.
Sedangkan pada hari ke VI terjadi
Kandungan glukosa, frukstosa
dan sukrosa berfungsi meningkatkan Pengaruh Faktor Usia Terhadap
tekanan osmotic.Madu mempunyai Penurunan Derajat Mukositis
osmolaritas yang tinggi dan
merupakan larutan yang mengalami Berdasarkan hasil analisis
super saturasi dengan kandungan gula pengaruh faktor usia terhadap
yang tinggi dan mempunyai interaksi penurunan derajat mukositis dengan
yang kuat dengan molekul air. menggunakan regresi logistic ordinal
Tingginya kadar gula dalam madu menunjukkan bahwa terdapat
terutama fruktosa dan kandungan air pengaruh faktor usia terhadap
dalam madu menyebabkan madu penurunan derajat mukositis pada hari
memiliki efek osmotic yang tinggi. ke III dengan p=0.004 (p<0.05).
Kadar osmotic madu yang sangat Sedangkan hasil analisis selanjutnya
tinggi menyebabkan madu mampu pada hari ke VI menunjukkan tidak
mengekstrak dan mengabsorpsi air adanya pengaruh faktor usia terhadap
dari sel bakteri sehingga bakteri penurunan derajat mukositis dengan p
kehilangan banyak air dan value 0.880 (p>0.05) sehingga Ha 2
metabolismenya terganggu. ditolak. Meskipun dalam penelitian
Akibatnya, pertumbuhan bakteri ini secara signifikan usia tidak
terhenti dan akhirnya bakteri akan mempengaruhi penurunan derajat
mati (Iqbal, 2008). mukositis, tetapi pada anak usia muda
Faktor lain yang mempengaruhi mempunyai resiko yang lebih besar
penurunan derajat mukositis adalah mengalami mukositis yaitu 58-85%.
kadar pH yang rendah yaitu pH 3.62 (James, 2010). Hal ini sesuai dengan
(sangat asam). pH madu yang asam pendapat Back (1999) dalam Eilers
berfungsi menghambat pertumbuhan (2004) yang menyatakan bahwa pada
bakteri dengan menciptakan anak-anak dan lansia mempunyai
lingkungan asam pada luka sehingga resiko lebih tinggi mengalami
akan mencegah bakteri melakukan mukositis dibandingkan dengan usia
penetrasi dan kolonisasi. Kadar asam lainnnya karena pada anak-anak sel-
yang tinggi yang dioleskan pada sel epitel da membrane mukosa lebih
mukosa yang mengalami mukositis sensitive mengalami toksisitas
mengakibatkan respon nyeri.Hal ini sedangkan pada lansia diketahui
terlihat dari hasil observasi terhadap mengalami penurunan pertumbuhan
pasien dimana setelah dilakukan sel-sel yang baru dan berkaitan
perawatan mulut terdapat 5 responden dengan fungsi hati dan ginjal.
yang menunjukkan ekspresi wajah Estimasi besar pengaruh
meringis kesakitan dan beberapa variabel usia terhadap penurunan
pasien mengungkapkan secara verbal derajat mukositis dapat dilihat pada
tentang nyeri yang dirasakan. Untuk nilai parameter estimates (tabel 5.13).
mengatasi nyeri yang dirasakan oleh Sebagai contohpada tabel 5.13 usia 26
pasien, dokter yang merawat pasien tahun berkontribusi sebesar 7.263 kali
menganjurkan pencampuran lidokain terhadap penurunan derajat mukositis
dengan NaCl setelah dilakukan sedangkan usia 60 tahun berkontribusi
perawatan mulut lalu 15 menit sebesar 1.741 kali terhadap penurunan
kemudian pasien berkumur dengan derajat mukositis dibandingkan
madu yang sudah diencerkan dengan dengan kelompok kontrol. Hasil diatas
NaCl 0,9%. menunjukkan bahwa usia muda
memiliki pengaruh yang lebih besar dan tidak seefektif untuk menentukan
dalam menurunkan derajat mukositis, penyakit kronis.Pasien yang
hal ini disebabkan karena usia muda berukuran besar tetapi bukan gemuk
memiliki kemampuan yang lebih baik dapat memiliki BMI diatas standar,
dalam memperbaiki sel atau jaringan namun tidak ada hubungannya dengan
yang rusak dibandingkan dengan usia kelebihan nutrisi (obesitas).(Hartono,
tua. Gambaran ini sesuai dengan hasil 2004). IMT tidak cukup memberikan
penelitian ini dimana hasil yang gambaran yang tepat tentang status
signifikan mengenai pengaruh faktor gizi, sehingga diperlukan pemeriksaan
usia terhadap penurunan derajat laboratorium yang lain untuk
mukositis dialami oleh responden mengukur status nutrisi responden
dengan usia 26 tahun meskipun pada terutama pada pasien penyakit kronis.
