BAB I
PENDAHULUAN
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal
dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.Batu
saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia. BSK adalah
terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat
dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(nefrolitiasis), di dalam ureter (ureterolitiasis) maupun di dalam kandung kemih
(vesikolitiasis).1
BSK merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih. Di rumah
sakit di Amerika Serikat kejadian BSK dilaporkan sekitar 7-10 pasien untuk setiap
1000 pasien rumah sakit dan insidens dilaporkan 7-21 pasien untuk setiap 10.000
orang dalam setahun.1
BSK dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan tidak terkecuali
penduduk di Indonesia. Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih
menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. BSK merupakan
salah satu dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran
kemih dan pembesaran prostat benigna.1
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. BSK pada ginjal (nefrolithiasis)
merupakan faktor pencetus awal terjadinya hidronefrosis. Dimana nefrolithiasis
dapat menimbulkan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih
yang dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal
dan ureter sehingga mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.2,3
Hidronefrosis dapat terjadi akibat adanya obstruksi pada saluran kemih
maupun akibat suatu keadaan non-obstruksi. Obstruksi yang terjadi dapat bersifat
parsial atau komplit, unilateral atau bilateral, dapat terjadi pada berbagai tingkat
saluran kemih mulai dari uretra hingga pelvis renalis. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh lesi intrinsik maupun lesi ekstrinsik dari saluran kemih. Keadaan
non-obstruksi penyebab hidronefrosis, misalnya refluks vesikoureter,2,3
Ganguan aliran urin dapat berlanjut menjadi infeksi saluran kemih,
kerusakan ginjal dan bahkan gagal ginjal. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan
fisik dan penunjang yang adekuat untuk memperoleh diagnosis dan untuk
melaksanakan terapi sesuai penyebabnya.4 Pemeriksaaan penunjang yang dapat
dilakukan adalah usg, foto polos abdomen, bno-ivp, dan CT-scan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Arteri renalis masuk ke ginjal melalui hilum bersamaan dengan vena renalis
di bagian anterior dan pelvis renalis di sebelah posterior. Cabang pertama
arteri renalis adalah a.suprarenal inferior. Kemudian arteri renalis akan
bercabang lagi membentuk 5 cabang segmentalis yaitu a.segmentalis
superior, a.segmentalis anterior superior, a.segmentalis anterior inferior,
a.segmentalis inferior dan a.segmentalis posterior. Arteri-arteri tersebut akan
bercabang membentuk a.interlobaris yang berjalan diantara kaliks mayor.
Selanjutnya a.interlobaris bercabang lagi membentuk a.arkuata yang berjalan
di dalam korteks pada basis piramid renalis. A.arkuata akan bercabang lagi
menjadi a.interlobularis yang meluas ke korteks ginjal untuk akhirnya
menjadi arteriol aferen, kemudian kapiler peritubular menjadi arteriol eferen.
Beberapa cabang terminal arteri interlobular menyebar untuk memperdarahi
kapsula renalis. Pelvis renalis dan cabang ureter superior juga berasal dari
arteri renalis dan memperdarahi bagian atas dari collecting system.
menyerupai segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum
vesika.
Vesika urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior.
Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh
a.vaginalis.sedangkan persarafan pada vesika urinaria terdiri dari persarafan
simpatis dan parasimpatis.
Uretra merupakan saluran yang berfungsi membawa urin keluar dari
vesika urinaria menuju lingkungan eksternal. Terdapat beberapa perbedaan
uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm
dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar
prostat). Pada pria, uretra dibagi menjadi pars pre-prostatika, pars prostatika,
pars membranosa dan pars spongiosa. Uretra pada pria memiliki dua otot
sphincter yaitu m.sphincter internal (bersifat involunter) dan m.sphincter
eksterna (bersifat volunter). Pada wanita panjang ureter sekitar 3,5 cm.
Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada
orifisiumnya diantara klitoris dan vagina. Uretra wanita hanya memiliki satu
otot sphincter yaitu m.sphincter eksterna (bersifat volunter).
hanya oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK,
karena keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat
sehingga pH air kemih menjadi rendah.
Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan
metabolism endogen di dalam tubuh. Degradasi purin di dalam tubuh
melalui asam inosinat dirubah menjadi hipoxantin. Dengan bantuan
enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi xanthin yang
akhirnya dirubah menjadi asam urat. Asam urat tidak larut dalam
urine sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal
asam urat, dan selanjutnya membentuk batu asam urat. Faktor yang
menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah : (1) urine yang
terlalu asam (pH urine <6), (2) volume urine yang jumlahnya sedikit
(<2 liter/hari) atau dehidrasi, dan (3) hiperurikosuri atau kadar asam
urat yang tinggi
Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai
ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa).Batu asam
urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan.
Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
3. Batu Struvit.
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter
yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi
bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman
yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah :Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita BSK.
Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi
saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH
air kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat
Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas
normal.Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah,
dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang
terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria)
dan air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis
adanya penyakit BSK.
Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah.
adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan
tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang,
sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto
polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena
(PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan
kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect)
di tempat batu berada
Pemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan dengan
menyuntikkan bahan kontras secara intravena dan dilakukan
pengambilan gambar radiologis secara serial yang
disesuaikan dengan saat zat kontras mengisi ginjal,
berlanjut ke ureter, dan ke kandung kemih. Indikasi
pemeriksaan PIV adalah untuk mendeteksi lokasi obstruksi
misalnya pada batu ginjal, konfirmasi penyakit ginjal
polikistik, atau adanya kelainan anatomis yang tidak
terdeteksi oleh teknik pemeriksaan lain. Pemeriksaam PIV
memerlukan persiapan yaitu :
a. 2 hari sebelum foto IVP penderita hanya makan bubur
kecap
b. Minum air putih yang banyak
c. Jam 24.00 WIB minum obat pencahar/laksans untuk
membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah
ginjal.
d. Selanjutnya puasa sampai dilakukan foto
e. Dilarang banyak bicara untuk mengurangi udara (gas)
dalam lambung dan usus.
Untuk bayi dan anak diberikan minum yang
mengandung karbonat, tujuannya untuk mengembangkan
lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga
bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung yang
terisi gas. Sebelum pasien disuntikkan urofin 60% harus
dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan. Jika pasien alergi
Menit ke 5.
Menit ke 15.
Penilaian ureter:
1) Jumlah ureter.
Terkadang, ureter bisa hanya nampak 1 saja, itu mungkin
disebabkan kontraksi ureter saat pengambilan foto, jadi
tidak nampak ketika difoto.
2) Posisi ureter
3) Kaliber ureter.
Maksudnya diameternya, normal < 0.5 cm
4) Ada tidaknya batu, baik lusen maupun opaque.
Kemudian nyatakan bentuk, jumlah, ukuran, dan letak
batu.
Contoh penyakit pada menit ke 15 diantaranya: hidroureter,
ureterolithiasis, ureteritis.
POST MIKSI.
2. Intervensi Bedah
ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotrypsi)
Teknik ini menggunakan getaran yang dapat memecah batu ginjal
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah keluar melalui
saluran kemih tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan.
PNL (Percutaneus Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu dengan memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan
dengan memecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
Bedah laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih
saat ini sedang berkembang.cara ini banyak dipaki untuk
mengambil batu ureter.
Bedah terbuka
Di klinik-klinik yang belum memiliki fasilitas endourologi,
laparaskopi, maupun ESWL, pengambilan batu dilakukan dengan
bedah terbuka, antara lain: pielolitotomi dan nefrolitotomi untuk
mengambil batu di ginjal dan ureter
2.3.8 Komplikasi1
Batu ginjal yang hanya menimbulkan keluhan nyeri kolik renal
mungkin tidak mengalami masalah setelah nyeri berhasil diatasi. Apabila
batu tersebut menyebabkan sumbatan atau infeksi. Sumbatan ini dapat
menetap dan batu berisiko menyebabkan gagal ginjal.
2.3.9 Prognosis1
Prognosis tergantung pada besar batu, letak batu, adanya infeksi, dan
adanya obstruksi
2.4 HIDRONEFROSIS
2.4.1 Definisi9
Hidronefrosis didefinisikan sebagai distensi dari kaliks ginjal dan
pelvis renalis sebagai akibat dari obstruksi aliran urin di bagian distal
pelvis renalis. Hidronefrosis dapat pula disertai hidroureter.Hidroureter
didefinisikan sebagai pelebaran ureter.
Hidronefrosis atau hidroureter dapat bersifat fisiologis atau
patologis, akut atau kronis, unilateral atau bilateral. Hal ini dapat
disebabkan oleh obstruksi saluran kemih, tetapi juga dapat terjadi tanpa
adanya obstruksi.
2.4.2 Epidemiologi9
Diantara usia 20 – 60 tahun, hidronefrosis lebih sering pada wanita
yang dihubungkan dengan kehamilan dan kondisi ginekologik. Pada usia
lebih dari 60 tahun, pria lebih sering mengalami hidronefrosis. Penyakit
pada prostat bertanggung jawab terhadap distribusi gender tersebut.
