Anda di halaman 1dari 10

PERHITUNGAN TRIANGULASI UDARA BLOK II

PADA PROYEK AKUISISI LIDAR DAN


PEMOTRETAN UDARA DIGITAL
(STUDI KASUS : KABUPATEN KUTAI BARAT, PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR)

LAPORAN PRAKTIK KERJA

Disusun Oleh:

Ninda Evrilia
232016100

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


JURUSAN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional menyebutkan bahwa seluruh kegiatan pembangunan harus
direncanakan berdasarkan data, baik spasial dan nonspasial serta informasi lain
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Pada pasal 14 ayat 3 huruf c,
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 menyatakan kebutuhan akan Informasi
Geospasial Dasar (IGD) Skala Besar, khususnya untuk kepentingan penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota maupun Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota. Ketersediaan data spasial skala besar masih sangat terbatas oleh
karena itu untuk mendukung kebutuhan Informasi Geospasial Dasar (IGD) skala
besar diperlukan pekerjaan pemotretan dan pemetaan. Sehingga dibutuhkan suatu
terobosan melalui upaya percepatan penyediaannya terutama di wilayah ibukota
provinsi maupun kota-kota besar di Indonesia. Maka pada tahun 2019 Pusat
Pemetaan Rupabumi dan Toponimi (PPRT) melakukan akuisisi lidar dan
pemotretan udara digital di Kabupaten Paser, Kutai Barat dan sekitarnya.
Pekerjaan pengukuran terestris sedikit demi sedikit telah digantikan oleh
pengamatan data yang direkam tanpa menyentuh objeknya. Pengamatan ini sering
disebut teknologi penginderaan jauh (remote sensing). Termasuk di dalamnya
adalah pemotretan dari stasiun di atas tanah atau yang disebut dengan fotogrametri
terestris maupun fotogrametri jarak dekat. Kemudian ada pula pemotretan dari
pesawat yang diterbangkan yang disebut dengan fotogrametri udara, dan yang
terakhir adalah penginderaan dengan menggunakan satelit (Rochmadi, 1993).
Dalam pekerjaan ini pengukuran dilakukan menggunakan teknologi fotogrametri
udara. Fotogrametri udara merupakan metode survei dan pemetaan yang cukup
efektif untuk mendapatkan Informasi Geospasial Dasar (IGD) skala besar. Metode
ini dapat memotret cakupan wilayah yang luas dari jarak dekat dan ketelitian yang
besar hanya dalam waktu singkat. Peta foto yang dihasilkan juga dapat memiliki
skala yang besar sehingga sangat cocok untuk dimanfaatkan dalam hal
perencanaan.

1
Foto udara memiliki proyeksi sentral (proyektif), dimana garis-garis proyeksi
dari objek ke bidang proyeksi melewati satu titik pusat proyeksi. Hal ini
menyebabkan skala yang tidak beragam dan geometri objek yang teliti berada di
sekitar pusat poyeksi. Untuk menyeragamkan skala foto tersebut diperlukan proses
restitusi foto udara. Restitusi foto udara merupakan proses pengembalian posisi foto
udara ke posisi pada saat pemotretan menggunaakan orientasi dalam, relatif
maupun absolut. Proses ini membutuhkan titik kontrol yang diketahui koordinatnya
yang terletak di sekitar lokasi. Titik kontrol ini diperoleh dari proses pengukuran di
lapangan biasanya menggunakan teknologi GPS dan proses triangulasi udara.
(Habibullah, 2017).
Dalam pengakuisisian data foto udara pekerjaan ini dilakukan di wilayah
kabupaten Kutai Barat. Kabupaten Kutai Barat adalah salah satu kabupaten di
provinsi kalimantan Timur Indonesia yang merupakan pemekaran dari wilayah
Kabupaten Kutai yang telah ditetapkan berdasarkan UU Nomor 47 tahun 1999.
Secara geografis Kabupaten Kutai Barat yang telah terletak antara 113°048'49" BB
sampai dengan 116°032'43" BT serta diantara 103°1'05" LU dan 100°9'33" LS.
Kutai Barat memiliki luas sekitar 35.696,59 Km2. Hal ini dikarenakan Kabupaten
Kutai Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Kutai maka dibutuhkan peta skala
besar yang didapatkan dari metode fotogrametri yang nantinya berguna untuk
melakukan rencana detail tata ruang yang baik untuk wilayah tersebut.
Beberapa kota di Indonesia juga telah membuat peta kerja skala besar yakni
peta dengan skala 1:5.000 – 1:1.000 diantaranya adalah kota besar di Indonesia
yakni DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Yogya, Surabaya, Bekasi, Tangerang,
Samarinda, Mojokerto, Padang, Maumere, dan Depok. Pemetaan skala besar
dengan Area yang Kecil (Small Area Maping) memerlukan suatu aturan tentang
batasan administrasi itu tersendiri, misalnya luas wilayah kerja masing-masing
daerah administrasi RW dan administrasi RT.

2
1.2 Tujuan Pekerjaan
Tujuan dari praktik kerja ini antara lain adalah :
1. Mendapatkan hasil koreksi eksterior orientation (EO).
2. Menghasilkan koordinat foto yang telah ditransformasi.
3. Menghilangkan paralaks pada foto yang dihasilkan.
4. Mendapatkan hasil statistic report.

1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup pekerjaan antara lain :
1. Wilayah pekerjaan berada di blok II Kutai Barat.

