Anda di halaman 1dari 1

Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisiologis kambing dan domba sesudah

aktivitas terjadi peningkatan frekuensi pernapasan, denyut jantung, dan suhu rektal.
Peningkatan tersebut akibat dari meningkatnya metabolisme tubuh untuk aktivitas otot dan
jaringan. Aktivitas yang dilakukan meningkatkan kebutuhan energy sehingga terjadi
perbedaan status fisiologis. Status fisiologis sesudah dan sebelum aktivitas dapat digunakan
untuk memperkirakan pengeluaran energy. Rata – rata energy expenditure kambing lebih
besar disbanding dengan rata – rata energy expenditure pada domba. Menurut Hafez (1968),
ternak kambing mempunyai fekuensi denyut jantung yang lebih tinggi dari ternak ruminansia
lainnya. Berdasarkan simpulan yang disebutkan Hafez, dapat dihubungkan bahwa terjadi
korelasi positif antara denyut jantung dengan energy expenditure sebagai akibat dari aktivitas
ternak. Hafez (1968) menyatakan kecepatan denyut jantung bereaksi pada pembongkaran
panas tubuh. Terjadi peningkatan suhu rectal setelah aktivitas ternak, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa denyut jantung yang meningkat meningkatkan suhu rektal. Secara tidak
langsung, terdapat korelasi positif antara suhu rectal dengan energy expenditure. Mc Dowel
(1972) menyatakan bahwa, aktivitas pernafasan penting artinya untuk meningkatkan
pengeluaran panas pada temperatur yang tinggi. Ketika aktivitas terjadi peningkatan
frekuensi pernapasan pada kambing dan domba. Respon peningkatan tersebut merupakan
mekanisme dari pengeluaran panas yang dilakukan oleh organ paru – paru. Mekanisme
tersebut dilakukan karena meningkatnya suhu tubuh yang pada praktikum ini diketahui
melalui suhu rektal. Secara tidak langsung, suhu mempunyai korelasi positif terhadap energy
expenditure.

Daftar Pustaka

Hafez. 1968. Pemeliharaan Pembiakan dan Pengunaan Hewan. Percobaan di Indonesia.


Jakarta (ID): UI.Press.
Mc Dowell. 1972. Improvement of Livestock production in Warm Climates.

Anda mungkin juga menyukai