beberapa responden dengan usia Selain menggunakan IMT,
produktif menunjukkan hasil yang penilaian status nutrisi dapat dilihat
signifikan. melalui kadar Albumin, protein dan
Hb. Kadar albumin dalam serum
Pengaruh Status Gizi terhadap merupakan parameter yang dapat
Penurunan Derajat Mukositis digunakan untuk menilai status nutrisi.
Penurunan kadar albumin dalam
Distribusi frekuensi status gizi serum merupakan salah satu alat yang
responden dalam penelitian ini adalah digunakan untuk menilai protein
mayoritas responden memiliki status tubuh dan lebih akurat dalam
gizi normal sebanyak 67,3% (66) menentukan status nutrisi pasien
reponden. Hasil analisis pengaruh penyakit kronis. Penilaianan protein
status gizi terhadap penurunan derajat tubuh, konsentrasi protein dalam
mukositis dengan menggunakan serum dapat digunakan untuk menilai
regresi logistic ordinal menunjukkan derajat hilangnya protein tubuh.
bahwa tidak terdapat pengaruh yang Namun dalam penelitian ini, peneliti
signifikan variabel status gizi terhadap tidak menggunakan nilai albumin
penurunan derajat mukositis pada hari dalam menilai status nutrisi pasien
ke III dan hari ke VI dengan p karena tidak semua pasien kemoterapi
value=0,317 hari ke III dan pada hari ke di rumah sakit tempat dilakukannya
VI p=0,576 (p>0.05) sehingga Ha 3 penelitian dilakukan pemeriksaan
ditolak. albumin sebelum kemoterapi selain itu
Pengukuran status nutrisi kadar albumin dalam serum memiliki
dalam penelitian ini menggunakan keterbatasan sebagai parameter status
rumus IMT.IMT banyak digunakan nutrisi karena memiliki waktu paruh
dirumah sakit untuk mengukur status yang panjang. Albumin disintesis di
nutrisi pasien.Meskipun dari hasil hepar dan memiliki waktu paruh rata-
IMT status gizi tidak berpengaruh rata 20 hari (Hartono, 2004).
secara signifikan terhadap penurunan
derajat mukositis mungkin disebabkan Pengaruh Jenis Kanker Terhadap
karena IMT hanya dapat Penurunan Derajat Mukositis
memperkirakan ukuran lemak tubuh
sekalipun hanya estimasi tetapi lebih Berdasarkan distribusi
akurat dari pada pengukuran berat frekuensi jenis kanker secara
badan.Berat badan tidak memberikan keseluruhan dalam penelitian ini
informasi mengenai komposisi tubuh adalah jenis tumor solid. Jenis tumor
solid yang paling banyak dalam peneliti pasien kanker nasofaring yang
penelitian ini adalah nasofaring akan menjalani kemoterapi sebelum
carcinoma (NPC), kanker kolorectal, kemoterapi dilakukan pasien terlebih
kanker paru dengan metastase tulang dahulu dianjurkan untuk mengisap es
dan kanker payudara.Hasil analisis batu selama lima menit, selama proses
pengaruh jenis kanker terhadap kemoterapi berlangsung dan setelah
penurunan derajat mukositis dengan kemoterapi. Terapi ini disebut
menggunakan regresi logistic ordinal cryotherapy. Tujuan terapi ini adalah
menunjukkan bahwa tidak terdapat agar memvasikontriksi pembuluh
pengaruh yang signifikan variabel darah sehingga meminimalkan
jenis kanker terhadap penurunan masuknya obat kemoterapi pada sel.
