PENDAHULUAN
citra. ICP akan digunakan untuk menguji akurasi dari hasil orthorektifikasi citra.
Pengujiannya dilakukan dari hasil perbandingan antara koordinat model dengan
koordinat sebenarnya. Citra satelit resolusi sangat tinggi yang sudah
diorthorektifikasi dan diuji ketelitiannya ini nantinya dapat digunakan untuk
pembuatan peta Rupa Bumi Indonesia. Berdasarkan UU No. 4 tentang Informasi
Geospasial khususnya pada pasal 7 menyebutkan bahwa Peta Rupabumi
Indonesia (RBI) merupakan salah satu komponen Informasi Geospasial Dasar
(BIG, 2018).
Pekerjaan yang dilakukan saat Praktik Kerja ini adalah dimulai dari proses
perencanaan titik Ground Control Point serta Independent Check Point,
pengolahan hasil pengamatan GPS dengan menggunakan Trimble Bussines Center
dan pelaporan hasil pengolahan data GPS. Praktik Kerja ini sebagai salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Pendidikan
Sarjana Teknik Strata Satu, Jurusan Teknik Geodesi, Institut Teknologi Nasional
Bandung.
1.2 Tujuan Pekerjaan
Adapun tujuan dari pekerjaan ini adalah:
1. Memperluas wawasan mahasiswa dalam bidang Teknik Geodesi
khususnya Survei GPS.
2. Mengetahui dan memahami cara kerja pengambilan dan pengolahan data
GPS.
3. Mengetahui tahapan perencanaan dan pelasanaan pekerjaan dalam
penyediaaan data Ground Control Point dan Independent Control Point.
4. Menghasilkan koordinat titik Ground Control Point dan Independent
Check Point dari data hasil survei GPS.
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup Praktik Kerja antara lain:
1. Pembuatan titik rencana pengamatan GPS.
2. Simulasi pengambilan data GPS.
3. Bimbingan terkait kontrol kualitas (QC) titik rencana dengan pihak
pemberi kerja (BIG).
4. Reposisi titik pengamatan.
Data koordinat
Diterima
lokasi JKG/
a
CORS BIG di
Kalimantan Barat
Pengukuran GCP dan ICP
Ditolak
QC
Diterima
a
Pelaporan
Diterima Laporan Akhir
a
Bulan
NO Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. PengajuanPraktik Kerja
2. Pelaksanaan Praktik Kerja
3. Pembuatan Proposal
Praktik Kerja
4. Bimbingan Proposal
Praktik Kerja
5. Pembuatan Laporan
Praktik Kerja
6. Bimbingan Laporan Praktik
Kerja
7. Pelengkapan Administrasi
Praktik Kerja
8. Pengajuan Sidang Praktik
Kerja
9. Sidang Praktik Kerja
BADAN INFORMASI
GEOSPASIAL
SUPERVISOR
PELAKSANA KEGIATAN :
(1) KOORDINATOR PENGUKURAN (2 ORANG)
(2) SURVEYOR (8 ORANG) Keterangan :
(3) ASSISTEN SURVEYOR (8 ORANG)
(4) PRAKTIKAN Pemberi kerja
Pelaksana kerja
1 .6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Laporan Praktik Kerja adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab satu merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang
pekerjaan, tujuan pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan, metodologi pekerjaan,
tempat, waktu dan struktur organisasi pelaksana pekerjaan serta sistematika
penulisan.
BAB IV HASIL
Bab empat merupakan pemaparan dari hasil pekerjaan Praktik Kerja
yang dilaksanakan.
BAB V KESIMPULAN
Bab lima merupakan bab kesimpulan dan saran yang menjelaskan
tentang uraian kesimpulan dari pembahasan yang diambil dari bab-bab
sebelumnya yang disertain dengan saran yang bermanfaat bagi pembaca
nantinya.
- Biaya untuk logistik, transportasi, dan akomodasi relatif akan lebih murah.
- Kontrol kualitas relatif lemah.
sumber radiasi yang ideal tersebut sulit direalisasikan pada antena GPS,
maka pusat fase antena GPS umumnya akan berubah-ubah tergantung
pada elevasi dan azimuth satelit serta intensitas sinyal dan lokasinya akan
berbeda untuk sinyal L1 dan L2.
k. Imaging, yaitu fenomena yang melibatkan suatu benda konduktif
(konduktor) yang berada dekat dengan antena GPS, seperti reflektor
berukuran besar maupun groundplane dari antena itu sendiri. Fenomena ini
seolah-olah menjadi antena tersendiri yang dapat dilihat sebagai
‘bayangan’ (image) dari antena yang sebenarnya.
2.8 Orthorektifikasi
Orthorektifikasi merupakan suatu proses koreksi yang bertujuan untuk
memperbaiki distorsi geometri yang disebabkan oleh karakteristik sensor, arah
penginderaan, dan pergeseran relief sehingga arah penginderaan memiliki
proyeksi perspektif (LAPAN, 2010). Kondisi ini dapat terjadi pada citra satelit
yang pada kenyataannya memiliki variasi topografi tinggi, seperti lembah hingga
gunung serta berbukit- bukit. Pada dasarnya koreksi orthorektifikasi adalah
bertujuan mengubah citra yang memiliki arah penginderaan bersifat proyeksi
perspektif menjadi proyeksi orthogonal (LAPAN, 2010).
PROVINSI
KALIMANTAN BARAT
Reposisi Titik
Reposisi titik merupakan identifikasi perubahan posisi titik
perencanaan yang diberikan pihak pemberi kerja dengan tujuan untuk
menempatkan titik sesuai dengan ketentuan karena data titik yang
diberikan masih dapat terjadi ketidaksesuaian. Dilakukan reposisi apabila
titik rencana yang diberikan oleh pihak pemberi kerja (lokasi awal rencana
penempatan titik dapat dilihat pada Gambar 3.1) berada pada objek yang
tidak tegas, lokasi titik berada pada citra yang tidak jelas, ataupun lokasi
antar titik tidak memenuhi toleransi yang diberikan. Toleransi yang
dimaksud yaitu jarak antar titik kontrol tidak kurang dari 2.5 Km dan
tersebar di daerah cakupan citra.
Objek GCP dan ICP dipilih berdasarkan kriteria pemilihan objek
yang dapat dijadikan GCP atau ICP, yaitu sebagai berikut (BIG, 2018):
a) Berdasarkan sebaran titik dari Pemberi Kerja.
b) Objek dapat diidentifikasi secara jelas (berada di tempat terbuka
dan bukan merupakan obyek yang samar-samar) dan akurat baik
pada citra dan di lapangan. Citra yang dimaksud adalah citra yang
diberikan oleh Pemberi Kerja.
c) Objek harus berada pada permukaan tanah.
d) Objek bukan merupakan bayangan.
e) Objek tidak memiliki pola yang sama.
f) Objek merupakan permanen dan diam serta diyakini tidak akan
mengalami perubahan atau pergeseran pada saat pengukuran
GNSS.
g) Data yang akan digunakan merupakan akuisisi antara tahun 2013-
2017.
h) Bentuk objek harus jelas dan tegas.
i) Warna objek harus kontras dengan warna disekitarnya.
j) Terdapat akses menuju lokasi titik kontrol.
k) Bukan berada di sudut atau pojok yang tertutup atap bangunan.
l) Mempertahankan sebaran titik kontrol untuk keperluan pengolahan
orthorektifikasi.
Kriteria penentuan sebaran GCP adalah sebagai berikut (BIG, 2018) :
a) Tersebar merata pada seluruh area pekerjaan
b) Pada satu scene citra minimal terdapat 9 GCP.
c) Pada area yang bertampalan minimal terdapat 3 GCP.
d) Di ujung scene atau area yang akan dilakukan orthorektifikasi,
minimal terdapat 1 GCP.
(1) Reposisi dilakukan apabila jarak antar titik tidak memenuhi toleransi yang
diberikan (2,5Km). Gambar 3.2 dibawah ini menujukan jarak antar titik
memenuhi toleransi dan tidak perlu dilakukan reposisi di titik ini.
Gambar 3.3 dibawah ini menunjukan jarak yang tidak memenuhi toleransi,
maka perlu dikukan reposisi di titik ini.
kurang dari
2,5km
(2) Reposisi dilakukan apabila titik rencana yang diberikan tidak berada pada
objek yang tegas, sehingga mempersulit untuk menentukan posisinya di
lapangan, maka titik rencana awal tersebut di reposisi ke objek yang lebih
tegas. Misalnya seperti sudut jalan, dan tetap memperhatikan jarak antar
titik lainnya agar memenuhi toleransi. Contoh hal tersebut dapat dilihat
pada Gambar 3.4. Reposisi dapat dilakukan langsung di lapangan apabila
terjadi perubahan pada objek yang direncanakan.
(3) Hasil reposisi titik harus melalui asistensi dengan Supervisor dari pihak
pemberi kerja, asistensi dilakukan untuk melaporkan perubahan lokasi
penempatan titik dan agar titik perubahan disetujui dan memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan. Hasil reposisi yang telah disetujui, selanjutnya
dibuatkan layout peta AOI (Area Of Interest) dengan skala 1:2500.
Informasi yang terdapat pada AOI dengan skala 1:2500 sebagai berikut :
- Nama titik . Nama titik GCP menggunakan notasi huruf IKB yang
merupakan kode paket pekerjaan dari pihak pemberi kerja) lalu
diikuti angka, sedangkan ICP menggunakan notasi huruf IIKB
diikuti angka, contoh : IKB001 , IIKB001.
- Informasi nama lokasi titik, koordinat titik, nomor lembar citra,
arah mata angin.
Gambar 3.5 dan 3.6 dibawah ini menerangkan informasi yang terdapat pada peta
AOI.
Lokasi Nama Koordinat
(4) Lokasi yang terdapat pada peta AOI nantinya digunakan untuk acuan
surveyor yang akan melakukan pengukuran di lapangan. AOI yang telah
mengalami perubahan dari data citra rencana dapat direposisi sesuai
dengan keadaan di lapangan apabila objek tersebut sudah berubah.
