Anda di halaman 1dari 46

Nefrolitiasis Budianto - 406151088

BAB I
PENDAHULUAN

Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal
dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.Batu
saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia. BSK adalah
terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat
dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(nefrolitiasis), di dalam ureter (ureterolitiasis) maupun di dalam kandung kemih
(vesikolitiasis).1
BSK merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih. Di rumah
sakit di Amerika Serikat kejadian BSK dilaporkan sekitar 7-10 pasien untuk setiap
1000 pasien rumah sakit dan insidens dilaporkan 7-21 pasien untuk setiap 10.000
orang dalam setahun.1
BSK dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan tidak terkecuali
penduduk di Indonesia. Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih
menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. BSK merupakan
salah satu dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran
kemih dan pembesaran prostat benigna.1
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. BSK pada ginjal (nefrolithiasis)
merupakan faktor pencetus awal terjadinya hidronefrosis. Dimana nefrolithiasis
dapat menimbulkan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih
yang dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal
dan ureter sehingga mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.2,3
Hidronefrosis dapat terjadi akibat adanya obstruksi pada saluran kemih
maupun akibat suatu keadaan non-obstruksi. Obstruksi yang terjadi dapat bersifat
parsial atau komplit, unilateral atau bilateral, dapat terjadi pada berbagai tingkat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
1
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

saluran kemih mulai dari uretra hingga pelvis renalis. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh lesi intrinsik maupun lesi ekstrinsik dari saluran kemih. Keadaan
non-obstruksi penyebab hidronefrosis, misalnya refluks vesikoureter,2,3
Ganguan aliran urin dapat berlanjut menjadi infeksi saluran kemih,
kerusakan ginjal dan bahkan gagal ginjal. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan
fisik dan penunjang yang adekuat untuk memperoleh diagnosis dan untuk
melaksanakan terapi sesuai penyebabnya.4 Pemeriksaaan penunjang yang dapat
dilakukan adalah usg, foto polos abdomen, bno-ivp, dan CT-scan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
2
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI SALURAN KEMIH5,6,7


Traktus urinarius atau yang sering disebut dengan saluran kemih terdiri dari
dua buah ginjal, dua buah ureter, satu buah kandung kemih (vesika urinaria)
dan satu buah uretra.
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti biji kacang terletak
retroperitoneal di regio abdominalis posterior. Ginjal terletak dalam jaringan
ikat extraperitoniale tepat di lateral columna vertebralis. Pada posisi supinasi,
ginjal terletak kira-kira setinggi vertebrae T12 di superior dan vertebrae L3 di
inferior, dengan ginjal dextra terletak lebih rendah dibandingkan ginjal
sinistra karena posisinya terhadap hepar. Ginjal sinistra lebih panjang dan
lebih ramping dibandingkan ginjal dextra, dan lebih dekat dengan garis
tengah tubuh. Ginjal dibungkus oleh 4 lapis jaringan yaitu kapsula renalis,
corpus adiposum perirenale, fascia renalis dan corpus adiposum pararenale.5

Gambar 2.1 Organisasi lemak dan fascia yang menyelubungi ginjal.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
3
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Masing-masing ginjal terdiri dari korteks renalis di bagian luar dan


medula renalis di bagian dalam. Korteks renalis merupakan suatu pita
berkelanjutan dari jaringan berwarna pucat yang mengelilingi seluruh medula
renalis. Korteks ginjal mengandung jutaan alat penyaring darah yang disebut
nefron. Perpanjangan dari korteks renalis (columnae renales) berproyeksi ke
dalam aspectus internum ginjal, membagi medula renalis menjadi jaringan
agregasi-agregasi terpisah berbentuk segitiga (piramid renalis). Basis piramid
renalis mengarah ke luar menuju korteks, sedangkan apeks piramid renalis
mengarah ke dalam, menuju sinus renalis. Proyeksi apikalis (papillae renales)
dikelilingi oleh suatu kaliks renalis minor. Pada sinus renalis, beberapa kaliks
renalis minor bergabung membentuk suatu kaliks renalis mayor, dan 2-3
kaliks renalis mayor akan bergabung membentuk pelvis renalis, yang
merupakan suatu struktur berbentuk corong dan merupakan ujung superior
dari ureter.

Gambar 2.2 Struktur internal ginjal.

Ginjal menerima sekitar 20% dari cardiac output. Suplai darah ke


ginjal berasal dari sepasang arteri renalis yang terletak setinggi vertebra L2.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
4
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Arteri renalis masuk ke ginjal melalui hilum bersamaan dengan vena renalis
di bagian anterior dan pelvis renalis di sebelah posterior. Cabang pertama
arteri renalis adalah a.suprarenal inferior. Kemudian arteri renalis akan
bercabang lagi membentuk 5 cabang segmentalis yaitu a.segmentalis
superior, a.segmentalis anterior superior, a.segmentalis anterior inferior,
a.segmentalis inferior dan a.segmentalis posterior. Arteri-arteri tersebut akan
bercabang membentuk a.interlobaris yang berjalan diantara kaliks mayor.
Selanjutnya a.interlobaris bercabang lagi membentuk a.arkuata yang berjalan
di dalam korteks pada basis piramid renalis. A.arkuata akan bercabang lagi
menjadi a.interlobularis yang meluas ke korteks ginjal untuk akhirnya
menjadi arteriol aferen, kemudian kapiler peritubular menjadi arteriol eferen.
Beberapa cabang terminal arteri interlobular menyebar untuk memperdarahi
kapsula renalis. Pelvis renalis dan cabang ureter superior juga berasal dari
arteri renalis dan memperdarahi bagian atas dari collecting system.

Gambar 2.3 Vaskularisasi ginjal.

Fungsi ginjal, antara lain:

1. Mempertahankan keseimbangan air (H2O) di dalam tubuh;

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
5
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh, terutama melalui


pengaturan keseimbangan cairan;
3. Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit
individu dalam rentang normal;
4. Mempertahankan volume plasma tetap normal;
5. Membantu menjaga keseimbangan asam-basa yang tepat dari
tubuh;
6. Mengekskresikan produk sisa metabolisme;
7. Mengekskresikan senyawa-senyawa asing dari tubuh;
8. Memproduksi eritropoetin;
9. Memproduksi renin;
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif.
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Pada setiap ginjal terdapat sekitar
satu juta nefron. Karena fungsi utama dari ginjal adalah untuk menghasilkan
urin, maka nefron adalah unit terkecil yang mampu membentuk urin. Setiap
nefron terdiri dari komponen vaskular dan komponen tubular yang saling
terkait baik secara struktural maupun fungsional.
Bagian utama dari komponen vaskular nefron adalah glomerulus.
Glomerulus merupakan kumpulan berkas-berkas kapiler berbentuk seperti
bola yang berperan dalam menyaring darah untuk selanjutnya membawa hasil
filtrasi (plasma bebas protein) ke komponen tubular. Selain glomerulus,
komponen vaskular nefron juga terdiri dari arteriol aferen, arteriol eferen dan
kapiler peritubular. Arteriol aferen berfungsi untuk membawa darah ke
glomerulus, sedangkan arteriol eferen berfungsi untuk membawa darah
meninggalkan glomerulus. Kapiler peritubular memasok darah pada jaringan
ginjal dan akan bergabung untuk membentuk venula yang akhirnya mengalir
ke vena renalis kemudian membawa darah meninggalkan ginjal.
Komponen tubular nefron dimulai dengan kapsula bowman, sebuah
struktur seperti dinding disekitar glomerulus yang berfungsi menampung
hasil filtrasi dari glomerulus. Kemudian hasil filtrasi akan melewati tubulus
proksimal, lalu melewati lengkung Henle dan aparatus jukstaglomerulus

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
6
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

menuju tubulus distal dan akhirnya masuk ke duktus pengumpul / duktus


kolektivus. Selanjutnya hasil filtrasi akan masuk ke pelvis renalis.
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang berfungsi
membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorbsi, sekresi) dari pelvis
renalis menuju vesika urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak
retroperitoneal, masing-masing untuk setiap ginjal.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis renalis) akan turun di
depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca
comunis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu
melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesika urinaria. Adanya
katup uretero-vesikal mencegah aliran balik urin setelah memasuki kandung
kemih. Ureter diperdarahi oleh cabang a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca
comunis, a.testicularis/ovarica, serta a.vesicalis inferior. Serta persarafan
ureter melalui segmen T10 – L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus
aortikus serta pleksus hipogastrikus superior dan inferior.
Ureter berfungsi untuk menyalurkan urin dari ginjal ke vesika urinaria.
Gerakan peristaltik mendorong urin yang diekskresikan oleh ginjal melalui
ureter dan disemprotkan dalam bentuk pancaran melalui osteum uretralis
masuk ke dalam vesika urinaria.

Vesika urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli,


merupakan suatu tempat yang berfungsi untuk menampung urine yang
berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan
lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica
urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ
lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-
pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Secara umum, volume vesika urinaria adalah 350-500 ml. Dalam
keadaan kosong vesika urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri dari tiga
bagian yaitu apex, fundus / basis dan collum. Dinding vesika urinaria terdiri
dari m.detrusor. terdapat trigonum vesika pada bagian posteriorinferior dan
collum vesika. Trigonum vesika merupakan suatu bagian berbentuk

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
7
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

menyerupai segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum
vesika.
Vesika urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior.
Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh
a.vaginalis.sedangkan persarafan pada vesika urinaria terdiri dari persarafan
simpatis dan parasimpatis.
Uretra merupakan saluran yang berfungsi membawa urin keluar dari
vesika urinaria menuju lingkungan eksternal. Terdapat beberapa perbedaan
uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm
dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar
prostat). Pada pria, uretra dibagi menjadi pars pre-prostatika, pars prostatika,
pars membranosa dan pars spongiosa. Uretra pada pria memiliki dua otot
sphincter yaitu m.sphincter internal (bersifat involunter) dan m.sphincter
eksterna (bersifat volunter). Pada wanita panjang ureter sekitar 3,5 cm.
Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada
orifisiumnya diantara klitoris dan vagina. Uretra wanita hanya memiliki satu
otot sphincter yaitu m.sphincter eksterna (bersifat volunter).

Gambar 2.4 Komponen fungsional ginjal.


Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
8
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

2.2 FISIOLOGI SISTEM KEMIH7

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-
zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih).
Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air
(96%) dan sebagian kecil zat terlarut (4%) yang dihasilkan oleh ginjal,
disimpan sementara dalam kandung kemih dan dibuang melalui proses
mikturisi.
Proses pembentukan urin, yaitu:
1. Filtrasi (penyaringan) : capsula bowman dari badan malpighi menyaring
darah dalam glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat
bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkna filtrat
glomerulus (urin primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat seperti glukosa,
asam amino dan garam-garam.
2. Reabsorbsi (penyerapan kembali) : pada tubulus kontortus proksimal, zat
dalam urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi dan
menghasilkan filtrat tubulus (urin sekunder) dengan kadar urea yang
tinggi.
3. Sekresi (pengeluaran) : pada tubulus kontortus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan lagi dan terjadi reabsorbsi
aktif ion Na+ dan Cl- serta sekresi H+ dan K+. Selanjutnya urin disalurkan
ke tubulus kolektivus dan selanjutnya menuju ke pelvis renalis.

2.3 BATU SALURAN KEMIH


2.3.1 Definisi1

Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa


keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
9
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan


aliran kemih dan infeksi.Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal), di dalam ureter (batu ureter) maupun di dalam kandung kemih
(batu kandung kemih).Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium,
magnesium, asam urat, atau sistein.
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur.
Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan
biasanya dapat keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang
berada di saluran kemih atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan
jika batu berada di saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan
uretra) dapat menghambat buang air kecil. Batu yang menyumbat ureter,
pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung
atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah antara tulang rusuk dan
tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah kemaluan dan paha
sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon ureter terhadap
batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat menimbulkan
rasa nyeri kram yang hebat.
2.3.2 Etiologi1

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan


gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).
Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah
faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor
ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Faktor intrinsik itu antara lain :
 Herediter (keturunan) : Penyakit ini diduga diturunkan dari
orangtuanya.
 Umur : Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
 Jenis kelamin : Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
10
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya:


 Geografi : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal
sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
 Iklim dan temperatur tinggi.
 Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu
saluran kemih.
 Faktor Diet : Diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit batu saluran kemih.
 Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya hanya duduk atau kurang aktifitas
 Kebiasaan menahan buang air kecil.

2.3.3 Jenis Batu Saluran kemih1


1. Batu Kalsium
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan
BSK yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-
kadang di jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk
campuran, misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat
atau campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut
diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine
atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe
yang berbeda, yaitu:
 Whewellite (monohidrat) yaitu, batu berbentuk padat, warna
cokat/ hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air
kemih.
 Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat)
yaitu batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.
2. Batu Asam Urat
Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam
urat. Pasien biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
11
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

hanya oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK,
karena keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat
sehingga pH air kemih menjadi rendah.
Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan
metabolism endogen di dalam tubuh. Degradasi purin di dalam tubuh
melalui asam inosinat dirubah menjadi hipoxantin. Dengan bantuan
enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi xanthin yang
akhirnya dirubah menjadi asam urat. Asam urat tidak larut dalam
urine sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal
asam urat, dan selanjutnya membentuk batu asam urat. Faktor yang
menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah : (1) urine yang
terlalu asam (pH urine <6), (2) volume urine yang jumlahnya sedikit
(<2 liter/hari) atau dehidrasi, dan (3) hiperurikosuri atau kadar asam
urat yang tinggi
Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai
ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa).Batu asam
urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan.
Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
3. Batu Struvit.
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter
yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi
bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman
yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah :Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita BSK.
Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi
saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH
air kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
12
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari


fosfat.
4. Batu Sistin.
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan
ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi
kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan
ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan
faktor keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang
sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang
memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis
karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet
mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih
yang rendah dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan
ekskresi sistin dalam air kemih.

2.3.4 Patofisiologi 1,4

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih


terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran
urine (statis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya
kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis urethra- pelvis), divertikel,
obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna,
striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang
memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Mekanisme pembentukan batu dapat dibagi menjadi 3 tahap yang
berkesinambungan, yaitu: (a) kejenuhan urin, (b) adanya kondisi yang
memungkinkan terjadinya nukleasi, dan (c) adanya inhibitor. Dalam
pembentukan batu, urin yang jenuh merupakan suatu prasyarat absolut
untuk pengendapan kristal. Semakin besar konsentrasi dari ion-ion,
semakin mudah ion-ion tersebut mengendap. Konsentrasi ion yang rendah
menimbulkan keadaan undersaturation dan peningkatan kelarutan. Seiring
dengan peningkatan konsentrasi ion, suatu saat ion-ion tersebut akan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
13
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

mencapai satu titik yang disebut solubility product (Ksp). Konsentrasi di


atas titik ini disebut keadaan metastable dan berpotensi untuk memulai
pembentukan endapan. Ketika konsentrasi larutan menjadi semakin tinggi,
ion-ion akan mencapai formation product (Kfp). Tingkat kejenuhan di atas
Kfp ini disebut keadaan unstable, dan dapat terjadi pembentukan endapan
secara spontan. Endapan ini tersusun atas kristal-kristal yang terdiri dari
bahan-bahan organik dan non-organik yang terlarut dalam urin. Kristal-
kristal tersebut berada dalam keadaan metastable (tetap larut) dalam urin
jika tidak ada keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi
kristal. Kristal-kristal ini saling mengadakan presipitasi membentuk inti
batu (nukleasi) yang kemudian akan menjadi agregasi, dan menarik bahan-
bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal),
dan bersama bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga
memebentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal
memeberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut
batu staghorn.
Batu yang terbentuk dan menetap di ginjal (nefrolithiasis) jarang
menimbulkan gejala, kalaupun ada batu pada kaliks ginjal memberikan
rasa nyeri ringan sampai berat karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu
juga baru pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai
dengan gejala berat . Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya
dapat keluar spontan dan tidak menimbulkan nyeri. Nyeri baru timbul
ketika ukuran batu ginjal yang lebih besar dari 5 mm memasuki ureter
(uretherolithiasis) dan menimbulkan obstruksi kronik berupa
hidroureter/hidronefrosis. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien
adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri
kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik
otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu


menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga
terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.
Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran
kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic
junction), dan ureter.Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang
(flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu
ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai
keadaan ini. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal
karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan
fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba
ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal,
retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.

2.3.5 Manifestasi Klinik1

Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung


pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran
urine, terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa
batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak
unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar
biasa ( kolik).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :


 Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu.Rasa nyeri yang berulang
(kolik) tergantung dari lokasi batu.Bila nyeri mendadak menjadi
akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang
disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami
kolik ginjal.Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri
yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan
genitalia.Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit
urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah,
maka pasien tersebut mengalami kolik ureter.

 Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas
normal.Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah,
dan pelebaran pembuluh darah di kulit.

 Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang
terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
 Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria)
dan air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis
adanya penyakit BSK.
 Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
16
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

2.3.6 Penegakan Diagnosis1,8,9,10


 Anamnesis
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus
dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran
nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun
berkurangnya nyeri. Keluhan yang disampaikan pasien tergantung
pada posisi, letak, ukuran batu. Keluhan paling sering adalah nyeri
pinggang. Nyeri bisa kolik atau bukan kolik.riwayat muntah, gross
hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Penderita
dengan riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang
sama.
 Pemeriksaan Fisik
o Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, pada didapatkan
nyeri ketok pada daerah kostovertebra (CVA), dapat disertai
takikardi, berkeringat, dan nausea.
o Teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
o Terlihat tanda gagal ginjal dan retensi urin, jika disertai infeksi
didapatkan demam dan menggigil
 Pemeriksaan Penunjang
o Laboratorium
 Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein,
reduksi, dan sediment. Bertujuan menunjukkan adanya
leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-
kristal pembentuk batu.
 Urine kultur meliputi: mikroorganisme adanya pertumbuhan
kuman pemecah urea, sensitivity test.
 Pemeriksaan darah lengkap, leuco, diff, LED,
 Pemeriksaan kadar serum elektrolit, ureum, kreatinin,
penting untuk menilai fungsi ginjal, untuk mempersiapkan
pasien menjalani pemeriksaan foto IVU dan asam
urat, Parathyroid Hormone (PTH), dan fosfat sebagai faktor
penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
17
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

kalsium, oksalat, fosfat, maupun asam urat di dalam darah


atau di dalam urin) serta untuk menilai risiko pembentukan
batu berulang.
o Radiologi
 USG Abdomen
Ultrasonografi (USG) ginjal adalah tes non-invasif
menggunakan transduser yang memproduksi gelombang
suara yang memantul dari ginjal dan mentransmisikan
gambar organ pada layar video. Tes ini digunakan untuk
menentukan ukuran dan bentuk ginjal, dan untuk
mendeteksi massa, batu ginjal, kista, atau obstruksi dan
kelainan lainnya. Pemeriksaan USG ginjal dilakukan juga
untuk melihat renal masses, untuk membedakan apakah
cystic atau solid mass dan ukuran dari mass tersebut.
Pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk, ukuran, gerakan
ginjal dan hubungan ginjal dengan jaringan sekitarnya
seperti adrenal gland.

 Foto Polos Abdomen


Foto polos abdomen ini bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih.
Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat
radio-opak dan paling sering dijumpai di antara batu jenis
lain. Batu Magnesium Ammoniak Phospat (MAP)
memberikan gambaran semi-opak.Sedangkan batu asam
urat, batu matriks dan indinivar bersifat radio-lusen.
 BNO-IVP

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan antomi


dan fungsi ginjal, selain itu IVP juga dapat mendeteksi
adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak
dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Pada yang radiopak
pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
18
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan
tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang,
sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto
polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena
(PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan
kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect)
di tempat batu berada
Pemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan dengan
menyuntikkan bahan kontras secara intravena dan dilakukan
pengambilan gambar radiologis secara serial yang
disesuaikan dengan saat zat kontras mengisi ginjal,
berlanjut ke ureter, dan ke kandung kemih. Indikasi
pemeriksaan PIV adalah untuk mendeteksi lokasi obstruksi
misalnya pada batu ginjal, konfirmasi penyakit ginjal
polikistik, atau adanya kelainan anatomis yang tidak
terdeteksi oleh teknik pemeriksaan lain. Pemeriksaam PIV
memerlukan persiapan yaitu :
a. 2 hari sebelum foto IVP penderita hanya makan bubur
kecap
b. Minum air putih yang banyak
c. Jam 24.00 WIB minum obat pencahar/laksans untuk
membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah
ginjal.
d. Selanjutnya puasa sampai dilakukan foto
e. Dilarang banyak bicara untuk mengurangi udara (gas)
dalam lambung dan usus.
Untuk bayi dan anak diberikan minum yang
mengandung karbonat, tujuannya untuk mengembangkan
lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga
bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung yang
terisi gas. Sebelum pasien disuntikkan urofin 60% harus
dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan. Jika pasien alergi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
19
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

terhadap kontras maka pemeriksaan pielografi intravena


dibatalkan.
Dosis urografin 60 mg % untuk orang dewasa adalah
20 ml. Kalau perlu diberikan dosis rangkap yaitu 40 ml.
Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film bucky
anteroposterior abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15
menit, 30 menit dan post miksi.
Beberapa ahli menyatakan bahwa IVP masih
merupakan pencitraan yang terbaik untuk memberikan
gambaran secara vertikal mengenai struktur anatomi dari
saluran kemih.
Syarat-syarat seseorang boleh melakukan IVP yakni,
 Tidak memiliki riwayat alergi
 Fungsi ginjalnya baik. Cara untuk mengetahuinya
yakni dengan mengukur kadar BUN atau kreatininnya
(<2). Karena kontras itu bersifat nefrotoksik dan
dikeluarkan lewat ginjal, jadi apabila ginjal rusak atau
tidak berfungsi, akan sangat berbahaya bagi pasien.
Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk
melihat anatomi dan fungsi dari traktus urinarius yang
terdiri dari ginjal, ureter, dan bladder, yang meliputi:
 Kelainan kongenital
 Radang atau infeksi
 Massa atau tumor
 Trauma
Pada pielografi normal akan diperoleh gambaran
bentuk ginjal seperti kacang. Kutub ( pool ) atas ginjal kiri
setinggi Th.XI, bagian bawah, setinggi korpus vertebra LIII.
Ginjal kanan letaknya kira-kira 2 cm lebih rendah daripada
yang kiri. Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak dan
pergerakan ini dapat dilihat dengan fluoroskopi. Arah
sumbu ke bawah dan lateral sejajar dengan muskuli psoas

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
20
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

kanan dan kiri. Dengan adanya lemak perirenal, ginjal


mendapat lebih jelas terlihat. Hal ini terutama dapat dilihat
pada orang gemuk. Pelvis renalis kemudian dilanjutkan
dengan kalik mayor, biasanya dari kalik mayor dilanjutkan
dengan kalik minor. Jumlahnya bervariasi antara 6-14.
Kedua ureter berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah
pertengahan sakrum dan berputar ke belakang lateral dalam
suatu arkus, turun ke bawah dan masuk ke dalam dan depan
untuk memasuki trigonum buli- buli.

Menit ke 5.

Organ yang dinilai yaitu meliputi nefrogram dan sistem


pyelocalices (PCS). Nefrogram yaitu bayangan dari ginjal
kanan dan kiri yang terisi kontras. Warnanya semiopaque,
jadi putihnya sedang-sedang saja.
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu
penyakit-penyakit yang ada di ren, misalnya pyelonefritis,
nefrolitiasis, hidronefrosis, massa/tumor renal, dll.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
21
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Menit ke 15.

Penilaian ureter:
1) Jumlah ureter.
Terkadang, ureter bisa hanya nampak 1 saja, itu mungkin
disebabkan kontraksi ureter saat pengambilan foto, jadi
tidak nampak ketika difoto.
2) Posisi ureter
3) Kaliber ureter.
Maksudnya diameternya, normal < 0.5 cm
4) Ada tidaknya batu, baik lusen maupun opaque.
Kemudian nyatakan bentuk, jumlah, ukuran, dan letak
batu.
Contoh penyakit pada menit ke 15 diantaranya: hidroureter,
ureterolithiasis, ureteritis.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
22
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Menit ke 45 : Menilai buli-buli

Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow


(divertikel) ataupun filling defect (masa tumor), indentasi
prostat, dan ekstravasasi kontras.
gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya
sistitis kronis.
Contoh penyakit pada menit ke 45 yaitu cystitis,
pembesaran prostat, massa, vesikolithiasis

POST MIKSI.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
23
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Kita harus menilai apakah setelah pasien berkemih kontras


di buli minimal? Seandainya terdapat sisa yang banyak kita
dapat mengasumsikan apakah terdapat sumbatan di distal
buli ataupun otot kandung kencing yang lemah.Normalnya
yaitu sisa 1/3 dari buli-buli penuh.
 CT-Scan

CT scan abdomen digunakan untuk mendiagnosa


pasien dengan masalah pada organ-organ di rongga perut.
CT scan menyediakan data visual lebih rinci
dibandingkan pemindaian sinar-X konvensional. CT scan
perut bisa mendiagnosa masalah pada berbagai organ
termasuk ginjal, hati, limpa, pankreas, usus kecil dan usus
besar, kandung kemih, serta kandung empedu.
CT scan saat ini merupakan modalitas pilihan untuk
identifikasi batu, dengan sensitivitas 97%, spesifisitas 96%,
dan ketepatan secara keseluruhan dalam mendiagnosis batu
sebesar 97%. Banyak batu yang awalnya dipikirkan
merupakan batu radiolusen (misalnya batu asam urat) dapat
dideteksi dengan CT scan.
2.3.7 Penatalaksanaan1
1. Medikamentosa
Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan.Terapi yang
diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin
dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong keluar batu saluran kemih.
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan
mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid
seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti
inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan
tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk
mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
24
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi


sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk
mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.

2. Intervensi Bedah
 ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotrypsi)
Teknik ini menggunakan getaran yang dapat memecah batu ginjal
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah keluar melalui
saluran kemih tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan.
 PNL (Percutaneus Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu dengan memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan
dengan memecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
 Bedah laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih
saat ini sedang berkembang.cara ini banyak dipaki untuk
mengambil batu ureter.
 Bedah terbuka
Di klinik-klinik yang belum memiliki fasilitas endourologi,
laparaskopi, maupun ESWL, pengambilan batu dilakukan dengan
bedah terbuka, antara lain: pielolitotomi dan nefrolitotomi untuk
mengambil batu di ginjal dan ureter
2.3.8 Komplikasi1
Batu ginjal yang hanya menimbulkan keluhan nyeri kolik renal
mungkin tidak mengalami masalah setelah nyeri berhasil diatasi. Apabila
batu tersebut menyebabkan sumbatan atau infeksi. Sumbatan ini dapat
menetap dan batu berisiko menyebabkan gagal ginjal.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
25
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

2.3.9 Prognosis1
Prognosis tergantung pada besar batu, letak batu, adanya infeksi, dan
adanya obstruksi

2.4 HIDRONEFROSIS
2.4.1 Definisi9
Hidronefrosis didefinisikan sebagai distensi dari kaliks ginjal dan
pelvis renalis sebagai akibat dari obstruksi aliran urin di bagian distal
pelvis renalis. Hidronefrosis dapat pula disertai hidroureter.Hidroureter
didefinisikan sebagai pelebaran ureter.
Hidronefrosis atau hidroureter dapat bersifat fisiologis atau
patologis, akut atau kronis, unilateral atau bilateral. Hal ini dapat
disebabkan oleh obstruksi saluran kemih, tetapi juga dapat terjadi tanpa
adanya obstruksi.
2.4.2 Epidemiologi9
Diantara usia 20 – 60 tahun, hidronefrosis lebih sering pada wanita
yang dihubungkan dengan kehamilan dan kondisi ginekologik. Pada usia
lebih dari 60 tahun, pria lebih sering mengalami hidronefrosis. Penyakit
pada prostat bertanggung jawab terhadap distribusi gender tersebut.
2.4.3 Etiologi4,9

Penyebab terjadinya hidronefrosis dapat dibedakan menjadi dua


yaitu obstruksi dan non-obstruksi. Keadaan obstruksi penyebab
hidronefrosis, yaitu kelainan kongenital (stenosis, striktur), batu saluran
kemih, pembesaran prostat, tumor, inflamasi, bekuan darah, prolaps uteri
dan sistokel. Sedangkan keadaan non-obstruksi yang dapat menyebabkan
hidronefrosis, antara lain sindrom kongenital (Eagle-Barrett syndrome,
Beckwith-Wiedemann syndrome, Schinzel-Giedion syndrome), kelainan
kongenital non-sindrom (megacalycosis, megaureter, vesicoureteral
reflux), poliuria, pielonefrirtis, dan kehamilan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
26
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

2.4.4 Patofisiologi4,9
Urin dikeluarkan dari pelvis renalis menuju vesica urinaria oleh
gerakan peristaltik ureter. Ureter berkontraksi untuk menghasilkan tekanan
tinggi terlokalisasi yang mendorong urin ke bawah. Tekanan pelvis renalis
normalnya di bawah 12 mmHg dan bervariasi sesuai aliran urin. Pada
obstruksi atau refluks vesikoureter, tekanan pevis renalis meningkat dan
dapat menyebabkan kerusakan ginjal.4
Hidronefrosis merupakan hasil dari proses anatomi atau fungsional
yang mengganggu aliran urin. Gangguan ini dapat terjadi di mana saja di
sepanjang saluran kemih dari ginjal hingga meatus uretra. Kenaikan
tekanan ureter menyebabkan perubahan pada filtrasi glomerulus, fungsi
tubulus, dan aliran darah ginjal. Laju filtrasi glomerulus (GFR) menurun
secara signifikan dalam beberapa jam setelah obstruksi akut. Selain itu,
kemampuan tubulus ginjal untuk mengangkut natrium, kalium, dan proton
serta untuk mencairkan urine menjadi terganggu. Gangguan kronis dapat
menyebabkan atrofi tubular yang mendalam dan kerusakan nefron secara
permanen.9

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
27
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

2.4.5 Gejala klinis9


Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan
pinggang. Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri
tekan serta piuria akan terjadi.
2.4.6 Diagnosis9,10,11
 Pemeriksaan fisik
Pada hidronefrosis derajat berat, ginjal dapat teraba membesar.
Hidronefrosis bilateral dapat menyebabkan terjadinya edema pada
ekstremitas bawah. Nyeri ketok kostovertebral dapat terjadi. Kandung
kemih dapat mengalami distensi yang menunjukkan bahwa terjadi
obstruksi pada saluran kemih bagian bawah.
 Pemeriksaan laboratorium
o Urinalisis digunakan untuk menilai tanda-tanda infeksi. Piuria juga
dapat menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik bisa
menunjukkan adanya batu atau tumor.
o Jumlah sel darah lengkap dapat mengungkapkan adanya
leukositosis, yang mungkin menunjukkan infeksi akut.
o Pemeriksaan kimia darah dapat mengungkapkan peningkatan BUN
(Blood Urea Nitrogen) dan kadar kreatinin, yang mungkin
merupakan hasil dari hidronefrosis bilateral dan hidroureter. Selain
itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam jiwa.
 Pemeriksaan radiologi
o Ultrasonography (USG)
USG merupakan pemeriksaan screening yang sangat
baik untuk obstruksi subakut atau kronik karena hidronefrosis
dapat dengan mudah terlihat.
Temuan umum berupa:
- Kumpulan ruang anechoic berisi cairan di dalam kompleks
sinus, saling berhubungan
- Pembesaran ginjal

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
28
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

- Hidronefrosis ringan (mild): pelebaran ringan pada kaliks


(calyceal splaying), echo sinus normal, ketebalan parenkim
normal.
- Hidronefrosis sedang (moderate): ballooning pada kaliks
mayor dan kaliks minor, echo sinus berkurang, parenkim
normal atau menipis.
- Hidronefrosis berat (severe): dilatasi masif pada pelvis
renalis dan kaliks, penipisan korteks, hilangnya ekogenisitas
sinus renal.

Derajat hidronefrosis menurut USG abdomen:

- Grade 0 : kompleks sinus renalis homogen tanpa


pemisahan / pelebaran.
- Grade 1 : pemisahan echo sinus sentral berbentuk
ovoid, kontinuitas ekogenik pada sinus perifer baik.
- Grade 2 : pemisahan echo sinus sentral berbentuk
bulat, dilatasi kaliks yang berhubungan dengan pelvis
renalis, kontinuitas ekogenik pada sinus perifer baik.
- Grade 3 : kaliks dan pelvis renalis berupa suatu zona
bebas eko, diskontinuitas ekogenik pada sinus perifer.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
29
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

o Intravenous Pyelogram (IVP)


Derajat Hidronefrosis menurut IVP:
o Hidronefrosis derajat 1
Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk
cupping.
o Hidronefrosis derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk
flattening/ datar.
o Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa
adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing/
menonjol.
o Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor, dan kaliks minor, serta
adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk ballooning/
menggembung.

o CT SCAN
CT scan memiliki peran yang penting dalam evaluasi
hidronefrosis dan hidroureter. Proses retroperitoneal yang
menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan buli dapat dievaluasi
paling baik dengan CT scan.
CT scan dengan kontras juga berguna untuk mengevaluasi
hidronefrosis pada pasien dengan fungsi ginjal baik. Rekonstruksi 3
dimensi dari fase ekskresi kontras (CT urografi) dapat dilakukan
untuk mengevaluasi anatomi dan penyebab intrinsik hidronefrosis dan
hidroureter.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
30
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

2.4.7 Penatalaksanaan9
Tujuan penatalaksanaan pada hidronefrosis dan hidroureter adalah
untuk mengontrol nyeri dan mencegah infeksi. Sebagian besar kondisi
tersebut membutuhkan baik perawatan bedah invasif minimal atau terbuka.
Pengobatan spesifik pasien dengan hidronefrosis dan hidroureter
tergantung pada etiologinya.
2.4.8 Komplikasi9
Infeksi saluran kemih, kerusakan ginjal dan bahkan gagal ginjal.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
31
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas pasien
Nama : Tn. Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 50 tahun
Alamat : Sambiroto
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan : Sarjana 1
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Tanggal masuk : 1 September 2016
No. CM : 370***

II. Anamnesa (Autoanamnesa 5 September 2016 pukul 14.00 WIB)

Keluhan utama:Nyeri pinggang kanan.

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang dalam kondisi sadar, mengeluh nyeri pada pinggang
kanan sejak 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri hilang
timbul, dirasakan makin berat terutama saat beraktifitas dan berkurang
saat istirahat. Pasien mengaku aliran urine pada saat berkemih lancar,
tidak terhambat ditengah-tengah, tidak ada nyeri saat berkemih, tidak ada
urine menetes saat berkemih, tidak pernah mengeluarkan batu kecil
ataupun pasir saat BAK, warna urine juga kekuningan.Pasien tidak ada
mengalami keringat dingin ataupun menggigil saat nyeri timbul, tidak
ada mual muntah, pola BAB lancar konsistensi lunak.Pasien pernah
mengalami keluhan serupa 2 minggu yang lalu namun nyeri pada

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
32
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

pinggang kanan yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Pasien mengaku


dibawa ke IGD untuk diobati dan keluhan berkurang.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien mengaku memiliki riwayat kencing berwarna merah sejak 2
minggu yang lalu. Riwayat nyeri saat BAK disangkal. Riwayat keluar
batu saat BAK disangkal. Riwayat kencing berpasir disangkal. Riwayat
penyakit darah tinggi disangkal. Riwayat penyakit gula disangkal.
Riwayat penyakit ginjal disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat kebiasaan :
Pasien mengaku sering menahan kencing terkait pekerjaan nya
diproyek pembangunan (karyawan). Pasien mengaku ada meminum
ramuan kejibeling untuk keluhan yang dialaminya seminggu SMRS.
Pasien makan makanan rumahan 3x1 secara teratur, olahraga badminton
1xseminggu, tidak merokok, tidak minum alkohol, dan tidak memilki
kebiasaan minum jamu.
III. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Baik, kooperatif
 Kesadaran : Compos mentis
 BB : 65 kg
 TB : 167 cm
 Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi :88x/menit, isi cukup, reguler
 Suhu : 36,5 °C
 Frekuensi pernafasan : 18x/menit
 Kepala
Bentuk normochepal, tidak teraba benjolan. Rambut terdistribusi
merata, warna hitam dan putih, kulit kepala tidak ada kelainan.
 Mata

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
33
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Palpebra superior et inferior, dextra et sinistra tidak tampak


edem/cekung ; Ptosis (-/-) ; Konjungtiva Anemis (-/-) ; Sklera Ikterik (-
/-) ; Injeksi Konjungtiva (-/-) ; Kornea jernih ; Lensa jernih ; Katarak (-)
; Pupil bulat, isokor, ө 3 mm ; Reflek Cahaya langsung dan tidak
langsung (+/+). Eksopthalmus (-/-) ; Enopthalmus (-/-).
 Telinga
Bentuk normal ; Nyeri tekan tragus (-/-) ; Nyeri tarik
aurikel (-/-) ; Kelenjar getah bening pre dan retro aurikuler dextra
et sinistra tidak teraba membesar ; Liang telinga dextra et sinistra
lapang, tidak ada serumen, tidak ada sekret, membran timpani
intak.
 Hidung
Bentuk normal, tidak terdapat deviasi septum ; Mukosa
hidung tidak pucat dan tidak hiperemis, tidak ada sekret.

 Tenggorok
Mukosa faring tidak hiperemis, uvula di tengah, tonsil
T1/T1 tidak hiperemis.

 Gigi dan mulut


Bibir tidak sianosis dan tidak sumbing ; Gigi lengkap.
 Leher
Trakea di tengah ; Kelenjar tiroid tidak teraba membesar ;
KGB submandibula dan servikal dextra et sinistra tidak teraba
membesar.
 Thoraks
o Paru
Inspeksi :
Bentuk normal, simetris saat istirahat dan bernafas,
tidak tampak retraksi dinding dada.Sifat pernafasan
abdominotorakal.
Palpasi :
Stem fremitus kanan – kiri, depan – belakang sama
kuat.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
34
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Perkusi :
Terdengar sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi :
Suara pernafas vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-.
o Jantung
Inspeksi :Pulsasi ictus cordis tidak tampak.
Palpasi :Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL
sinistra.
Perkusi : Redup
Batas jantung kanan : ICS V SL dextra
Batas jantung atas : ICS III PSL sinistra
Batas jantung kiri : ICS V MCL sinistra
Auskultasi :Bunyi Jantung I dan II normal, Murmur (-),
Gallop (-).

o Abdomen
Inspeksi :Perut datar ; tidak ada kelainan kulit.
Auskultasi : Bising usus normal.
Palpasi :
Nyeri tekan(-) ; Hepar, ginjal, dan lien tidak teraba,
Balotemen +/-.
Perkusi :timpani pada seluruh kuadran abdomen; nyeri
ketok kostovertebra (+)
 Anus dan genitalia: Dalam batas normal
 Ekstremitas
Akral teraba hangat, tidak terdapat edema pada ekstremitas
bawah.
 Kulit : Tidak tampak kelainan
 Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
35
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

IV. Pemeriksaan penunjang


IV. 1. Pemeriksaaan laboratorium

Pemeriksaan
Hasil Nilai Normal Satuan
(30 Agustus 2016)
Hematologi
Hemoglobin 15,5 13,2 – 17,3 g/dL
Hematokrit 45,5 40 – 52 %
Jumlah Eritrosit 6,07 4,7 – 6,1 /uL
Jumlah Lekosit 7,4 3,8 – 10,6 /uL
Jumlah Trombosit 303 150 - 400 /uL
MCV L 75,0 80 - 200 fL
MCH L 25,4 26 – 34 pg
MCHC 32,8 32 – 36 %
Masa pendarahan/BT 2min 00sec 2–7
Masa pembekuan/CT 7min 30sec 4 – 10
Glukosa darah sewaktu 114 70 - 115 mg/dL
HBsAg Negatif Negatif

Pemeriksaan
(1 September Hasil Nilai Normal Satuan
2016)
Kimia klinik
Ureum 22,2 17,0 - 43,0 mg/dL
Creatinin 0,8 0,6 – 1,1 mg/dL
SGOT 12 0 - 50 U/L
SGPT 7 0 - 50 U/L
Natrium 139,0 135,0 - 147,0 mmol/L
Kalium L 3,40 3,5 – 5,0 mmol/L
Kalsium 1,23 1,12 – 1,32 mmol/L

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
36
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

IV. 2. Pemeriksaan radiologi


 Ro Thorax (dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2016)

COR : CTR < 50%, bentuk dan letak


normal

Pulmo : Corakan bronkovaskular


normal, tak tampak bercak

Diafragma dan sinus costophrenicus


kanan kiri normal

KESAN :

COR : Normal

Pulmo : tak tampak kelainan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
37
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

IV. 3. Pemeriksaan radiologi


 USG abdomen (dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2016)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
38
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
39
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Hasil USG abdomen:

HEPAR : Ukuran dan bentuk normal, parenkim homogen.


Ekogenitas normal, tepi rata, sudut tajam, tak tampak nodul,
V.Porta dan V.Hepatika tak melebar. Duktus biliaris intra-
ekstrahepatal tak melebar
VESIKA FELEA : Tak membesar, dinding tak menebal, tak
tampak batu, tampak sludge
LIEN : Ukuran normal, parenkim homogen, V.Lienalis tak
melebar, tak tampak nodul
PANCREAS : Ukuran normal, parenkim homogen, duktus
pancratikus tak melebar
GINJAL KANAN : Ukuran dan bentuk normal, batas
kortikomedular jelas, PCS tampak melebar sedang, tampak batu
dengan ukuran sekitar 1,57 cm, tak tampak /massa
GINJAL KIRI : Ukuran dan bentuk normal, batas kortikomedular
jelas, PCS tak melebar, tak tampak batu, tak tampak /massa
AORTA : Tak tampak melebar, tak tampak pembesaran limfonodi
paraaorta
VESIKA URINARIA : dinding tak menebal, permukaan regular,
tak tampak batu/massa
PROSTAT : Ukuran membesar (vol 27,3 cm3), tampak
kalsifikasi, tak tampak nodul
Tak tampak efusi pelura.
Tak tampak cairan bebas intra abdomen.
KESAN :
Moderate hidronefrosis e.c. nefrolitiasis (ukuran 1,57 cm).
Pembesaran prostat (27,3 cm3) disertai kalsifikasi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
40
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

IV. 4. Pemeriksaan radiologi


 Intravena Pielografi (IVP) (dilakukan pada tanggal 3 September
2016)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
41
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

Hasil IVP:
BNO:
Tampak lesi opak multiple pada paravertebra kanan setinggi
L2-3.

Lesi opak bulat multiple pada kawan pelvis (curiga phlebolith)

Ren Dekstra:
Letak & bentuk normal, ukuran membesar, kontras tampak pada
menit ke 5, PCS melebar (balooning).
Ureter: Tak melebar, kinking (-), bendungan (-), batu (-), kista (-).

Ren Sinistra:
Letak, bentuk, kontur ginjal normal, kontras tampak pada menit ke
5, calik minor cupping, calik mayor dan pelvis renalis tak melebar.
Ureter:Tak melebar, kinking (-), bendungan (-), batu (-), kista (-).

VU: dinding reguler, filling defect (-), additional shadow (-), batu
(-), tak tampak indentasi (tampak artefak pada regio kavum
pelvis).

PM: sisa urin sedikit, fungsi pengosongan baik.

KESAN:
Fungsi ekskresi kedua ginjal normal.
Balooning hidronefrosis kanan e.c batu opak pada pelvis renis
kanan
Tak tampak kelainan pada ginjal dan ureter kiri dan vesika urinaria
pada pemeriksaan IVU

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
42
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

V. Resume
Telah diperiksa seorang laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan
nyeri pinggang kanan sejak 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul.
Nyeri dirasakan makin berat terutama saat beraktifitas dan berkurang saat
istirahat. Pasien mengaku pernah mengalami keluhan serupa 2 minggu yang
lalu, nyeri pada pinggang kanan yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pasien
lalu dibawa ke IGD untuk diobati dan keluhan berkurang.
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan balotement kanan +, nyeri
ketok kostovertebra kanan +.
Pada pemeriksaan laboratorium, kadar kalium menurun. Pada
pemeriksaan USG abdomen, menunjukkan gambaran moderate hidronefrosis
e.c. nefrolitiasis (ukuran 1,57 cm), pembesaran prostat (27,3 cm3). Pada
pemeriksaan IVP tampak gambaran pelvis renalis ginjal kanan melebar
(balooning) e.c batu opak pada pelvis renis kanan.

VI. Diagnosa Banding:


 Ureterolitiasis
 Glomerulonefritis
VII. Diagnosis kerja: Nefrolitiasis disertai hidronefrosis dextra

VIII. Penatalaksanaan :

Medikamentosa

• Analgesik : Analsik ∫2dd1


• α- blocker :Tamsulosin

IX. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
43
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

BAB IV

PEMBAHASAN

Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia. BSK
adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang
terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi.Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(nefrolitiasis), di dalam ureter (ureterolitiasis) maupun di dalam kandung kemih
(vesikolitiasis).
Hidronefrosis adalah suatu keadaan pelebaran kaliks dan pelvis ranalis
yang dapat disebabkan baik oleh suatu keadaan obstruksi maupun non-
obstruksi.Penyebab terseringnya adalah batu pada saluran kemih.
Pada anamnesis dapat ditemukan gejala klinik berupa nyeri
pinggang.Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan
serta piuria akan terjadi.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosa adalah pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, dan
pemeriksaan kadar serum elektrolit, ureum, kreatinin.
Pemeriksaan radiologi dengan USG abdomen dapat ditemukan
gambaran dilatasi PCS dan penipisan korteks renalis. Hasil foto polos abdomen
digunakan untuk mencari kemungkinan penyebab obstruksi, misalnya dengan
menenukan batu radioopak. Pada pemeriksaan IVP dapat melihat fungsi ekskresi
ginjal, dan posisi obstruksi pada saluran kemih.Pemindaian CT akan
menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi batu.
Penanganan pada batu saluran kemih dapat berupa medikamentosa
maupun pembedahan.
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologi yang
dilakukan pada pasien Tn. S sudah sesuai dengan gambaran klinis dan gambaran
radiologi pada nefrolitiasis dan hidronefrosis.Sehingga pada kasus ini dapat
ditegakkan diagnosis nefrolitiasis disertai hidronefrosis dextra.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
44
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et.all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi
keenam jilid II. Jakarta: Interna Publishing.2014

2. Hydronephrosis [Internet]. Available from :


https://www.kidney.org/atoz/content /hydronephrosis

3. Grainger, Allison : Diagnostic Raddiology An Anglo American Textbook


of Imaging, second edition, Churchil Livingstone

4. Kumar, Vinay; Ramzi S Cotran dan Stanley L Robbins. 2004. Buku Ajar
Patologi

Robbins Edisi dan Volume 1.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

5. Drake, R.L., Vogl, A.W., Mitchell, A.W.M., 2012. Gray Dasar-Dasar


Anatomi. Elsevier Churchill Livingstone, Singapore.

6. Kidney anatomi. [Internet]. Available from:


http://emedicine.medscape.com /article/1948775-overview#a4

7. Sherwood, L. Human Physiology from Cell to System. 7th ed. USA:


Brooks/Cole. 2010.

8. Duty B, Kavoussi L. Assessment and Management of Incidentally


Detected Unilateral Hydronephrosis in Adults. Available from:
http://www.auanet.org/content
/cme/references/updateseries/updateseries1230.pdf

9. Hydronephrosis dan hydroureter. [Internet]. Available from:


http://emedicine .medscape.com/article/436259-overview#a5

10. Schmidt G. Differential Diagnosis in Ultrasound Imaging, A Teaching


Atlas. New York: Thieme.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
45
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016
Nefrolitiasis Budianto - 406151088

11. Rasad Siriraj. RADIOLOGI DIAGNOSTIK Edisi Kedua.Jakarta: Balai


Penerbit FKUI; 2005

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
46
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 22 Agustus – 24 September 2016

Anda mungkin juga menyukai