derajat mukositis, p=0.918 (p>0.05) Intervansi ini masih menjadi
sehingga Ha 4 ditolak. perdebatan karena pemberian butiran
Dalam penelitian ini jenis es dalam waktu lama mengakibatkan
kanker secara signifikan tidak vasokontriksi pembuluh darah yang
mempengaruhi mukositis mugkin berlebihan (Eilers, 2004). Adanya
disebabkan karena rata-rata responden intervensi ini mungkin menjadi salah
yang diambil dalam penelitian ini satu faktor tidak ada pengaruh jenis
adalah jenis kanker kanker/ tumor kemoterapi terhadap penurunan
solid. Berdasarkan literature bahwa derajat mukositis.
mukositis lebih banyak terjadi pada Mukositis Oral juga
pasien dengan kanker darah yang dipengaruhi oleh jenis obat yang
menjalani kemoterapi karena leukemia digunakan dan dosis kemoterapi.
merupakan jenis kanker yang Menurut Otto (2001) jenis kemoterapi
mengakibatkan mielosuppresi. Pada yang dapat mengakibatkan mukositis
pasien leukemia yang mengalami adalah yang bersifat toksik terhadap
neutropenia akan mudah mengalami mukosa. Menurut Hiks (2007), jenis
infeksi bakteri seperti mukositis obat kemoterapi yang bersifat
(Eilers, 2004). mukotoksik tinggi adalah jenis anti
tumor dan antibiotic seperti
Pengaruh Jenis Kemoterapi doxorubicin, vincristine, obat
Terhadap Penurunan Derajat kemoterapi yang bersifat anti
Mukositis metabolit seperti methotrexate dan 5
FU.
Hasil analisis pengaruh jenis Pada penelitian ini lebih dari
kemoterapi terhadap penurunan separuh jumlah responden (83,7%)
derajat mukositis menunjukkan bahwa mendapat jenis kemoterapi dengan
tidak terdapat pengaruh yang potensi mukosatoksik tinggi seperti
signifikan variabel jenis kemoterapi cisplatin dan 5FU. Kedua
terhadap penurunan derajat mukositis antisitostatikanini merupakan jenis
pada hari ke III dan VI dengan nilai kemoterapi yang beresiko tinggi
p=0,08 (p>0.05). menyebabkan mukositis.Menurut
Meskipun dalam penelitian ini Firdaus dan Prijadi (2010),cisplatin
jenis kemoterapi secara signifikan merupakan obat utama dan paling
tidak mempengaruhi penurunan sering sering dipakai pada terapi
derajat mukositis, hal ini mungkin kankernasofaring.Cisplatin biasanya
disebabkan karena berdasarkan hasil diberikan dalam waktu 2-6 jam
pengamatan dilahan yang dilakukan dengan dosis 60-120 mg/m2. Efek
toksik pada renal biasanya terjadi, 4. Secara statistik terdapat perbedaan
termasuk terjadinya azotemia signifikan penurunan derajat
moderat, kebocoran elektrolit mukositis sebelum dan sesudah
khususnya magnesium dan dilakukan perawatan mulut
potassium.Efek toksik lainnya adalah menggunakan madu
mual dan muntah, neurotoksik perifer, 5. Secara statistik terdapat perbedaan
ototoksik, dan mielosupresi yang signifikan intensitas nyeri pada
terjadi setelah diberikan beberapa kali kelompok intervensi dibandingkan
kemoterapi. dengan kelompok kontrol
Mekanisme kerja 5 (p=0.004).
