Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

I. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan proses pikir : waham

II. Pengertian
Gangguan proses pikir adalah suatu keadaan dimana individu mengalami kerusakan dalam
pengoprasian kognitif dan aktivitas (Townsend, 1998). Waham adalah keyakinan yang salah
yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita social (Stuart & Sudden, 1990). Waham adalah suatu kepercayaan yang salah atau
bertentangan dengan kenyataan dan tidak tetap pada pemikiran seseorang dan latar belakang
social budaya (Rowlins, 1991). Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pikiran
seseorang yaitu dengan mencampuri kemampuan pikiran diuji dan dievaluasi secara nyata
(Heber,1987). Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak tidak sesuai dengan
kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan biarpun
dibuktikan kemustahilannya itu (Maramis, 1991).

III. Proses Terjadinya Masalah


a. Faktor Predisposisi
1. Teori Biologis
- Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlihat dalam perkembangan suatu
kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang
sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
- Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia
mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada
bagian hipotalamus otak pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-
sel pyramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
- Teori biokimia mentakan adanya peningkatan dari dopamine neurotransmitter
yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang
berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada
psikotis.
2. Teori Psikososial
- Teori system keluarga Bawen dalam Iowsend (1998) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga

1
konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak
akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan suatu kondisi
yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling
mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus
meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua-orang tua ana dan masuk ke
dalam masa dewasa, dan dimana di masa ini ana tidak akan mampu memenuhi
tugas perkembangan dewasanya.
- Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak
menerima pesan-pesan yang mana membingungan dan penuh konfli dan orang tua
tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
- Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang
lemah. Perkembangan yang dihambat suatu hubungan saling mempengaruhi
antara orang tua dan anak. Karena ego pada waktu kecemasan yang ekstrim
menjadi suatu yang maladaptive dan perilakunya sering kali merupakan
penampilan dan segmen diri dalam kepribadian.

b. Faktor Presipitasi
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptive termasuk
gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengantuk perubahan isi informasi
dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
2. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptive
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap, dan perilaku individu, seperti : gizi
buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan, atau lingungan yang penuh
kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stress gangguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan
dan sebaginya.
c. Mekanisme Koping
1. Klien : identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih dimiliki klien.

2
2. Sumber daya dan duungan sosial : pengetahuan keluarga, finansial keluarga, waktu
dan tenaga keluarga yang tersedia, kemampuan keluarga memberikan asuhan.
d. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptive

Pikiran logis Proses pikir Kelainan pikiran/ delusi


Persepsi akurat Kadang menyimpang Halusinasi
Emosi konsisten Ilusi Kesukaran emosi
dengan pengalaman Reaksi emosi berlebihan Perilaku tidak
Perilaku sesuai atau kurang terorganisir
Hubungan sosial Perilaku yang tidak biasa Isolisasi sosial
menarik diri

dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon secara
adptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan
diantara adaptif dan maladaptive kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi
pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir secara logis dan pikiran individu
mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladptif dan ia akan mengalami
gangguan proses pikir : waham.
e. Klasifikasi, Jenis dan Sifat Masalah
Proses berpikir meliputi 3 aspek yaitu bentuk pikiran, isi pikiran dan arus pikiran.
Menurut Kaplan, berfikir merupakan aliran gagasan, symbol dan asosiasi yang diarahkan
oleh tujuan, dimulai oleh suatu masalah atau tugas dan mengarah pada kesimpulan yang
berorientasi pada kenyataan.
1. Gangguan Bentuk Pikir
Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logic dan
terarah pada tujuan.
a) Dereisme/ pikiran dereistik
Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental individu
dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan
atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.
b) Pikiran otistik
Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari dalam pasien itu
sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham, atau halusinasi. Cara berfikir
seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya yang tidak terpenuhi tanpa

