Press Release Aksi Jumat Kramat
Press Release Aksi Jumat Kramat
Press Release:
AKSI JUMAT KRAMAT
‘Jemput Majelis Wali Amanat, segera Pilih Kandidat’
Pada tanggal 29 Maret 2019, BEM Kema beserta mahasiswa Unpad juga tenaga
pendidik, melakukan Aksi pengawalan Pemilihan Rektor di depan sekretariat MWA Unpad Jl
Cimandirim, Bandung. Aksi ini dinamai dengan Aksi Jemput Majelis Wali Amanat, segera
Pilih Kandidat (JUMAT KRAMAT) sebagai bentuk keseriusan dan bersihnya hari jumat untuk
segera memilih rektor baru Unpad 2019-2024. Keberangkatan massa aksi terbagi di 2 titik,
yakni keberangkatan dari Jatinangor pukul 11.04 WIB maupun dapat langsung menuju tempat
lokasi aksi bagi yang berdomisi di Bandung dan sekitarnya menuju Sekretariat MWA Unpad
Jl. Cimandiri, Bandung. Aksi berlangsung pukul 13.45 WIB. Aksi dipimpin oleh Komandan
Lapangan, Siti Nurohmatiljanah Setiawan selaku Kepala Departemen Propaganda dan Aksi
dan Koordinator Lapangan, Raka Aflah Hilmi. Aksi diikuti Mahasiswa, dosen, tenaga pendidik
serta beberapa alumni Unpad.
Pada pukul 13.50 WIB aksi dibuka dengan orasi dan pembacaan puisi dimulai oleh
Korlap sebagai pemandu aksi, kemudian dilanjutkan orasi oleh Imam Syahid Ketua BEM
Kema Unpad sekaligus MWA Wakil Mahasiswa, serta Kepala Departemen Propaganda dan
Aksi yang juga bertugas sebagai Komandan Lapangan, Siti Nurohmatiljanah Setiawan.
Belum sampai 10 menit Siti berorasi, Ir. H. Iwan R.A. Abdulrachman atau biasa
dipanggil Abah Iwan datang menghampiri massa aksi dan mengajak mahasiswa yang hadir
untuk berdiskusi perihal pemilihan rektor hari ini di dalam Ruang Rapat Sekretariat MWA
Unpad. Mahasiswa yang dikomandoi Korlap tetap meneruskan orasinya dan menyempaikan
aspirasinya di depan sekretariat MWA. Abah Iwan menyanyangkan aksi pada saat itu karena
baginya mahasiswa tak perlu berdemonstrasi menggugat keluarganya sendiri yaitu Unpad.
Disamping itu Abah Iwan turut menyatakan akan mengundurkan diri jika dirasa mahasiswa
tetap bersikeras dan melanjutkan aksi dan orasinya. Tetapi mahasiswa tetap dengan
pendiriannya untuk melanjutkan aksi tanpa mengurangi rasa hormat sebab bagi mahasiswa ini
bukan perihal menggugat keluarga sendiri, tapi atas dasar peduli sehingga pengawalan terus
digalakan.
Hisbi Z dan perwakilan dari dosen yakni Achmad Bachrudin, Dosen Statistika dan Bilal
Dewansyah, Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.. Namun, orasi dan pembacaan
puisi serta teatrikal aksi di depan Sekretariat MWA Unpad tetap berlangsung meskipun
beberapa perwakilan mahasiswa dan tenaga pendidik pada akhirnya masuk dan berdiskusi di
dalam ruang rapat tersebut.
Di dalam ruangan, telah hadir 7 Anggota MWA Unpad dari berbagai unsur:
1. Prof. Dr, Erri N. Megantara Unsur Senat Akademik
2. Ir. Yudi Guntara Noor – MWA Unsur Masyarakat
3. Ir. H. Iwan Ridwan Armansjah Abdulrachman – MWA Unsur Masyarakat
4. Prof. H. Oekan Soekotjo Abdoellah, MA., Ph.D. – MWA Unsur SA
5. Dr. Dudi Aripin, drg., Sp.KG – MWA Unsur SA
6. Hikmat Kurnia – MWA Unsur Alumni
7. Imam Syahid MWA Wakil Mahasiswa
Salah satu Anggota Majelis Wali Amanat Unsur Masyarakat, Yudi Guntara,
menyatakan bahwa anggota MWA yang hadir siang ini (29/3) atas nama pribadi karena tidak
terdapat undangan dari Ketua/Wakil Ketua MWA Unpad, padahal pada rapat MWA
tertanggal 15 Maret 2019 telah ditentukan bahwa akan diadakan Rapat Pleno pada 29 Maret
2019—bahkan sudah ter-publish di beberapa media massa—untuk dilakukan Rapat Pleno
MWA dengan agenda bahasan “Pemilihan Rektor” di hari ini.
