Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hamper seluruh organ tubuh lainnya.
Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI)
dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang
berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut (Sylvia A. price).
Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta
meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang
salah satunya Indonesia Depkes RI, 2012).
Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di
Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah
61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai
528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis
Profile, 2012).
Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India,
dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia.
Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap
tahunnya. Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil
Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.0002 penduduk
(Riskesdas, 2013). Dari data diatas kami tertarik untuk membahas konsep medic dan
konsep keperawatan dari penyakit TB Paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningen, ginjal tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru (Smeltzer, 2001).
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi
terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infksi primer (Arif
Mansjoer, 2000).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hamper seluruh organ
tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran
pencernaan (GI)dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi
droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut (Sylvia A. price).
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberculosis diatas (TB paru adalah
suatu penyakit infeksius yang disebabkan kumanMycobacterium tuberculosis
yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapatmengenai organ
tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.

B. Klasifikasi
Klasifikasi menurut American Thoracic Society:
a. Kategori 0 : Tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
negative, test tuberculin negative
b. Kategori 1 : Terpajan tuberculosis, tapi tidak terbukti dan infeksi. Riwayat
kontak positif, tes tuberculin negative.
c. Kategori 2 : Terinfeksi Tuberculosis, tetapi tidak sakittes tuberculin positif,
radiologis dan sputum negative.
d. Kategori 3 : Terinfeksi Tuberculosis dan sakit.

Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu : (Sudoyo Aru)

a. Kategori 1, ditujukan terhadap :


Kasus batuk dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk TB berat.
b. Kategori 2, ditujukan terhadap :
Kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA positif dan kasus gagal
dengan sputum BTA positif.
c. Kategori 3, ditujukan terhadap :
Kasus BTAnegatif dengan kelainan paru yang luas dan kasus TB ekstra paru
selain dari yang disebut dalam kategori.
d. Kategori 4 :
Ditujukan terhadap TB Kronik.

C. Etiologi
Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan
sinarultraviolet. Ada dua macam micobakteria tuberculosis yaitu tipe Human dan
Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberculosis usus. Basil tipe Human bisa beradadi bercak ludah (droplet) dan di
udarayang berasal dari penderitaTBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi
bila menghirupnya (Wim de Jong).
Setelah organism terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapatbertahan
hidup dan menyebar kenodus limfatikus local. Penyebaran melalui aliran darah ini
dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten dapat bertahan
sampai bertahun-tahun (Patric Davey).
Dalamperjalanan penyakitnya terdapat 4 fase : (Wim de jong)
a. Fase 1 (Fase Tuberculosis Primer)
b. Fase 2 (proses perkembangan kuman dalam paru-paru)
c. Fase 3 (Fase Laten) : Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun / seumur
hidup) dan reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh,
dan bisa terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limf
hilus, leher dan ginjal.
d. Fase 4 : dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke
organ yang lain dan yang kedua ke ginjal setelah paru.

D. Patofisiologi

Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi


tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai
suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus
dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya
di bagian lobus atau paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat
tersebut dan memfagosit namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah
hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri
terus difagosit atau berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui
gestasi bening reginal. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran
yang relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di
sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda,
jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru
dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan mengalami pengapuran.
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan
dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi
tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan
keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau
basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitis untuk kecil
dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan meninggalkan jaringan parut
yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat
mengontrol sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga
kavitasi penuh dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama dan
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen
yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem
vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price & Wilson, 2005).
Micobactrium Tuberculosis

Airbone / inhalasi droplet

Saluran Pernafasan
Gangguan
prtukaran
Saluran Pernafasan atas Saluran pernafasan bawah Gas

Bakteri yang besar bertahan di bronkus Paru-paru Alveolus


mengalami
Peradangan bronkus Alveolus kom
konsolidasi
Penumpukan sekret Terjadi prdarahan dan eksudasi

Penyebaran bakteri secara limfa hematogen


Efektif Tidak efektif

Secret keluar saat batuk Secret sulit dikeluarkan


Demam Anoreksia, Keletihan
malaise,
Batuk terus menerus Obstruksi
mual muntah
Peningkatan Intoleransi
Trhisap orang sehat Sesak napas suhu tubuh aktivitas
Perubahan
Gangguan nutrisi kurang
Resiko
pola nafas dari
penyebaran
tidak efektif kebutuhan
infeksi

Bersihan jalan nafas


Gangguan pola istirahat tidak efektif
tidur

Sumber : Pric & Wilson (2005) dan Dongoes (2000)


E. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat.
a. Gejala Sistemik / umum
a) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasannya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d) Perasaan tidak enak (malaise), lemah
b. Gejala khusus
a) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas
melemah yang disertai sesak.
b) Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
c) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Adapun menurut sumber Nurarif Huda, A tanda dan gejala TB Paru :
a. Demam 40-41ºc, serta ada batuk / batuk darah
b. Sesak napas dan nyeri dada
c. Malaise, keringat malam
d. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
e. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
f. Pada anak
a) Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh.
b) Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
c) Batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
d) Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut mansjoer, dkk (1999 : hal 472), pemeriksaan diagnostic yang dilakukan
pada klien dengan Tuberculosis paru, yaitu:
a. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostic TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat di
diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Proksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux / Tuberculin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histrogen staining
untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB
e. Teknik polymerase chain reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam specimen juga dapatmendeteksi
adanyaresistensi.
f. Becton Dickinson diagnostic instrument sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolism asam
lemak oleh mikobakterium tuberculosis.
g. MYCODOT
Deteksi antibody mamakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada
suatu alatberbentuk seperti sisr plastic, kemudian dicelukan dalam jumlah
memadai memakai warna sisir akan berubah.
h. Pemeriksaan Radiologi : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
a) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segmen apical lobus
bawah
b) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
c) Adanya kavita, tunggal atau ganda
d) Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru
e) Adanya klasifikasi
f) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g) Bayangan Millie.

G. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
a) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita TB paru BTA Positif
b) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadapkelomok-kelompok
populasi tertentu misalnya : karyawan RS, siswa siswi pesantren.
c) Vaksinasi BCG
d) Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang
masih sedikit.
e) Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis kepada
masyarakat (Mutaqqin, 2008).
b. Pengobatan
TB paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (agen antituberculosis)
selama periode 6-12 bulan.lima medikasi garis depan digunakan adalah
isoniasid (INH), Rifamfisin (RIF), streptomisin, kanamisin,etionamid,
natrium para-aminosilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat-obat baris
kedua (Smeltzer & Bare, 2001).

H. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita Tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya
jalan nafas.
b. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus
akibat retraksi bronchial.
c. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM
RESPIRASI: TB PARU DI RUANG MELATI RSUD MELATI

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
1) Nama/ Nama Panggilan : Ny.M
2) Tempat, Tanggal Lahir : (43 tahun)
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pendidikan :-
6) Alamat : Pasar Baru, 2/5 Majakerta Majalaya
7) Tanggal Masuk : 2018
8) Tanggal Pengkajian : 10 Oktober 2018
9) Diagnosa Medis : TB Paru
10) Nomor Rekam Medis : 490176
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Taufik K
2) Usia :
3) Hubungan Pasien : Kaka
4) Pendidikan :
5) Pekerjaan/Penghasilan :Wiraswasta
6) Agama : Islam
7) Alamat : Pasar Baru, 2/5 Majakerta Majalaya
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian Ny. M mengeluh batuk
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian Ny. M mengeluh sesak terus menerus sejak 3
hari dan batuk lama berdahak kurang lebih 3 bulan. Dada terasa berat
dan panas, sulit tidur, nafsu makan menurun, sakit tenggorokan,
pasien mengatakan badannya lemas. Pasien juga mengeluh panas
badan. Sesak seperti ditimpa benda berat, sesak dirasakan ketika
berbaring dan berkurang saat duduk, sesak dirasakan setiap waktu.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada saat pengkajian Ny.M mengatakan sering merokok
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada saat pengkajian keluarga Ny. M mengatakan sebelumnya tidak
ada yang mengalami penyakit TB paru.
d. Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Aktivitas Sehari-hari Sebelum Sakit Setelah Sakit
1. Nutrisi
a. Makanan
a) Jenis Makanan - Nasi dan lauk - Bubur, sayur,
pauk daging
b) Frekuensi - 3xsehari - 3x sehari
c) Jumlah - 1 porsi habis - tidak habis
d) Keluhan - Tidak ada - Ny. M
mengatakan
sulit makan
diakibatkan
nyeri pada
saat menelan
b. Minuman
a) Jenis - Teh, kopi - Air putih
b) Jumlah - Tak terhitung - Tak terhitung
c) Keluhan - Tidak ada - Sakit
tenggorokan
sehingga sulit
untuk minum
2. Eliminasi
a. BAK
a) Frekuensi - Ny. M - Ny. M
mengatakan mengatakan
tidak tau BAK 3 kali
berapa kali sehari bahkan
Ny. M BAK lebih.

b) Warna - Khas urine - Khas urine


c) Bau - Tidak terkaji - Tidak terkaji
d) Keluhan - Tidak ada - Tidak terkaji
keluhan
b. BAB
a) Frekuensi - Ny. M - Ny. M
mengatakan mengatakan 2
biasanya 1 kali BAB
kali sehari selama di RS
b) Warna - Kuning, - Tidak terkaji
lembek
c) Bau - Khas feses - Tidak terkaji
d) Keluhan - Tidak ada - Tidak ada
3. Personal Hygiene
a. Mandi
a) Frekuensi - Ny.M - Ny.M
mengatakan mengatakan
2xsehari selama di RS
b) Penggunaan sabun hanya di
- Ny.M waslap saja
mengatakan dengan
bahwa tiap menggunakan
mandi Ny.M air hangat.
memakai
sabun
diseluruh
c) Gosok gigi tubunya
- Ny.M - Ny.M
mengatakan mengatakan
tiap mandi menggosok
Ny.M selalu gigi hanya
gosok gigi menggunakan
dan tissue basah
mengguakan yang
d) Keluhan pasta gigi digosokkan ke
b. Berpakaian gigi.
a) Frekuensi
- Ny.M - Ny. M
mengatakan mengatakan
ganti pakaian ganti pakaian
tiap selesai tiap bajunya
mandi atau penuh dengan
pada saat keringat.
berkeringat
4. Istirahat tidur
a. Malam
a) Lama - 3 jam - 30menit
setelah itu
bangun lagi
b) Kualitas - Tidak - Tidak
Nyenyak nyenyak sama
sekali
c) Keluhan diakibatkan
- Tidak ada karena sesak
dan disertai
batuk
e. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum
a) Keadaan Umum :
b) Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
c) Tanda-tanda Vital
(a) Tekanan darah : 90/80mmHg
(b) Suhu : 38,5
(c) Nadi : 85x/menit
(d) RR : 20x/menit
2) Sistem pernafasan
Pada saat diinspeksi di hidung terlihat bersih tidak terdapat
cuping hidung, saat dipalpasi tidak terdapat benjolan dan tidak ada
nyeri ditekan. Pergerakan dada simetris saat bernafas tetapi
didapatkan respirasi cepat (28 x/menit) dan napas tidak teratur serta
klien menggunakan otot bantu pernapasan, klien sesak dan batuk.
3) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis,CRT <2 detik, TD 90/80 mmHg, nadi:
85x/menit, SPO2: 83% . terdapat nyeri tekan dada, dada simetris,
ekspansi dada normal, tidak terdapat edema
4) Sistem Pencernaan
Bentuk abdomen simetris, bissing usus terdengar selama 10x/menit,
tidak terdapat nyeri tekan, tidak adanya luka di abdomen, mukosa
bibir kering, tidak terdapat stomatitis, tetapi klien sulit makan
diakibatkan sesak dan batuk berdahak serta sakit tenggorokan.
5) Sistem Persyarafan
a. Fungsi Selebral
 Kesadaran : Compos Metis
 Orientasi : Dapat berorientasi dengan baik
 Orang :
Pada saat dilakukan pengkajian klien mampu mengenali orang
yang berda di sekitarnya.
 Tempat :
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengetahui saat ditanya
tempat keberadaanya saat ini.
 Waktu :
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengetahui kapan dia
dibawa kerumah sakit, dan klien tau dia sudah berapa lama
dirawat di rumah sakit.
 Memori : Ingatan klien baik karna klien mampu mengingat
masalalu dan yang baru saaja dilakukan baru-baru ini.

 Gaya Bicara :Gaya berbicara klien lembut dan pelan


b. Fungsi Nervus Cranial
 Fungsi nervus cranial
- Nervus I Olfaktorius ( Sensori Hidung )
Klien dapat mencium dan membedakan wangi- wangian (kayu
putih )
- Nervus II Oftikus ( Sensori Mata )
Penglihatan klien jelas bisa membaca tulisan dengan jarak 1
meter dari arah perawat, dan test lapang pandang normal.
- Nervus III Okulomotorius ( Motorik Mata )
Respon pupil terhadap cahaya (+)
- Nervus IV Trochlearis ( Motorik Mata )
Klien dapat berkedip dan mata klien dapat digerakkan ke atas
dan ke bawah
- Nervus V Trigeminus ( Motorik dan Sensorik Wajah )
Klien dapat mengerutkan otot wajah dan ketika diberi sentuhan
pada pipi dan dahi dengan kassa, klien bisa merasakannya
- Nervus VI Abdusen ( Motorik Mata )
Pergerakan bola mata klien baik, bola mata klien dapat
digerakkan ke kanan dan ke kiri sedikit
- Nervus VII Fasialis ( Motorik & Sensorik Wajah )
Klien dapat menggerakan dahi dan otot wajah
- Nervus VIII Vestibulo-Kokhlearis ( Sensori Telinga )
Klien dapat mendengar dengan baik
- Nervus IX Glosofaringeus
Klien bisa menelan dengan baik dan mengunyah dengan baik
- Nervus X Vagus ( Sensori Mulut, Faring dan bagian lainnya )
Klien bisa menelan dengan baik
- Nervus XI Assesorius ( Motorik Fisik )
Klien dapat mengangkat tangan dan kakinya
- Nervus XII Hipoglosus ( Sensori Mulut dan Lidah )
Lidah simetris dan lidah klien bisa digerakan ke segala arah
6) Sistem Perkemihan
Tidak terdapat distensi diarea kandung kemih, dan tidak adanya nyeri
pada ginjal dan area ginjal BAB dan BAK normal.
7) Sistem Muskuloskeletal
Ektremitas atas: terpasang infus ditangan kiri, tidak adanya nyeri
tekan, tidak adanya edema dan tidak adanya fraktur atau kelainan
yang lain,
Ektremitas bawah: tidak terdapat edema, tidak adanya luka/lesi
Kekuatan otot :
5 5

4 4

8) Sistem Integumen
Tidak adanya lesi, kulit lembab, turgor kulit baik, tidak adanya
pembesaran kelenjar getah bening, tdak terabanya hepatomegali dan
splenomegali.
9) Wicara dan THT
Terdapat nyeri di tenggorokan akibat batuk terus menerus
10) Sistem Persepsi Sensori
Pendengaran normal, pasien bisa mendengar ketika diberikan
rangsangan suara.
f. Data Psikologis
1) Status Emosi
Pada saat dilakukan pengkajian Ny.M merasa kesal karena Ny. M
merasa jenuh dan bosan
2) Kecemasan
Pada saat dilakukan pengkajian Ny.M merasa cemas dengan kondisi
nya, diakibatkan karena sesak dan batuk berdahak yang semakin
parah
3) Pola Koping
Keluarga Ny. M selalu memberikan semangat untuk kesehatan Ny.
M. Tetapi coping diri senidri dari Ny. M kurang baik dimana Ny. M
mengatakan menyesal karena sakit seperti ini.
4) Gaya Komunikasi
Pada saat dilakukan pengkajian Ny.M merespon dengan baik apa
yang dipertanyakan tetapi suara Ny.M terdengar parau/serak.
g. Data Sosial
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan dapat bersosialisasi
baik dengan orang-orang yang berada disekitarnya.
h. Data Spiritual

i. Data Penunjang
1) Hasil Laboraturium
Hasil pemeriksaan tanggal 04 Oktober 2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemaglobin 8,8 L=13,2-17,3; P=11,7-15,5
Leukosit 11.300 L=3,800-10,600
Hematokrit/PCV 28 P:35-47; L;40-52
Trombosit 588.000 150,000-440,000
KLINIK
Tes Gula darah 110 100-140
sewaktu

Hasil pemeriksaan tanggal 05 oktober 2018


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Laju Endap Darah (LED) 80 L:<15, P:<20
KLINIK
SGOT 38 P: < 31; L: <38
SGPT 46 P: <32; L: <40

Hasil pemeriksaan tanggal 06 oktober 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


IMUNOROLOGI-
SEROLOGI Non reaktif negatif
Anti- HIV

j. Program dan Rencana Pengobatan


N
Nama Obat Dosis Waktu Cara Gol. Obat Indikasi
o
1. RL IV Untuk
manggantikan
cairan dan
elektrolit
2. Cefotaxime .
3. Vectrin Oral
syrup
4. Paracetamol IV
5. Ranitidin IV Antasida Untuk mengurangi
jumlah asam
lambung dalam
perut.

k. Analisa Data
Data Interpretasi Masalah
Ds : Ny. M Peradangan Bersihan jalan
mengeluh nyeri dan parenkim paru napas
batuk berdahak
serta sakit Keluarnya eksudut
tenggorokan dalam alveoli
Do:
Pada saat batuk Peningkatan
terdapat sputum produksi sputum
kental,
menggunakan otot Kemampuan batuk
bantu pernapasan, menurun
Nadi: 85 x/menit
RR: 20 teratur Tertahannya sekresi