3
memperdulikan keadaan seitarnya yang tidak terpenuhi tanpa memperdulikan
keadaan sekitarnya. Hidup dalam alam pikirannya sendiri.
c) Bentuk pikiran non realistic
Bentu pikiran yang sama sekali tidak berdasaran pada kenyataan, mengambil
sesuatu kesimpulan yang aneh dan tidak masuk akal.
2. Gangguan Arus Pikir
Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang timbul dalam
berbagai jenis :
a) Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu ide, pikiran atau tema secara
berlebihan.
b) Asosiasi longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama
lain, misalnya “saya mau makan semua orang dapat berjalan-jalan”. Bila ekstrim,
maka akan terjadi inkoherensi.
c) Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun sudah
sulit ditangap atau diikuti maksudnya.
d) Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau
sangat cepat.
e) Benturan : piiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien
tidak dapat menerangkan mengapa ia berhenti.
f) Logorea : banyak bicara, kata-kata dikeluaran bertubi-tubi tanpa kontrol, mungkin
koherent atau incoherent.
g) Pikiran melayang (flight of ideas) :perubahan yang mendadak lagi cepat dalam
pembicaraan, sehingga satu ide yang belum selesai diceritakan sudah disusul oleh
ide yang lain.
h) Asosiasi bunyi : mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi,
misalnya pernah disengar “saya mau makan” diutarakan seakan berontak.
i) Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tida dipahami oleh umum,
misalnya : saya radiitu, semua partinum.
j) Irelevansi : isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan
pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan.
k) Pikiran berputar-putar (circumstantiality) : menuju secara tidak langsung kepada
ide pkok dengan menambahan banyak hal yang remeh-remeh yang majemuk dan
tidak relevan.
l) Main-main dengan kata-kata : membuat sejak secara tidak wajar.
m) Afasi : mungkin sensori (tidak atau sukar mengerti biacara orang lain) atau
motorik (tidak dapat atau sukar bicara), sering kedua-duanya sekaligus dan terjadi
kerusakan otak.

4
3. Gangguan Isi Pikir
Dapat terjadi baik pada isi pikiran nonverbal maupun pada isi pikiran yang
diceritakan misalnya :
a) Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy) : dapat timbul secara mengambang pada
orang yang normal selama fase permulaan narkosa (anastesi umum)
b) Fantasi : isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan/
diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata.
c) Fobia : rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak
dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahui bahwa hal itu
irasional adanya.
d) Obsesi : Isi pikiran yang kukuh (persisten) timbul, biarpun tidak dikendalikannya
dan diketahui bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
e) Preokupasi : Pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja yang biasanya
berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional yang kuat.
f) Pikiran yang tak memadai (Inadequate) : pikiran yang ekstrinsik, tidak cocok
dengan banyak hal, terutama dalam pergaulan dan pekerjaan seseorang.
g) Pikiran bunuh diri (Suicide thoughts / ideation) : mulai dari kadang-kadang
memikirkan hal bunuh dari sampai terus menerus memikirkan cara bagaimana ia
dapat membunuh dirinya
h) Pikiran hubungan : pembicaraan orang lain, benda-benda, atau sesuatu kejadian
dihubungkan dengan dirinya.
i) Rasa terasing (aleanasi) : perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda
asing, umpamanya heran, siapakah dia itu sebenarnya, rasanya ia berbeda sekali
dengan orang lain.
j) Pikiran isolasi sosial (social isolation) : rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil
dari masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai orang lain, rasa tidak enak bila
berkumpul dengan orang lain, lebih suka menyendiri.
k) Pikiran rendah diri : Merendahkan, menghinakan dirinya sendiri, menyalahkan
dirinya tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya.
l) Merasa dirugikan oleh orang lain : menghina atau menyangka ada orang lain yang
telah merugikannya, sedang mengambil keuntungan dari dirinya, atau sedang
mencelakakannya.
m) Merasa dirinya dalam bidang seksual : acuh tak acuh tentang hal seksual,
kegairahan seksual berkurang secara umum (hiposeksualitas).
n) Rasa salah : sering mengatakan ia telah bersalah; ini bukanlah waham dosa.

5
o) Pesimisme : mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal pada
bidangnya.
p) Sering curiga : mengutarakan ketidakpercayaannya kepada orang lain; buan
waham curiga.
q) Waham : keyakinan tentang sesuatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibutikan kemustahilan hal itu.
Jenis-jenis waham :
1) Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien
yakin bahwa seseorang atau kelompok orang yang berusaha mencurigakan
atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali, tapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
2) Waham somatic / hipokondrik : keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang
tidak mungkin benar, umpamanya, bahwanya ususnya sudah busuk, otaknya
sudah cair dan lain-lain.
3) Waham kebesaran : bahwa ia merupakan kekuatan, pendidikan, kepandaian
atau kekayaaan yang luar biasa, misalnya bahwa dialah ratu adil.
4) Waham keagamaan : waham dengan tema keagamaan.
5) Waham dosa : keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang
besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atau suatu
kejadian yang tidak baik misalnya : kecelakaan keluarga.
6) Waham pengaruh : bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau
dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh.
7) Waham nihilistik : yakin dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri dan atau
orang lain sudah mati.
8) Waham yang bizar terdiri dari :
o Sisip pikir : yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain
disisipkan dalam piiran dirinya.
o Siar pikir atau broadcasting : yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya
dipkai oleh atau disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang ia
pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata menyatakan pada orang
tersebut.
o Kontrol pikir atau waham pengaruh : yaitu meyakinkan bahwa piiran,
emosi dan perbuatannya selalu dikontrol atau dipengaruhi oleh kekuatan
diluar dirinya yang aneh.

6
IV. Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan

Core problem gangguan proses pikir (isi pikir) : Deficit perawatan diri
waham
Kerusakan interaksi sosial

Harga diri rendah

Masalah keperawatan yang perlu dikaji :


Hal-hal yang perlu dikaji pada klien denga gangguan isi pikir : waham kebesaran yaitu :

a. Data Subjektif
Klien merasa dirinya sebagai orang besar, mempunyai kekuatan, kepandaian yang
luar biasa, pendidikan yang tinggi, kekayaan yang melimpah, dikenal dan disukai
orang lain, klien mengatakan merasa tidak takut, perasaan tidak nyaman, perasaan
cemas, klien merasakan sulit untuk tidur, klien mengatakan merasa menganal
penyakit yang ada dalam tubuhnya dikirim oleh orang lain, klien mengatakan
perasaan tidak malu untuk bergaul dengan orang lain, klien mengatakan sering
menceritakan masalahnya pada orang lain.
b. Data Objektif
Klien kadang-kadang tampak panik, tidak mampu untuk berkonsentrasi, waham atau
ide-ide yang salah kadang gembira, tidak mampu membedakan khayalan dengan
kenyataan, sering tidak memperlihatkan kebesihan diri, gelisah, tidak bisa diam
( melangkah bolak-balik), mendominasi pembicaraan, mudah tersinggung, menolak
makan dan minum obat, menjalankan kegiatan agama secara berlebihan atau tidak
sama sekali melakukannya, merusak diri sendiri dan orang lain serta lingkungannya,
jarang mengikuti atau tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan sosial,sering terbangun
pada dini hari, penampilan kurang bersih.

Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan kerusakan interaksi sosial :
- Kurang spontan
- Apatis, ekspresi wajah kurang berseri
- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan dirinya

7
- Tidak mau berkomunikasi verbal
- Mengisolasi diri
- Kurang sadar denga lingkungan sekitar
- Kebutuhan fisiologis terganggu
- Aktifitas menurun
- Kurang energi, harga diri rendah, postur tubuh berubah

Hal-hal yang perlu dikaji pada klien harga diri rendah :


- Kritik dari sendiri atau dari oranglain
- Produktifitas menurun
- Destruktif pada orang lain
- Gangguan berhubungan
- Perasaan yang berlebihan tentang pentingnya dirinya
- Perasaan tidak layak
- Perasaan bersalah
- Mudah marah dan tersinggung
- Rasa negative terhadap diri sendiri
- Pandangan hidup yang pesimis
- Keluhan fisik
- Pandangan terpolarisasi
- Menolak kemampuan diri sendiri
- Mengejek diri sendiri
- Merusak diri
- Isolasi sosial
- Gangguan penggunaan zat
- Menarik diri dari realitas
- Khawatir
- Ketegangan peran

Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan risiko perilaku kekerasan :
a) Data subjektif
- Klien mengataan benci atau kesal pada seseorang
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lamanya
b) Data objektif
- Mata merah, wajah agak merah
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai : berteriak, menjerit
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
- Merusak dan melempar barang-barang

V. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan proses pikir (isi pikir) : waham

8
b. Kerusakan interaksi sosial
c. Harga diri rendah
d. Risiko perilaku kekerasan
e. Deficit perawatan diri

VI.Rencana Tindakan Keperawatan


Terlampir

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa ed. 5.Jakarta : EGC


Maramis.1991. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa ed. 5.Jakarta : EGC
Rowlins. 1991. Mental Health Psychiatric Nursing A Holistic Life Cycleapproach.St.
Louis : The CV Mosby Company
Stuart & Sundean. 1990. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Townsend. M. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri Ed.
3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai