Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SAMARINDA
TRADISI ARSITEKTUR LOKAL

LAMPUNG
SUMATRA SELATAN
INDONESIA
AWESOME
CREATIVE
TEAMS
NUWOU SESAT
RUMAH ADAT LAMPUNG

Di antara budaya Lampung tersebut yang


masih tetap lestari misalnya budaya
arsitektur yang dapat dijumpai pada bangunan
rumah adat/tradisinya sendiri. Rumah adat/tradisi
Lampung atau yang bernama Nuwou Sesat adalah
bukti eksistensi suku asli Lampung di masa kelam.
TRADISI
PEMBANGUNAN
Beberapa cara dalam
membangun rumah tradisional
Lampung berkaitan dengan
kepercayaan masyarakat serta
tujuan pembangnan rumah itu
sendiri. Misalnya, masyarakat
Desa Blambangan Pagar,
Lampung Utara, melakukan
upacara sesaji dan pembacaan
mantera-mantera (nyebut)
saat mulai membangun rumah.
Sesajian akan diletakan saat
penanaman tiang pertama
rumah yang berada di tengah-
tengah bangunan tersebut.
Sesajian itu antara lain berupa
baning, puyuh, lipan, ayam
hitam, air tujuh sungai, serta
batu tujuh buah.
Di era modernitas saat ini, ada yang memandang sebelah mata tradisi
sesajian tersebut. Mereka yang bersikap seperti itu menilai sesaji merupakan
tahayul. Tapi, ada yang berpikiran bijak. Orang-orang seperti itu berpendapat
bahwa makna dari tradisi itu pada hakekatnya merupakan pesan moral yang
sangat baik untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Rumah bukan cuma tempat bernaung, tapi memiliki makna yang lebih
substantif lagi. Dari rumah, karakterisitik suatu keluarga inti hingga suatu
komunitas masyarakat terbentuk.
BENTUK
BANGUNGUNAN Sebagian besar bentuk bangunan tradisional
TRADISIONAL Lampung yang dikenal sekarang sudah
LAMPUNG
mendapatkan pengaruh kebudayaan lain, antara
lain Sumatera Selatan dan Pulau Jawa. Awalnya,
rumah tradisional Lampung berbentuk bujur
sangkar. Rumah tradisional lampung dibangun dari
kayu-kayu yang dihubungkan dengan tali rotan.
Tangga masuk dan keluar rumah dapat dinaik-
turunkan. Atap rumah dapat dibuat dengan
memanfaatkan bahan-bahan yang ada di
sekitarnya, yaitu ijuk dan rumbia. Bentuk atap
lazim disebut limas giccing
Tata ruang dalam rumah tradisioanal Lampung Tata
dipengaruhi oleh faktor hubungan kekerabatan atau
nilai-nilai tradisi yang berlaku antar anggota keluarga
dan kerabat. Di dalam rumah, ada tempat-tempat
Ruang
tertentu yang hanya layak dihuni oleh penghuni rumah
atau kerabat tertentu saja.

Setiap rumah menyediakan tempat yang dapat


dimanfaatkan para tamu, anggota keluarga, serta para
kerapat. Ruang tersebut dapat diakses dengan mudah.
Umumnya ruang terbuka atau tempat berkumpulnya
tamu, kerabat, serta keluarga berada di depan dan di
tengah rumah. Serambi tamu dan ruang keluarga
merupakan tempat membahas berbagai hal dengan
tamu, kerabat, atau antaranggota keluarga.
PERUBAHAN RUMAH TRADISIONAL LAMPUNG
Makin ramainya pemukiman serta makin jarangnya binatang buas masuk perkampungan,
kolong rumah lambat-laut berubah fungsi menjadi tempat menyimpan berbagai peralatan
pertanian serta kebutuhan rumah tangga, seperti kayu bakar dan lain-lain. Banyak warga yang
memanfaatkan kolong rumah tersebut sebagai kandang hewan atau ternak, seperti ayam, sapi,
kambing, dan berbagai hewan peliharaan lainnya.
Banyak pula masyarakat yang mengalihfungsikan kolong rumah itu untuk mengolah padi
bahkan kini sudah banyak bagian bawah rumah yang berubah fungsi menjadi garasi kendaraan,
warung, atau ruang lainnya. Bahkan ada yang telah menjadikan kolong mejadi beberapa ruang
seiring dengan pertambahan anggotta keluarga. Sebagian masyarakat telah menggnti agi (tiang
kayu) dengan bata. Beberapa bagian rumah lainnya juga sudah ada yang menggunakan semen,
cat, dan kaca.
PERMUKIMAN RUMAH TRADISIONAL LAMPUNG
Beberapa titik areal untuk pembangunan rumah diletakkan umpak-umpak atau umpakan
batu (pematu, galang batu). Umpak-umpak tersebut menjadi tempat bertumpunya tian-tiang
kayu bangunan. Selain itu, umpak-umpak berfungsi membentuk denah bagian-bagian ruang
bangunan kelak. Lahan sekitar rumah umumnya dibiarkan terbuka, tanpa pagar. Tujuannya,
para tetangga dapat berinteraksi dengan mudah. Hal ini mencerminkan adanya pola
hubungan sosial yang erat serta terbuka antarkeluarga. Beberapa pemukiman masih
mempertahankan tradisi ini. Jika pun ada pagar, dibuat sederhana dengan tetap
menyediakan tempat lalu-lalangnya antar keluarga.
KESIMPULAN
Modernisasi yang diharapkan adalah perubahan yang dapat
memperbaiki teknologi, estetika, apalagi makin mengentalkan
nilai-nilai yang terkandung dalam arsitektur rumah tradisional.
Jangan sampai, modernisasi malah merusak tradisi kaidah-kaidah
yang terkandung dalam arsitektur rumah tradisional Lampung.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
“UNTUK TIDAK BERTANYA, BERIKAN KAMI KRITIKAN”

Anda mungkin juga menyukai