ANATOMI FISIOLOGI
Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima 15% dari curah
jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilokalori energi
setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap bermacam-macam sensasi atau rangsangan
terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang disadari, dan kemampuan
untuk melaksanakan berbagai macam proses mental, seperti ingatan atau memori, perasaan
emosional, intelegensi, berkomuniasi, sifat atau kepribadian, dan pertimbangan. Berdasarkan
gambar dibawah, otak dibagi menjadi lima bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil
(serebelum), otak tengah (mesensefalon), otak depan (diensefalon), dan jembatan varol (pons
varoli) (Russell J. Greene and Norman D.Harris, 2008 ).
Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak besar mempunyai fungsi dalam
mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan
(memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat
pendengaran, dan lobus frontalis berperan sebagi pusat kepribadian dan pusat komunikasi.
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot, keseimbangan dan
posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang
normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang
halus dan cepat.
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi penting pada refleks
mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan. Selain itu,
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Stroke merupakan suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena
gangguan peredaran darah otak yang terjadi secara mendadak dalam beberapa detik atau
secara cepat dalam beberapa jam timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
otak yang terganggu (WHO,2005). Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi
syaraf lokal dan atau global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi
syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan
syaraf tersebut antara lain kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara
tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran, dan gangguan penglihatan (Kemenkes RI, 2013)
Stroke atau cedera cerebrovascular adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak. (Oktavianus, 2014 ) Stroke hemoragik adalah
perdarahan serebral yang disebabkan oleh robeknya arteri atau arterioserebral (William F.
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.
2.2 Etiologi
a. Adanya kerusakan arteri yang disebabkan oleh usia, hipertensi dan DM.
b. Timbulnya trombosis
c. Timbulnya emboli
d. Penyebab Hemoragik : Tekanan darah terlalu tinggi. Aneurisma arteri, penurunan faktor
pembekuan darah, leukemia, pengobatan antikogulan.
(Oktavianus, 2014)
2.3 Epidemiologi
Stroke Hemoragik terjadi sekitaar 20% dari seluruh kasus stroke (Gilrado, 2007).
Hampir 70% kasus stroke hamoragik terjadi pada pasien hipertensi. Pada stroke ini, lesi vascular
intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi pendarahan di subaraknoid atau langsung ke
dalam jaringan otak. Pendarahan dapat secara cepat menimbulkan gejala neurogenic karena
tekanan pada struktur-struktur saraf di dalam tengkorak. Iskemia adalah konsekuensi sekunder
dari perdarahan baik yang spontan maupun traumatik.
Mekanisme terjadinya iskemia tersebut karena adanya tekanan pada peembuluh darah
akibat ekstravasasi darah ke dalam tengkorak yang volumenya tetap dan vasospasme reaktif
pembuluh-pembuluh darah yang terpajan didalam ruang antara lapisan araknoid dan piamter
meningen. Biasanya stroke hemoragik secara cepat menyeebabkan keruskan fungsi otak dan
kehilangan kesadaran.
Stroke dapat mempengaruhi fungsi tubuh. Adapun beberapa gangguan yang dialami pasien yaitu:
b. Pengaruh secara fisik : paralisee, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan
pengelihatan, hemiplegi (lumpuh tubuh sebelah).
c. Pengaruh terhadap komunikasi : afasia ( kehilangan bahasa), disartria (bicara tidak jelas).
(Oktavianus 2014)
Stroke Hemoragik
Gelaja Klinis
PIS PSA
2.5 Patofisiologi
Pada stroke hemoragik, pendarahan disebabkan oleh karena pecahnya aneurisma, AVM ( Arterio
Venous Malformation ) atau yang paling sering karena hipertensi. Peningkatan tekanan sistolik
dan diastolic menyebabkan perubahan pada dinding arteri sehingga menjadi mudah pecah.
Aneurisma lebih sering ditemukan pada daerah percabangan arteri cerebral besar, pecahnya
aneurisma menyebabkan perdarahan di ruang subaraknoid atau langsung masuk didalam
ventrikel sehingga menyebabkan perdarahan intra cerebral, hal ini menyebabkan aliran darah
menjadi berkurang dan selanjutnya akan terjadi iskemik dan kemudia penurunan fungsi
neurologis.
c. Pungsi lumbal : Menunjukkan adanyanya tekanan normal. Tekanan meningkat dan cairan
yang mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan.
(Oktavianus, 2014)
2.7 Medikasi
Terapi umum : Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30
ml, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan
sistolik >180 mmHg, diastolic >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma
bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol
IV 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg ( pemberian dalam 10 menit) maksimum
300 mg; enalapril IV 0,625-1,25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapat
tanda tekanan intracranial meningkat, posisi kepala dinaikan 30º, posisi kepala dan dada di satu
bidang, pemberian mannitol dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum
sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral,
sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan
di obati dengan antibiotic spectrum luas.
Menurut Brunner & Suddarth ( 2000 : 2137 ) penatalaksanaan medis stroke hemoragik
meliputi diuretic untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 – 5 hari
setelah infark serebral. Anti koagulan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya trombosis atau mobilisasi dari tempat lain dalam system kardiovaskuler. Selain
Karena biasanya penderita dalam keadaan koma, maka pengobatan dibagi dalam
(2).Darah, dijaga agar tekanan darah tetap cukup untuk mengalirkan darah
(perfusi) ke otak. Dan menjaga komposisi darah (O2, Hb, glukosa) tetap
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
6. Peningkatan
kemampuan dalam
mobilisasi
ekstremitas dapat
ditingkatkan dengan
fisioterapi
Amin, Hardhi. 2015 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Media & Nanda NIC-
NOC Jilid 3. Yogyakarta : Mediaction Publishing