PEMBAHASAN
-Pengantar
Menurut Goris S., “Sasak” secara etimologi, berasal dari kata “sah”
yang berarti “pergi” dan “shaka” yang berarti “leluhur”. Dengan begitu Goris
menyimpulkan bahwa sasak memiliki arti “pergi ke tanah leluhur”. Dari
pengertian inilah diduga bahwa leluhur orang Sasak itu adalah orang Jawa.
Bukti lainnya merujuk kepada aksara Sasak yang digunakan oleh orang
Sasak disebut sebagai “Jejawan”, merupakan aksara yang berasal dari tanah
Jawa, pada perkembangannya, aksara ini diresepsi dengan baik oleh para
pujangga yang telah melahirkan tradisi kesusasteraan Sasak.
Etimologi: (Linguistik); cabang dari ilmu bahasa yang menyelidiki asal-
usul serta perubahan kata dalam bentuk dan makna.Pendapat lain menyoal
etimologi Sasak beranggapan bahwa kata itu berasal dari kata sak-sak yang
dalam bahasa sasak berarti sampan. Pengertian ini dihubungkan dengan
kedatangan nenek moyang orang Sasak dengan menggunakan sampan dari
arah barat. Sumber lain yang sering dihubungkan dengan etimologi Sasak
adalah kitab Nagarakertagama yang memuat catatan kekuasaan Majapahit
abad ke-14, ditulis oleh Mpu Prapanca.
Ada tangga dan tingkatan yang tidak boleh dilewati oleh masyarakat suku
sasak.Dan masyarakat suku sasak sendiripun sangat menghormati hal-hal
tersebut sejak zaman nenek moyang mereka. Perbedaan jenis denah ini yang
kemudian membentuk terciptanya beberapa jenis rumah tinggal tradisional
pada suku sasak.
Pondasi pada rumah tradisional suku sasak ini bukan hanya sebagai
dudukan bagi tiang-tiang utama pembentuk rumah melainkan sebagai lantai
rumah sendiri.Bahannyapun sangat unik yaitu terbuat dari campuran
tanah,dedak,kotoran sapi atau kerbau,air dan getah pohon.Hal semacam ini
diperoleh dari warisan budaya nenek moyang.Menurut penelitian mahasiswa
dari Jember dinyatakan bahwa warga suku sasak sampai saat ini masih
sangat banyak yang menggunakan jenis pondasi seperti ini,mereka
mengemukakan bahwa pondasi mereka lebih kokoh dibandingkan dengan
semen biasa.Selain itu bahan-bahan yang digunakan juga memberikan arti
dan makna tersendiri yaitu bahwa manusia berasal dari tanah dan akan
kembali kepada tanah.Untuk menghubungkan bale luar dan bale dalem
terdapat tiga undakan tangga,hal ini bermakna tiga bagian kehidupan
manusia dimana ada kelahiran,perkembangan dan kematian.Bahan
tanggapun masih sama dengan bahan yang digunakan pada pondasi
(lantai).Pemahaman seperti inilah yang ikut menjadi landasan bagi suku
sasak untuk mempertahankan kulturnya.
Tiang
pondasi
-Struktur Dinding
-Struktur Atap
-BaleJajar
:
Bale Jajar adalah merupakan bangunan rumah tinggal bagi
masyarkat komunitas Sasak dikalangan masyarakat golongan ekonomi
menengah keatas,, bentuknya hampir sama dengan bale tani, sedangkan
bedanya Bale Jajar memiliki dua kamar (dalem bale) dan satu serambi
(Sesangkok) diantara dua kamar tersebut terpisah dengan adanya
lorong/koridor dari serambi / sesangkok menuju dapur dibagian belakang
pada dua kamar (dalem bale) tersebut satu kamar lebih kecil dari kamar yang
lain, sedangkan posisi
Bale jajar pada umumnya memiliki sekepat yang dibangun didepan rumah
berfungsi untuk menerima tamu,berdiskusi dan kegiatan lain yang sifatnya
eksternal.Dinamakan sekepat karena tiang-tiangnya terdiri dari empat buah.
-Bale bonder
-Bale lumbung
Bale lumbung dimiliki dua atau tiga rumah.terletak dibagian samping atau
depan rumah
Fungsi utamanya yaitu menyimpan hasil dari masyarakat dalam jangka
panjang
Struktur atap atap yang runcing kemudian melebar sedikit lalu lurus ke bawah
dan bagian bawahnya melebar kembali dengan jarak atap 1,5 - 2,0 meter
dari tanah dan diameter 1,5 – 3,0 meter. Atap dan bubungannya dibuat
dari jerami atau alang – alang,
dindingnya terbuat dari anyaman bambu (bedek), lantainya menggunakan
papan kayu dan bale lumbung ini disangga oleh empat tiang
Sedangkan pondasi terbuat dari tanah dan batu yang menyangga empat
tiang diatasnya
-Bale Tajuk
Bale tajuk memiliki bentuk segi lima dan ditopang oleh lima tiang . Bale
Tajuk adalah sarana pendukung bagi rumah yang memiliki keluarga besar.
Tempat ini digunakan sebagai tempat pertemuan keluarga besar dan
pelatihan macapat takepan, untuk menambah wawasan dan tata krama.
Bale Gunung Rate dan bale Balaq merupakan jenis hunian yang
didirikan pada daerah dengan kondisi geografis tertentu. Bale Gunung Rate
didirikan oleh warga yang bermukim di lereng pegunungan sedangkan bale
Balaq didirikan berupa rumah panggung untuk menghindari bencana banjir.
-Bale Kodong
memiliki ukurann yang sangat kecil dan rendah, tingginya kira – kira
seukuran orang dewasa. Bale ini umumnya digunakan oleh para pengantin
baru atau orang lanjut usia yang tinggal bersama cucu-cucunya.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Rumah Tradisional Suku Sasak ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada Dosen mata kuliah Asitektur Tradidional yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai rumah-rumah
tradisional yang ada di Indonesia dan lebih menmahami karakteristiknya
masing-masing. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya.Aapabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.