Fluorouracil (5 Fu) adalah
menghambat enzim thymidylate
sinthase dan konversi uridine menjadi
thymidine. Sel akan kekurangan Saran
thymidine dan tidak dapat mensintesa 1. Bagi Pelayanan Keperawatan
DNA. Banyak obat-obatan lain yang Merancang Standar Asuhan
dapat berinteraksi dengan 5- Keperawatan dalam manajemen
fluorouracil dan menimbulkan efek efek samping kemoterapi
yang lebih baik.Efek samping obat ini 2. Penelitian Selanjutnya
antara lain mielosupresi, mucositis, Mengembangkan hasil penelitian
diare, dermatitis, dan cardiac toksik. terkait komponen mikrobiologi
yang mempengaruhi penurunan
derajat mukositis
Kesimpulan
1. Karakteristik responden penelitian
ini adalah adalah mayoritas DAFTAR PUSTAKA
berusia berusia 57 tahun sebanyak Al-Waili, N.S. (2004). Topical Honey
7,1% (7 responden), status gizi Increase Saliva, Plasma and
normal sebanyak 67,3% (66 Urine Content of Total Nitrite
responden), jenis kemoterapi Consentration.Journal of
dengan potensi mukosatoksik medical food.Diaksestanggal
tinggi sebanyak 83,7% (82 18 Februari 2014.
responden) dengan jenis
http://www.online.liebertpub.c
kanker/tumor solid sebanyak 99%
(97 responden). om/doi/abs/10.1089/jmf.2004
2. Perawatan mulut menggunakan
Arikunto, Suharsimi.(2010).
madu berpengaruh terhadap
penurunan derajat mukositis ProsedurPenelitianSuatuPende
dengan p value 0.000. Madu lebih katanPraktek. Jakarta:
efektif menurunkan derajat RinekaCipta
mukositis sebesar 4.662 kali
dibandingkan chlorhexidine 0,2 Black, M. Joice& Hawks, Jane
persen Hokanson. ( 2009). Medical
3. Secara statistik terdapat perbedaan Surgical Nursing Clinical
signifikan penurunan derajat Management for Positive
mukositis pada kelompok
Outcome. Volume I.
intervensi dan kelompok kontrol
dengan p value =0.000
ElseiverSaunder Company. h/files/files/Honig/8HoneyNut
USA rientFunctionalReview.pdf
Rubin, Philip & Williams, Jacquelina. Sonis, S.T., Elting, L.S., Keefe, D.,
(2011). Clinical Oncology A Schubert,M., Peterson, D.E.,
Multidisiplinary Approach for Hauer-Jensen, M., et al/
(2004). Perspective on cancer
Physicians and Students. 8th
therapy-induced mucosal
Edition.WB. Saunders injury: Pahogenesis,
Company. USA measurent, epidemiology and
Consequences for Patient.
Rubenstein, E.B. Petersen, D.E., & Supplement to Cancer
Schubert, M (2004).Clinical American Cancer Society, 100
Practice Guideline For (9). 95-120
Prevention and Treatment of
cancer Theraphy-Induced Oral Sonis, S.T (1998). Mucositis as a
and Gastrointestinal Biological Process: A new
Hypothesis for the
Mucositis. cancer Supplement,
Development of
100, 2026-2046 Chemotherapy- Induced
Stomatotoxicity. Oral
Smeltzer& Bare.(2002). Oncology, 34 (1). 39-43
KeperawatanMedikalBedah. Edisi
Tabane, L. (2004). Sample Size
8.EGC.Jakarta Determination in Clinical Trial
Susilo, W.H &Limakrisma, N. HRM-733 Calss Note.
(2012).BiostatistikalanjutAplik Hamilton: Mc Master
asidengan SPSS dan LISREL University
padaIlmuKesehatan. Jakarta:
Trans Info Media Tomey & Alligood. (2010). Nursing
Theorists and Their Work
Susilo, W.H. (2012). Seventh Edition. Mosby
Statistika&AplikasiUntukPene Elsevier, Maryland Heights
litianIlmuKesehatan. Jakarta: Misouri, United States of
Trans Info Media America
Tricia Fransiska.,
Pudjirahayu.,RusSuheryanto
(2012). Hubungan status
nutrisipenderitakarsinomanaso
faring stadium
lanjutdengankejadianmukositis
sesudahradioterapi.Vol. 42 No
1.www.or.id/index.php/orli/art
icle.
WHO.(2011).
Cancer.http://www.who.int/fea
tures/qa/15/en/index.html.
Diakses 06 Januari 2014