Reposisi dapat dilakukan di lapangan dengan syarat. (BIG, 2018) :
a. Berdasarkan sebaran titik dari Pemberi Kerja.
b. Obyek dapat diidentifikasi secara jelas dan akurat baik pada citra dan
di lapangan. Citra yang dimaksud adalah citra yang diberikan oleh
Pemberi Kerja.
c. Obyek harus berada pada permukaan tanah.
d. Obyek bukan merupakan bayangan.
e. Obyek tidak memiliki pola yang sama.
f. Obyek merupakan permanen dan diam serta diyakini tidak akan
mengalami perubahan atau pergeseran pada saat pengukuran GNSS
g. Bentuk obyek harus jelas dan tegas.
h. Warna obyek harus kontras dengan warna disekitarnya.
i. Terdapat akses menuju lokasi titik kontrol.
j. Bukan berada di sudut atau pojok yang tertutup atap bangunan.
k. Mempertahankan sebaran titik kontrol untuk keperluan pengolahan
orthorektifikasi.
l. Mendapatkan persetujuan dari Pemberi Kerja.
m. AOI yang di reposisi diberi keterangan “R”.
6. Bila antara base terdekat dan rover (jarak baseline) lebih dari 100 km maka
dibuat titik ikat baru sebagai titik ikat perapatan dengan melalui pengukuran
GPS pada titik baru tersebut.
7. Reposisi titik pengamatan dilakukan apabila posisi titik di lapangan tidak
memungkinkan untuk dilakukan pengamatan, titik pengamatan tersebut sudah
hilang atau titik tersebut terhalang objek lainnya yang menghalangi sinyal
GPS.
8. Elevation mask di set 10 o dan interval perekaman data per ≤ 15 detik.
9. Pengisian formulir informasi titik GCP dan ICP (Logsheet) yang diisi surveyor
di lapangan.
10. Dokumentasi Tempat pengukuran titik GCP dan ICP dilakukan (dokumentasi
foto sesuai arah mata angin).
11. Pengecekan dokumen hasil pengamatan GPS oleh Supervisor.
Gambar 3.8 menunjukan tampilan proses import data pada perangkat lunak
HDS 2003.
Hasil dari pelaksanaan Praktik Kerja ini berupa Peta AOI (Area Of
Interest), koordinat hasil pengolahan GPS dan Deskirpsi Titik GCP dan ICP. AOI
merupakan peta acuan kerja yang akan digunakan oleh surveyor di lapangan,
penggunaan peta AOI tersebut dengan tujuan agar pengamatan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Data hasil pengamatan GPS diolah dengan
menggunakan aplikasi Trimble Bussines Center yang merupakan aplikasi
pengolah data GNSS. Proses pengolahan menghasilkan titik koordinat Ground
Control Point dan Independent Check Point yang nantinya digunakan untuk
orthorektifikasi citra satelit resolusi tinggi. Data titik Ground Control Point dan
Independent Check Point harus disajikan dengan dekripsi yang memuat
informasi-informasi yang terdapat pada titik tersebut sesuai keadaan di lapangan,
format penyajian deskripsi titik GCP dan ICP disesuaikan dengan kebutuhan
pemberi kerja. Hasil detail dari pekerjaan dapat dilihat pada lampiran.
4
5
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dihasilkan dari serangkaian pekerjaan yang
dilakukan selama Praktik Kerja, antara lain sebagai berikut:
1. Dihasilkan total 475 Peta AOI (Area Of Interest) area Kalimantan Barat
yang disetujui BIG sebagai peta acuan pelaksanaan pengukuran GCP dan
ICP menggunakan pengamatan GPS.
2. Dihasilkan 189 koordinat titik GCP dan 62 titik ICP hasil pengolahan GPS
yang siap digunakan.
3. Koordinat titik Ground Control Point dan Independent Check Point
disertakan dengan deskripsi titik yang berisi informasi dari titik. Informasi
tersebut harus sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan.
4. Titik hasil pengukuran GCP dan ICP diterima oleh BIG apabila semua
syarat seperti toleransi Vertikal maksimal 30 cm dan Horizontal maksimal
15 cm yang diberikan dipenuhi dan telah melakukan asistensi.
5. Rentang nilai ketelitian yang dihasilkan pada saat tahapan pengolahan
adalah horizontal 0,1 cm – 10,5 cm dan vertikal 1,6 cm – 15,2 cm.
5.2 Saran
Beberapa saran yang diberikan terkait Praktik Kerja yang telah
dilaksanakan , antara lain sebagai berikut :
1. Perencanaan penempatan titik harus selalu mengacu pada KAK dan
standar yang diterapkan pemberi kerja.
2. Lebih memperhatikan kualitas citra yang digunakan sebagai dasar dalam
perencanaan penempatan titik agar dapat dideskripsikan di lapangan dan
memudahkan surveyor untuk melalukan pengamatan GPS di lokasi
tersebut.
3. Perencanaan dan jadwal kegiatan harus memperhatikan rentang waktu
yang cukup untuk setiap pelaksanaan pekerjaan, sehingga hal – hal yang
dibutuhkan dapat dipersiapkan dengan matang dan baik.