Gambar 1.1 Wilayah Pekerjaan


Sumber : Kerangka Acuan Kerja

3
2. Data yang digunakan adalah foto udara tanggal 16, 18, 20, 22 dan 23
Agustus 2019.
3. Pengolahan Triangulasi Udara menggunakan data foto udara yang sudah
dengan data foto udara penerbangan reflight.
4. Residual x dan y maksimal setiap titik ikat manual dan titik kontrol ≤ 20
mikron sesuai kerangka acuan kerja yang diberikan.
5. Residual GCP maksimal setiap titik kontrol ≤ 0.75 meter.

1.4 Metodologi Pekerjaan


Persiapan

Pengumpulan
Data

Foto Udara Camera Foto Udara File


Hasil Koordinat
calibration Baru Exterior
Manajemen GCP
report (reflight) Orientation
Data

Manajemen Data

Pendifinisian
Project

Automatic
Point
Measurement
(APM) Tidak Lolos

Quality Control (QC)


Foto Berawan

Lolos

Manual Tie
Point
Measurement

Registrasi
GCP

Bundle Block
Adjustment

Exterior Image Statistic


Orientation Coordinate Report
(EO)
Terkoreksi

Gambar 1.1 Metodologi Pekerjaan


4
Berikut ini penjelasan dari diagram alir pelaksanaan praktik kerja :
a) Persiapan
Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan persiapan adalah pengumpulan data berupa:
1. Foto single frame dari hasil develop image.
2. Peta jalur terbang.
3. Data kalibrasi kamera.
4. Daftar koordinat titik kontrol tanah dan deskripsinya.
5. Hasil pengukuran GPS Kinematik dan IMU (EO) dari proses Inner Orientation.
b) Manajemen Data Foto Udara
Hasil pengolahan raw foto udara digital berupa foto udara dalam format sesuaidengan
spesifikasi kalibrasi kamera, kemudian dilakukan proses manajemen data. Proses ini
merupakan filtering data foto udara yang digunakan untuk proses aerial trianglation
seperti penamaan setiap foto udara.
c) Automatic Tie Point Extraction
Pengamatan titik-titik minor (tie point) dilakukan secara otomatis oleh software.
d) Manual Tie Point Measurement
Pengamatan titik-titik minor (tie points) dilakukan secara manual oleh operator. Hal
ini dikarenakan karena aat proses otomatis, masih terdapat beberapa ikatan image
yang masih lemah sehingga dibutuhkan proses manual.
e) Registrasi Ground Control Point (GCP)
Registrasi ini dilakukan untuk memasukan nilai koordinat dari GCP yang sudah ada ke
dalam proses Aerial Triangulation.

5
1.5 Tempat, Waktu dan Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
1.5.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Tempat : PT. Pratama Persada Airborne
Waktu : 26 Agustus s.d 20 September 2019 (tabel)
Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja
Bulan
No Kegiatan Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pelaksanaan
1. Praktik
Kerja
Penyusunan
2 Laporan
Individu
Penyerahan
3 Laporan
Individu
Penyusunan
4 Proposal KP
Penyerahan
5 Proposal KP
Penyusunan
6 Laporan
Hasil KP
Penyerahan
7 Laporan
Hasil KP

6
1.5.2 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Mahasiswa
berada disini

Gambar 1.2 Struktur Organisasi


(sumber : PT. Pratama Persada Airborne )

7
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan
Praktik Kerja nantinya akan dibagi menjadi lima bab, yaitu :
 BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan terdiri dari latar belakang pemilihan perusahaan tempat kerja
praktek, maksud serta tujuan dan permasalahan secara umum beserta teknik
pengumpulan data yang digunakan.
 BAB II DASAR TEORI
Dasar teori berisi tentang definisi fotogrametri,orientasi dalam, oientasi
relatif, oerientasi absolut, external orientation, triangulasi udara, bundle
block adjustment, ground control point, tie point.
 BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan terdiri dari persiapan, pengumpulan data, dan
pelaksanaan pekerjaan.
 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan berisi hasil serta pembahasan dari manajemen data
foto udara, exterior orientation, image koordinat, bundle block adjustment,
dan statistic report
 BAB V PENUTUP
Penutup berisi kesimpulan dan saran dari rangkaian Praktik Kerja yang
dilakukan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Hendy G.j. I Nyoman. 2014. Skripsi : Pembuatan Model Tiga Dimensi Candi
Gebang Menggunakan Metode Fotogrametri Jarak Dekat. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada.
Husna, Sugianto dan Hani’ah. 2016. Penggunaan Parameter Orientasi External
(EO) Untuk Optimalisasi Dijital Triangulasi Fotogrametri Untuk
Keperluan Ortofoto. Semarang. Universitas Diponegoro.
Ip, Alain dkk. 2007. Performance Analysis of integrated Sensor Orientation.
Canada : Photogrammetric Engineering & Remote Sensing Vol 73 Nomor
1
Jacobsen, Karsten. 2004. Direct integrated Sensor Orientation – Pros and Cons.
Invited Paper ISPRS
Kerangka Acuan Kerja Akuisisi Lidar dan Pemotretan Udara Dijital Kabupaten
Paser, Kutai Barat dan Sekitarnya.
Rizaldy dan Wildan. 2012. Direct Georeferencing : a New Standard in
Photogrammetry for High Accuracy Mapping. Australia : International
Archives of Photogrammetry, Remote Sensing, and Spatial Information
Sciences volume XXXIX-B1
Rochmadi, Sunar. 1993. Perkembangan Teknologi Pemetaan dan Kaitannya
dengan Pendidikan. Cakrawala Pendidikan Nomor 1 Tahun XII
Santoso, B. 2004. Review Fotogrametri: Teknik Pengadaan Data dan Sistem
Pemetaan.. Program Megister Departemen Teknik Geodesi dan Geomatika
ITB. Bandung.
Ligterink, G. H. 1987. Dasar Fotogrametri Interpretasi Foto Udara. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai