Sistem kekebalan tubuh dapat tidak berfungsi jika sistem ini bereaksi
a. Alergi (Hipersensitivitas)
(benda asing dan antigen) baik yang membahayakan maupun tidak (Anonim, 2013).
Sebagian orang alergi terhadap bulu, debu, makanan laut, gigitan serangga, polen
(serbuk sari) dan lain sebagainya. Bentuk reaksinya bisa bermacam-macam, dari
mulai bersin, gatal-gatal, pusing, muntah dan diare, bahkan hingga kesulitan
Pada awalnya, tidak ada tanda-tanda penolakan apapun pada tubuh ketika
protein asing masuk ke dalam tubuh. Pada tahap ini tubuh mengembangkan
imunoglobin (biasanya dari kelas IgE). Ketika protein dari jenis yang sama
memasuki tubuh untuk ke dua kalinya, IgE bereaksi dengan berikatan pada
antigen pada permukaan membran mast cell. Reaksi ini mendorong mast cell
berbagai reaksi alergi. Misalnya saja jika reaksi alergi terjadi pada saluran
pernapasan, histamin akan ditangkap oleh sel-sel otot polos pada rongga pernapasan,
menjadi lebih permeabel, dan tekanan darah turun. Hal ini mengakibatkan jaringan
b. Autoimunitas
bukan bagian dari tubuh (Ferdinand dan Moekti, 2009). Akibat dari penyakit
autoimun adalah sistem imun menyerang tubuh sendiri (Anonim, 2013). Contoh
kontraksi otot. Contohnya jika terjadi pada mata, pandangan atau posisi
(secara umum) sebagai sel asing. Penyakit ini sangat sulit dikenali karena
Addison, tahun 1855. Penyakit ini bisa disebabkan karena infeksi pada
badan, tekanan, darah rendah, kadar gula darah yang rendah, rasa
Defisiensi imun yaitu tidak bekerjanya atau terganggunya salah satu atau
seluruh komponen sistem imun (Anonim, 2013). Pada keadaan yang normal, virus
dapat dinonaktifkan oleh sel limfosit T. Namun, ketika sel T penolong terinfeksi
mengenali dan menonaktifkan sel-sel asing yang masuk ke dalam tubuh. Acquired
menggandakan diri di dalam sel. Virus, yang telah menggandakan diri kemudian
menghancurkan membran sel dan meninggalkan sel limfosit T yang lama. Virus-
virus ini siap menginfeksi sel limfosit T yang lain yang masih sehat (Ferdinand dan
Moekti, 2009).