Diajukan Kepada :
Disusun oleh :
20174011163
Disusun oleh:
Nama: Tahta Rilo Mei Pambudi
NIPP: 20174011163
Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal:
____________________
Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,
2
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Pasien
Nama : An. S N I
Umur : 4 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ngaliyan, Kacandran Sidomukti
Masuk Tanggal : 12 Oktober 2018
Keluhan Utama
Lemas
Pasien tidak demam, tidak nampak kuning, keluhan mual serta muntah
disangkal, nyeri atau pegal pada sendi badan (-), batuk (-) , pilek (-), BAB tidak
berdarah dan BAK tidak nampak kemerahan. Ruam kemerahan di badan dan angota
gerak (-). Mimisan (-), gusi berdarah (-), nyeri saat menelan (-) keluar cairan dari
telinga (-). Orang tua pasien menyatakan bahwa nafsu makan pasien baik namun
mulai menurun sejak lemas dirasakan, minum baik.
3
Riwayat keluarga
Riwayat keluhan serupa di keluarga tidak ada. Penyakit thalasemia dalam keluarga
disangkal.
Riwayat Pribadi
Riwayat Makanan:
Nafsu makan pasien baik dan pasien dapat makan sayur, rutin makan buah-
buahan dan minum susu.
Vaksinasi
Jenis Vaksinasi Dasar Ulangan
BCG 1x, umur 1 bulan -
DPT 3x, umur 2,3,4 bulan 18 bulan
Polio 4x, umur 1,2,3,4 bulan -
Hepatitis B 4x, umur 0,2,3,4 bulan 18 bulan
Campak 9 Bulan 24 bulan
B. Objektif
Pemeriksaan Fisik
4
5. Kepala
Bentuk kepala : Simetri, normochepali, facies cooley (-)
Rambut : hitam kecoklatan, distribusi merata, allopecia (-)
6. Mata : Udem palpebra (-/-)
Pupil isokor (2mm/2mm)
Conjungtiva anemis (+/+)
Sclera ikterik (-/-) Reflex cahaya langsung (+/+)
Reflex cahaya tidak langsung (+/+)
7. Hidung : simetris, Secret (-/-), epitaksis (-/-)
8. Telinga : normotia, Otore (-/-), nyeri tekan (-/-)
9. Mulut : tonsil T2-T2, kemerahan (-) kripte tidak melebar
Bibir pucat (+)
10. Leher
Kelenjar Tiroid: Tidak membesar
Kelenjar Inn : Tidak membesar, nyeri (-)
11. Thorax
Pulmo:
Inspeksi : simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-),
retraksi (-)
Palpasi : simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus
normal
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor:
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-).
12. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : distended (-) , jejas (-), datar
Auskultasi : bising usus (+) 12x/menit.
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae
lien tidak teraba
13. Extremitas
Akral hangat : (+) baik di ekstremitas atas maupun bawah
CRT : <2 detik
Tampak pucat, edema (-)
5
C. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah Rutin (12 Oktober 2018)
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
Lekosit 16,52 4,5 – 11 rb/ul
Eritrosit 3,67 4 – 5 jt/ul
Hemoglobin 8,4 14 – 18 g/dl
Hematokrit 26,1 38.00 - 47.0 vol%
MCV 71,0 86 – 108 fl
MCH 22,9 28 – 31 pg
MCHC 32,2 30 – 35 g/dl
Trombosit 384 150 – 450 rb/ul
Golongan Darah B
HITUNG JENIS
Eosinofil 2,5 1-6 %
Basofil 0,7 0,0-1,0 %
Limfosit 48,4 20-45 %
Monosit 2,0 2-8 %
Neutrofil 46,4 40-75 %
D. Differential Diagnosis
Thalasemia
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Aplastik
E. Diagnosis
Thalasemia
F. Penatalaksanaan
Transfusi PRC 1 Kolf
Dexamethasone ½ ampul
Furosemide ½ ampul
Nacl 0,9 %
G. Edukasi
Memberikan informasi kepada orangtua pasien bahwa thalasemia umumya
mempunyai prognosis yang tergantung dari jenis thalasemia itu sendiri.
