Anda di halaman 1dari 20

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Pengertian
1. Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan mycobacterium
tuberculosa yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya
(Nurarif, 2015).
2. Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bacteri
mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ terutama
paru-paru (Kemenkes, 2016).
3. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
mycobacterium tuberculosis (Kemenkes, 2018).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberculosis adalah
suat penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis
yang dapat menyerang organ terutama paru-paru.

B. Anatomi fisiologi
Paru-paru merupakan organ pernafasan yang dibentuk oleh struktur-struktur
yang ada di dalam tubuh, seperti: arteri pulmonaris, vena pulmonaris, bronkhus,
arteri bronkhailis, vena bronkhailis, pembuluh limfe dan kelenjar limfe (Guyton &
Hall, 2008). Paru-paru terbagi menjadi dua bagian yaitu paru kanan yang terdiri
dari tiga lobus sedangkan paru kiri terdiri dari dua lobus. Setiap paru-paru terbagi
lagi menjadi beberapa sub bagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut
bronchopulmonary segments. Paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang
disebut mediastinum. Dimana jantung, aorta, vena cava, pembuluh paru-paru,
esofagus, bagian dari trakea dan bronkhus, serta kelenjar timus terdapat pada
mediastinum (Irman Somantri, 2008). Selaput yang membungkus paru disebut
pleura. Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis leura

5
6

parietalis melapisi toraks atau rongga dada sedangkan pleura viseralis melapisi
paru-paru. Kedua pleura ini bersatu pada hilus paru (Price danWilson, 2006).
Pada pleura mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan
memungkinkan paru bergerak secara bebas saat bernafas, cairan ini dinamakan
cairan pleura. Jumlah normal cairan pleura adalah 10-20 cc (Guyton & Hall, 2008).
Dalam paru terdapat bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1
mm, dindingnya makin menipis dibandingkan dengan bronkus. Bronkiolus tidak
mempunyai tulang rawan, mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Bronkiolus berakhir pada kantong udara yang
disebut dengan alveolus. Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiulus berupa
kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip
sarang tawon. Alveolus berselaput tipis dan terdapat banyak muara kapiler darah
sehingga memungkinkan adanya difusi gas pernafasan didalamnya. Dinding
alveolus terdiri dari satu lapisan sel alveolus tipe I, sedangkan epitel alveolus
mengandung sel alveolus tipe II yang mengeluarkan surfaktan sehingga
mempermudah pengembangan paru. Surfaktan penting untuk mengatasi pengaruh
tegangan permukaan yang menyebabkan paru mengempis sehingga memberikan
keuntungan yaitu meningkatkan complianceparu dan menurunkan kecendrungan
paru menciut sehingga paru tidak mudah kolaps (Guyton & Hall, 2008).
Fungsi paru adalah tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada
pernafasan melalui paru melalui pernafasan eksterna. Tubuh melakukan usaha
memenuhi kebutuhan O2 untuk proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai
hasil metabolisme dengan perantara organ paru dan saluran napas bersama
kardiovaskuler sehingga dihasilkan darah yang kaya oksigen (Syaifuddin, 2006).
Terdapat 3 tahapan dalam proses respirasi, yaitu :
1. Ventilasi
Proses keluar dan masuknya udara ke dalam paru, serta keluarnya
CO2 dari alveoli ke udara luar. Alveoli yang sudah mengembang tidak
7

dapat mengempis penuh karena masih adanya udara yang tersisa didalam
alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat.
Volume udara yang tersisa ini disebut dengan volume residu. Volume ini
penting karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk menghasilkan darah
(Guyton & Hall,2008).
2. Difusi
Proses berpindahnya oksigen dari alveoli ke dalam darah, serta keluarnya
karbondioksida dari darah ke alveoli. Dalam keadaan beristirahan normal,
difusi dan keseimbangan antara O2 di kapiler darah paru dan alveolus
berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal
ini menimbulkan kesan bahwa paru normal memiliki cukup cadangan waktu
difusi (Price dan Wilson, 2006).
3. Perfusi
Yaitu distribusi darah yang telah teroksigenasi di dalam paru untuk
dialirkan ke seluruh tubuh (Siregar & Amalia, 2004).

C. Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis, basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mycobacteria tuberculosis yaitu tipe human dan bovin.
Tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil
tipe human bisa berada dibercak ludah dan di udarayang berasal dari penderitaTBC
dan orang terkena rentan terinfeksi dan menghirupnya (Wlm de jong dalam
Nuraarif, 2015). Setelah organisme terinhalasi dan masuk ke paru-parubakteri dapat
bertahan hidup dan menyebar ke nodus limfatikos lokal, penyebaran memalui aliran
darah ini dapat menyebar ke nodus TB pada organ lain, dimana infeksi laten dapat
bertahan sampai bertahun-tahun (Patrick davey dalam Nurarif, 2015).
8

D. Manifestasi klinis
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari
satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan
gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu
atau lebih (Kemenkes, 2018).

E. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli
lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil
juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,
tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal.
Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar
bakteri.Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh
pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi
oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi
massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle.
Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang
selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing
9

caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan


kolagen, kemudian bakteri menjadi
nonaktif.
10

Pathway:
Mycobacterium tuberculosis

Droplet infection

Masuk lewat saluran napas

Menempel pada paru

Menetap dijaringan paru

Terjadi proses peradangan

Pengeluaran zat pirogen Tumbuh dan berkembang di


sitoplasma makrofag
Mempengaruhi hipothalamus

Menyebar ke organ lain


Mempengaruhi sel point

Hipertermi

Radang tahunan di bronkus Pertahanan primer tidak adekuat

Berkembang menghancurkan Pembentukan tuberkel


jaringan ikat sekitarnya
Kerusakan membran alveolar

Bagian tengah rekrosis


11

pembentukan sputum Menurunnya


Sekret keluar saat batuk
berlebihan permukaan isi paru

Batuk terus menerus Sekret sulit


dikeluarkan Alveolus mengalami
konsolidasi dan
eksudasi
Terhirup orang Batuk berat Obstruksi
sehat

Bersihan jalan napas Gangguan


Risiko penularan pertukaran gas
tidak efektif
infeksi

Distensi abdomen

Mual muntah

Anorexia

Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

Sumber: Nurarif, (2015)


12

F. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Bachrudin, (2016) pemeriksaan diagnostik TBC ialah sebagai berikut:
1. Bakteriologis dengan specimen dahak, cairan pleura, cairan serebrospinalis.
2. Dahak untuk menentukan BTA, specimen dahak SPS (sewaktu, Pagi, sewaktu).
Dinyatakan positip bila 2 dari 3 pemeriksaan tersebut ditemukan BTA positif.
3. Foto thorax
Bila ditemukan 1 pemeriksaan BTA positip, maka perlu dilakukan foto thorax
atau SPS ulang, bila foto thorax dinyatakan positip maka dinyatakan seseorang
tersebut dinyatakan BTA positip, bila foto thorax tidak mendukung maka
dilakukan SPS ulang, bila hasilnya negatip berarti bukan TB paru.
Menurut Nurarif, (2015) gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB
yaitu:
a. Bayangan lesi terletak dilapang paru atas atau segment apikal bawah.
b. Bayangan bewarna atau bercak (nodular)
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda.
d. Kelainan bilateral terutama dilapang paru atas.
e. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
4. Uji Tuberkulin yaitu periksaan guna menunjukan reaksi imunitas seluler yang
timbul setelah 4 – 6 minggu pasien mengalami infeksi pertama dengan basil
BTA. Uji ini sering dengan menggunakan cara Mantoux test.
Bahan yang dipakai adalah OT (old tuberculin), PPD (purified protein
derivate oftuberculin). Cara pemberian, Intra Cutan (IC), pada 1/3 atas lengan
bawah kiri, pembacaanhasil dilakukan setelah 6-8 jam penyuntikan, hasil
positip, bila diameter indurasi lebih dari 10 mm, negatip bila kurang dari 5 mm,
meragukan bila indurasi 5-10 mm.
13

G. Penatalaksanaan
Menurut Bachrudin (2016) pengobatan TBC bertujuan untuk menyembuhkan
pasien, mencegah kematian, mencegah relaps, menurunkan penularan ke orang lain,
mencegah terjadinya resistensi terhadap obat. Pengobatan membutuhkan waktu
yang lama 6-8 bulan untuk membunuh bakteri. Menurut Nurarif (2015) obat anti
tuberkulosis (OAT) sebagai berikut: isoniasid (INH), rifampisin, pirasinamid,
etambutol dan streptomisin.

H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, No RM, dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab
Nama penanggunag jawab, hubungan dengan pasien, alamat.
c. Riwayat kesehatan pasien
1) Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh batuk berdahak.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji keluhan yang dirasakan saat ini, pada kasus TBC biasanya pasien
mengeluh batuk berdahak/berdarah, sesak, dan keringat malam.
3) Riwayat kesehatan dahulu
a) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
b) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
c) Pernah berobat tetapi tidak teratur
d) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
e) Daya tahan tubuh yang menurun
14

f) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur


g) Riwayat putus OAT.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.
5) Pola aktifitas sehari-hari
a) Pola aktifitas
Rasa lemah, cepat lelah, demam, menggigil, berkeringat pada malam
hari.
b) Pola nutrisi
Anorexia, mual muntah, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
c) Nyeri atau kenyamanan
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
d) Eliminasi
Kaji eliminasi BAB, BAK, kaji warna, frekuensi dan apakah ada
kelainan.
e) Pola istirahat tidur
Kaji pola tidur siang adan malam, kaji waktu, lama, kualitas dan
gangguan apakah ada gangguan istirahat tidur.
f) Personal hygiene
Kaji persional hygiene pasien mandi, cuci rambut, gosok gigi, ganti
pakaian, gunting kuku danapakah ada masalah/gangguan atau tidak.
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : biasanya KU sedang atau buruk
b) Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah : Normal ( kadang rendah karena kurang
istirahat)
15

 Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat


 Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat
 Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada
demam.
c) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,
konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis,
mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.
d) Thorak
 Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikanm dinding
dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi
 Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
 Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
 Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
e) Abdomen
 Inspeksi : biasanya tampak simetris
 Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
 Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
 Auskultasi : kaji bising usus (normal 5-35 x/menit)
16

Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS :- Mikrobakterium tuberculosa Bersihan jalan
DO : napas tidak efektif
Droplet infekction
 Dispneu
Masuk lewat jalan napas
 Batuk berdahak
 Dahak tidak keluar Menempel pada paru

 Perubahan frekuensi Menetap dijaringan paru


napas
Peradangan
 Sianosis
 Sputum dalam Pembentukan sputum
berlebihan
jumlah yang
berlebihan Sekret sulit keluar
 Suara napas
Bersihan jalan napas tidak
tambahan (ronchi) efektif
2 DS : - Mikrobakterium tuberculosa Gangguan
DO : pertukaran gas
Droplet infekction
 Dispnea
Masuk lewat jalan napas
 Pernapasan cuping
hidung Menempel pada paru
 Penggunaan otot Menetap dijaringan paru
bantu pernapasan
Peradangan
 Takipnea
 Perubahan ekskursi Pertahanan primer tidak
adekuat
paru Pembentukan tuberkel

Kerusakan membran alveolus

Alveolus mengalami
17

konsolidasi dan eksudasi

Gangguan pertukaran gas

3 DS :- Mikrobakterium tuberculosa
DO :
Masuk lewat jalan napas
 Peningkatan suhu
Menempel/menetap di jar paru
tubuh > 37,50C
 Kulit teraba hangat
Terjadi proses peradangan
 Mukosa bibir kering
 Konvulsi hipertermi

4 DS :- Mikrobakterium tuberculosa Ketidakseimbanga


DO : n nutrissi kurang
Batuk terus menerus
 Menghindari dari kebutuhan
Distensi abdomen
makanan tubuh
 Penurunan BB Mual muntah
 Mengeluh sensaari Anorexia
rasa
intake nutrisi kurang dari
 Anorexia
kebutuhan tubuh
 Mual muntah
 Ketidamampuan
memakan makanan
5 DS :- Mikrobakterium tuberculosa Risiko infeksi
DO :
masuk lewat jalan napas
 Pengetahuan yang
Menempel pada paru
tidak cukup untuk
menghindari Sekret keluar saat batuk
pemajanan Batuk terus menerus
 Pertahanan tubuh
18

primer yang tidak Terhirup orang lain


adekuat
Risiko penularan infeksi

2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d bronkospasme
b. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru
c. Hipertermi b/d reaksi inflamasi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
e. Risiko infeksi terhadap penularan b/d proses penyakit
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


Hasil
1 Ketidakefektifan bersihan Tupan : bersihan jalan 1. Kaji fungsi pernapasan 1. Peningkatan bunyi
jalan napas b/d bronkospasme napas efektif Cth: bunyi napas, napas dapat
Tupen: Setelah dilakukan kecepatan, irama, menunjukkan
tindakan keperawatan kelemahan dan ateletaksis, ronchi
selama 3x24 jam pengguanaan otot bantu
diharapkan tidak terjadi pernapasan
sumbatan jalan napas 2. Berikan posisi semi 2. Memaksimalkan
Kriteria hasil: fowler ekspansi paru dan
 Pasien dapat menurunkan upaya
mempertahankan pernapasan
jalan napas 3. Anjurkan minum air 3. Mengencerkan dahak
 Sekrt keluar hangat
 Batuk berkurang 4. Ajarkan batuk efektif 4. Ajarkan batuk efektif