Achmad Bachrudin, perwakilan aliansi Tendik yang hadir menyatakan bahwa, “Jika
Pemilihan Rektor Unpad sesulit ini dilakukan, maka apa artinya MWA? Bukankah jika begini,
MWA merupakan suatu organisasi yag cacat?” pernyataan tersebut disampaikan lantaran
inkonsistensi Ketua MWA—Rudiantara dalam memimpin majelis ini. Kemudian anggota
MWA yang hadir pada saat itu mengurakan pendapat dan memaparkan kondisi yang terjadi
saat ini. Berikut beberapa point yang disampaikan oleh anggota MWA yang hadir, yang
diwakili oleh Ir. Yudi Guntara Noor – MWA Unsur Masyarakat.
1. Meminta maaf karena belum dapat menyelesaikan pemiliha rector yang masih
tersendat.
2. Pleno pada tanggal 15 Maret 2019
Dihadiri oleh 17 anggota MWA dari 17 anggota MWA yang ada, menyepakati
bahwa pemilihan rektor akan dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2019. Dengan catatan
tidak ada surat dari KASN yang menggugurkan salah satu calon.
3. Kemudian, adanya surat dari kemenristekdikti yang akhirnya menjadikan terlaksananya
rapat pleno tanggal 22 Maret 2019. Namun hasil rapat tersebut ditolak karena jumlah
anggota MWA yang hadir tidak memenuhi kourum. 8 orang setuju dan 8 orang tidak
setuju, sehingga hasil pleno tgl 22 maret 2019 batal.
4. Tanggal 25, surat dari kemenristekdikti kepada KASN, menjadi kendala tidak
terlaksananya pemilihan rektor.
5. Tidak terlaksananya pleno pada tanggal 29 Maret 2019, karena tidak adanya undangan
dari ketua MWA Rudiantara.
6. Tidak terlaksananya pleno pada tanggal 29 Maret 2019 juga karena terikat oleh
prosedur yang termaktub dalam statuta Unpad.
Kemudian Abah Iwan pun menyampaikan tanggapan mengenai pertanyaan yang diajukan
oleh Siti pada saat berdialog, yakni perihal kejelasan dan konsistensi MWA akan rapat dan
bagaimana kemudian bila Unpad belum juga terpilih rektor barunya. Abah Iwan
menyampaikan bahwa beliau tidak dapat memberikan tanggapan lebih sebab memang bukan
kapasistasnya. Kemudian Abah Iwan senang karena mahasiswa sudah peduli dan meminta
mahasiswa untuk mengikusi Proses saja.
Ir. Yudi Guntara Noor – MWA Unsur Masyarakat mengatakan akan membuat surat
pernyataan secara pribadi untuk mendesak proses pemilihan rektor sebelum tanggal 12 April
2019. Dalam waktu 1x24 jam akan langsung diserahkan kepada ketua BEM Kema Unpad.
Kemudian anggota MWA yang hadir akan mencoba untuk mengumpulkan anggota MWA di
Bandung dalam mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada. Abah Iwan pun
mengutarakan bahwa dirinya akan membuat surat pernyataan pribadi seperti yang dilakukan
oleh Ir. Yudi Guntara Noor.
Forum diakhiri dengan pemberian pernyataan sikap tenaga pendidik dan dosen yang
disampaikan oleh Bilal Dewansyah, Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Selepas
diskusi berakhir, mahasiswa menutup aksinya dengan melakukan doa bersama yang dipimpin
oleh Siti Nurohmatiljanah Setiawan selaku Kepala Departemen Propaganda dan Aksi BEM
Kema Unpad di luar ruangan sekitar pukul 16.44 WIB.
Do’a :
Ya Allah,
Dari ujung bandung dan sumedang, terhapit kelabu dan debu kendaraan terik menelisik
Unpad kini sakit ya Alllahh.
Ya Allah,
Ya Allah,
Ya Allah,
Unpad dianggap sebagai tempat bermain, tempat mencoba-coba prosedur dan kebijakan,
Unpad ini bukan tempat untuk mengumpat sirat ya Allah, lindungi, lingdungi dan bersamai, ya
Allah.
Ya Allah,
Kini semua tertarik urat, bagaimana nasibnya Kampus yang menyandang nama Padjadjaran
yang katanya kampus besar ya Allah, hingga saat ini belum ada pemimpin, ya Alah,
bagaimana? Bagaimana?
Ya Allah,
Kau jadikan MWA sebagai perantara, kami percaya pada MWA, kami memberi amanah
kepada MWA untuk dapat mewakili suara-suara kami, mewakili suara kami,
Mewakili seluruh elemen ini, ya Allah.
Tapi ya Allah, tapi yaa Allah, kini, kini, kini, MWA lalai, gagal, pemimpin MWA hilang,
Rudiantara selaku ketua MWA tidak ada, tidak mau memimpin rapat ini ya Allah, menghilang
tak kunjung datang, kenapa Unpad punya ketua MWA seperti itu ya Allah? Tidak konsisten,
tidak bertanggung jawab, tidak ada kabar, ya Allah.
Padahal ia menjabat sebagai seorang menteri. Menteri di negeri ini, ya Allah
Malu, malu, maluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu ya Allah, ketuklah hatinya, tariklah ia,
datangkanlah dia, ilhamilah dia ya Allah
Ya Allah,