a) Definisi Mol
o Satu mol adalah banyaknya zat yang mengandung jumlah partikel yang = jumlah atom yang terdapat dalam 12 gram C-12.
o Mol merupakan satuan jumlah (seperti lusin,gros), tetapi ukurannya jauh lebih besar.
o Mol menghubungkan massa dengan jumlah partikel zat.
Hubungan mol dengan jumlah partikel, Kemolaran, Massa, Volum gas dapat
digambarkan sebagai berikut:
o Jumlah partikel dalam 1 mol (dalam 12 gram C-12) yang ditetapkan melalui berbagai metode eksperimen dan sekarang ini
kita terima adalah 6,02 x 10 23 (disebut tetapan Avogadro, dinyatakan dengan L ).
Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2 : 3
Keuntungan dari hukum Proust:
bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk
senyawa tersebut make massa unsur lainnya dapat diketahui.
I. Tujuan Percobaan:
Untuk membuktikan hukum Lavoisier bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama.
b. Langkah Kerja
1. Memasukkan 5 mL larutan KI 0,5 M kedalam salah satu kaki tabung bentuk Y terbalik dan 5 mL
larutan Pb(CH3COO)2 0,5 M kedalam kaki yang satu lagi kemudian tutup tabung Y dengan
sumbat.
2. Masukkan tabung bentuk Y tersebut kedalam gelas kimia 300 mL dengan hati-hati kemudian
timbanglah gelas itu beserta isinya. Catat massanya.
3. Miringkan tabung bentuk Y sehingga larutan pada kedua kakinya bercampur. Perhatikan reaksi
yang terjadi. Timbang kembali gelas kimia beserta tabung berisi larutan itu. Catat massanya.
4. Bandingkan massa tabung beserta isinya sebelum dan sesudah reaksi.
IV. Kesimpulan
Kesimpulan apa yang dapat diperoleh dari percobaan ini ?
V. Evaluasi
Pikirkan tentang reaksi pembakaran kertas. Apakah massa kertas sebelum dan sesudah reaksi
juga sama?
Molekul kovalen diatomik yang terbentuk dari atom-atom yang berbeda, setiap atomnya
mempunyai daya tarik terhadap elektron juga tidak sama sehinga kedudukan pasangan elektron
akan bergeser ke arah atom yang lebih elektronegatif. Misalnya, pada molekul HCl, atom klor
mempunyai kemampuan menarik elektron lebih kuat dibandingkan dengan atom hidrogen. Jadi
kedudukan pasangan elektron yang digunakan berikatan lebih mendekati atom klor, sehingga
terjadi pemisahan muatan dan terbentuk dipol (dwikutub). Akibatnya, atom Cl lebih bermuatan
negatif (polar negatif, d- ) dan kelebihan muatan positif ada pada atom H (polar positif, d+).
Molekul-molekul seperti HCl ini disebut molekul polar, sedang molekul kovalen diatomik yang
elektronegativitas atau momen dipol. Semakin besar harga momen dipol, semakin polar senyawa
yang bersangkutan atau mendekati ke sifat ionik. Pada senyawa non-polar mempunyai momen
dipol nol. Momen Dipol adalah hasil kali muatan dengan jarak antara kedua muatan tersebut.
atom C sebagai pusat dan atom-atom Cl pada sudut-sudutnya. Sekalipun ikatan C – Cl bersifat
polar, tapi karena struktur molekul tersebut simetris maka momen dipol yang terjadi saling
meniadakan dan bersifat non-polar. Apabila salah satu atom Cl diganti oleh atom lain misalnya
H, bentuk molekulnya menjadi asimetri maka diperoleh molekul yang bersifat polar.
Pada molekul CO2, atom O lebih elektronegatif daripada atom C, sehingga elektron akan
lebih mendekat ke atom O. Akan tetapi, karena momen dipol ke arah kedua atom oksigen ini
berlawanan maka akan saling meniadakan sehingga bentuk molekulnya simetris akibatnya
molekul CO2 bersifat non-polar dengan bentuk molekul linier. Pada molekul H2O, kedua momen
dipol tidak saling meniadakan karena molekul ini mempunyai bentuk V atau asimetri dengan
o Jumlah partikel dalam 1 mol (dalam 12 gram C-12) yang ditetapkan melalui berbagai metode eksperimen dan sekarang ini
kita terima adalah 6,02 x 10 23 (disebut tetapan Avogadro, dinyatakan dengan L ).
Contoh :
1 mol air artinya : sekian gram air yang mengandung 6,02 x 10 23 molekul air.
1 mol besi artinya : sekian gram besi yang mengandung 6,02 x 10 23 atom besi.
1 mol asam sulfat artinya : sekian gram asam sulfat yang mengandung 6,02 x 10 23 molekul H 2 SO 4 .
1 mol = 6,02 x 10 23 partikel
L = 6,02 x 10 23
b) Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel
Dirumuskan :
Keterangan :
n = jumlah mol
= jumlah partikel
c) Massa Molar (m m )
o Massa molar menyatakan massa 1 mol zat .
o Satuannya adalah gram mol -1 .
o Massa molar zat berkaitan dengan Ar atau Mr zat itu, karena Ar atau Mr zat merupakan perbandingan massa antara partikel
zat itu dengan atom C-12.
Contoh :
zAr Fe = 56, artinya : massa 1 atom Fe : massa 1 atom C-12 = 56 : 12
Mr H 2 O = 18, artinya : massa 1 molekul air : massa 1 atom C-12 = 18 : 12
Karena :
1 mol C-12 = 12 gram (standar mol), maka :
Kesimpulan :
Massa 1 mol suatu zat = Ar atau Mr zat tersebut (dinyatakan dalam gram).
Untuk unsur yang partikelnya berupa atom : m m = Ar gram mol -1
Untuk zat lainnya : m m = Mr gram mol -1
d) Hubungan Jumlah Mol (n) dengan Massa Zat (m)
Dirumuskan :
dengan :
m = massa
n = jumlah mol
m m = massa molar
e) Volum Molar Gas (V m )
o Adalah volum 1 mol gas.
o Menurut Avogadro, pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas bervolum sama akan mengandung jumlah molekul yang
sama pula.
o Artinya, pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas dengan jumlah molekul yang sama akan mempunyai volum yang sama
pula.
o Oleh karena 1 mol setiap gas mempunyai jumlah molekul sama yaitu 6,02 x 10 23 molekul, maka pada suhu dan tekanan
yang sama, 1 mol setiap gas mempunyai volum yang sama.
o Jadi : pada suhu dan tekanan yang sama, volum gas hanya bergantung pada jumlah molnya.
Dirumuskan :
dengan :
V = volum gas
n = jumlah mol
Vm = volum molar
dengan :
M = kemolaran larutan
n = jumlah mol zat terlarut
V = volum larutan
Misalnya : larutan NaCl 0,2 M artinya, dalam tiap liter larutan terdapat 0,2 mol (= 11,7 gram) NaCl atau dalam tiap mL larutan
terdapat 0,2 mmol (= 11,7 mg) NaCl.
A. Pendahuluan
Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia,
misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O. Kata stoikiometri berasal dari
bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang berarti mengukur. Seorang
ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali
meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang
pengukuran perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu
dengan yang lain.
B.Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Pernahkah Anda memperhatikan sepotong besi yang dibiarkan di udara terbuka, dan pada suatu
waktu kita akan menemukan, bahwa besi itu telah berubah menjadi karat besi. Jika kita timbang
massa besi sebelum berkarat dengan karat besi yang dihasilkan, ternyata massa karat besi lebih
besar . Benarkah demikian?
Anda yang sering melihat kayu atau kertas terbakar, hasil yang diperoleh adalah sejumlah sisa
pembakaran berupa abu. Jika Anda menimbang abu tersebut, maka massa abu akan lebih ringan
dari massa kayu atau kertas sebelum dibakar. Benarkah demikian?
Dari kejadian tersebut, kita mendapatkan gambaran bahwa seolah-olah dalam suatu reaksi kimia,
ada perbedaan massa zat, sebelum dan sesudah reaksi.
Contoh:
Jika kita mereaksikan 4 gram hidrogen dengan 40 gram oksigen, berapa gram air yang
terbentuk?
Jawab:
Perbandingan massa hidrogen dengan oksigen = 1 : 8.
Perbandingan massa hidrogen dengan oksigen yang dicampurkan = 4 : 40.
Karena perbandingan hidrogen dan oksigen = 1 : 8, maka 4 gram hidrogen yang diperlukan 4 x 8
gram oksigen yaitu 32 gram.
Untuk kasus ini oksigen yang dicampurkan tidak bereaksi semuanya, oksigen masih bersisa
sebanyak ( 40 – 32 ) gram = 8 gram. Nah, sekarang kita akan menghitung berapa gram air yang
terbentuk dari 4 gram hidrogen dan 32 gram oksigen? Tentu saja 36 gram.
Ditulis sebagai........................... H2 ..........+...... O2..==>............... H2O
Perbandingan Massa................. 1 gram .......: 8 gram:............. 9 gram
Jika awal reaksi .........................4 gram .........40 gram .......….. gram?
Yang bereaksi.............................. 4 gram......... 32 gram............ 36 gram
D.Hukum Avogadro
Avogadro menjelaskan mengenai hipotesisnya bahwa :
Contoh : Reaksi antara gas hidrogen dan gas oksigen yang menghasilkan uap air
.....................2H2(g) + O2(g) ............................---> 2H2O(g)
“ Semua gas yang direaksikan dengan hasil reaksi, diukur pada suhu dan rekanan yang sama atau
(T.P) sama.”