2.4.3 Etiologi4,9
2.4.4 Patofisiologi4,9
Urin dikeluarkan dari pelvis renalis menuju vesica urinaria oleh
gerakan peristaltik ureter. Ureter berkontraksi untuk menghasilkan tekanan
tinggi terlokalisasi yang mendorong urin ke bawah. Tekanan pelvis renalis
normalnya di bawah 12 mmHg dan bervariasi sesuai aliran urin. Pada
obstruksi atau refluks vesikoureter, tekanan pevis renalis meningkat dan
dapat menyebabkan kerusakan ginjal.4
Hidronefrosis merupakan hasil dari proses anatomi atau fungsional
yang mengganggu aliran urin. Gangguan ini dapat terjadi di mana saja di
sepanjang saluran kemih dari ginjal hingga meatus uretra. Kenaikan
tekanan ureter menyebabkan perubahan pada filtrasi glomerulus, fungsi
tubulus, dan aliran darah ginjal. Laju filtrasi glomerulus (GFR) menurun
secara signifikan dalam beberapa jam setelah obstruksi akut. Selain itu,
kemampuan tubulus ginjal untuk mengangkut natrium, kalium, dan proton
serta untuk mencairkan urine menjadi terganggu. Gangguan kronis dapat
menyebabkan atrofi tubular yang mendalam dan kerusakan nefron secara
permanen.9
o CT SCAN
CT scan memiliki peran yang penting dalam evaluasi
hidronefrosis dan hidroureter. Proses retroperitoneal yang
menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan buli dapat dievaluasi
paling baik dengan CT scan.
CT scan dengan kontras juga berguna untuk mengevaluasi
hidronefrosis pada pasien dengan fungsi ginjal baik. Rekonstruksi 3
dimensi dari fase ekskresi kontras (CT urografi) dapat dilakukan
untuk mengevaluasi anatomi dan penyebab intrinsik hidronefrosis dan
hidroureter.
2.4.7 Penatalaksanaan9
Tujuan penatalaksanaan pada hidronefrosis dan hidroureter adalah
untuk mengontrol nyeri dan mencegah infeksi. Sebagian besar kondisi
tersebut membutuhkan baik perawatan bedah invasif minimal atau terbuka.
Pengobatan spesifik pasien dengan hidronefrosis dan hidroureter
tergantung pada etiologinya.
2.4.8 Komplikasi9
Infeksi saluran kemih, kerusakan ginjal dan bahkan gagal ginjal.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas pasien
Nama : Tn. Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 50 tahun
Alamat : Sambiroto
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan : Sarjana 1
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Tanggal masuk : 1 September 2016
No. CM : 370***
Tenggorok
Mukosa faring tidak hiperemis, uvula di tengah, tonsil
T1/T1 tidak hiperemis.
Perkusi :
Terdengar sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi :
Suara pernafas vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-.
o Jantung
Inspeksi :Pulsasi ictus cordis tidak tampak.
Palpasi :Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL
sinistra.
Perkusi : Redup
Batas jantung kanan : ICS V SL dextra
Batas jantung atas : ICS III PSL sinistra
Batas jantung kiri : ICS V MCL sinistra
Auskultasi :Bunyi Jantung I dan II normal, Murmur (-),
Gallop (-).
o Abdomen
Inspeksi :Perut datar ; tidak ada kelainan kulit.
Auskultasi : Bising usus normal.
Palpasi :
Nyeri tekan(-) ; Hepar, ginjal, dan lien tidak teraba,
Balotemen +/-.
Perkusi :timpani pada seluruh kuadran abdomen; nyeri
ketok kostovertebra (+)
Anus dan genitalia: Dalam batas normal
Ekstremitas
Akral teraba hangat, tidak terdapat edema pada ekstremitas
bawah.
Kulit : Tidak tampak kelainan
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
Pemeriksaan
Hasil Nilai Normal Satuan
(30 Agustus 2016)
Hematologi
Hemoglobin 15,5 13,2 – 17,3 g/dL
Hematokrit 45,5 40 – 52 %
Jumlah Eritrosit 6,07 4,7 – 6,1 /uL
Jumlah Lekosit 7,4 3,8 – 10,6 /uL
Jumlah Trombosit 303 150 - 400 /uL
MCV L 75,0 80 - 200 fL
MCH L 25,4 26 – 34 pg
MCHC 32,8 32 – 36 %
Masa pendarahan/BT 2min 00sec 2–7
Masa pembekuan/CT 7min 30sec 4 – 10
Glukosa darah sewaktu 114 70 - 115 mg/dL
HBsAg Negatif Negatif
Pemeriksaan
(1 September Hasil Nilai Normal Satuan
2016)
Kimia klinik
Ureum 22,2 17,0 - 43,0 mg/dL
Creatinin 0,8 0,6 – 1,1 mg/dL
SGOT 12 0 - 50 U/L
SGPT 7 0 - 50 U/L
Natrium 139,0 135,0 - 147,0 mmol/L
Kalium L 3,40 3,5 – 5,0 mmol/L
Kalsium 1,23 1,12 – 1,32 mmol/L
KESAN :
COR : Normal
Hasil IVP:
BNO:
Tampak lesi opak multiple pada paravertebra kanan setinggi
L2-3.
Ren Dekstra:
Letak & bentuk normal, ukuran membesar, kontras tampak pada
menit ke 5, PCS melebar (balooning).
Ureter: Tak melebar, kinking (-), bendungan (-), batu (-), kista (-).
Ren Sinistra:
Letak, bentuk, kontur ginjal normal, kontras tampak pada menit ke
5, calik minor cupping, calik mayor dan pelvis renalis tak melebar.
Ureter:Tak melebar, kinking (-), bendungan (-), batu (-), kista (-).
VU: dinding reguler, filling defect (-), additional shadow (-), batu
(-), tak tampak indentasi (tampak artefak pada regio kavum
pelvis).
KESAN:
Fungsi ekskresi kedua ginjal normal.
Balooning hidronefrosis kanan e.c batu opak pada pelvis renis
kanan
Tak tampak kelainan pada ginjal dan ureter kiri dan vesika urinaria
pada pemeriksaan IVU
V. Resume
Telah diperiksa seorang laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan
nyeri pinggang kanan sejak 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul.
Nyeri dirasakan makin berat terutama saat beraktifitas dan berkurang saat
istirahat. Pasien mengaku pernah mengalami keluhan serupa 2 minggu yang
lalu, nyeri pada pinggang kanan yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pasien
lalu dibawa ke IGD untuk diobati dan keluhan berkurang.
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan balotement kanan +, nyeri
ketok kostovertebra kanan +.
Pada pemeriksaan laboratorium, kadar kalium menurun. Pada
pemeriksaan USG abdomen, menunjukkan gambaran moderate hidronefrosis
e.c. nefrolitiasis (ukuran 1,57 cm), pembesaran prostat (27,3 cm3). Pada
pemeriksaan IVP tampak gambaran pelvis renalis ginjal kanan melebar
(balooning) e.c batu opak pada pelvis renis kanan.
VIII. Penatalaksanaan :
Medikamentosa
IX. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia. BSK
adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang
terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi.Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(nefrolitiasis), di dalam ureter (ureterolitiasis) maupun di dalam kandung kemih
(vesikolitiasis).
Hidronefrosis adalah suatu keadaan pelebaran kaliks dan pelvis ranalis
yang dapat disebabkan baik oleh suatu keadaan obstruksi maupun non-
obstruksi.Penyebab terseringnya adalah batu pada saluran kemih.
Pada anamnesis dapat ditemukan gejala klinik berupa nyeri
pinggang.Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan
serta piuria akan terjadi.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosa adalah pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, dan
pemeriksaan kadar serum elektrolit, ureum, kreatinin.
Pemeriksaan radiologi dengan USG abdomen dapat ditemukan
gambaran dilatasi PCS dan penipisan korteks renalis. Hasil foto polos abdomen
digunakan untuk mencari kemungkinan penyebab obstruksi, misalnya dengan
menenukan batu radioopak. Pada pemeriksaan IVP dapat melihat fungsi ekskresi
ginjal, dan posisi obstruksi pada saluran kemih.Pemindaian CT akan
menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi batu.
Penanganan pada batu saluran kemih dapat berupa medikamentosa
maupun pembedahan.
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologi yang
dilakukan pada pasien Tn. S sudah sesuai dengan gambaran klinis dan gambaran
radiologi pada nefrolitiasis dan hidronefrosis.Sehingga pada kasus ini dapat
ditegakkan diagnosis nefrolitiasis disertai hidronefrosis dextra.
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et.all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi
keenam jilid II. Jakarta: Interna Publishing.2014
4. Kumar, Vinay; Ramzi S Cotran dan Stanley L Robbins. 2004. Buku Ajar
Patologi