Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rohana

No absen : 30
Kelas : XI AKL 1
Mapel : PALP

1) Sistem Pencatatan Elemen Basis Akuntansi Di Desa.


a) Akuntansi berbasis kas adalah sistem akuntansi dimana pendapatan dicatat pada saat kas
diterima dan beban dicatat bila kas dibayarkan (disebut expenditures). Pengeluaran kas
dibayarkan untuk barang/jasa tak selalu mengukur konsumsi barang/jasa tersebut,
misalnya pembayaran perolehan gedung (misalnya aset tetap). Pada akuntansi berbasis
kas, beban diakui saat pembayaran tunai kas. Pada basis akrual, beban diakui saat manfaat
dari barang/jasa diterima (misalnya penyusutan aset tetap). Hampir tak ada accounting
judgment pada akuntani berbasis kas.
b) Basis akuntansi termodifikasi mengakui transaksi keuangan pada saat muncul (occur)
ketimbang pada saat kas diterima atau dibayarkan. Bagi Kanada, Modified accrual basis,
disebut pula modified cash basis atau modified cash-accrual basismerupakan kompromi
dari spektrum cash basis accounting dan full accrual accounting[8]. Dalam modified
accrualaccounting, aset tetap tak diakui dalam neraca, namun beban operasi asset tetap
dan pemeliharaan aset tetap merupakan pengeluaran kas[9]. Bagi Belanda, modified cash
accounting berbeda dengan modified accrual accounting. Modified cash
accounting mengakui transaksi kas sepanjang tahun buku dan menyiapkan akun hutang
belum dibayar dan akun piutang belum tertagih pada akhir tahun. Modified accrual
accounting mencatat pengeluaran apabila sumberdaya diterima dan pendapatan bila
terukur dan tersedia dalam periode akuntansi atau dekat setelah periode tersebut.[10]
c) Akuntansi berbasis akrual adalah sistem akuntansi yang mencatat pendapatan pada
periode dimana hak atas pendapatan muncul (become earned) tak peduli diterima atau
belum diterima, dan bahwa beban dicatat pada periode dimana sumberdaya digunakan.
Karena itu transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian dicatat pada pembukuan akuntansi
dan diakui dalam LK terkait pada periode terjadinya. Elemen pengakuan dalam accrual
accounting adalah aset, kewajiban, net assets/ekuitas, pendapatan dan beban[11].
Akuntansi berbasis akrual padat accounting judgement & accounting policy [12],
sebaliknya dari akuntansi berbasis kas. Disamping kualitas proses pencatatan &
peringkasan akuntansi, kualitas LK amat ditentukan oleh kualitas/ketepatan pilihan
kebijakan akuntansi. Karena banyak accounting judgment & accounting policy dalam
akuntansi berbasis akrual, proponen akuntansi berbasis kas menyatakan akuntansi
berbasis akrual berisiko tidak obyektif. Sebaliknya, proponen akrual menyatakan negara
dalam kondisi bahaya apabila tak mencatat hutang negara secara akrual- realtime. Negara
akan berada dalam blindspot dan tiba-tiba bangkrut karena terpuruk oleh hutang dan
akrualisasi bunga & denda yang dilakukan oleh pihak pemberi pinjaman. Berbagai
negara-negara dunia pada posisi blindspot pada era resesi 1997/1998 mempunyai tingkat
kesulitan lebih tinggi untuk pemberesan keuangan negara.
d) Akuntansi umum (general accounting) lazimnya membuat klasifikasi beban berdasar
jenis beban tersebut, pada umumnya disebut klasifikasi ekonomi, sedang akuntansi biaya,
akuntansi proyek dalam departemen-departemen fungsional kenegaraan membuat
klasifikasi beban berdasar kebutuhan analisis dan pengawasan misalnya beban
departemen atau menurut fungsi organisasi, beban langsung & tak langung, beban tetap &
variabel, proyek (job order costing).
e) Klasifikasi akuntansi umum dan akuntansi biaya tersebut, kedua-duanya diakomodasi
dalam berbagai klasifikasi anggaran berdasar tujuan pertanggungjawaban. Syarat utama
bagi legitimasi accrual accounting adalah akrualisasi harus dilakukan secara amat
berhati-hati, handal, berkualitas, nyaris sakral. Tanpa pemenuhan syarat ini, maka LK
tidak handal dan akuntansi tak berlegitimasi sebagai pertanggungjawaban, transparansi
dan dasar keputusan keuangan masa depan. Sebagai misal, pendapatan akrual harus
diakui secara konservatif berdasar bukti yang amat mantap, demikian pula pencadangan
piutang tak tertagih atau basis penyusutan aset tetap harus berdasar pertimbangan
konservatif dan bukti-bukti historikal[13].
f) Akrual accounting hanya layak bagi negara yang memiliki menteri keuangan yang
kompeten, dan cukup berwenang akan sistem manajemen keuangan/perbendaharaan dan
sistem pengendalian keuangan negara, memiliki kredibiltas serta (atau karena)
mempunyai independensi politik memadai[14]. Dengan demikian jabatan menteri
keuangan berbasis kekuatan politik atau partai, hendaknya memilih petugasnya yang
handal sebagai menteri keuangan.
g) Akuntansi berbasis akrual memfasilitasi, memungkinkan, menggeser paradigma cash
management menjadi financial management dalam pemerintahan umumnya, pola
pengambilan keputusan keuangan khususnya, dalam jangka panjang mengubah perilaku
birokrasi menjadi lebih rasional, visioner dan profesional. Akuntansi berbasis akrual amat
ideal untuk pengamanan keuangan negara yang berisiko tertimpa krisis keuangan karena
blindspot posisi hutang-piutang. Departemen Keuangan bertugas membangun ukuran
kinerja umum yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan
sasaran/outcomes/outputlembaga-lembaga kepemerintahan, dasar penilaian ouput (model
used for pricing output), serta dasar alokasi/distribusi/apropriasi kinerja bersama lintas
lembaga-lembaga kepemerintahan (portofolio kinerja). Departemen Keuangan perlu
menelaah cara pelaporan surplus/defisit realisasi anggaran terkait pada raihan output dan
Laporan Keuangan.

2) Kode Rekening Kelompok Akun


a) Kode Numerik
Kode numerik adalah cara pemberian kode akun dengan menggunakan nomor-nomor
yang dimulai dari 0 sampai dengan 9. Sistem numerik dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut..
Kode Akun Nama Akun
100 Kas
101 Bank
102 Piutang usaha
103 Wesel tagih
104 Perlengkapan
121 Tanah
122 Gedung
123 Akumulasi penyusutan gedung
124 Peralatan kantor
201 Utang usaha
202 Wesel bayar
Aktiva Ekuitas
11 Aktiva Lancar 31 Modal pemilik
111 Kas
112 Bank
113 Piutang usaha Pendapatan
12 Aktiva Tetap 41 Pendapatan Operasional
121 Tanah 411 Pendapatan service mobil
122 Gedung 412 Pendapatan pengecatan mobil
123 Peralatan 42 Pendapatan Nonoperasional
421 Pendapatan bunga
Kewajiban 422 Laba atas penjualan alat
21 Kewajiban Lancar
211 Utang usaha Beban
212 Wesel bayar 51 Beban Operasional
213 Sewa yang masih harus dibayar 511 Beban gaji
22 Kewajiban Jangka Panjang 512 Beban iklan
221 Utang obligasi 52 Beban Nonoperasional
222 Utang hipotek 521 Beban bunga
223 Utang 522 Rugi atas penjualan aktiva tetap
b) Kode Blok
Tiap kelompok diberikan satu blok nomor
Kelompok Kode
Aktiva 100 – 199
Kewajiban 200 – 299
Ekuitas 300 – 399
Pendapatan 400 – 499
Beban 500 – 599
Tiap golongan diberikan satu blok nomor
Golongan Kode
Aktiva lancar 100 – 149
Aktiva tetap 150 – 199
Kewajiban lancar 200 – 249
Kewajiban jangka panjang 250 – 299
Kas dapat digolongkan ke dalam aktiva lancar
Tiap jenis diberikan satu nomor kode
Jenis Kode
Kas 100
Piutang usaha 101
Peralatan 150
Kendaraan 151
Utang usaha 201
Wesel bayar 202
Utang obligasi 250
Utang hipotik 251
Modal 300
Prive 301
c) Kode Desimal
Pada kode desimal, akun diklasifikasikan menjadi kelompok atau rubrik. Tiap rubrik
dibagi menjadi golongan, dan tiap golongan dibagi menjadi jenis akun. Setiap rubrik,
golongan, dan jenis akun diberi nomor kode dimulai dari 0 sampai dengan 9.
Akun dibagi menjadi beberapa rubric
Rubrik 0 : Akun aktiva lancer
Rubrik 1 : Akun aktiva tetap
Rubrik 2 : Akun kewajiban lancer
Rubrik 4 : Akun Ekuitas
Rubrik 5 : Akun pendapatan
Rubrik 6 : Akun beban
Rubrik 7 : Akun pembelian
Rubrik 8 : Akun penjualan
Rubrik 9 : Akun pendapatan lain-lain
d) Kode Mnemonik
Pemberian kode mnemonik dilakukan dengan menggunakan huruf.
Nama Akun Kode Akun
Aktiva A
Aktiva lancar AL
Kas K
Aktiva Tetap AT
Kewajiban K
Kewajiban Lancar KL
Kewajiban jangka Panjang KJP
Ekuitas E
Pendapatan P
Beban B

3) Pendapatan satker
Sistem Akuntansi Satuan KerjaDalam struktur pemerintahan daerah, satuan kerja
merupakan entitas akuntansiyang wajib melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi
yang terjadi di lingkungan satuankerja. Kegiatan akuntansi pada satuan kerja meliputi
pencatatan atas pendapatan, belanja,asset, dan selain kas. Proses tersebut dilaksanakan
oleh Pejabat Penatausahaan Keuanganberdasarkan dokumen-dokumen sumber yang
diserahkan oleh bendahara.Akuntansi Pendapatan SKPDA k u n t a n s i p e n d a p a t a n
d i l a k s a n a k a n b e r d a s a r k a n a s a s b r u t o , y a i t u d e n g a n membukukan penerimaan
bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya. Akuntansi pendapatanSKPD dilakukan hanya untuk
mencatat pendapatan asli daerah (PAD) yang dalam wewenangSKPD. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerahyang menambah
ekuitas dana lancer pada periode tahun anggaran yang bersangkutan yangmenjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Sementara itu, Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa pendapatan daerah
adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.Akuntansi
Belanja SKPDBelanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yangmengurangi ekuitas dana lancer dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yangtidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah. Sedangkan menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja.

4) Akuntansi pendapatan desa


mendapatkan 10% dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus, di samping sumber-
sumber pendapatan lain.
Pasal 72
(1) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari:
a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-
lain pendapatan asli Desa;
b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;
d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota;
e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja DaerahKabupaten/Kota;
f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
g. lain-lain pendapatan Desa yang sah.
(2) Alokasi anggaran sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b bersumber dari Belanja Pusat dengan
mengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan.
(3) Bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud padaayat (1)
huruf c paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari pajak dan retribusi daerah.
(4) Alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
(5) Dalam rangka pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa melimpahkan sebagian kewenangan kepada
perangkat Desa yang ditunjuk.
(6) Bagi Kabupaten/Kota yang tidak memberikan alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
Pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan ke Desa.
Penjelasan
Pasal 72
Ayat (1)
Huruf a: Yang dimaksud dengan “pendapatan asli Desa”adalah pendapatan yang berasal dari
kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan skala lokal Desa.Yang dimaksud dengan
“hasil usaha” termasuk juga hasil BUM Desa dan tanah bengkok.
Huruf b: Yang dimaksud dengan “Anggaran bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
tersebut” adalah anggaran yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.
Huruf c: Cukup jelas
Huruf d: Cukup jelas
Huruf e: Cukup jelas
Huruf f: Cukup jelas
Huruf g: Yang dimaksud dengan “lain-lain pendapatan Desa yang sah” adalah antara lain pendapatan
sebagai hasil kerja sama dengan pihak ketiga dan bantuan perusahaan yang berlokasi di Desa.

Ayat (2)
Besaran alokasi anggaran yang peruntukkannya langsung ke Desa ditentukan 10% (sepuluhperseratus)
dari dan di luar dana Transfer Daerah (on top) secara bertahap. Anggaran yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dihitung berdasarkan jumlah Desa dan dialokasikan dengan
memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan Desa.
5) Transaksi akuntansi belanja satker
A. Transaksi belanja di SKPD dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan PPKD
(PPK-SKPD). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas dibayarkan oleh bendahara
pengeluaran atau pada saat menerima tembusan bukti transfer ke pihak ketiga.
B. Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran
belanja, dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya,
koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain (PP No. 24 th 2005).
C. Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto.
D. Untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat
dengan 2 (dua) jurnal. Satu jurnal untuk mencatat belanja, dan yang lainnya untuk
mencatat aset yang diperoleh dari transaksi belanja modal tersebut.
CONTOH BELANJA SATKER

 KELOMOK BELANJA SATKER NO 21 TH 2005 =Belanja Operasi - Belanja


pegawai - Belanja barang - Bunga - Subsidi - Hibah - Bantuan social
 KELOMOK BELANJA SATKER NO 21 TH 2005 =Belanja modal - Belanja
tanah - Belanja peralatan dan mesin - Belanja gedung dan bangunan - Belanja
jalan, irigasi, dan Jaringan - Belanja aset tetap lainnya - Belanja aset lainnya
 EMBERDAGI N0 13 TH 2006 Belanja Tidak Langsung - Belanja pegawai -
Belanja bunga - Belanja subsidi - Belanja hibah - Belanja bantuan sosial - Belanja
bagi hasil kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa - Belanja
bantuan keuangan kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa -
Belanja tidak terduga
 EMBERDAGI NO 13 TH 2006Belanja Langsung - Belanja pegawai - Belanja
barang dan jasa - Belanja modal
6) Akuntansi BelanjaDesa
Yakni meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban
desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
desa. Belanja Desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa.
Adapun klasifikasi belanja desa terdiri atas penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan masyarakat
desa, dan belanja tak terduga. Klafikasi belanja tersebut dibagi dalam kegiatan yang sesuai
dengan kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKPDesa). Dan seluruh kegiatan belanja tersebut bermuara pada kegiatan belanja pegawai,
belanja barang & jasa dan belanja modal.

7) contoh pencatatan akntansi belanja desa


 Transaksi yang terjadi selama bulan Januari 2015 adalah sebagai berikut:

a) Pada 5 Januari Pemerintah Desa Adilmakmur menerima pencairan Dana


Desa dari Pemerintah Pusat sebesar Rp250.000.000,-langsung masuk
kerekening Desa.

b) Pada 6 Januari Bendahara mengajukan SPP Gaji dan Tunjangan sebesar


Rp20.000.000,-dan langsung cair pada hari itu juga dan didistribusikan
kepada seluruh perangkat desa.

c) Berdasarkan transaksi nomor 2,bendahara memungut PPh pasal 21 sebesar


Rp1.000.000,-dan langsung menyetorkannya hari itu juga.

8) transaksi akuntansi penerimaan pembiayaan

Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana
Cadangan yang bersangkutan.

Penerimaan pembiayaan mencakup :

 sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)

 pencairan dana cadangan

 hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

 penerimaan pinjaman daerah

 penerimaan kembali pemberian pinjaman

 penerimaan piutang daerah.

9) akuntansi pengeluaran pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Daerah


antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah,
pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu dan
pembentukan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Daerah. Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan
yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di
pemerintah daerah merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai
pendapatan dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.
Pengeluaran pembiayaan mencakup:
 pembentukan dana cadangan
 penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah
 pembayaran pokok utang
 pemberian pinjaman daerah.
10) contoh pencatatan akuntansi penerimaan pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikelurkannya kas dari Kas Daerah.
Contoh kasus dalam jurnal:
Pengeluaran Penyertaan Modal Pemda Rp 200 Jt

Kas di Kas Daerah Rp 200 Jt

(mencatat penyertaan modal)

Penyertaan Modal Pemda Rp 200 Jt

Diinvestasikan dalam Investasi Jangka panjang Rp 200 jt

Anda mungkin juga menyukai