6
Memberikan informasi mengenai rutinnya untuk transfusi ulang dan kapan
membawa anaknya untuk dilakukan transfusi serta resiko bila tidak
dilakukannya transfusi.
H. Prognosis
Ad Vitam : dubia
Ad fungsionam : dubia
Ad sanationam : dubia
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Thalasemia
Thalassemia adalah sekelompok anemia hipokromik herediter dengan
berbagai derajat keparahan. Defek genetik yang mendasari meliputi delesi total atau
parsial gen globin dan substitusi, delesi, atau insersi nukleotida. Akibat dari
berbagai perubahan ini adalah penurunan atau tidak adanya mRNA bagi satu atau
lebih rantai globin atau pembentukan mRNA yang cacat secara fungsional.
Akibatnya adalah penurunan dan supresi total sintesis rantai polipeptida Hb. Kira-
kira 100 mutasi yang berbeda telah ditemukan mengakibatkan fenotip thalassemia;
banyak di antara mutasi ini adalah unik untuk daerah geografi setempat. Pada
umumnya, rantai globin yang disintesis dalam eritrosit thalassemia secara struktural
adalah normal. Pada bentuk thalassemia-α yang berat, terbentuk hemoglobin
hemotetramer abnormal (β4 atau γ4) tetapi komponen polipeptida globin
mempunyai struktur normal. Sebaliknya, sejumlah Hb abnormal juga menyebabkan
perubahan hemotologi mirip thalassemia.
Gen thalassemia sangat luas tersebar, dan kelainan ini diyakini merupakan
penyakit genetik manusia yang paling prevalen. Distribusi utama meliputi daerah-
daerah perbatasan Laut Mediterania, sebagian besar Afrika, Timur Tengah, sub-
benua India, dan Asia Tenggara. Dari 3% sampai 8% orang Amerika keturunan Itali
atau Yunani dan 0,5 % dari kulit hitam Amerika membawa gen untuk thalassemia-
β. Di beberapa daerah Asia Tenggara sebanyak 40 % dari populasi mempunyai satu
atau lebih gen thalassemia.
Epidemiologi
Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari thalassemia.
Fakta ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit turunan yang
terbanyak; menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat pada hampir
seluruh negara di dunia.
8
Beberapa tipe thalassemia lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia.
Thalassemia-β lebih sering ditemukan di negara-negara Mediteraniam seperti
Yunani, Itali, dan Spanyol. Banyak pulau-pulau Mediterania seperti Ciprus,
Sardinia, dan Malta, memiliki insidens thalassemia-β mayor yang tinggi secara
signifikan. Thalassemia-β juga umum ditemukan di Afrika Utara, India, Timur
Tengah, dan Eropa Timur. Sebaliknya, thalassemia-α lebih sering ditemukan di
Asia Tenggara, India, Timur Tengah, dan Afrika.
9
dari terapi khelasi, seperti katarak, tuli, atau infeksi, merupakan komplikasi yang
potensial.
Usia
10
dikategorikan sebagai thalassemia-β intermedia. Situasi ini biasanya terjadi jika
pasien mengalami mutasi yang lebih ringan.
Patofisiologi
Thalassemia adalah kelainan herediter dari sintesis Hb akibat dari gangguan
produksi rantai globin. Penurunan produksi dari satu atau lebih rantai globin
tertentu (α,β,γ,δ) akan menghentikan sintesis Hb dan menghasilkan
ketidakseimbangan dengan terjadinya produksi rantai globin lain yang normal.
Karena dua tipe rantai globin (α dan non-α) berpasangan antara satu sama
lain dengan rasio hampir 1:1 untuk membentuk Hb normal, maka akan terjadi
produksi berlebihan dari rantai globin yang normal dan terjadi akumulasi rantai
tersebut di dalam sel menyebabkan sel menjadi tidak stabil dan memudahkan
terjadinya destruksi sel. Ketidakseimbangan ini merupakan suatu tanda khas pada
semua bentuk thalassemia. Karena alasan ini, pada sebagian besar thalassemia
kurang sesuai disebut sebagai hemoglobinopati karena pada tipe-tipe thalassemia
tersebut didapatkan rantai globin normal secara struktural dan juga karena
defeknya terbatas pada menurunnya produksi dari rantai globin tertentu.
11
Pada tipe trait thalassemia-β yang paling umum, level Hb A2 (δ2/α2)
biasanya meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan rantai δ
oleh rantai α bebas yang eksesif, yang mengakibatkan terjadinya kekurangan rantai
β adekuat untuk dijadikan pasangan. Gen δ, tidak seperti gen β dan α, diketahui
memiliki keterbatasan fisiologis dalam kemampuannya untuk memproduksi rantai
δ yang stabil; dengan berpasangan dengan rantai α, rantai δ memproduksi Hb A2
(kira-kira 2,5-3% dari total Hb). Sebagian dari rantai α yang berlebihan digunakan
untuk membentuk Hb A2, dimana sisanya (rantai α) akan terpresipitasi di dalam
sel, bereaksi dengan membran sel, mengintervensi divisi sel normal, dan bertindak
sebagai benda asing sehingga terjadinya destruksi dari sel darah merah. Tingkat
toksisitas yang disebabkan oleh rantai yang berlebihan bervariasi berdasarkan tipe
dari rantai itu sendiri (misalnya toksisitas dari rantai α pada thalassemia-β lebih
nyata dibandingkan toksisitas rantai β pada thalassemia-α).
Dalam bentuk yang berat, seperti thalassemia-β mayor atau anemia Cooley,
berlaku patofisiologi yang sama dimana terdapat adanya substansial yang
berlebihan. Kelebihan rantai α bebas yang signifikan akibat kurangnya rantai β akan
menyebabkan terjadinya pemecahan prekursor sel darah merah di sumsum tulang
(eritropoesis inefektif).
12
berhubungan dengan kebutuhan oksigen pada tahap-tahap perkembangan yang
berbeda dalam kehidupan manusia.
Gambar 2. Gen rantai α yang berduplikasi pada kromosom 16 berpasangan dengan rantai-rantai non-α
untuk memproduksi bermacam-macam Hb normal.
Patofisiologi seluler
13
Rantai globin yang berlebihan pada thalassemia-α adalah rantai γ pada
tahun-tahun pertama kehidupan, dan rantai β pada usia yang lebih dewasa. Rantai-
rantai tipe ini relatif bersifat larut sehingga mampu membentuk homotetramer yang,
meskipun relatif tidak stabil, mampu tetap bertahan (viable) dan dapat
memproduksi molekul Hb seperti Hb Bart (γ4) dan Hb H (β4). Perbedaan dasar
pada dua tipe utama ini mempengaruhi perbedaan besar pada manifestasi klinis dan
tingkat keparahan dari penyakit ini.
14
penyakit ini. Sel darah merah abnormal dalam jumlah besar akan diproses di limpa,
yang bersama-sama dengan adanya hematopoesis sebagai respon dari anemia yang
tidak diterapi, akan menyebabkan splenomegali masif yang akhirnya akan
menimbulkan terjadinya hipersplenisme.
Efek hepsidin terhadap siklus besi dilakukan melalui kerja hormon lain
bernama ferroportin, yang mentransportasikan besi dari enterosit dan makrofag
menuju plasma dan menghantarkan besi dari plasenta menuju fetus. Ferroportin
diregulasi oleh jumlah penyimpanan besi dan jumlah hepsidin. Hubungan ini juga
menjelaskan mengapa penderita dengan thalassemia-β yang memiliki jumlah besi
yang sama memiliki jumlah ferritin yang berbeda sesuai dengan apakah mereka
mendapat transfusi darah teratur atau tidak. Sebagai contoh, penderita thalassemia-
15
β intermedia yang tidak mendapatkan transfusi darah memiliki jumlah ferritin yang
lebih rendah dibandngkan dengan penderita yang mendapatkan transfusi darah
secara teratur, meskipun keduanya memiliki jumlah besi yang sama.
Kebanyakan besi non-heme pada individu yang sehat berikatan kuat dengan
protein pembawanya, transferrin. Pada keadaan iron overload, seperti pada
thalassemia berat, transferrin tersaturasi, dan besi bebas ditemukan di plasma. Besi
ini cukup berbahaya karena memiliki material untuk memproduksi hidroksil radikal
dan akhirnya akan terakumulasi pada organ-organ, seperti jantung, kelenjar
endokrin, dan hati, mengakibatkan terjadinya kerusakan pada organ-organ tersebut
(organ damage).
Hipotesa Malaria
16
Klasifikasi thalasemia dan presentasi klinisnya
Saat ini dikenal sejumlah besar sindrom thalasemia; masing-masing
melibatkan penurunan produksi satu atau lebih rantai globin, yang membentuk
bermacam-macam jenis Hb yang ditemukan pada sel darah merah. Jenis yang
paling penting dalam praktek klinis adalah sindrom yang mempengaruhi baik atau
sintesis rantai α maupun β.
Thalassemia-α
Tabel 1. Thalassemia-α
αα/αα 4 Normal N N
Barts
–α/-α Barts
Bart
17
• Silent carrier thalassemia-α
• Trait thalassemia-α
o Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah
merah yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen α
pada satu kromosom 16 atau satu gen α pada masing-masing
kromosom. Kelainan ini sering ditemukan di Asia Tenggara,
subbenua India, dan Timur Tengah.
o Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (γ4) dapat
ditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts
tidak terlihat lagi, dan kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal.
18
Gambar 3. Thalassemia alpha menurut hukum Mendel
• Penyakit Hb H
19
Gambar 4. Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H
yang menunjukkan Heinz-Bodies
• Thalassemia-α mayor
o Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen
globin-α, disertai dengan tidak ada sintesis rantai α sama sekali.
o Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang
lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat
hidropik, dengan gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang
dapat hidup dengan manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat
bergantung dengan transfusi.
20
Thalassemia-β
21
Gambar 5. Thalassemia beta menurut Hukum Mendel
• Trait thalassemia-β
22
o Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering didiagnosis salah sebagai
anemia defisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat
dengan preparat besi selama waktu yang panjang. Lebih dari 90%
individu dengan trait thalassemia-β mempunyai peningkatan Hb-A2
yang berarti (3,4%-7%). Kira-kira 50% individu ini juga mempunyai
sedikit kenaikan HbF, sekitar 2-6%. Pada sekelompok kecil kasus, yang
benar-benar khas, dijumpai Hb A2 normal dengan kadar HbF berkisar
dari 5% sampai 15%, yang mewakili thalassemia tipe δβ.
o MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (<26 pg).
Penurunan ringan pada ketahanan hidup eritrosit juga dapat
diperlihatkan, tetapi tanda hemolisis biasanya tidak ada. Kadar besi
serum normal atau meningkat.
23
o bergejala sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6
bulan kedua kehidupan. Transfusi darah yang reguler diperlukan pada
penderita ini untuk mencegah kelemahan yang amat sangat dan gagal
jantung yang disebabkan oleh anemia. Tanpa transfusi, 80% penderita
meninggal pada 5 tahun pertama kehidupan.
o Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang jarang
menerima transfusi pada waktu anemia berat, terjadi hipertrofi jaringan
eritropoetik disumsum tulang maupun di luar sumsum tulang. Tulang-
tulang menjadi tipis dan fraktur patologis mungkin terjadi. Ekspansi
masif sumsum tulang di wajah dan tengkorak menghasilkan bentuk
wajah yang khas.
24
o Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat
atau tidak terjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes
mellitus yang disebabkan oleh siderosis pankreas mungkin terjadi.
Komplikasi jantung, termasuk aritmia dan gagal jantung kongestif
kronis yang disebabkan oleh siderosis miokardium sering merupakan
kejadian terminal.
25
Diagnosis
Diagnosis thalasemia dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh
untuk menegakkan diagnosis ini.
1. Anamnesis
1. Pemeriksaan laboratorium
26
dan jarang kurang dari 80 pada anemia defisiensi besi sampai hematokrit
kurang dari 30%.
Indeks mentzer (MCV/eritrosit). Pada thalasemia indeks mentzer <13
sedangkan pada anemia defisiensi besi, indeks mentzer >13. Rasio bernilai
13 dianggap meragukan.
Nilai RDW (red blood cell distribution width) meningkat. RDW dapat
membantu membedakan defisiensi besi dan anemia sideroblastik dengan
thalasemia. Semakin tinggi RDW berarti semakin anisositosis.
Trombositopenia akibat hiperspleenisme
Analisis hemoglobin pada thalasemia
Gambaran darah tepi
Anemia pada thalassemia mayor mempunyai sifat mikrositik hipokrom.
Pada gambaran sediaan darah tepi akan ditemukan retikulosit,
poikilositosis, tear drops sel dan target sel.
Pemeriksaan roentgen
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila tidak mendapat
tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang meningkat, mineralisasi berkurang, dan
dapat diperbaiki dengan pemberian tranfusi darah secara berkala. Apabila tranfusi
tidak optimal terjadi ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari korteknya.
Trabekulasi memberi gambaran mozaik pada tulang. Tulang terngkorak
27
memberikan gambaran yang khas, disebut dengan “hair on end” yaitu menyerupai
rambut berdiri potongan pendek pada anak besar.
Stadium
Terdapat suatu sistem pembagian stadium thalassemia berdasarkan jumlah
kumulatif transfusi darah yang diberikan pada penderita untuk menentukan tingkat
gejala yang melibatkan kardiovaskuler dan untuk memutuskan kapan untuk
memulai terapi khelasi pada pasien dengan thalassemia-β mayor atau intermedia.
Pada sistem ini, pasien dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
• Stadium I
o Merupakan mereka yang mendapat transfusi kurang dari 100 unit
Packed Red Cells (PRC). Penderita biasanya asimtomatik, pada
echokardiogram (ECG) hanya ditemukan sedikit penebalan pada dinding
ventrikel kiri, dan elektrokardiogram (EKG) dalam 24 jam normal.
• Stadium II
o Merupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC
dan memiliki keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan
dilatasi pada dinding ventrikel kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan
ventrikular abnormal pada EKG dalam 24 jam
• Stadium III
o Gejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif,
menurunnya fraksi ejeksi pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan
pulsasi prematur dari atrial dan ventrikular.
28
Terapi
Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun perawatan lanjut
setelah diagnosis awal dibuat. Pada thalasemia simptomatis dibutuhkan transfusi
darah untuk mempertahankan kadar Hb 9 md/dL dan mendukung pertumbuhan
yang normal. Untuk penderita thalasemia beta intermedia, kebutuhan transfusi
disesuaikan dengan penilaian klinis. Thalasemia alfa intermedia atau penyakit HbH
menyebabkan hemolisis ringan dan sedang. Hemosiderosis tranfusional dapat
dicegah dengan penggunaaan obat kelasi besi.
Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen
transfusi darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup. Transfusi
darah harus dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami gejala dan setelah
periode pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat mempertahankan nilai
Hb dalam batas normal tanpa transfusi.
Tranfusi
Panduan Transfusi Packed Red Cell (PRC) bagi penderita thalassemia
o Hb <7 g/dL
o Hb >7 g/dL disertai gejala klinis:
Perubahan muka/facies Cooley
Gangguan tumbuh kembang
Fraktur tulang
Curiga adanya hematopoietik ekstrameduler, antara lain massa
mediastinum
Pada penanganan selanjutnya, transfusi darah diberikan Hb ≤8 g/dL
sampai kadar Hb 10-11 g/dL.
Bila tersedia, transfusi darah diberikan dalam bentuk PRC rendah
leukosit (leucodepleted).
o Bila Hb > 5 g/dL berikan 10-15 ml/kg/kali dalam 2 jam atau 20
ml/kg/kali dalam 3-4 jam
o Bila Hb < 5 g/dL berikan 5 ml/kg/kali dengan kecepatan 2
ml/kg/jam. Beri oksigen.
29
Medikamentosa
- Asam folat: 2 x 1 mg/ hari
- Vitamin E: 2 x 200 IU / hari
- Vitamin C: 2-3 mg/kg/hari (maksimal 50 mg pada anak < 10 tahun dan 100 mg
pada anak ≥ 10 tahun, tidak melebihi 200 mg/hari) dan hanya diberikan saat
pemakaian deferioksamin (DFO), TIDAK dipakai pada pasien dengan gangguan
fungsi jantung.
- Kelasi besi
Dimulai bila :
- Feritin ≥ 1000 ng/mL
- Bila pemeriksaan feritin tidak tersedia, dapat digantikan dengan pemeriksaan
saturasi transferin ≥ 55%
- Bila tidak memungkinkan dilakukannya pemeriksaan laboratorium, maka
digunakan kriteria sudah menerima 3-5 liter atau 10-20 kali transfusi.
Kelasi besi pertama kali dimulai dengan Deferioksamin/DFO:
- Dewasa dan anak ≥ 3 tahun: 30-50 mg/kgBB/hari, 5-7 x seminggu subkutan (sk)
selama 8-12 jam dengan syringe pump
.- Anak usia <3 tahun: 15-25 mg/kg BB/hari dengan monitoring ketat (efek
samping: gangguan pertumbuhan panjang dan tulang belakang/vertebra).
- Pasien dengan gangguan fungsi jantung: 60-100 mg/kg BB/hari IV kontinu selama
24 jam.
- Pemakaian deferioksamin dihentikan pada pasien-pasien yang sedang hamil,
kecuali pasien menderita gangguan jantung yang berat dan diberikan kembali
pada trimester akhir deferioksamin 20-30 mg/kg BB/hari.
- Ibu menyusui tetap dapat menggunakan kelasi besi ini.
- Jika tidak ada syringe pump dapat diberikan bersama NaCl 0,9% 500 ml melalui
infus (selama 8-12 jam).
- Jika kesediaan deferoksamin terbatas: dosis dapat diturunkan tanpa mengubah
frekuensi pemberian.
Pemberian kelasi besi dapat berupa dalam bentuk parenteral (desferioksamin)
atau oral (deferiprone/ deferasirox) ataupun kombinasi
30
Transplantasi Sel Stem Hematopoetik (TSSH)
TSSH merupakan satu-satunya yang terapi kuratif untuk thalassemia yang
saat ini diketahui. Prognosis yang buruk pasca TSSH berhubungan dengan adanya
hepatomegali, fibrosis portal, dan terapi khelasi yang inefektif sebelum
transplantasi dilakukan. Prognosis bagi penderita yang memiliki ketiga
karakteristik ini adalah 59%, sedangkan pada penderita yang tidak memiliki
ketiganya adalah 90%. Meskipun transfusi darah tidak diperlukan setelah
transplantasi sukses dilakukan, individu tertentu perlu terus mendapat terapi khelasi
untuk menghilangkan zat besi yang berlebihan. Waktu yang optimal untuk memulai
pengobatan tersebut adalah setahun setelah TSSH. Prognosis jangka panjang pasca
transplantasi , termasuk fertilitas, tidak diketahui. Biaya jangka panjang terapi
standar diketahui lebih tinggi daripada biaya transplantasi. Kemungkinan kanker
setelah TSSH juga harus dipertimbangkan.
Terapi Bedah
Splenektomi merupakan prosedur pembedahan utama yang digunakan pada
pasien dengan thalassemia. Limpa diketahui mengandung sejumlah besar besi
nontoksik (yaitu, fungsi penyimpanan). Limpa juga meningkatkan perusakan sel
darah merah dan distribusi besi. Fakta-fakta ini harus selalu dipertimbangkan
sebelum memutuskan melakukan splenektomi.. Limpa berfungsi sebagai
penyimpanan untuk besi nontoksik, sehingga melindungi seluruh tubuh dari besi
tersebut. Pengangkatan limpa yang terlalu dini dapat membahayakan.
Sebaliknya, splenektomi dibenarkan apabila limpa menjadi hiperaktif,
menyebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan dan dengan demikian
meningkatkan kebutuhan transfusi darah, menghasilkan lebih banyak akumulasi
besi.
Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih dari
200-250 mL / kg PRC per tahun untuk mempertahankan tingkat Hb 10 gr / dL
karena dapat menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%.
Risiko yang terkait dengan splenektomi minimal, dan banyak prosedur sekarang
dilakukan dengan laparoskopi. Biasanya, prosedur ditunda bila memungkinkan
31
sampai anak berusia 4-5 tahun atau lebih. Pengobatan agresif dengan antibiotik
harus selalu diberikan untuk setiap keluhan demam sambil menunggu hasil kultur.
Dosis rendah Aspirin® setiap hari juga bermanfaat jika platelet meningkat menjadi
lebih dari 600.000 / μL pasca splenektomi.
Diet
Pasien dianjurkan menjalani diet normal, dengan suplemen sebagai berikut
: asam folat, asam askorbat dosis rendah, dan alfa-tokoferol. Sebaiknya zat besi
tidak diberikan, dan makanan yang kaya akan zat besi juga dihindari. Kopi dan teh
diketahui dapat membantu mengurangi penyerapan zat besi di usus.
Pemantauan
Selain pemantauan efek samping pengobatan, pasien talasemia memerlukan
pemantauan rutin:
- Sebelum transfusi: darah perifer lengkap, fungsi hati
- Setiap 3 bulan: pertumbuhan (berat badan, tinggi badan)
- Setiap 6 bulan: feritin
- Setiap tahun: pertumbuhan dan perkembangan, status besi, fungsi jantung,
fungsi endokrin, visual, pendengaran, serologis virus
Prognosis
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari
ringan bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.
32
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Thalassemia adalah gangguan pembuatan hemoglobin yang diturunkan.
Thalassemia ditemukan tersebar di seluruh ras di Mediterania, Timur Tengah, India
sampai Asia Tenggara. Thalassemia memiliki dua tipe utama berdasarkan rantai
globin yang hilang pada hemoglobin individu yaitu Thalassemia-α dan thalassemia-
β, yang nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan derajat
mutasi (secara genetik) ataupun berat ringannya gejala. Thalassemia diturunkan
berdasarkan hukum Mendel, resesif atau ko-dominan. Heterozigot biasanya tanpa
gejala, sedangkan homozigot atau gabungan heterozigot gejalanya lebih berat dari
thalassemia α dan β. Terapi thalassemia antara lain adalah terapi transfusi, terapi
pengikat besi (khelasi), splenektomi, dan transplantasi sumsum tulang. Masing-
masing terapi memiliki kriteria dan efek samping tertentu sehingga perlu
dipertimbangkan secara seksama. Konseling mengenai thalassemia sangat
diperlukan untuk skrining dan pemahaman terhadap penderita. Sampai saat ini,
penderita thalassemia yang berat biasanya tidak dapat bertahan hingga mencapai
usia dewasa normal meskipun kemungkinan ini tidak tertutup sama sekali.
33
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Berhman, RE; Kliegman, RM ; Arvin: Nelson Ilmu Kesehatan Anak,
volume 2, edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 2005, hal1708-1712
4. A.V. Hoffbrand and J.E. Pettit; alih bahasa oleh Iyan Darmawan : Kapita
Selekta Haematologi, edisi ke 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 1996,
hal 66-85
6. Markum : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI, Jakarta : 1991,
hal 331
34