Hukum perbandingan volume atau dikenal dengan Hukum Gay Lussac bahwa :
“ Pada suhu dan tekanan yang sama perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan hasil reaksi
berbanding sebagai bilangan bulat “
Jawab:
V1/V2 = n1/n2
10/1 = (x/28) / (0.1/2)
x = 14 gram
Massa dari gas nitrogen (N2) adalah 14 gram
Contoh 2.
14 L gas etana dibakar sempurna dengan gas oksigen, sesuai reaksi:
2C2H6 + 7O2----> 4CO2 + 6H2O
Pada suhu dan tekanan yang sama,tentukan gas O2 yang diperlukan!
Jawab:
Perbandingan koefisien = perbandingan volume
2.Volume O2 =7 x 14
Volume O2 = 49 liter
"Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, dimana massa salah satu unsur
tersebut tetap (sama), maka perbandingan massa unsur yang lain dalam senyawa-senyawa
tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana”
Contoh:
Nitrogen dan oksigen dapat membentuk senyawa-senyawa N2O, NO,
dan N2O4 dengan komposisi massa terlihat pada tabel berikut.
Perbandingan Nitrogen dan oksigen dalam senyawanya.
Senyawa..........massa N(g)..........massa O(g) ..........Perbandingan N:O
N2O.................28..........................16...........................7:4
NO...................14...........................16...........................7:8
N2O4...............28...........................64..........................7:16
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa bila massa N dibuat tetap (sama), sebanyak 7 gram, maka
perbandingan massa oksigen dalam:
N2O : NO : N2O4 = 4 : 8 : 16 atau
....................................1 : 2 : 4
Struktur berkaitan dengan cara atom-atom saling berikatan, sedangkan konfigurasi berkaitan dengan
susunan ruang atom-atom dalam molekul.
o Keisomeran ruang : keisomeran karena perbedaan konfigurasi (rumus molekul dan strukturnya sama).
Keisomeran Struktur
Dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
keisomeran kerangka : jika rumus molekulnya sama tetapi rantai induknya (kerangka atom) berbeda.
keisomeran posisi : jika rumus molekul dan rantai induknya (kerangka atom) sama tetapi posisi cabang
/ gugus penggantinya berbeda.
Keisomeran Ruang
Dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
o keisomeran geometri : keisomeran karena perbedaan arah (orientasi) gugus-gugus tertentu dalam
molekul dengan struktur yang sama.
o keisomeran optik .
o Tergolong keisomeran struktur yaitu perbedaan kerangka atom karbonnya. Makin panjang rantai
karbonnya, makin banyak pula kemungkinan isomernya.
o Pertambahan jumlah isomer ini tidak ada aturannya. Perlu diketahui juga bahwa tidak berarti semua
kemungkinan isomer itu ada pada kenyataannya.
o Misalnya : dapat dibuat 18 kemungkinan isomer dari C 8 H 18, tetapi tidak berarti ada 18
senyawa dengan rumus molekul C 8 H 18 .
o Cara sistematis untuk mencari jumlah kemungkinan isomer pada alkana :
Sifat-Sifat Hidrokarbon
Meliputi :
a) Sifat-Sifat Fisis
b) Sifat Kimia Berkaitan dengan reaksi kimia.
1) Reaksi-reaksi pada Alkana
Alkana tergolong zat yang sukar bereaksi sehingga disebut parafin yang artinya afinitas kecil . Reaksi
terpenting dari alkana adalah reaksi pembakaran, substitusi dan perengkahan ( cracking ).
Penjelasan :
a. Pembakaran
o Pembakaran sempurna alkana menghasilkan gas CO 2 dan uap air, sedangkan pembakaran tidak
sempurna menghasilkan gas CO dan uap air, atau jelaga (partikel karbon).
Atom H dari alkana dapat digantikan oleh atom lain, khususnya golongan halogen .
Penggantian atom H oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi .
Salah satu reaksi substitusi terpenting dari alkana adalah halogenasi yaitu penggantian atom H alkana
dengan atom halogen, khususnya klorin ( klorinasi ).
Perengkahan dapat terjadi bila alkana dipanaskan pada suhu dan tekanan tinggi tanpa oksigen .
Reaksi ini juga dapat dipakai untuk membuat alkena dari alkana . Selain itu juga dapat digunakan
untuk membuat gas hidrogen dari alkana .
oksida. Dan sejak oksigen ditemukan, istilah oksigen selalu dihubungkan dengan
dengan oksigen. Hal ini disebabkan karena permukaan luar dari logam ini sangat mudah
teroksidasi untuk membentuk lapisan magnesium oksida (MgO). Besi juga dapat teroksidasi
dengan perlahan-lahan di udara dan membentuk karat besi, yang tersusun menjadi Fe2O3,
juga telah diketahui sejak zaman logam bahwa zat ini kini disebut oksida besi yang dapat
diuraikan atau direduksi untuk menjadi logam bebas. Sehingga untuk mendapatkan kembali
Dalam istilah modern, oksidasi dan reduksi memberikan pengertian yang khas,
yang dapat kita lihat jika kita menganalisa apa yang terjadi ketika logam misalnya besi
dioksidasi dan oksidanya tereduksi. Oksida besi (Fe2O3) merupakan senyawa ionik, yang
terdiri dari Fe3+ dan O2-, jika besi bereaksi dengan oksigen. Persamaan reaksinya sebagai
berikut :
Mula-mula besi merupakan atom yang netral yang melepaskan elektron menjadi
ion Fe3+, ketika oksidanya direduksi untuk menghasilkan logam besi, reaksi yang sebaliknya
terjadi, sehingga ion Fe3+ harus menangkap ewlektron untuk menjadi atom Fe. Proses
melepaskan dan menangkap elektron yang terjadi dalam reaksi-reaksi yang sejenis, dikenal
sebagai istilah oksidasi dan reduksi.
Oksidasi adalah lepasnya elektron dari suatu zat.
Reduksi adalah penerimaan/penangkapan elektron oleh suatu zat.
Reaksi-reaksi yang melibatkan oksidasi dan reduksi disebut reaksi reduksioksidasi
singkatnya reaksi redoks.
Kini kita telah memiliki definisi, mari kita lihat suatu reaksi untuk menerapkan
isitilah-istilah tersebut. Perhatikan reaksi di bawah ini :
2Mg(s) + O2(g) 2MgO(s)
Hasil reaksi (MgO) merupakan senyawa ionik dan mengandung ion Mg2+ dan O2-,
yang terbentuk dengan adanya perpindahan elektron dari Mg ke Oksigen. Kita bisa
menganalisa perpindahan elektron ini dengan melihat penglepasan dan penangkapan
elektron oleh masing-masing atom secara terpisah. Jika kita menggunakan lambang e- untuk
melambangkan sebuah elektron, penglepasan elektron dari Mg dapat kita tulis,
Mg Mg2+ + 2e- (oksidasi)
Perubahan ini dapat diidentifikasi sebagai proses oksidasi karena Mg kehilangan
elektron.
Untuk oksigen pada reaksi ini, dapat kita tulis,
O2 + 4e-2O2- (reduksi)
Kali ini perubahannya dinamakan reduksi karena oksigen menangkap elektron,
sehingga dalam reaksi ini Mg teroksidasi dan oksigen tereduksi. Untuk reaksi ini dan reaksi
redoks lainnya, keduanya terjadi secara serempak. Kita tidak akan pernah dapat menjumpai
suatu senyawa yang melepas elektron tanpa adanya senyawa lain yang menangkap elektron
itu. Kita mengetahui hal ini sebab elektron-elektron tidak pernah ditemukan sebagai
pereaksi atau hasil reaksi saja, ini juga mengharuskan bahwa jumlah total elektron yang
ditangkap persis sama dengan jumlah total elektron yang dilepaskan. Dalam reaksi Mg
dengan O2, dua atom Mg melepaskan 4e-, sedangkan satu molekul O2 menangkap 4e-.
Dua istilah yang sering kita gunakan dalam membahas reaksi redoks adalah zat
pengoksidasi dan zat pereduksi. Zat pengoksidasi adalah senyawa yang menangkap
elektron dari senyawa yang teroksidasi, sehingga menyebabkan oksidasi berlangsung. Yaitu
apa yang dilakukan O2 dalam reaksi antara Mg dan O2, O2 menangkap elektron dari Mg dan
menyebabkan Mg teroksidasi, sehingga O2 adalah zat pengoksidasi. Perhatikan bahwa zat
pengoksidasi (O2) menjadi tereduksi dalam reaksi tersebut.
Zat pereduksi adalah senyawa yang memberikan elektron kepada senyawa lain,
yaitu yang tereduksi, sehingga menyebabkan reduksi berlangsung. Yaitu apa yang Mg
lakukan jika Mg bereaksi dengan O2, Mg memberikan elektron pada O2 dan menyebabkan
O2 tereduksi. Perhatikan bahwa zat pereduksi (Mg) teroksidasi.
1. Bilangan Oksidasi
Definisi reduksi dan oksidasi antara lain “penangkapan” dan “penglepasan”
elektron yang diterapkan pada pembentukan senyawa ionik seperti MgO. Tetapi untuk
senyawa seperti HF yang bersifat setengah kovalen dan setengah ionik, bilangan oksidasi
merujuk pada jumlah muatan suatu atom dalam molekul jika elektron-elektron
dipindahkan
sempurna, dalam arah yang ditunjukkan oleh perbedaan keelektronegatifan. Karena F lebih
elektronegatif daripada H, maka F akan membawa satu muatan –1. Jika elektron
dipindahkan sempurna, sehingga bilangan oksidasi F dalam HF adalah –1 dan bilangan
oksidasi H adalah +1. Jadi, dikatakan seolah-olah elektron dipindahkan sempurna dari atom
yang kurang elektronegatif pada atom yang lebih elektronegatif.