Jalan nafas
terganggu
Ds: Ny. M Peradangan Pola nafas tidak
mengeluh sesak parenkim paru efektif
dan batuk berdahak
Do: Pada saat Keluarnya eksudut
batuk terdapat dalam alveoli
sputum kental,
menggunakan otot Peningkatan
bantu pernapasan, produksi sputum
Nadi: 85x/menit
RR: 21 teratur Kontraksi otot polos
SPO2: 83%
Bronkospasme

Penyempitan saluran
paru

Sesak napas

Pola napas tidak


efektif
Ds: mengeluh sulit Peradangan Gangguan
tidur dimalam hari, parenkim paru pemenuhan
dan istirahat istirahat tidur
disiang hari akibat Keluarnya eksudut
batuk berdahak dan dalam alveoli
nyeri, tidur malam
haya 1 jam dan Peningkatan
bangun produksi sputum
Do: Pada saat
batuk terdapat Batuk terus menerus
sputum kental,
menggunakan otot Gangguan
bantu pernapasan, pemenuhan istirahat
klien gelisah tidur
Nadi: 85x/menit
RR: 28 tidak
teratur
SPO2: 83%

B. Diagnosa Keperawatan

Tanggal Ditemukan
No Diagnosa Keperawatan
Nama Perawat Paraf
1. Bersihan jalan napas tidak
efektif b/d akumulasi sekret
dijalan napas
2. Pola nafas tidak efektif b/d
peningkatan tekanan
hidrositas kapiler paru
akibat oedema paru
3. Gangguan istirahat tidur b/d
sesak napas dan batuk
4. Hipertermia b/d reaksi
inflamasi

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi
No
Keperawatan Tujuan Tindakan Rasional
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Posisikan klien 1. Membuka jalan
napas tidak tindakan semi fowler napas
efektif b/d keperawatan 2. Observasi TTV 2. Mengetahui
akumulasi 3x24 jam jalan 3. Observasi jalan abnormal dari
sekret dijalan napas klien napas klien kondisi klien
napas efektif kembali, 4. Ajurkan klien 3. Mengetahui ada
dengan kriteria melakukan tidaknya
hasil: batuk efektif sputum
a. Klien tidak 5. Kolaborasi 4. Klien
mengeluh obat cefotaxim mengetahui
nyeri/batuk batuk yang
berdahak benar
b. Batuk 5. Untuk
berlendir Membunuh
berkurang bakteri
atau hilang
c. Sekret encer
d. RR klien 20-
25 kali/menit,
nadi normal

2. Pola nafas Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui


tidak efektif tindakan dan SPO2 abnormal ttv
b/d keperawatan 2. Posisikan klien dan SPO2
peningkatan 3x24 jam tekanan semi fowler 2. Membukan
tekanan hidrostatis kapiler 3. Berikan jalan napas
hidrositas paru optimal, oksigen sesuai klien
kapiler paru dengan kriteria kebutuhan 3. Untuk
akibat oedema hasil 4. Menggantikan mengetahui
paru a. Klien tidak cairan futrolit oksigen dalam
mengeluh (28 tpm) darah dan
sesak jaringan
b. Oksigen klien 4. Menggantikan
tercukupi cairan dan
tanpa harus elektrolit dalam
menggunakan tubuh
alat bantu
oksigen
c. RR 20-25
kali/menit
d. Tidak
menggunakan
otot bantu
tambahan
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui
istirahat tidur tindakan 2. Observasi TTV normal
b/d nyeri dan keperawatan kondisi klien
batuk berdahak selama 1x24 jam istirahat tidur 2. Mengetahui
pola tidur klien klien masalah
terpenuhi. 3. Atur posisi istirahat tidur
Dengan kriteria semi fowler klien
hasil: Klien dapat 4. Mengajarkan 3. Membuka jalan
istirahat tidur relaksasi, napas
tanpa terbangun berikan 4. Memberikan
lingkungan kenyaman
yang aman dan kepada klien
nyaman

D. IMPLEMENTASI
Tanggal dan Tindakan DP Ke Evaluasi Paraf
jam
10 Oktober Hasil:
2018 Mengobservasi 1,2,3 Tekanan darah :
08.00 TTV dan SPO2 90/ 80 mmHg
Suhu :
38°C
Nadi :
85x/menit
RR :
20 teratur
SPO2 :
83%

10.00 Mengobservasi 3 Hasil: Ny. M


istirahat tidur mengeluh
klien tentang
gangguan
istirhat tidurnya
08.00 Menggantikan 2 Hasil:
cairan futrolit (28 Turgor kulit
tmp) baik, pasien
tidak dehidrasi

Anda mungkin juga menyukai