Anda di halaman 1dari 12

BAB I

ANATOMI FISIOLOGI

1.1 Anatomi dan Fisiologi

Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima 15% dari curah
jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilokalori energi
setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap bermacam-macam sensasi atau rangsangan
terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang disadari, dan kemampuan
untuk melaksanakan berbagai macam proses mental, seperti ingatan atau memori, perasaan
emosional, intelegensi, berkomuniasi, sifat atau kepribadian, dan pertimbangan. Berdasarkan
gambar dibawah, otak dibagi menjadi lima bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil
(serebelum), otak tengah (mesensefalon), otak depan (diensefalon), dan jembatan varol (pons
varoli) (Russell J. Greene and Norman D.Harris, 2008 ).

a. Otak Besar (Serebrum)

Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak besar mempunyai fungsi dalam
mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan
(memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat
pendengaran, dan lobus frontalis berperan sebagi pusat kepribadian dan pusat komunikasi.

b. Otak Kecil (Serebelum)

Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot, keseimbangan dan
posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang
normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang
halus dan cepat.

c. Otak Tengah (Mesensefalon)

Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi penting pada refleks
mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.

d. Otak Depan (Diensefalon)


Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima semua rangsang dari reseptor
kecuali bau, dan hipotalamus yang berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan nutrien,
penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.

e. Jembatan Varol (Pons Varoli)

Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan. Selain itu,
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

f. Selaput Otak ( Meningen )


Lobus Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang
disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid dan
durameter.
1. Pia meter adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada otak.
2. Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia meter dan mengandung sedikit
pembuluh darah. Runga araknoid memisahkan lapisan araknoid dari piameter dan
mengandung cairan cerebrospinalis, pembuluh darah serta jaringan penghubung
serta selaput yang mempertahankan posisi araknoid terhadap piameter di bawahnya.
3. Durameter, lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua lapisan.
Lapisan ini biasanya terus bersambungan tetapi terputus pada beberapa sisi spesifik.
Lapisan periosteal luar pada durameter melekat di permukaan dalam kranium dan
berperan sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak. Lapisan meningeal dalam
pada durameter tertanam sampai ke dalam fisura otak dan terlipat kembali di arahnya
untuk membentuk falks serebrum, falks serebelum, tentorium serebelum dan sela
diafragma. Ruang subdural memisahkan durameter dari araknoid pada regia cranial
dan medulla spinalis. Ruang epidural adalah ruang potensial antara perioteal luar
dan lapisan meningeal dalam pada durameter di regia medulla spinalis.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi

Stroke merupakan suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena

gangguan peredaran darah otak yang terjadi secara mendadak dalam beberapa detik atau

secara cepat dalam beberapa jam timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal

otak yang terganggu (WHO,2005). Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi

syaraf lokal dan atau global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi

syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan

syaraf tersebut antara lain kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara

tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran, dan gangguan penglihatan (Kemenkes RI, 2013)

Stroke atau cedera cerebrovascular adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah ke bagian otak. (Oktavianus, 2014 ) Stroke hemoragik adalah

perdarahan serebral yang disebabkan oleh robeknya arteri atau arterioserebral (William F.

Ganong 2002:594). Perdarahan otak dibagi dua yaitu :

a. Perdarahan intraserebral ( PIS ) adalah perdarahan yang primer berasal dari

pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.

b. Perdarahan subraknoidal ( PSA ) adalah keadaan terdapatnya / masuknya darah

kedalam ruangan subraknoid, ( William. F. Ganong. 2000 : 594 ).

Stroke Hemoragik ada dua jenis yaitu :

a. Hemoragik Intraserebral : Pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.

b. Hemoragik Subaraknoid : Pendarahan yang terjaddi pada ruang subaraknoid ( ruang


sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak ).
( Amin, Hardhi 2015 )

2.2 Etiologi

a. Adanya kerusakan arteri yang disebabkan oleh usia, hipertensi dan DM.
b. Timbulnya trombosis
c. Timbulnya emboli
d. Penyebab Hemoragik : Tekanan darah terlalu tinggi. Aneurisma arteri, penurunan faktor
pembekuan darah, leukemia, pengobatan antikogulan.
(Oktavianus, 2014)

2.3 Epidemiologi

Stroke Hemoragik terjadi sekitaar 20% dari seluruh kasus stroke (Gilrado, 2007).
Hampir 70% kasus stroke hamoragik terjadi pada pasien hipertensi. Pada stroke ini, lesi vascular
intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi pendarahan di subaraknoid atau langsung ke
dalam jaringan otak. Pendarahan dapat secara cepat menimbulkan gejala neurogenic karena
tekanan pada struktur-struktur saraf di dalam tengkorak. Iskemia adalah konsekuensi sekunder
dari perdarahan baik yang spontan maupun traumatik.

Mekanisme terjadinya iskemia tersebut karena adanya tekanan pada peembuluh darah
akibat ekstravasasi darah ke dalam tengkorak yang volumenya tetap dan vasospasme reaktif
pembuluh-pembuluh darah yang terpajan didalam ruang antara lapisan araknoid dan piamter
meningen. Biasanya stroke hemoragik secara cepat menyeebabkan keruskan fungsi otak dan
kehilangan kesadaran.

( Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia, 2017 )

2.4 Manifestasi Klinis

Stroke dapat mempengaruhi fungsi tubuh. Adapun beberapa gangguan yang dialami pasien yaitu:

a. Pengaruh terhadap status mental : Tidak sadar, confuse.

b. Pengaruh secara fisik : paralisee, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan
pengelihatan, hemiplegi (lumpuh tubuh sebelah).
c. Pengaruh terhadap komunikasi : afasia ( kehilangan bahasa), disartria (bicara tidak jelas).

(Oktavianus 2014)

Stroke Hemoragik
Gelaja Klinis
PIS PSA

Gejala Defisit Lokal Berat Ringan

SIS sebelumnya Amat -

Permulaan (onset) Menit/jam 1-2 menit

Nyeri kepala Hebat Sangat hebat

Muntah pada awalnya Sering Sering

Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak

Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang sebentar

Kaku Kuduk Jarang Bisa ada pada permulaan

Hempiparesis Sering sejak awal Tidak ada

Deviasi mata Bisa ada Tidak ada

Gangguan bicara Sering Jarang

Likukor Sering berdarah Selalu berdarah

Perdarahan subhialoid Tidak ada Bisa ada

Paresis/gangguan N III - Mungkin ( + )

(Amin, Hardhi 2015)

2.5 Patofisiologi

Pada stroke hemoragik, pendarahan disebabkan oleh karena pecahnya aneurisma, AVM ( Arterio
Venous Malformation ) atau yang paling sering karena hipertensi. Peningkatan tekanan sistolik
dan diastolic menyebabkan perubahan pada dinding arteri sehingga menjadi mudah pecah.
Aneurisma lebih sering ditemukan pada daerah percabangan arteri cerebral besar, pecahnya
aneurisma menyebabkan perdarahan di ruang subaraknoid atau langsung masuk didalam
ventrikel sehingga menyebabkan perdarahan intra cerebral, hal ini menyebabkan aliran darah
menjadi berkurang dan selanjutnya akan terjadi iskemik dan kemudia penurunan fungsi
neurologis.

2.6 Pemeriksaan Diagnosstik

a. CT-Scan : Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemik dan adanya infrak

b. Angiografi serebral : membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti


peerdarahan atau obstruksi arteri.

c. Pungsi lumbal : Menunjukkan adanyanya tekanan normal. Tekanan meningkat dan cairan
yang mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan.

d. MRI : Menunjukkan daerah yang mengalami infrak, hemoragik.

e. EEG : Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.

g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan keleenjar lempeng pineal.

(Oktavianus, 2014)

2.7 Medikasi

Terapi umum : Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30
ml, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan
sistolik >180 mmHg, diastolic >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma
bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol
IV 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg ( pemberian dalam 10 menit) maksimum
300 mg; enalapril IV 0,625-1,25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapat
tanda tekanan intracranial meningkat, posisi kepala dinaikan 30º, posisi kepala dan dada di satu
bidang, pemberian mannitol dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum
sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral,
sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan
di obati dengan antibiotic spectrum luas.

Terapi khusus : Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.


Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang
kondisinya kia memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm 3 , Hidrosefalus akut
akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shuting, dan akut dan ancaman
herniasi. Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium (nimodipin) atau
tindakan bedah (ligasi, eembolisasi, ekstirpasi, namun gamma knife) jika pyebabnya adalah
aneurisma atau malformasi arteri-vena (Ateriovenous malformation/AMV).

(Amin, Hardhi 2015)

2.8 Management Medis

Menurut Brunner & Suddarth ( 2000 : 2137 ) penatalaksanaan medis stroke hemoragik

meliputi diuretic untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 – 5 hari

setelah infark serebral. Anti koagulan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya atau

memberatnya trombosis atau mobilisasi dari tempat lain dalam system kardiovaskuler. Selain

penatalaksanaan tersebut, penatalaksanaan dari stroke hemoragik menurut Harsono.dkk (2000 :

96, 99), meliputi :

1). Perdarahan Intraserebral (PIS)

Karena biasanya penderita dalam keadaan koma, maka pengobatan dibagi dalam

pengobatan umum dan pengobatan spesifik.

a). Pengobatan umum


(1).Napas, jalan napas harus bebas untuk menjamin keperluan oksigen.

(2).Darah, dijaga agar tekanan darah tetap cukup untuk mengalirkan darah

(perfusi) ke otak. Dan menjaga komposisi darah (O2, Hb, glukosa) tetap

optimal untuk metabolisme otak.

(3).Otak, mencegah terjadinya edema otak dan timbulnya kejang dengan

kortikosteroid, gliserol atau manitol untuk edema.

(4).Ginjal, saluran kemih dan balans cairan diperhatikan.

(5).Gastrointestinum, fungsi defekasi / pencernaan dan nutrisi.

b). Pengobatan Spesifik

Pengobatan spesifik Pengobatan terhadap perdarahan di otak dengan tujuan

homeostatis, misalnya asam traneksamat 1 gr / 4 jam iv, pelan-pelan selama

3 minggu, kemudian dosis berangsur-angsur diturunkan. Obat-obat lain

meliputi anti hipertensi, anti konvulsan (kontra indikasi untuk pardarahan),

anti piretik, kortikosteroid.

2). Perdarahan Subraknoidal ( PSA)

Menurut Mansjoer Arif ( 2000 : 23 ) perdarahan subraknoidal pengobatannya adalah pemberian


nimodipin dapat untuk mencegah vasospasme pada perdarahan subraknoid primer akut, dan
tindakan operasi dapat dilakukan pada paerdarahan subraknoid stadium I dan II akibat pecahnya
aneurisme. Setelah fase akut lewat, dianjurkan angiografi untuk mencari lesi sumber PSA.Bila
ditemukan maka dilakukan operasi bedah syaraf .

2.9 Management Keperawata/Asuhan Keperawatan Menurut Teori

a. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan adalah dengan menanyakan keluhan utama klien,


riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakt dahulu, riwayat penyakit keluarga. Riwayat
penyakit dahulu sepertu hipertensi, DM, displidemia. Pengkajian fungsi pola juga dapat
dilakukan yang meliputii pola persepsi dan pemelihataan kesehatan, pola nutrisi, pola
elomonasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan tidur, pola kognitif perceptual,
pola konsep diri, pola peran dan hubungan ( komunikasi dan hubungan dengan orang lain
), pola seksual dan seksualitas, pola koping dan stress, dan pola nilai dan kepercayaan.
Pengkajian fisik dapat dilakukan dengan teknik head to toe untuk mengetahui adanya
gangguan pada tubuh pasien.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan


keseimbangan dan koordinasi spastisitas dan cedera otak.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hemiparesis/hemiplegia, penurunan


mobilitas.

3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi otot facia/oral.

c. Patient Outcome/Penentuan Kritria Hasil dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa Patien Outcome/ Intervensi Rasional


Keperawatan Penentuan Kriteria Keperawatan
Hasil
1. Hambatan Selama 3x dalam 24 1. Kaji tingkat 1. Menentukan
mobilitas jam tindakan kemampuan kemampuan untuk
fisik keperawatan, mobilitas klien. memaksimalakan
berhubunga diharapkan masalah klien dalam
n dengan hambatan mobilitas 2. Kaji kekuatan melakukan aktivitas
hemiparesis, fisik dapat teratasi otot. fisik.
kehilangan dengan kriteria : 3. Ubah posisi 2. Mengetahu tingkat
keseimbang minimal setiap 2
an dan a. Klien/keluarga kemampuan otot
mengungkapkan jam. klien
koordinasi
spastisitas mampu 4. Ajarkan klien 3. Menurunkan resiko
dan cedera beraktivitas latihan (ROM)
ringan dan terjadinya iskemia
otak rentang gerak jaringan akibat
bertahap secara altif dan pasif,
mandiri. sirkulasi darah yang
libatkan jelek padda daerah
keluarga dalam
b. Klien mampu melakukan yang tertekan.
mengingkatkan tindakan.
kemampuan 4. Meminimalkan
mobilitas fisik. 5. Anjurkan atrofi otot,
keluarg dalam meningkatkan
c. Klien mampu memenuhi ADL sirkulasi, membantu
mempertahanka klien. mencegah
n kekuatan otot kontraktur.
dan ROM 6. Kolabrasi
secara mandiri. deenga ahli 5. Bantuan minimal
fisioterapi untuk diperlukan agar
latihan fisik klien tidak
klien. terhambat dalam
melakukan
aktivitaas harian.

6. Peningkatan
kemampuan dalam
mobilisasi
ekstremitas dapat
ditingkatkan dengan
fisioterapi

2. Kerusakan Selama 3x 24 jam 1. Kaji TTV 1. TTV terutama suhu


integritas tindakan keperawatan tubuh dapat menjdai
kulit diharapakan , 2. Kaji keadaan salah indicator
berhubunga masalah kerusakan luka. respon tubuh
n dengan intregritas kulit dapat 3. Kaji tanda tanda terhadap inflamasi
hemiparesis/ teratasi dengan infeksi. atau infeksi.
hemiplegia, kriteria hasil :
penurunan 4. Lakukan 2. Mengetahui
mobilitas. a. Klien/keluarga perawatan luka. keadaaan luka dan
mengungkapkan perkembangannya.
luka membaik, 5. Berikan
kering, tidak penjelasan 3. Infeksi menunjukkan
berbau dll. kepada klien dan adanya bakteri dan
keluarga respon tubuh
b. Kondisi luka mengenai tanda terrhadoa proses
membaik. dan gejala penyembuhan luka

c. Proses infeksi. 4. Menghindari


penyembuhan 6. Ajarkan kepada terjadinya infeksi
luka lebih cepat. keluargaa dan terpapar oleh
d. Luka tidak tentang cara kuman bakteri.
menyebar. pperawatan luka.
5. Meningkatkan
e. Klien bebas dari pemahaman klien
tanda-tanda dan keluarga tentang
infeksi. tanda dan gejala
infeksi.
f. TTV dalam batas
normal. 6. Meningkatkan
kemandirian
keluarga dalam
proses perawatan.

3. Hambatan Selama 3x24 jam 1. Kaji kemampuan 1. Mengetahui tingkat


komunikasi keperawatan bicara klien. kekampuan klien
verbal diharapkan masalah dalam berbicara.
berhubunga hambatan komunikasi 2. Anjurkan
n dengan verbal dapat teratasi keluarga untuk 2. Keluarga adalah
penurunan dengan kriteria hasil : selalu berbicara orang terdekat klien
fungsi otot dengan klien. sehingga
facia/oral. a. Pembicaraan menstimulus
pasien dapat 3. Dorong pasien kemampuan bicara
dipahami. untuk klien.
berkomunikasi
b. Memahami secara perlahan 3. Meningkatkan
maksud dan dan untuk kemapuan bicara
pembicaraan mengulangi klien jika dilakukan
orang lain. permintaan. secara berulang.
Daftar Pustaka

Amin, Hardhi. 2015 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Media & Nanda NIC-
NOC Jilid 3. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan


Medikal-Bedah. Jakarta : EGC

Manggikari. 2013. Retrived, 1 April 2019 From :


http://eprints.umm.ac.id/42739/3/jiptummpp-gdl-manggikari-48723-3-babii.pdf

Oktavianus. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem Neurobehavior. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai