Anda di halaman 1dari 6

1

Studi Perhitungan Jumlah Pohon Kelapa Sawit


Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Obyek

Hepi Hapsari Handayani, Maria Regina Caeli


Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: hapsari@geodesy.its.ac.id

Abstrak - Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada klasifikasi berbasis piksel (Kusama I.J., Handayani, H.H.,
tahun 2013, kelapa sawit merupakan komoditi ketiga 2015)
setelah karet dan kelapa di Provinsi Kalimantan Selatan, Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2013,
di Kabupaten Tanah Laut, kelapa sawit menduduki kelapa sawit merupakan komoditi ketiga setelah karet dan
urutan kedua setelah karet. Sampai tahun 2013 tercatat kelapa di Provinsi Kalimantan Selatan, namun di Kabupaten
luas tanam kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Selatan Tanah Laut, kelapa sawit menduduki urutan kedua setelah
mencapai 353.984.052 m2 , sedangkan di Kabupaten karet. Sampai tahun 2013 tercatat luas tanam kelapa sawit di
Tanah Laut, tercatat memiliki area tanam seluas Provinsi Kalimantan Selatan mencapai 353984052 m2,
81.054.820 m2. Sebagai komoditas unggulan, perlu sedangkan di Kabupaten Tanah Laut, tercatat memiliki area
adanya monitoring lahan secara akurat dan berkala tanam seluas 81.054.820 m2 (Badan Pusat Statistik 2013).
untuk mengontrol produktivitas kelapa sawit. Fotogrametri sebagai seni, ilmu, dan teknologi untuk
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi terpercaya tentang objek fisik dan
perhitungan jumlah pohon kelapa sawit dengan tepat, lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran, dan
dan cepat adalah dengan klasifikasi berbasis objek interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi tenaga
menggunakan data mozaik orthophoto dari 60 foto elektromagnetik yang terekam (Hariyanto 2003). Dengan
udara. Kamera yang digunakan dalam penelitian ini melakukan pengukuran fotogrametri, maka surveyor cukup
adalah kamera metrik. Untuk mengetahui nilai menggunakan foto udara sebagai data input. Salah satu
parameter yang tepat pada proses perhitungan otomatis permasalahan yang dapat diselesaikan dengan pengukuran
dengan metode klasifikasi berbasis objek, dilakukan uji fotogrametri adalah upaya monitoring lahan perkebunan
perbandingan dengan hasil perhitungan manual jumlah kelapa sawit dengan cara menghitung jumlah keseluruhan
pohon kelapa sawit dengan metode deliniasi. pohon menggunakan metode klasifikasi berbasis objek.
Sehingga didapat prosentase jumlah perhitungan Manfaat dari kegiatan aplikatif ini adalah didapat metode
otomatis pada metode klasifikasi berbasis objek alternatif secara otomatis untuk perhitungan jumlah pohon
terhadap perhitungan manual pada metode deliniasi kelapa sawit dengan teliti dan cepat yang bermanfaat untuk
sebesar 84,64%. Yaitu sejumlah 518 pohon pada kepentingan monitoring lahan perkebunan kelapa sawit.
perhitungan otomatis, sedangkan dari perhitungan
manual didapat 612 pohon. Dengan menggunakan Scale II. METODOLOGI PENELITIAN
Level pada proses Segmentasi sebesar 54,8, dan Merge
Level 80,4 dengan algoritma K-Nearest Neighbor. A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Kintap, Kabupaten
Kata Kunci—kelapa sawit, Klasifikasi Berbasis Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten ini
Objek, Deliniasi, Foto Udara. terletak pada koordinat 114º30'20'' BT - 115º23'31'' BT dan
3º30'33'' LS - 4º11'38'' LS.
I. PENDAHULUAN

K lasifikasi berbasis objek (object based classification)


merupakan alternatif ketika klasifikasi yang bertumpu
pada nilai spektral semata dirasa tidak mampu
mendefinisikan objek-objek spasial dan ketika klasifkasi
yang melibatkan data nir-spektral dalam bentuk integrasi
dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) dirasa kurang
menunjukkan tingkat otomasi yang tinggi (Projo, 2012).
Pada penelitian sebelumnya dengan judul ‘Metode
Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi
WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan
Dharmahusada Surabaya’ dengan hasil menunjukkan
bahwa klasifikasi berbasis objek lebih akurat dibanding
2

Orthophoto

Croping

Segmentasi Citra Level 1 Interpretasi


Training
area

Citra Hasil
Segmentasi Citra
Level 1 Digitasi
Gambar 1. Lokasi penelitian, Kecamatan Kintap-Tanah Laut
(Sumber: Pemerintah Kabupaten Tanah Laut, 2013)
B. Data dan Peralatan
1) Data Region Merging
Penelitian ini menggunakan data mozaik orthophoto hasil (Level 2
Segmentation)
pengolahan foto udara area perkebunan kelapa sawit di Peta Klasifikasi
Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi
Kalimantan Selatan yang terdiri dari 60 buah foto, dan
Training Area sejumlah 11 buah foto.
Citra Hasil
2) Peralatan Segmentasi Citra
Level 2
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Hitung jumlah
a. Laptop / Personal Computer pohon

b. Printer
c. Microsoft Office 2010
Klasifikasi Example-
d. Perangkat lunak ArcGis 10.2.2 based
e. Perangkat lunak pemrosesan foto udara
C. Diagram Alir Pengolahan Data
Secara garis besar tahapan pengolahan data pada
Peta Klasifikasi
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hitung jumlah
pohon

Bandingkan Hasil
Perhitungan

B A
3

Feature Extraction (Ekstraksi Fitur) dengan


memasukkan scale level segmentation untuk
A
B menentukan objek apa saja yang akan diekstraksi.
Segmentasi dapat berjalan dalam berbagai skala
level (0-100). Semakin kecil atau besarnya skala
Tidak
Memenuhi Target
level berakibat pada kurang baiknya pemisahan
Prosentase 80% antar objek pada citra.
6. Region Merging (Level 2 Segmentation)
Tujuan region merging pada dasarnya adalah
Ya memperbaiki kualitas segmentasi dengan
Analisa Hasil Perhitungan melakukan pemisahan segmen berdasarkan spectral
Otomatis dengan Deliniasi dan spasial. Merging merupakan tahapan untuk
menggabungkan kelompok piksel yang sebelumnya
Gambar 2. Diagram alir pengolahan data
telah disegmentasi agar menjadi sebuah objek
Penjelasan Diagram Alir Pengolahan Data : secara utuh yang mewakili tiap kelas tutupan lahan.
1. Input Data Merging dapat berjalan dalam berbagai merge level
Data yang digunakan dalam penelitian tugas akhir (0-100). Semakin kecil merge level berakibat
ini adalah : kurang baiknya hasil penggabungan objek yang
a. Orthophoto dari pemrosesan foto udara homogen, sedangkan semakin besar merge level
perkebunan kelapa sawit di Kecamatan berakibat pada kaburnya batas antar objek tutupan
Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi lahan yang letaknya berdampingan.
Kalimantan Selatan yang sebanyak 60 buah 7. Klasifikasi Berbasis Objek
foto. Citra hasil segmentasi kemudian diklasifikasi
b. Training area sebanyak 11 foto. dengan metode example-based, dengan cara
2. Cropping memilih training sample untuk masing-masing
Proses cropping diperlukan untuk kepentingan kelas dari objek/segmen yang telah terbentuk dari
pengambilan sample lokasi yang akan dijadikan segmentasi. Untuk proses klasifikasi kali ini
pembanding. Usahakan untuk memilih bagian area digunakan algoritma K-Nearest Neighbor. Pada
yang memiliki perbedaan situasi, misalnya dalam proses ini, dilakukan input sample kelas klasifikasi
satu area yang di-crop terdapat bagian yang terkena pada peta foto kebun kelapa sawit, antara lain:
bayangan awan, perbedaan warna ground, paparan a) sawit
sinar matahari dengan intensitas berbeda, dan b) dahan
perbedaan umur sawit. Perbedaan situasi tersebut c) rumput
merupakan parameter yang nantinya akan menjadi d) tanah
tolok ukur keakuratan perhitungan jumlah pohon e) dahan kering
kelapa sawit secara otomatis. Pada akhir proses klasifikasi berbasis objek ini,
3. Perhitungan Manual (interpretasi, dan digitasi) kemudian dapat diketahui jumlah pohon sawit
Proses perhitungan deliniasi ini menggunakan tools pada report statistic. Untuk area kebun kelapa
editing. Dalam mengidentifikasi objek digunakan sawit jumlah pohon kelapa sawit dapat dilihat dari
metode klasifikasi visual dengan menggunakan jumlah pada kelas sawit.
tujuh kunci interpretasi. Untuk memudahkan 8. Training area
identifikasi, tandai setiap pohon kelapa sawit Training area dalam penelitian ini bertujuan untuk
dengan point atau titik. Dan kelas lainnya seperti validasi data pada interpretasi dan input kelas pada
tanah, rumput, dan dahan kering dengan polygon tahap Classification example-based dengan kondisi
untuk dibandingkan luas areanya dengan hasil lapangan.
otomatis. 9. Bandingkan Hasil Perhitungan
4. Hasil Perhitungan Manual Pada tahapan berikutnya dilakukan pembandingan
Setelah selesai proses penandaan setiap pohon hasil perhitungan jumlah pohon kelapa sawit
dengan point, save hasil editing, kemudian dengan metode deliniasi dan metode otomatis. Jika
tampilkan attribute table pada layer perhitungan hasil perhitungan telah memenuhi batas target
manual tersebut, maka jumlah point dapat langsung minimal yaitu 80%, maka metode perhitungan
diketahui. Jumlah total pohon kelapa sawit dapat secara otomatis ini dapat dinyatakan layak untuk
diketahui dari attribute table. Sedangkan untuk menjadi metode terobosan untuk kepentingan
kelas lain, export hasil luas area pada attribute monitoring lahan perkebunan kelapa sawit.
table ke format .txt, kemudian lakukan perhitungan 10. Analisa Hasil Perhitungan
dengan Microsoft Office Excel 2010. Tahapan terakhir adalah menganalisa hasil
5. Segmentasi Citra Level 1 pengamatan parameter foto udara perkebunan
Dilakukan untuk membagi suatu objek pada citra kelapa sawit dan perbandingan hasil perhitungan
menjadi wilayah-wilayah yang homogen menggunakan metode deliniasi dan otomatis.
berdasarkan kesamaan antara tingkat keabuan suatu Didapati bahwa situasi area pada foto udara
piksel dengan tingkat keabuan piksel-piksel perkebunan sawit seperti yang telah disebutkan
tetangganya. Langkah ini termasuk dalam proses sebelumnya, memiliki pengaruh besar dalam
4

keberhasilan perhitungan. Selain itu kualitas foto C. Hasil Perhitungan Otomatis


udara sebagai input dasar juga menjadi petokan. Dalam proses klasifikasi dengan metode berbasis
objek, terdapat tiga tahapan utama, yaitu
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Segmentation, Merging, dan Example-based.
a. Hasil Segmentation dan Merging
A. Hasil Mozaik Orthophoto Parameter scale level pada segmentation yang
Berikut merupakan hasil orthophoto dari digunakan pada penelitian ini adalah 54.8, untuk
pengolahan foto udara: merge level adalah 80.4 dan pada tahap refine
dipilih no threshold karena dinilai memberikan
hasil segmentasi yang paling baik. Dalam
penentuan parameter segmentation dan merging
dilakukan dalam setting window yang sama.

Tabel 1 Parameter Segmentasi yang digunakan


Gambar Gambar Gambar Gambar
a b c d
Scale 50.0 50.0 50.0 54.8
level
Merge 87.6 38.4 77.8 80.4
level

Gambar 3 Hasil Orthophoto


Berikut merupakan informasi dari hasil mozaik
orthophoto:
Sistem koordinat : UTM-WGS ’84 Zona
50 S
Satuan skala : Meter
Tinggi terbang rata-rata : 411 m
Panjang fokus : 9 mm
B. Pemotongan Orthophoto (a) (b)
Orthophoto yang telah terkoreksi kemudian
dipotong menjadi area yang lebih sempit untuk
kemudian dilakukan klasifikasi perhitungan jumlah
pohon kelapa sawit. Untuk area yang dipotong,
dipilih area yang memiliki perbedaan situasi yang
nantinya akan menjadi kelas dalam proses klasifikasi.
Kelas tersebut antara lain: canopy, tanah, dahan
kering, bayangan, rumput terang, dan rumput gelap.

(c) (d)
Gambar 5 Parameter segmentasi (a) Scale level 50,
merge level 87,6 (b) Scale level 50, merge level 38,4 (c)
Scale level 50, merge level 77,8 (d) Scale level 54,8, merge
level 80,4 (terbaik).

b. Example-based
Berikut adalah contoh kelas yang dibuat untuk
(a) (b) mengidentifikasi tiap objek:
Gambar 4 (a) Mozaik Orthophoto sebelum  sawit diwakili warna merah sebanyak 87
cropping. (b)Hasil pemotongan orthophoto sample.
 dahan diwakili warna ungu sebanyak 13 sample.
 tanah diwakili warna putih sebanyak 22 sample.
5

 rumput diwakili warna hijau muda sebanyak 12 Berikut hasil perhitungan manual luas dari tiap
sample. kelas:
 dahan kering diwakili warna kuning sebanyak
14 sample. Tabel 4 Hasil perhitungan luas manual
Dahan Tanah Rumput Dahan
kering
D. Hasil Klasifikasi Otomatis Berbasis Objek Luas 30.853 1.500 3.460 986
Berikut hasil perhitungan luas otomatis dari tiap kelas: ( )

Tabel 2 Hasil perhitungan luas kelas non Sawit dengan Berikut hasil perhitungan jumlah pohon dengan
metode otomatis metode manual:
Dahan Tanah Rumput Dahan Tidak
kering dikenali
Luas 31.122,057 2.190,949 3.571,756 107,312 243,842 Tabel 5 Hasil perhitungan jumlah pohon manual
2
(m )
Sawit
Jumlah (pohon) 612
Berikut hasil perhitungan jumlah pohon dengan metode
otomatis:

Tabel 3 Hasil perhitungan jumlah pohon otomatis


Sawit
Jumlah (pohon) 518

Gambar 7 Peta Klasifikasi Deliniasi


F. Perbandingan Hasil
Berikut adalah tabel perbandingan hasil luas dari
kelas non sawit dan tabel perbandingan hasil
perhitungan jumlah pohon sawit:

Gambar 6 Hasil Peta Klasifikasi Berbasis Objek Tabel 6 Perbandingan hasil perhitungan luas
Tanah Rumput Dahan Dahan
E. Hasil Perhitungan Manual
(m2) (m2) kering (m2)
a.Interpretasi (m2)
Interpretasi Orthophoto dilakukan dengan Otomatis 2.190,94 3.571,75 107,31 31.122,05
visualisasi manual dengan tujuh kunci 9 6 2 7
interpretasi, dan menggunakan data training area Manual 1.500 3.460 986 30.853
sebagai validasi. Berikut hasil interpretasi objek
pada orthophoto: Tabel 7 Perbandingan hasil perhitungan jumlah pohon
 sawit Sawit
 dahan (yang saling overlap) Otomatis Manual
Jumlah pohon 518 pohon 621 pohon
 tanah
 rumput
 dahan kering G. Analisa Perhitungan Pohon
b. Digitasi 1. Uji nilai parameter pada proses perhitungan
Untuk tiap objek yang teridentifikasi dilakukan menggunakan klasifikasi berbasis objek, dilakukan
digitasi. Sawit menggunakan editing tools point, terhadap nilai perhitungan secara deliniasi, dengan
sedangkan tanah, rumput, dan dahan kering target >80%. Dan didapat presentase hasil sebesar
menggunakan editing tools polygon. 84,64%, yaitu sejumlah 518 pohon pada metode
c. Hasil Perhitungan Manual klasifikasi berbasis objek, sedangkan pada metode
6

deliniasi didapat 612 pohon. Hal itu menunjukkan prosentase perhitungan tercapai, yaitu mencapai
bahwa perhitungan jumlah pohon menggunakan 84,64 %.
metode klasifikasi berbasis objek dapat digunakan 2. Hasil dari penelitian ini berupa peta klasifikasi
sebagai alternatif perhitungan jumlah pohon kelapa dengan metode manual dan otomatis. Dan dari hasil
sawit pada perkebunan kelapa sawit untuk perbandingannya diketahui bahwa jumlah hasil
kepentingan monitoring lahan. perhitungan luas dahan otomatis melebihi hasil
manual sebanyak 0,547%. Sedangkan kelas tanah
dan dahan kering mendapatkan akurasi yang kurang
baik. Yaitu dengan prosentase selisih perhitungan
700 sebesar 46,063 % untuk luas tanah dan 89,117 %
untuk kelas dahan kering.
500
Otomatis 3. Terdapat perbedaan jumlah pohon dengan
300 perhitungan otomatis dengan manual sebesar
Manual 15,36%. Meskipun prosentase tersebut telah
100
Otomatis memenuhi target penelitian ini, namun jumlah
Jumlah Sawit tersebut masih terbilang cukup siginifikan, oleh
karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut.

Saran yang diberikan oleh penulis adalah:


Gambar 8 Grafik perbandingan Perhitungan Jumlah 1. Pengambilan data foto sebaiknya dilakukan pada
Pohon kelapa sawit pagi atau sore hari ketika tidak terdapat terlalu
banyak awan, hal ini untuk menghindari objek /
2. Dari hasil perbandingan luas kelas non kelapa sawit area tertutup bayangan awan, dengan harapan
dengan dua metode, didapati bahwa perhitungan mendapatkan hasil klasifikasi otomatis yang baik.
otomatis luas kelas dahan paling akurat. Yaitu 2. Perlu adanya penelitian tentang menghitung pohon
memiliki prosentase selisih dengan hasil pada perkebunan yang heterogen, dengan cara
perhitungan manual sebanyak 0,547%. otomatis.
Sedangkan kelas tanah dan dahan kering 3. Pada saat memasukkan kelas spesifikasi objek,
mendapatkan akurasi yang kurang baik. Yaitu sebaiknya buat lebih detail atau lengkap sesuai
dengan prosentase selisih perhitungan sebesar kondisi di lapangan untuk memudahkan software
46,063 % untuk luas tanah dan 89,117 % untuk dalam mengidentifikasi objek.
kelas dahan kering dari hasil perhitungan manual.
Hal ini dikarenakan warna tanah dan dahan kering
yang tidak berbeda jauh/ mirip, sehingga software
kesulitan untuk membedakan. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Zona
Spasial, yang telah bersedian menyediakan data foto udara,
GCP, mozaik orthophoto, dan training area yang memiliki
33.000,00
30.000,00 peranan penting dalam penelitian ini.
27.000,00
24.000,00
21.000,00
18.000,00 DAFTAR PUSTAKA
15.000,00 Otomatis
12.000,00 Hariyanto, Teguh. 2003. Photogrammetry 1 (GD-1508).
9.000,00 Manual Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
6.000,00
3.000,00 Press.
0,00 Column1 Indra Jaya Kusuma, Hepi Hapsari Handayani. 2015. Studi
Klasifikasi Berbasis Objek untuk Kesesuaian
Tutupan Lahan Tambak, Konservasi dan
Permukiman Kawasan Pesisir (Studi Kasus: Kec.
Asemrowo, Krembangan, Pabean Cantikan, Dan
Semampir, Kota Surabaya). Geoid Vol 10(2), 163-
Gambar 9 Grafik Perbandingan Perhitungan Luas 170
Kelas Non Sawit Projo, Danoedoro. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh
Digital.Yogyakarta: Andi.
Projo, Danoedoro. 1996. Pengolahan Citra Digital:Teori dan
Aplikasinya di Bidang Penginderaan
IV. PENUTUP Jauh.Yogyakarta: Andi.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini <URL:http://st2013.bps.go.id/dev2/index.php/site?id+63000
adalah: 00000&wilayah=Kalimantan-Selatan> Dikunjungi
1. Hasil perhitungan jumlah pohon kelapa sawit pada10 Februari 2016, jam 09.00.
dengan metode manual sejumlah 612 pohon,
sedangkan hasil perhitungan dengan metode
otomatis sejumlah 518 pohon. Hal ini berarti target

Anda mungkin juga menyukai