Anda di halaman 1dari 3

Kajian Pustaka

Semua organisme menerima sinyal-sinyal spesifik dan merespon sinyal-sinyal tersebut dengan cara-cara
yang meningkatkan kesintasan dan keberhasilan reproduktif. Tumbuhan memiliki reseptor-reseptor
seluler yang digunakan untuk mendeteksi perubahan-perubahan penting dalam lingkungan internal
maupun eksternalnya, perubahan itu berupa peningkatan konsentrasi hormon pertumbuhan, cedera
akibat ulat yang menguyah daun, atau pengurangan panjang hari saat musim dingin hampir tiba. Agar
suatu stimulus dapat memicu respon, suatu organisme harus memiliki sel-sel dengan reseptor yang
sesuai, yaitu molekul yang dipengaruhi oleh stimulus. Tumbuhan sensitif terhadap berbagai macam
stimulus, yang masing-masing memicu satu jalur tranduksi sinyal yang spesifik. Hormon dalam makna
asli istilah tersebut, adalah molekul sinyal yang dihasilkan dalam jumlah kecil oleh salah satu tubuh
organisme dan ditranspor ke bagian-bagian yang lain, tempat hormon berikatan ke suatu reseptor
spesifik dan memicu respon-respon di dalam sel-sel dan jaringan-jaringan target. Pada hewan, hormon
biasanya ditranspor melalui sistem sirkulasi. Pada tumbuhan tidak memiliki darah atau sistem sirkulasi
untuk mentranspor molekul-molekul sinyal serupa hormon. Sehingga molekul-molekul sinyal tersebut
ditranspor melalui tumbuhan dan mengaktivasi jalur-jalur tranduksi sinyal yang sangat mengubah fungsi
tumbuhan dengan cara yang menyerupai hormon (Campbell, et al , 2012).

Dengan demikian kebanyakan ahli biologi tumbuhan memilih istilah yang lebih luas yaitu regulator
pertumbuhan tumbuhan untuk mendeskripsikan senyawa-senyawa organik, alamiah maupun sintetis
yang memodifikasi atau mengontrol satu atau lebih proses-proses fisiologi spesifik di dalam tumbuhan.
Gambaran umum beberapa kelas regulator pertumbuhan tumbuhan yaitu auksin, sitokinin, giberelin,
brasinosteroid, asam absisat dan etilen. Regulator pertumbuhan tumbuhan dihasilkan dalam konsentrasi
yang sangat rendah, namun dalam jumlah yang kecil dapat memiliki efek yang besar pada pertumbuhan
dan perkembangan organ tumbuhan. Ini menyiratkan bahwa sinyal regulator pertumbuhan tumbuhan
pasti diperkuat dengan beberapa cara dengan mengubah ekspresi gen-gen, memengaruhi aktivitas
enzim-enzim yang sudah ada, atau mengubah sifat-sifat membran. Secara umum, beberapa regulator
pertumbuhan tumbuhan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dengan
memengaruhi pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel-sel. Beberapa jenis regulator
pertumbuhan tumbuhan juga memerantarai respon-respon fisiologis tumbuhan yang berjangka lebih
pendek terhadap stimulus-stimulus lingkungan. Setiap regulator pertumbuhan tumbuhan memiliki efek
ganda, bergantung pada tempat kerja, konsentrasi dan tahap perkembangan tumbuhan. Respon
terhadap regulator pertumbuhan tumbuhan biasanya tidak terlalu bergantung pada jumlahnya,
melainkan pada konsentrasi relatifnya dibandingkan dengan regulator pertumbuhan tumbuhan yang
lain. Keseimbangan regulator pertumbuhan tumbuhan, bukan bekerja sendiri-sendiri melainkan interaksi
antara regulator pertumbuhan tumbuhan yang dapat mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
(Campbell, et al , 2012).

Salah satu regulator pertumbuhan tumbuhan yaitu auksin. Auksin alamiah pada tumbuhan adalah asam
indoleasetat atau indolaecetic (IAA), namun sejumlah senyawa yang lain, termasuk beberapa senyawa
sintetik, memiliki aktivitas auksin. Menurut Campbell, et al (2012) auksin berperan dalam merangsang
pemanjangan sel-sel di dalam tunas-tunas muda yang sedang berkembang. Meristem apikal dari suatu
tunas adalah tempat utama sintesis auksin. Auksin merangsang pertumbuhan hanya dalam kisaran
konsentrasi tertentu. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, auksin bisa menghambat pemanjangan sel,
mungkin dengan menginduksi produksi etilen, untuk menghambat pemanjangan sel. Pemberian hormon
auksin pada tumbuhan akan menyebabkan terjadi pembentukkan buah tanpa biji, akar lateral (samping),
dan serabut akar. Pembentukkan akar lateral dan serabut akar menyebkan proses penyerapan air dan
mineral dapat berjalan optimum (Salisbury dan Ross, 1995).