19
20

2 Gangguan pertukaran gas b/d Tupan: tidak ada tanda- 1. Kaji tipe pernapasan 1. TB paru menyebabkan
kongesti paru tanda dispnea efek luas pada paru dari
Tupen: setelah dilakukan bagian kecil
tindakan keperawatan bronchopneumonia
selama 3x2 jam diharapkan sampai inflamasi difus
tidak terjadi gangguan luas nektrosis.
pertukaran gas 2. Evaluasi tingkat 2. Akumulasi sekret dapat
Kriteria hasil: kelelahan catat sianosis mengganggu O2
1. Tidak dispnea dan perubahan warna dengan organ vital
2. Menunjukkan kulit. jaringan.
perbaikan ventilasi 3. Tingkatkan istirahat dan 3. Menurunkan kebutuhan
dan O2 yang batasi pengunjung. O2.
adekuat dangan 4. Kolaborasi medis 4. mencegah pengeringan
AGD normal dengan pemeriksaan membran mukosa,
ACP dan pemberian O2 membantu pengenceran
dahak.
3 Gangguan pertukaran gas b/d Tupan: tidak terjadi 1. Monitor TTV 1. Untuk memantau
kongesti paru hipertermi peningkatan suhu tubuh
Tupen: setelah dilakukan 2. Berikan kompres hangat 2. Menghambat pusat
tindakan keperawatan simpatis dan
selama 3x2 jam diharapkan hiphothalamus
21

suhu tubuh normal sehingga terjadi


Kriteria hasil: vasodilatasi kulit
1. menyatakan tidak dengan merangsang
demam kelenjar teringat untuk
2. mukosa bibir lembab mengurangi panas
3. TTV dalam rentang tubuh melalui
normal penguapan.
3. Monitor intake dan 3. Untuk mengatasi
output dehidrasi

4. Anjurkan banyak 4. Mengatasi dehidrasi


minum
5. Anjurkan memakai 5. Agar siekulasi udara
pakaian yang tipis dan ketubuh efektif
menyerap keringat
6. Kolaborasi pemberian 6. Mengetasi dehidrasi
antipiretik dan menurunkan shu
tubuh
4 Ketidakseimbangan nutrisi Tupan: kebutuhan nutrisi 1. Timbang BB dan ukur 1. Mengetahui status
kurang dari kebutuhan tubuh seimbang dan terpenuhi TB nutrisi
b/d anorexia Tupen: setelah dilakkan 2. Kaji perubahan napsu 2. Mengatasi penyebab
22

tindakan keperawatan makan penurunan napsu


selama 3x2 jam diharapkan makan
mual dan anorexia tidak 3. Anjurkan pasien makan 3. Memenuhi kebutuhan
terjadi sehngga kebutuhan makanan yang disukai nutrisi
nutrisi terpenuhi 4. Anjurkan pasien makan 4. Menambah napsu
Kritertia hasil: saat makanan masih makan
1. Tidak mual muntah hangat
2. Napsu makan 5. Anjurkan makan sedikit 5. Memenuhi kebutuhan
meningkat tapi sering nutrisi
3. tidak terjadi penurunan 6. Kolaborasi ke ahli gizi 6. Memenuhi kebutuhan
BB untuk kalori dan tipe nutrisi agar terpenuhi
nutrisi yang dibutuhkan
5 Risiko infeksi terhadap Tupan: tidak terjadi 1. Kaji patologi penyakit 1. Memantau pasien
penularan b/d proses penyakit penyebaran infeksi dan potensial menyadari/menerima
Tupen: setelah dilakukan penyebaran perlunya mematuhi
tindakan keperawatan program pengobatan
selama 3x2 jam diharapkan untuk mencegah
tidak terjadi penyebaran pengaktifan berulang
penyakit atau komplikasi dan
Kriteria hasil: mencegah infeksi pada
1. Pasien menidentifikasi orang lain
23

intervensi untuk 2. Identifikasi orang lain 2. Orang-orang yang


mencegah atau yang berisiko. Mis: terpajan perlu terapi
menurunkan risiko anggota keluarga/teman obat untuk mencegah
penyebaran infeksi penyebaran terjadinya
2. Melakukan perubahan infeksi
pola hidup 3. Anjurkan menggunakan 3. Mencegah infeksi dan
masker penyebaran infeksi
4. Ajarkan etika batuk 4. Menambah
pengetahuan pasien dan
mencegah penyakit
tertular
5. Tekankan pentingnya 5. Mengobati penyakit
tidak menghentikan agar sembuh total
terapi obat dan minum
obat dengan teratur
24

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dengan cara
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawtan tercapai atau tidak.
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yang dilakukan dengan
mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon
klien yang disebut evaluasi proses dan melakukan evaluasi dengan target tujuan
yang diharapkan disebt evaluasi hasil, jika tujuan tidak tercapai maka perlu
dikaji ulang letak kesalahannya kemudian catat apa yang ditemukan, serta
apakah perlu dilakukan intervensi (Wartonas, 2006).kriteria proses
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dan implementasi
b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukr perkembangan
kearah pencapaian tujuan
c. Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana
asuhannkeperawatan
d. Mendokumentasikan hasil evaluasi (Nursalam, 2009).

Anda mungkin juga menyukai