Dari penjelasan tadi, reaksi redoks dapat didefinisikan sebagai berikut :”suatu
unsur dikatakan teroksidasi jika bilangan oksidasinya naik dalam suatu reaksi, dan suatu
unsur dikatakan tereduksi jika bilangan oksidasinya turun dalam suatu reaksi”.
Hidrogen molekuler bereaksi dengan fluor molekuler membentuk Hidrogen
Fluorida :
H2(g) + F2(g) 2HF(g)
Bilangan oksidasi hidrogen naik dari nol dalam H2 menjadi +1 dalam HF dan
bilangan oksidasi fluor turun dari nol dalam F2 menjadi –1 dalam HF. Jadi hidrogen
merupakan unsur yang teroksidasi dan fluor merupakan unsur yang tereduksi dalam reaksi
ini.
2. Penandaan Bilangan Oksidasi
Ada beberapa ketentuan umum untuk menentukan bilangan oksidasi unsur-unsur
dalam senyawa :
1) Bilangan oksidasi suatu atom beberapa unsur dalam senyawa unsurnya (yaitu, bentuk
yang tidak bersenyawa dengan atom unsur lain adalah nol, tanpa memperhatikan
kompleknya molekul. Jadi tiap atom dalam H2, F2, Be, Li, Na, O2, P4 dan S8 memiliki
bilangan oksidasi yang sama yaitu nol.
2) Untuk suatu ion yang terbentuk dari satu atom, bilangan oksidasinya sama dengan
muatan pada ion. Jadi :
Ion K+ bilangan oksidasinya +1
Ion Mg2+ bilangan oksidasinya +2
Ion F- bilangan oksidasinya –1
Ion O2- bilangan oksidasinya –2
dan seterusnya.
3) Bilangan oksidasi oksigen dalam kebanyakan senyawa (seperti, H2O dan CaO) adalah –
2, tetapi ini berbeda dalam dua kasus berikut :
a. Dalam OF2, bilangan oksidasi O adalah +2, sebab fluor lebih elektronegatif daripada
oksigen.
b. Dalam hidrogen peroksida (H2O2) dan ion peroksida (O2
2-) bilangan oksidasi 0
adalahn –1.
Hal ini dapat diketahui dengan melihat struktur lewis H2O2 :
H – O – O – H (Hidrogen Peroksida)
Satu ikatan antara atom-atom yang identik dalam suatu molekul menyebabkan tidak
terjadinya penyebaran bilangan oksidasi atom-atom, sebab pasangan elektron dari
ikatan-ikatan itu telah merata (secara sama). Karena H memiliki bilangan oksidasi
+1, tiap atom O dalam H2O2 memiliki bilangan oksidasi –1. dalam ion superoksida
(O2
-) tiap atom O memiliki bilangan oksida – ½.
4) Fluor memiliki satu bilangan oksidasi yaitu –1 dalam setiap senyawanya. Ini merupakan
suatu konsekuensi dari fakta bahwa fluor keelektronegatifannya tertinggi dari semua
unsur.
5) Bilangan oksidasi hidrogen adalah +1, kecuali apabila berikatan dengan unsur-unsur
yang kurang elektronegatif daripada H. Sebagai contoh, dalam hibrida seperti LiH, NaH
dan BaH2, bilangan oksidasinya –1.
6) Dalam molekul netral, jumlah bilangan oksidasi dari semua atom haruslah nol. Dalam
ion poliatomik, jumlah bilangan oksidasi dari semua unsur-unsur dalam ion harus sama
dengan muatan ion. Sebagai contoh, dalam ion amonium (NH4), bilangan oksidasi
nitrogen adalah –3 dan bilangan oksidasi hidrogen +1. Jadi jumlah bilangan oksidasi
NH4
+ ialah –3 + (4x1) = +1 yang sama dengan muatan ion.
3. Variasi Periodik Bilangan Oksidasi
Gambar (12.1) menunjukkan bilangan oksidasi yang diketahui dari unsur-unsur
yang lebih dikenal, disusun menurut letaknya dalam tabel keperiodikan. Penyusunan ini
amat berguna sebab menunjukkan ciri-ciri yang sama dari bilangan oksidasi berikut :
a. Unsur-unsur logam memiliki hanya bilangan oksidasi positif, sedangkan unsur-unsur
non logam dapat memiliki bilangan oksidasi positif atau negatif.
b. Bilangan oksidasi tertinggi suatu unsur tertentu dapat mempunyai bilangan oksidasi
dalam tabel periodik, sebagai contoh : halogen dalam golongan VIIA, bilangan oksidasi
tertingginya yang mungkin ialah +7, yang mana Cl dan I dalam beberapa senyawanya
dipisahkan.
c. Logam transisi, tidak seperti kebanyakan logam dari unsur-unsur tertentu, biasanya
memiliki beberapa bilangan oksidasi pada baris pertama logam-logam transisi, sebagai
contoh (Sc sampai Cu). Kita catat bahwa bilangan oksidasi maksimum naik dari +3
untuk Sc sampai +7 untuk Mn. Kemudian turun lagi dari Fe sampai Cu.
Penting untuk diingat bahwa bilangan oksidasi tidak mempunyai arti fisika kecuali
dalam senyawa-senyawa ionik. Penandaan bilangan oksidasi +7 untuk Cl dalam Cl2O7 tidak
berarti bahwa tiap-tiap Cl menanggung 7 muatan positif. Bilangan oksidasi sangat berguna
dalam penamaan senyawa-senyawa, meramalkan sifat-sifat kimianya, dan dalam
penyetaraan persamaan reaksi redoks (reaksi yang menunjukkan perubahan bilangan
oksidasi).
4. Penyetaraan Reaksi Redoks
Reaksi-reaksi redoks yang sederhana dapat diselesaikan dengan cepat, sebagai
contoh :
2Na(s) + Cl2(g) 2NaCl(s)
C(s) + O2(g) CO2(g)
Pada reaksi-reaksi di atas tidak diperlukan suatu langkah penyetaraan yang
khusus, namun untuk suatu reaksi yang cukup komplek seperti reaksi antara :
MnO4
- + C2O4
2-CO2 + Mn2+
Reaksi ini tidak bisa langsung disetarakan tanpa melalui suatu langkah-langkah tertentu.
Agar reaksi ini dapat disetarakan yaitu
Metoda Bilangan Oksidasi
Perhatikan reaksi berikut ini :
S + HNO3 SO2 + NO
Untuk menyetarakan reaksi redoks di atas dengan metoda bilangan oksidasi, digunakan
langkah-langkah penyetaraan berikut :
a. Tuliskan rangka persamaan yang mengandung oksidator, reduktor dan produk,
dalam hal ini reaksi di atas ditulis ulang.
S + HNO3 SO2 + NO
b. Tandai bilangan oksidasi pada atom tiap-tiap unsur dikedua sisi persamaan, dan
tentukan mana unsur yang teroksidasi dan mana unsur yang tereduksi. Tentukan
jumlah satuan yang naik dan turun dalam bilangan oksidasi untuk tiap unsur ini.
Hati-hati memeriksa bilangan oksidasi tiap-tiap unsur pada kedua sisi persamaan,
tunjukkan bahwa belerang adalah unsur yang teroksidasi dan nitrogen adalah unsur
yang tereduksi. Secara ringkas dapat ditulis sebagai berikut :
Bilangan Oksidasi
Sisi kiri Sisi kanan
Perubahan Bilangan
Oksidasi
S = 0 S = +4 +4 (bertambah)
N = +5 N = +2 +3 (berkurang)
c. Samakan kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi dengan mengalikan tiap-tiap
senyawa yang tereduksi atau teroksidasi dengan mencocokkan koefisiennya.
Gunakan koefisien-koefisien dalam persamaan untuk tiap unsur yang teroksidasi dan
tereduksi.
Untuk menyamakan perubahan bilangan oksidasi, maka dari data di atas S dikalikan
dengan 3 dan N dengan 4. Agar lebih jelas gambarkan garis-garis yang
menghubungkan pereaksi dan hasil reaksi yang mengandung unsur yang mengalami
perubahan bilangan oksidasi.
0 +5 4 +2
3S + 4HNO3 3SO2 + 4NO
3 (+4) = +12
4 (-3) = -12
akibatnya, seperti terlihat di atas koefisien 3 ditempatkan di depan S dan koefisien 4
di depan N.
d. Setarakan atom-atom yang tersisa dengan memeriksa; untuk reduksi dalam larutan
asam, tambahkan H+ atau H2O atau keduanya pada persamaan jika diperlukan.
Perhatikan bahwa atom H muncul di sisi kiri, sehingga kita memerlukan dua
molekul H2O di sisi kanan.
3S + 4HNO3 3SO2 + 4NO + 2H2O
e. Uji bahwa persamaan yang mengandung jumlah atom dan jenis atom yang sama
pada kedua sisi persamaan. Untuk persamaan ionik, muatan harus setara pada kedua
sisi persamaan.
Latihan soal
Perubahan bilangan oksidasi unsur nitrogen pada reaksi :
CuS + NO3– Cu2+ + S + NO Adalah ....
A. – 3
B. +3
C. – 2
D. +2
E. +5
2. Unsur logam yang mempunyai bilangan oksidasi +5 terdapat pada ion ....
A. CrO4–
B. Fe(CN)63-
C. MnO4–
D. Cr2O72-
E. SbO43-
3. Pada reaksi redoks, MnO2 + 2H2SO4 + 2NaI MnSO4 + NaSO4 + 2H2O + I2 yang
berperan sebagai oksidator adalah ....
A. NaI
B. H2SO4
C. Mn+4
D. I –
E. MnO2
4. Bilangan oksidasi fosforus paling rendah terdapat pada senyawa ....
A. PH4Br
B. POBr3
C. PF3
D. PCl5
E. Ca3(PO4)2
5. Pada reaksi Cl2(aq) + 2KOH(aq) KCl(aq) + KClO(aq) + H2O. Bilangan oksidasi klorin
berubah dari ....
A. – 1 menjadi +1 dan 0
B. +1 menjadi – 1 dan 0
C. 0 menjadi – 1 dan – 2
D. – 2 menjadi 0 dan +1
E. 0 menjadi – 1 dan +1
6. Bilangan oksidasi klorin dalam kalium klorat adalah ....
A. – 1
B. +1
C. +3
D. +5
E. +7
7. Diantara reaksi-reaksi di bawah ini yang termasuk redoks adalah ....
A. SnCl2 + I2 + 2HClSnCl4 + 2HI
B. H2 + Cl2 2HCl
C. Cu2O + C 2Cu + CO
D. CuO + 2HClCuCl2 + H2O
8. Pada reaksi 2CO + 2NO2CO2 + N2 , bilangan oksidasi N berubah dari ....
A. +2 ke 0
B. +2 ke +1
C. +3 ke +1
D. +3 ke +2
E. +4 ke 0
9. Unsur yang dapat menunjukkan bilangan oksidasi paling positif dalam senyawa adalah
....
A. Oksigen
B. Belerang
C. Nitrogen
D. Klorin
E. Karbon
Perubahan biloks zat teruduksi menjadi kelipatan koefisien zat teroksidasi atau
sebaliknya.
Setarakan muatan :
o Tambahkan ion H+ pada sisi yang lebih negative jumlah muatannya sebanyak
beda muatan kri dan kanan,diikuti penyetaraan atom H dengan menambah H2O.
o Tambahkan ion OH- pada sisi yang lebih positif jumlah muatannya sebanyak beda
muatan kiri dan kanan,diikuti penyetaraan atom H dengan menambah H2O
Pisahkan reaksi menjadi dua bagian ( setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidaasi) dan setarakan atom unsure selain H dan O.
Cl2 → 2 Cl-
IO3- → IO4-
Cl2 → 2 Cl-
IO3- + 2 OH- → IO4- + H2O
Setarakan jumlah muatan kiri dan kanan dengan menambah electron ( e ) pada sisi yang
lebih positif sebanyak beda muatan kiri dan kanan.
Cl2 → 2 Cl-
IO3- + 2 OH- → IO4- + H2O
Setengah reaksi atas: muatan kiri nol dan muatan kanan -2 ( beda 2 ) , kiri tambah 2 elektron.
Setengah reaksi bawah : muatan kiri -3 dan muatan kanan -1 ( beda 2) , kanan tambah 2 elektron.
Cl2 + 2e → 2 Cl-
IO3 + 2 OH → IO4- + H2O + 2e
- -
Jumlahkan secara aljabar dua reaksi tersebut dengan terlebih dahulu menyetarakan
jumlah electron yang dilepas dengan yang diterima.
Karena jumlah electron yang dilepas sama dengan yang diterima maka kedua reaksi langsung
bisa dijumlahkan.
Soal Latihan :
Setarakan reaksi redoks berikut :
a. Fe2+ + Cr2O72- → Fe3+ + Cr3+ ( suasana asam)
b. SeO32- + Cl2 → SeO42- + Cl- ( suasana basa)
c. Al + H2O → Al(OH)4- + H2 (suasana basa)
d. Zn + NO3- → ZnO22- + NH4+ ( suasana asam)
Kinetika Kimia (Chemical Kinetics) adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mengkaji
mengenai seberapa cepat suatu reaksi kimia berlangsung. Dari berbagai jenis reaksi kimia yang
telah dipelajari para ilmuwan, ada yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (reaksi
berlangsung cepat), seperti reaksi pembakaran gas metana. Di sisi lain, ada pula reaksi yang
berlangsung dalam waktu yang lama (reaksi berlangsung lambat), seperti reaksi perkaratan
(korosi) besi. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dalam besaran laju reaksi.
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk per satuan waktu.
Satuan laju reaksi adalah M/s (Molar per detik). Sebagaimana yang kita ketahui, reaksi kimia
berlangsung dari arah reaktan menuju produk. Ini berarti, selama reaksi kimia berlangsung,
reaktan digunakan (dikonsumsi) bersamaan dengan pembentukan sejumlah produk. Dengan
demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi pengurangan konsentrasi reaktan maupun
peningkatan konsentrasi produk.
Secara umum, laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan sederhana berikut
Kali ini, kita akan mempelajari pengertian kesetimbangan kimia, contoh aplikasi kesetimbangan
kimia dalam industri, menentukan dan menghitung besarnya konstanta kesetimbangan kimia,
mempelajari berbagai jenis kesetimbangan kimia, memanipulasi persamaan kesetimbangan
kimia, serta mengkaji faktor-faktor yang dapat menggeser kesetimbangan kimia.
Salah satu proses yang sangat berguna dalam industri kimia adalah proses Haber, yaitu sintesis
gas amonia dari gas nitrogen dan gas hidrogen. Reaksi kimia yang terjadi dalam proses Haber
adalah sebagai berikut :
N2(g) + 3 H2(g) ——-> 2 NH3(g)
Dengan cara penulisan ini, reaksi kimia menunjukkan bahwa gas hidrogen dan gas nitrogen
bereaksi untuk menghasilkan gas amonia, dan hal ini akan terus berlangsung sampai salah satu
atau kedua reaktannya habis. Tetapi, sesungguhnya, hal ini tidak sepenuhnya benar.
Apabila reaksi ini dilakukan dalam ruang tertutup (sebab reaktan maupun gas sama-sama
berbentuk gas), gas nitrogen dan gas hidrogen akan bereaksi membentuk gas amonia. Namun,
sebagian dari gas amonia tersebut akan segera terurai menjadi gas nitrogen dan gas hidrogen
kembali, seperti yang ditunjukkan dalam persamaan reaksi berikut :
Kesetimbangan kimia
Reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah disebut reaksi dapat balik. Apabila dalam
suatu reaksi kimia, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri maka,
reaksi dikatakan dalam keadaan setimbang. Secara umum reaksi kesetimbangan dapat
dinyatakan sebagai:
A + B C + D
Termokimia (ringkasan)
TERMOKIMIA
Kalor (Q)
Q = m.c.ΔT
m = massa
c = kalor jenis
m.c = kapasitas kalor
T = suhu
arah.
Dalam reaksi diatas setelah salah satu pereaksi habis bereaksi maka reaksi akan
berhenti. Atau dengan kata lain NaCl dan H2O yang dihasilkan tidak bisa saling
bereaksi menghasilkan HCl dan NaOH. Reaksi-reaksi semacam ini yang selama
ini sudah dipelajari. Tetapi ada juga rekasi yang dapat berlangsung dua arah atau
dapat balik. Pada reaksi ini hasil reaksi dapat berubah lagi menjadi zat-zat
semula. Reaksi semacam ini disebut juga reaksi dapat balik atau reaksi
reversibel. Salah satu contoh adalah jika kita panaskan kristal tembaga (II) sulfat
hidrat yang berwarna biru akan berubah menjadi putih, yaitu tembaga (II) sulfat
karena airnya menguap. Dan jika pada tembaga (II) sulfat diteteskan air, maka
akan berubah lagi menjadi kristal biru, yaitu tembaga (II) sulfat hidrat.
biru putih
putih biru
Reaksi tersebut termasuk reaksi yang dapat balik, maka dapat ditulis dengan
Apabila dalam suatu reaksi dapat balik yang terjadi dalam satu sistem, kecepatan
reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri, maka reaksi dikatakan dalam keadaan
setimbang atau sistem kesetimbangan. Sistem kesetimbangan
Termokimia
a. Reaksi Eksoterm
Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada reaksi
tersebut dikeluarkan panas.
Pada reaksi eksoterm harga ∆H = ( - )
b. Reaksi Endoterm
Pada reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau pada reaksi
tersebut dibutuhkan panas.
Pada reaksi endoterm harga ∆H = ( + )
Perubahan entalpi adalah perubahan energi yang menyertai peristiwa perubahan kimia pada
tekanan tetap.
a. Pemutusan ikatan membutuhkan energi (= endoterm)
Contoh: H2 2H - a kJ ; ∆H= +akJ
b. Pembentukan ikatan memberikan energi (= eksoterm)
Contoh: 2H H2 + a kJ ; H = -a kJ
Istilah yang digunakan pada perubahan entalpi :
1. Entalpi Pembentakan Standar ( Hf ):
H untak membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari unsur-unsurnya yang
diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: H2(g) + 1/2 O2(g) H20 (l) ; Hf = -285.85 kJ
2. Entalpi Penguraian:
H dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya (=
Kebalikan dari H pembentukan).
Contoh: H2O (l) H2(g) + 1/2 O2(g) ; H = +285.85 kJ
3. Entalpi Pembakaran Standar ( Hc ):
H untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada
298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(l) ; Hc = -802 kJ
4. Entalpi Reaksi:
H dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam persamaan
reaksi dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien persamaan reaksi bulat
sederhana.