Berdasarkan sebuah model yang disebut hipotesis pertumbuhan asam, pompa proton berperan utama
di dalam respon pertumbuhan sel-sel terhadap auksin. Pada daerah pemanjangan tunas, auksin
merangsang pompa proton (H+) di membran plasma. Pemompaan proton ini meningkatkan voltase di
kedua sisi membran (potensial membran) dan menurunkan pH di dalam dinding sel dalam waktu
beberapa menit. Pengasaman dinding sel mengaktivasi enzim-enzim yang disebut ekspansin yang
mematahkan tautan-silang (ikatan-ikatan hidrogen) antara mikrofibril-mikrofibril selulosa dan penyusun-
penyusun dinding sel yang lain sehingga melonggarkan materi dinding sel. Peningkatan potensial
membran akan menambah pengambilan ion ke dalam sel, yang menyebabkan pengambilan osmotik air
dan peningkatan turgor. Turgor dan plastisitas dinding sel yang meningkat memungkinkan sel untuk
memanjang. Auksin juga mengubah ekspresi gen-gen dengan cepat, sehingga menyebabkan sel-sel di
daerah pemanjangan menghasilkan protein-protein baru dalam waktu beberapa menit. Beberapa dari
protein-protein ini adalah faktor-faktor transkripsi berusia pendek yang menekan atau mengaktivasi
ekspresi gen-gen yang lain. Untuk menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan setelah ledakan
pertumbuhan awal ini, sel harus membuat lebih banyak sitoplasma dan materi dinding. Auksin juga
merangsang respon pertumbuhan yang berkelanjutan lain.

Menurut Wattimena (1987), auksin yang terdapat dalam tanaman adalah Asam Indol Acetic Acid (IAA).
Setelah ditemukan IAA sebagai salah satu fitohormon yang penting, maka disentetis senyawa-senyawa
serupa dan diuji keaktifan biologis dari senyawa-senyawa tersebut. Senyawa-senyawa yang tidak
mempunyai ciri-ciri Indol tetapi mempunyai gugus asam asetat juga mempunyai keaktifan biologis
seperti IAA. Asam Naftalene Asetat (NAA) dan asam diklor asetat (2,4 D) adalah senyawa tanpa ciri-ciri
Indol tetapi mempunyai aktifitas biologis seperti IAA. NAA dipergunakan sebagai hormon akar,
sedangkan 2,4 D adalah auksin yang paling aktif dan dipergunakan sebagai herbisida.

Pemakaian zat pengatur tumbuh asam 2,4D biasanya digunakan dalam jumlah kecil dan dalam waktu
yang singkat, antara 2 4 minggu karena merupakan auksin kuat, artinya auksin ini tidak dapat diuraikan
di dalam tubuh tanaman (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Sebab pada suatu dosis tertentu asam 2,4-D
sanggup membuat mutasi-mutasi (Suryowinoto, 1996). Menurut Wattimena (1988) asam 2,4D
mempunyai sifat fitotoksisitas yang tinggi sehingga dapat bersifat herbisida. Hasil penelitian tentang
pertumbuhan kalus pada Daucus carota menunjukkan bahwa untuk pembentukan kalus diperlukan
auksin asam 2,4-D 1 mg/l (Ambarwati, 1987). Litz (1986), menggunakan asam 2,4D antara 1 2 mg/l
sebagai zat pengatur tumbuh pada Mangifera indica.

Biji jagung terdiri atas empat bagian utama, yaitu kulit luar (perikarp) (5%), lembaga (12 %), endosperma
(82%) dan tutung biji (tin cap) (1%). Kulit luar merupakan bagian yang banyak mengandung serat kasar
atau karbohidrat yang tidak larut (non pati), lilin dan beberapa mineral. Lembaga banyak mengandung
minyak. Total kandungan minyak dari setiap biji jagung adalah 4%. Sedangkan tudung biji dan endosperm
banyak merngandung pati. Pati dalam tudung biji adalah pati yang bebas sedangkan pati endosperm
terikat kuat dengan matriks protein (gluten). Radikula jagung tergolong radikula serabut yang dapat
mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 meter. Pada saat tanaman
jagung sudah dewasa muncul radikula adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang berfungsi
membantu menyangga tegaknya tanaman (Budiman, 2010).

Menurut Ballo,M (2010) bahwa perkecambahan secara umum ditandai dengan munculnya radikula dari
permukaan kulit biji, sedangkan proses perkecambahan sudah dimulai sejak benih melakukan imbibisi air
melalui kulit sampai terjadi pembentukan dan perkembangan sel-sel dari embrio. Perkecambahan
merupakan proses metobolisme biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah
(plumula dan radikula). Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan
berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar (Elisa, 2007).

Anda mungkin juga menyukai