Anda di halaman 1dari 22

1

Berawal dari sebuah ketidak sengajaan lalu menjadi sebuah kebiasaan.


Itulah pertemuan kita.

Kayra namanya. Gadis bermata coklat yang selalu menunjukan sorot ketegasan,
begitulah pendapat dari kebanyakan orang saat pertama kali bertemu dengannya. Setelah
mengenal lebih jauh, orang-orang akan berpendapat bahwa Kayra merupakan sosok dengan
jiwa kepemimpinan yang kuat sehingga sangat mudah orang-orang percaya padanya. Namun
dibalik semua kelebihannya, ia hanyalah sesosok perempuan berumur tujuh belas tahun dengan
hati yang rapuh, saking rapuhnya ia selalu membentengi dirinya agar tak ada satupun yang bisa
masuk dan mengobrak-abrik pertahanannya. Tapi tanpa ia sadari, suatu ketika hatinya sudah
tertuju pada satu orang yang berpotensi untuk menghancurkan hatinya...
Kapten tim basket yang terkenal dengan sejuta pesonanya, Keanu. Siapa yang tak kenal
dia, salah satu most wanted boy disekolahnya. Bahkan kabar tentang ketampanannya sudah
tersebar hingga ke sekolah-sekolah lain. Keanu yang selalu ramah dan sopan kepada siapapun
membuat dirinya digemari oleh hampir semua penghuni berjenis kelamin perempuan di
sekolahnya, bahkan guru-guru mengidolakannya. Tapi di balik itu semua, Keanu menyimpan
banyak sekali rahasia. Sampai suatu hari ia bisa menemukan seseorang yang benar-benar ia
percaya...
Keduanya bertemu dengan tidak sengaja.
Sore itu, kala langit mendung dan menunjukan tanda-tanda akan hujan, Kayra masuk
ke coffee shop milik kakaknya. Ia memang suka mampir ke tempat ini untuk meghabiskan akhir
pekannya. Membaca novel yang tertunda atau bahkan menyelesaikan tugas sekolahnya yang
berada di ambang deadline.
Hari ini agendanya adalah menyelesaikan novel fiksi, hadiah ulang tahunnya yang ke
tujuh belas dari kakaknya tersayang. Sebelum menjalankan ‘ritual’ yang akan dilakukannya
selama dua jam kedepan, seperti biasa Kayra masuk ke dapur coffe shop untuk membuat
minuman kesukaannya, Vanilla Frappucino dengan ekstra whipped cream. Ia sengaja membuat
minuman sendiri karena tidak ingin merepotkan para barista yang selalu sibuk menyelesaikan
pesanan pengunjung.
Kayra membawa gelas berisikan Vanilla Frappucino ke meja kebangsaannya di pojok
ruangan. Sofa yang diletakan melekat dengan dinding, terletak disebelah jendela kaca lebar
sehingga ia bisa melihat bebas pemandangan di luar. Tapi langkahnya terhenti saat melihat
seorang laki-laki telah menduduki kursinya. Seakan sadar dengan kedatangannya, laki-laki itu
memutar tubuhnya kemudian mata mereka bertemu. Tiba-tiba jantungnya berdetak tak keruan,
dia hanya diam, berusaha menenangkan debarannya. Setelah berhasil mengembalikan detak
jantungnya menjadi ‘mode’ normal, Kayra membuka suara, “Sorry¸ meja ini udah ada
penghuninya”, ia mengucapkan dengan nada tegas seolah-olah debaran jantung yang tak
1

keruan tadi tak pernah terjadi.


Page
“Lu Kayra kan? Anak Ipa 2? Boleh gak kalau gue duduk disini? Soalnya meja lain pada
penuh.”, balas laki-laki itu.
Kayra sedikit terkejut saat mendengar laki-laki ini tau namanya. Maklum ia tak
menganggap dirinya seterkenal itu di sekolah, sampai seorang idola sekolah bisa tau dirinya.
Ya, laki-laki itu adalah Keanu. Tidak mungkin ia tidak mengenali sosok itu, sosok yang selalu
di elu-elukan oleh sahabatnya. Keanu ganteng lah... Keanu hebat main basket lah... dan
berbagai macam kehebatan keanu lainnya.
Kayra mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, benar saja ucapan
Keanu tadi, seluruh meja sudah terisi penuh. Akhirnya Kayra memutuskan untuk duduk di
kursi yang bersebrangan dengan kursi yang telah diduduki oleh Keanu.
Walaupun Kayra tidak mengucapkan sepatah kata lagi setelah duduk, tapi Keanu
paham bahwa Kayra sudah memberikannya ijin untuk berbagi meja. “Makasih, Kay”, ujar
Keanu kemudian. Sedang yang diucapkan tetap diam sambil menatap novel yang ada
dihadapannya. “Gue Keanu”, Keanu kembali mengeluarkan suara sambil menyodorkan
tangannya ke arah Kayra. Tak lupa ia menambahkan senyum manisnya yang biasa ampuh
untuk meluluhkan hati lawan jenis. Sedetik... Dua detik... tidak ada respon dari si lawan bicara.
Tepat sebelum Keanu ingin menarik tangannya, Kayra menerima uluran itu kemudian balas
menjabat, “Kayra”, ujarnya dengan senyum tipis. Saking tipisnya, Keanu merasa bahwa dia
hanya berhalusinasi saat melihat senyum itu.
Keanu ingin mengajak perempuan di hadapannya mengobrol, tapi melihat Kayra yang
sudah sibuk kembali dengan benda bernama novel itu, ia mengurungkan niatnya. Ia
memutuskan mengeluarkan handphone dari saku celananya kemudian menyumpal telinganya
dengan headset yang sudah tersambung dengan handphonenya. Memutar musik dari playlist
lagu kesukaannya. Tanpa sadar matanya sudah terpejam menikmati alunan musik bersamaan
dengan tingkat kesadarannya yang semakin menurun.
Dua jam kemudian, Kayra menyudahi kegiatan baca membacanya. Ia melakukan
peregangan, mengurangi sedikit penat dan lelah yang dirasakan oleh tubuhnya. Kayra sedikit
bingung saat mendapati Keanu dengan mata terpejam. Tanpa sadar Kayra memandangi wajah
di hadapanya yang sedikit tertunduk itu, tanda bahwa sang empunya sedang tidur. Bahkan kopi
dan sepotong cake-nya yang diantarkan oleh salah satu pelayan belum tersentuh. Wajah Keanu
terlihat damai, bulu mata lentik dan alis yang tebal membuat wajah itu terlihat sangat menarik.
Kayra cepat-cepat menyudahi acara ‘inspeksi dadakannya’, takut kalau tiba-tiba saja sosok di
hadapannya sadar.
Sebelum memutuskan untuk beranjak dari meja itu dan pulang, Kayra sempat bingung
apakah ia harus membangunkan Keanu untuk berpamitan atau berlalu begitu saja. Dan
pilihannya jatuh untuk berlalu saja, lagi pula kami hanya tidak sengaja duduk semeja dan
sepertinya Keanu juga tidak perduli dengan Kayra, daripada Kayra menganggu tidur Keanu,
lebih baik ia langsung pergi saja. Meninggalkan Keanu yang masih belum tersadar dari
tidurnya.
*****
2
Page
Hari Senin datang. Seperti sekolah pada umumnya, sekolah Kayra mengadakan upacara
bendera yang diikuti oleh seluruh penghuninya. Setelah sang komandan upacara membubarkan
barisan, semua siswa berhamburan angkat kaki dari lapangan. Tak ada yang berniat untuk
bertahan lebih lama karena sinar matahari sudah mulai terik. Sebagian siswa langsung menuju
kelas masing-masing karna kelas akan dimulai setengah jam lagi dan sebagian lagi bergegas
menuju kantin dan memanfaatkan waktu itu untuk melepas dahaga bahkan membeli cemilan
untuk mengganjal perut yang tak sempat diisi karena harus berangkat sekolah lebih pagi dari
waktu biasanya.
Kayra sebenarnya sudah ingin melangkahkan kakinya menuju kelas, lebih memilih
untuk beristirahat di kelas ketimbang harus berdesak-desakan di kantin. Tapi Karin – teman
sebangku dan sahabatnya – memaksanya untuk ikut ke kantin. “Bentar aja Kay, gue cuma mau
beli air mineral dingin”, begitulah alasannya saat memaksa Kayra agar ikut bersamanya. Mau
tak mau Kayra menurut saat tangannya ditarik menuju arah kantin yang terletak di ujung
lorong, bersebelahan dengan kelas Ipa 5.
Kantin yang mereka tuju ternyata sudah penuh dengan orang. Kayra memutuskan untuk
menunggu diluar dan membiarkan Karin bergabung dengan orang-orang yang berebut minta
dilayani itu. Kayra mengeluarkan handphonenya dari saku roknya, membaca satu persatu
notifikasi dari berbagai social media miliknya. Ia membuka aplikasi chattingnya dan mendapati
beberapa pesan masuk, ada yang dari grup dan personal. Ia mengabaikan pesan masuk yang
berasal dari grup, kemudian membuka salah satu pesan yang dikirimkan secara personal
kepadanya, pesan itu dari Aldi. Pesan itu berisi tentang Aldi yang ingin memastikan apakah
pertemuan mereka sore ini jadi.
Karin datang tepat pada saat Kayra selesai mengetikan balasan untuk pesan Aldi.
“Yuk”, ajak Karin. Tangan kirinya memegang botol air mineral sedang tangan kanannya yang
bebas langsung menggamit lengan Kayra. Karin yang sudah ingin melangkahkan kakinya, tiba-
tiba mengurungkan niatnya saat melihat pemandangan di depannya. Keanu sedang berjalan ke
arah mereka – atau lebih tepatnya ke arah kantin – dengan dua orang temannya. Mereka terlihat
asik membincangkan sesuatu.
Ketika jarak mereka semakin tipis, tiba-tiba Keanu melambaikan tangannya ke arah
Kayra dan Karin. Saat Keanu sudah tiba tepat dihadapan mereka, “Hai Kay”, Keanu menyapa
dengan santainya.
“Eh.. H..ai”, jawab Kayra dengan sedikit kikuk. Ia juga bingung kenapa dirinya tiba-
tiba seperti ini saat membalas sapaan orang, padahal dia selalu cukup percaya diri di manapun
ia berada. Kali ini pun, Keanu sukses membuat detak jantungnya tak beraturan.
“Habis dari kantin?”
Tipikal pertanyaan basa-basi, kata Kayra dalam hatinya. Akhirnya ia berhasil
memenangkan pertarungan dengan debaran jantungnya yang berlebih tadi dan membuat organ
tubuh itu berfungsi sewajarnya kembali.
“Iya, gue duluan ya”. Kayra merasa tidak ingin berbasa-basi dan langsung menarik
3

sahabatnya untuk meninggalkan tempat mereka.


Page
Karin yang seakan tersadar dari kekagumannya tiba-tiba berucap, “Kita duluan ya,
Keanu”. Mimpi apa dia semalam bisa berbicara dengan Keanu, padahal lebih tepatnya yang
Keanu ajak bicara adalah Kayra. Tapi ia tidak perduli, yang penting ia bisa berada dekat dengan
Keanu sedekat itu saja ia sudah senang.
“Pelan-pelan dong Kay”, protes Karin saat merasakan langkah Kayra yang terlalu
tergesa-gesa. Kayra tetap tidak mengindahkan kata-kata temannya dan malah berjalan semakin
cepat menuju kelas mereka. Akhirnya Karin hanya pasrah sambil berusaha mengimbangi
langkah kaki sahabatnya yang seakan dikejar oleh setan itu.
*****
Kayra mendudukan dirinya di kursi yang terletak di ujung sebelah kanan meja. Kursi-
kursi disusun melingkari meja membentuk huruf u, sehingga bagian depannya sengaja
dikosongkan untuk memberi ruang lebih karena ada papan tulis serta layar proyektor. Kayra
duduk tepat menghadap ke papan tulis, kursi disebelahnya yang letaknya lebih ke tengah meja
di isi oleh Aldi selaku Ketua Osis. Sedang jabatannya sendiri dalam organisasi ini adalah
sebagai sekretaris. Agenda rapat mereka hari ini akan membahas mengenai buku tahunan
senior mereka, tentu saja Osis selaku penanggung jawab mengharapakan kerja sama dari setiap
ekstrakulikuler yang ada di sekolah ini agar pembuatan buku ini dapat berjalan lancar dan
sesuai rencana.
Sepuluh menit sebelum rapat dimulai, Kayra sibuk menyiapkan laptopnya. Membuka
salah satu aplikasi penyusun kata yang terpasang di laptopnya. Ia mulai mengetikan informasi-
informasi yang kiranya akan dibutuhkan sebagai pelengkap hasil rapat ini nanti.
Satu-persatu tamu undangan rapat memasuki ruangan dan mengambil tempat duduk
masing-masing, mengisi kursi yang belum berpenghuni.
Aldi bangkit berdiri, berdeham sebelum mulai berbicara, “Sebelum rapat ini dimulai,
saya mewakili teman-teman Osis ingin mengucapkan terimakasih kepada tepman-teman
perwakilan dari setiap ekstrakulikuler yang telah hadir disini...”
Tepat setelah mendengar suara Aldi, Kayra mengangkat kepalanya dari layar laptop
dan langung terkejut saat mendapati seseorang yang baru saja masuk. Kebetulan pintu ruangan
terletak didepan, bersisian dengan papan tulis, sehingga Kayra bisa melihat dengan pasti siapa
yang baru saja masuk.
Keanu tersenyum saat matanya bertabrakan dengan mata milik Kayra yang sudah
duduk manis di salah satu sisi meja. Sedang Kayra hanya memasang tampang datar,
membuatnya sedikit bingung. Keanu merasa semenjak mereka pertama kali berkenalan, Kayra
memberikan kesan seperti tidak suka dengannya. Padahal seingatnya, ia tidak pernah merasa
mempunyai masalah ataupun berbuat salah kepada cewek ini. Sungguh aneh, disaat hampir
semua perempuan menyukainya, cewek ini malah terlihat tidak ingin berada di dekatnya.
Membuatnya sedikit penasaran dan ingin mencari tahu alasannya.
Setelah mengucapkan permintaan maaf dan menjelaskan alasan keterlambatannya
datang ke rapat ini, Keanu berjalan menuju satu-satunya kursi yang masih kosong. Kursi itu
4

berada di sebelah Kayra. Ia sangat senang mengetahui fakta ini, walaupun perasaan itu tak ia
Page
tunjukan. Ia tetap tenang saat sudah duduk ke kursi, mencoba mendengarkan penjelesan dari
Aldi – sang ketua Osis.
Sepanjang rapat berlangsung, Keanu mencoba mencuri-curi pandang ke sebelahnya. Ia
melihat Kayra yang sedang berkonsentrasi penuh dengan laptopnya. Sesekali perempuan itu
memainkan bolpoinnya sebelum kembali menarikan jari lincahnya di atas keyboard laptop.
Rapat ini berjalan cukup lama. Dua jam mereka membahas keterkaitan setiap
ekstrakulikuler dalam pembuatan buku tahunan dan bagaimana teknisnya. Ketika dirasa
semuanya sudah paham akan tugas masing-masing, rapat pun ditutup.
“Terimakasih atas waktu yang sudah teman-teman luangkan, untuk rapat selanjutnya
akan diberitakuan secepatnya”. Aldi menutup rapat pada saat jam di dinding sudah menunjukan
pukul lima sore.
Satu persatu orang meninggalkan ruangan ini dan saling berpamitan. Tak terkecuali
Keanu. Sebenarya ia masih enggan untuk pulang karena dilihatnya Kayra masih bertahan di
ruangan itu dan sibuk membereskan barang bawaannya. Sebelum pamit, ia tadi menawarkan
diri untuk membantu Kayra, namun perempuan itu menolaknya dengan halus. Padahal ia
berencana untuk mengajak pulang Kayra bersama.
Keanu berdiri sambil bersandar di mobilnya, sudah hampir lima belas menit dia
menunggu. Niatnya untuk mengajak Kayra pulang bersama masih belum hilang. Setelah
bantuannya di tolak, Keanu masih berusaha untuk menarik perhatian Kayra. Padahal selama
ini ia tidak pernah harus berusaha sekeras ini.
Menarik... pikirnya dalam hati sambil menghisap rokok yang sekarang hanya tersisa
setengahnya. Ia menghembuskan asap dari mulutnya secara perlahan, mencoba menikmati
sensasi yang ditimbulkan. Sedetik kemudian, ia mendengar suara tawa seseorang, yang tidak
bukan adalah milik Kayra. Keanu membuang rokoknya yang masih setengah itu ke tanah
kemudian menginjaknya hingga mati. Ia membalikan badan dan menemukan pemandangan itu.
Kayra dan Aldi yang sedang tertawa lepas. Mereka berpandangan sejenak, kemudian seperti
membicarakan sesuatu dan sedetik setelah Aldi menyelesaikan kalimatnya, Kayra kembali
tertawa. Mereka terlihat nyaman satu sama lain dan bahagia...
Keanu bergegas masuk ke dalam mobilnya, sebelum kedua orang itu menyadari
keberadaannya. Dari interaksi Kayra dan Aldi, Keanu bisa melihat betapa dekatnya mereka
satu sama lain. Ada rasa aneh yang tiba-tiba merayap di hatinya, entah apa. Bukan cemburu...
perasaan itu lebih dominan ke perasaan iri, iri melihat seberapa dekatnya mereka, dan betapa
bahagianya mereka...
Keanu menolak untuk menelaah perasaan itu lebih lanjut, ia memutuskan untuk pergi
dari situ. Dinyalakannya mesin mobil, kemudian segera berlalu. Mengemudikan mobilnya
bergabung bersama kendaraan lain yang sudah lebih dahulu memadati jalan.
***
Kayra membaringkan diri di kasur empuknya. Tubuhnya terasa sangat lelah, tapi yang
5

lebih lelah adalah pikiran dan perasaannya. Akhir-akhir ini ia otaknya terlalu sering
Page

memikirkan satu nama itu. Keanu.


Dia terlalu terkejut sampai rasanya hampir tidak percaya bahwa Keanu bersikap
bersahabat kepadanya beberapa hari belakangan, semenjak pertemuan mereka di coffe shop
akhir pekan lalu. Akhirnya ia hanya bisa memberikan respon yang sangat kaku saat laki-laki
itu menegur atau mengajaknya berbicara. Ada alasan di balik semua tingkah lakunya kepada
laki-laki itu. Dan menurutnya keputusannya sekarang adalah pilihan yang terbaik, keputusan
ini akan menyelamatkannya di masa depan. Ia yakin itu.
Menolak untuk begitu terlarut dalam keadaan ini, Kayra bangkit dari tempat tidurnya,
kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Ia harus segera membersihkan diri, kemudian
beristirahat sejenak sambil menunggu waktu makan malam.
Setengah jam kemudian Kayra keluar dari kamar mandinya lengkap dengan piama tidur
kesayangannya. Ia mendudukan diri di kursi meja rias, kemudian mulai mengeringkan
rambutnya dengan pengering rambut. Pantulan wajahnya di cermin meja rias menunjukan
betapa lelahnya dia, kantong mata yang semakin menebal, beberapa jerawat yang mulai
tumbuh. Kayra melakukan rutinitas setelah mandinya, mengoleskan pelembab wajah dan bibir,
kemudian beberapa rangkaian skin care lainnya.
Terdengar ketukan dari pintu kamarnya, “Kay, makan malam udah siap. Papah mamah
tunggu di bawah ya”, ucap Mamah Kayra kemudian.
“Iya, Ma”, balas Kayra. Ia bergegas menyelesaikan acara menggunakan skin care- nya
dan bergegas turun menyusul kedua orang tuanya yang sudah berada di meja makan. Beberapa
macam lauk pauk sudah tersaji di meja dengan asap yang masih mengepul, tanda bahwa
makanan itu baru saja jadi.
Kayra menarik kursi di sebelah Mamahnya, kemudian duduk. Ia mencomot bakwan
jagung yang terlihat begitu menggoda. Mamah Kayra menyodorkan piring kepada sang anak
dan segera disambut dengan sukacita oleh Kayra. Kayra meletakan bakwan jagung yang baru
setengah ia gigit ke piring yang baru saja ia terima lalu meletakan piring itu ke meja.
Saat dilihatnya sang ibu ingin mengambilkan nasi untuk ayahnya, Kayra segera
mengambil piring itu kemudian berucap, “Hari ini biar Kayra yang ngambilin nasi buat Mamah
Papah”. Kedua orang tua itu hanya menatap anak gadis mereka dengan tatapan penuh kasih
sayang. Bersyukur, mempunyai seorang anak yang sangat menyayangi mereka. Mereka bertiga
menghabiskan makan malam sambil bercerita tentang kegiatan mereka seharian ini. Mulai dari
kesibukan Kayra di sekolah, client butik Mamah yang banyak maunya, atau pertemuan Papa
dengan para koleganya. Sangat terlihat betapa dekat dan saling menyayanginya keluarga ini.
Namun tak semua anak dapat merasakan bahagianya mempunyai orang tua yang masih
lengkap dan merasakan betapa besar kasih sayang mereka. Keanu contohnya. Ia duduk di meja
makan sendirian, menu makan malamnya hari ini ayam goreng dari salah satu restoran cepat
saji yang terletak di mall sebelah yang terhubung langsung dengan apartemennya.
Ya, dia tinggal di apartemen ini sendiri. Tak ada orang tua ataupun saudara yang akan
menemaninya bahkan sekedar makan malam bersama. Ia sudah terbiasa dengan rasa sepi ini.
Menikmati kekosongan hatinya seorang diri. Semua teman ataupun orang yang ia kenal di
6

sekolah dan lingkungan bermainnya, tak ada yang mampu ia percayai. Ia takut saat ia mulai
Page
percaya dengan orang, orang itu akan pergi meninggalkannya. Lagi. Membuat luka di hatinya
semakin dalam.
Ia masih mempunyai keluarga. Namun apakah seseorang tetap dapat kau anggap
sebagai keluarga saat ia tak pernah perduli. Bahkan saat Keanu memutuskan untuk tinggal di
apartemen sendiri, sang Ayah tak mempertanyakan alasannya dan langsung memberikan ijin.
Hatinya sakit kala itu, kenyataan itu begitu menyakitinya. Apa bedanya ia dengan yatim piatu
saat ini, tinggal sendiri dan tak merasakan kasih sayang.
Tapi semakin lama Keanu semakin kebal, sampai-sampai hatinya mati rasa. Ia mulai
menyusun kembali hidupnya yang sempat hancur semenjak kejadian itu. Kejadian masa lalu
yang merenggut kedua orang yang sangat ia sayang dan membuat hidupnya berjalan seperti
ini.
Ia mengeluarkan handphonenya dari saku celana. Membuka salah satu social media
yang saat ini sedang digandrungi oleh kebanyakan remaja. Social media ini memberikan
fasilitas bagi penggunanya untuk membagikan foto maupun video kepada para pengikut
pengguna. Keanu mengetikan nama Kayra di fitur pencarian. Tak sampai dua detik, hasilnya
keluar. Kayra Renata Adiatama, nama itu terletak di paling atas dari hasil pencarian. Dengan
satu gerakan, Keanu membuka profil gadis itu. Private. Tanpa pikir panjang, Keanu menekan
tombol follow, kemudian menyimpan hpnya kembali ke kantong celananya. Ia melanjutkan
makan malamnya yang sempat tertunda.
***
Hari-hari berlalu seperti biasa, tidak ada kisah menarik beberapa hari belakangan ini.
Kayra sebisa mungkin menghindari kemungkinan terjadinya pertemuan dengan Keanu. Ketika
matanya menangkap sosok laki-laki berbadan tegap dan tinggi itu, di manapun ia berada, pasti
ia segera bersembunyi atau pergi secepatnya yang dia bisa seperti orang bertemu hantu. Ia juga
bingung mengapa ia melakukan itu. Apalagi semenjak notifikasi social media miliknya masuk,
menandakan bahwa seseorang baru saja mengikuti akunnya, orang itu adalah Keanu.
Pagi ini, Kayra terpaksa merelakan hari liburnya yang biasanya ia dedikasikan untuk
tidur sampai siang. Karin memaksanya untuk ikut pergi ke salah satu pusat perbelanjaan besar
di kota mereka.
Dan di sinilah ia berada, di depan cermin yang kira-kira tingginya dua meter, cermin
ini diletakan di sudut ruangan bersebelahan dengan rak baju kayu tempat jaket ataupun outer
digantung. Kayra memperhatikan sejenak penampilannya di kaca. Setelah cukup puas dengan
boyfriend ripped jeans dan kemeja yang kerahnya berpotongan lebar sehingga menampilkan
bahu mulusnya. Rambutnya sengaja ia cepol tinggi dengan sedikit berantakan, ia terlalu malas
untuk keramas pagi ini.
Karin : 5 menit lagi gue nyampe!!
Setelah membaca pesan melalui pop up yang muncul di layar handphonenya, Kayra
mengambil parfum sebagai sentuhan terakhir. Menyemprotkan cairan bening di dalam botol
kaca itu ke beberapa titik di tubuhnya. Kemudian dengan segera ia keluar dari kamar tidurnya.
7
Page
Tepat pada saat ia selsai mengenakan sepatunya, sebuah moil berhenti di depan pagar
rumahnya. “Bi, Aya pergi dulu, main sama Karin”, pamitnya kepada sang asisten rumah tangga
yang sedang sibuk menjemur baju di samping rumah. Kayra langsung masuk ke dalam mobil
dan duduk di kursi penumpang. Di sebelahnya, Karin sudah duduk manis di belakang setir.
Setelah memastikan Kayra sudah memasang sabuk pengaman, ia melajukan mobilnya ke
tempat tujuan mereka sesuai yang sudah direncanakan.
“Tumben Kak Klara mempercayakan barangnya ke lo?”, tanya Kayra, ia sedikit
terkekeh mengejek. Pasalnya, ia tahu betapa kakak perempuan Karin itu sangat tidak percaya
kepada adiknya ini, wajar saja kalau diingat-ingat berapa barang yang selalu berujung naas jika
berada di tangan Karin.
“Gue peras dia”, kata Karin sedikit tertawa. Kayra hanya membalas dengan pandangan
bertanya ingin tahu kisah selanjutnya. Setelah berhasil menghentikan mobil dengan mulus di
lampu merah, Karin melanjutkan ceritanya. “Kemarin mantannya yang dari Australi datang ke
rumah, terus tadi gue ancem kalo dia gak mau minjamin mobilnya bakal gue lapor ke calon
kakak ipar gue, dan lo tau sendiri gimana cemburuannya calon kakak ipar gue itu”, Karin
menceritakan kejadian itu dengan nada puas. Akhirnya ia menemukan senjata untuk
mengancam kakaknya.
Tak sampai setengah jam perjalanan mereka berdua telah sampai di pusat perbelanjaan
tujuan. Keadaannya masih tergolong sepi walaupun hari ini adalah weekend. Wajar saja,
mereka datang disaat mall baru buka dan semua ini adalah ide siapa lagi kalau bukan Karin. Ia
bersikeras untuk datang sepagi ini dengan alasan agar bisa lebih bebas kalau mencari barang
yang ia inginkan. Hari ini agenda mereka adalah mencari hadiah ulang tahun untuk Daffa –
pacar Karin. Selain dipaksa untuk menemani Karin mencari kado, Kayra juga dipaksa untuk
terlibat dalam rencana suprise Karin untuk Daffa.
Karin dan Daffa sudah berpacaran selama satu tahun, bisa dibilang benih-benih cinta di
antara mereka berdua tumbuh karena terjebak dalam cinta lokasi, pada saat itu mereka
mendapatkan tugas studi lapangan ke salah satu pabrik susu dan mereka berdua tergabung
dalam satu kelompok. Mungkin dari terbiasa bersama mereka jadi merasa nyaman satu sama
lain. Walaupun sudah memilih Daffa dalam hatinya, namun Karin tetap saja tidak bisa tinggal
diam saat melihat cowok ganteng. Contohnya saat melihat Keanu. Tapi walaupun begitu, Karin
adalah pacar yang setia. Ia hanya suka memandangi deretan cowok tampan itu saja tanpa ada
maksud lain, semacam fangirl yang menyukai idol-idol dari negara yang terkenal dengan
boyband ataupun girlband-nya.
Setelah puas berkeliling ke outlet-outlet yang menyediakan sepatu untuk laki-laki di
mall ini, mulai dari lantai satu sampai lantai empat dan mendapatkan sepatu yang cocok untuk
hadiah Daffa mereka akhirnya memilih untuk beristirahat, memutuskan untuk makan siang
sejenak di salah satu restoran sushi.
Saat mereka sampai di depan restoran itu, terlihat antrian yang lumayan panjang. Kayra
menghampiri seorang pelayan yang bertugas untuk mencatat pesanan pengunjung yang masuk
ke dalam daftar tunggu. Ia menanyakan kira-kira berapa lama lagi mereka bisa mendapatkan
8

meja, Kayra berharap antrian sesungguhnya ini tidak sepanjang dan memerlukan waktu selama
Page

kelihatannya. Tapi hari ini sepertinya mereka kurang beruntung karena ternyata mereka dalam
daftar antrian nomor lima. Padahal Kayra dan Karin sudah sangat kelaparan hingga rasanya tak
sanggup untuk menunggu lebih lama lagi.
Saat ia ingin membalikan badan untuk pergi berencana mencari restoran lain, ia
merasakan namanya dipanggil oleh seseorang. Ah mungkin salah dengar¸ia tetap melanjutkan
langkahnya namun kemudian suara yang sama memanggil namanya lagi. Merasa sedikit ragu,
Kayra berbalik dan menemukan sumber suara yang dari tadi memanggil namanya itu, orang
itu adalah Keanu. Tiba-tiba jantungnya berhenti sedetik kemudian malah berdetak tak keruan
melihat Keanu yang sedang tersenyum manis sambil melambaikan tangan ke arahnya.
*****
Keanu memutuskan untuk makan siang di mall yang bersebelahan dengan
apartemennya. Setidaknya ia harus berada di keramaian setelah mengurung diri di apartemen
seharian dari pulang sekolah kemarin sampai siang ini. Ia memilih salah satu restoran sushi
yang sudah terkenal sebagai tempat makan siangnya.
Beruntung ia tidak perlu menunggu terlalu lama, walaupun tadi ia sempat berada dalam
daftar antri karena keadaan restoran siang ini sangat ramai. Wajar saja karena ini akhir pekan,
pasti semua orang menghabiskan waktunya bersama dengan orang yang disayang setelah lelah
bekerja ataupun sekolah.
Keanu mendapat meja yang terletak di tengah dan dekat dengan pintu keluar. Mejanya
berada di dekat ruang tunggu antrian, sehingga ia bisa melihat berapa banyak orang yang
mengantri setelahnya. Keanu menerima buku menu dari pelayan berseragam hitam saat
matanya menangkap sesosok yang ia kenal sedang berbicara bersama pelayan lain di ruang
tunggu.
“Kayra...”, panggilnya untuk mendapatkan perhatian perempuan itu. Tapi sosok itu
terus melanjutkan langkahnya, sekali lagi Keanu memanggil namanya tapi kali ini lebih keras.
Kayra berhenti sedetik kemudian berbalik ke arahnya. Keanu sengaja melambaikan tangannya
agar Kayra lebih mudah menemukan keberadaannya. Karena dilihatnya Kayra tetap
bergeming, ia memutuskan untuk menghampiri gadis itu.
“Mau makan disini juga?”, tanyanya. Pertanyaan itu terdengar konyol. Orang datang
kesini pasti karena ingin makan disini, memang ada tujuan lain.
“Iya. Tapi waiting list nya kelamaan. Kayaknya mau pindah restoran aja”, jawab Kayra.
Keanu hanya bisa membalas dengan mengangguk-ngangguk paham. “Gue duluan ya”,
pamit Kayra.
Sebelum Kayra berbalik, Keanu langsung berkata,“Kenapa gak gabung di meja gue
aja? Lagian gue sendirian”, tawarnya. Kayra menimbang-nimbang tawaran itu, terlihat dari
wajahnya. “Kalau lu cari restoran lain pasti sama penuhnya”, Keanu merasa sangat pintar saat
mengucapkan kata-kata yang menambah kuat ajakannya.
Keanu menunggu respon dari Kayra. Kenapa ia jadi deg-degan seperti ini ya?
9

“Tapi gue sama temen gue, gak papa kan?”, tanya Kayra sekali lagi.
Page
Keanu mengangguk dan memasang senyum menandakan dirinya tidak masalah dengan
keberadaan teman Kayra.
“Yaudah”, akhirnya Kayra memutuskan untuk bergabung. Senyum puas terukir di
wajah Keanu saat mendengar keputusan perempuan yang berdiri di depannya ini. Kayra
menghampiri temannya dan Keanu kembali ke mejanya setelah menunjukan keberadaan
mejanya kepada Kayra.
Tak sampai satu menit Kayra dan temannya datang menghampirinya yang sudah duduk
manis di meja sambil membolak-balikan menu. Keanu mengenali muka perempuan yang
sekarang duduk di sebelah Kayra saat ini. Ia menyodrkan buku menu ke dua gadis yang duduk
dihadapannya, mempersilahkan mereka untuk memilih makanan duluan. Setelah pelayan
mencatat pesanan mereka bertiga, Keanu mencoba untuk mencairkan suasana yang terasa
canggung ini.
“Hai gue Keanu”, katanya sambil menyodorkan tangan ke arah teman Kayra.
“Gue Karin”, balas perempuan di sebelah Kayra dengan senyum ramah. Oh namanya
Karin¸ kata Keanu dalam benaknya.
“Kalau gak salah, lo pacarnya Daffa kan?”.
Keanu ingat, perempuan ini pernah menemani Daffa saat latihan rutin mereka. Daffa
adalah salah satu pemain andalan dalam tim sekolah mereka. Ia dan Daffa pun cukup dekat.
Karin hanya memberikan senyum malu-malu. Kayaknya si Karin lebih bersahabat
untuk diajak ngobrol¸pikir Keanu. Seperti kebanyakan perempuan lain yang ia temui, semua
akan dengan mudahnya tertarik pada Keanu. Bukan berarti dia narsis, tapi begitulah
kenyataannya.
Sembari menunggu pesanan mereka datang, Keanu mencoba membuka obrolan.
Memulai dengan topik-topik ringan seputar keadaan mall. Keanu yang berada saat ini seperti
Keanu yang dikenal semua orang, Keanu yang ramah dan baik. Keanu sang laki-laki idaman
bagi semua perempuan.
Yang terlihat aktif dalam pembicaraan ini hanya Keanu dan Karin. Sedang Kayra lebih
banyak memperhatikan. Jika sesekali Keanu bertanya, ia hanya memberikan jawaban
seadanya. Mereka berbincang banyak hingga pesanan mereka datang.
Disaat mereka tengah menikmati hidangan di meja, tiba-tiba Karin bertanya, “Ken, lu
mau bantuin gue gak buat kasih suprise ke Daffa?”
“Bisa... Emangnya suprisenya rencananya kapan? Soalnya tradisi anak basket kalo ada
yang ultah pasti kita kerjain”, ujar Keanu dengan sedikit terkekeh. Membayangkan rencana
ekstrim untuk mengerjai teman satu tim nya itu.
“Emm... gue sih rencananya mau kasih suprise besok, habis kalian latihan”.
“Yaudah kalau gitu kita gabungin aja suprisenya? Biar lebih seru juga”, Keanu
10

memberikan ide dan langsung disambut dengan anggukan yang sangat antusias oleh Karin, tak
Page
lupa Karin mengucapkan terimakasih. Mereka bertukar kontak dengan alasan untuk
mempermudah komunikasi dalam menyusun rencana suprise besok.
Mereka melanjutkan makan mereka sambil membicarakan hal-hal ringan hingga tanpa
terasa makanan mereka ludes. Sebagai satu-satunya laki-laki, Keanu berinisiatif untuk
memanggil pelayan dan meminta bill, ia sejenak melihat jumlah yang tertera kemudian
meletakan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu. “Sisanya buat tip mas”. Si Pelayan yang
mendengar kata-kata itu langsung tersenyum lebar dua kali lipat.
“Wah jadi gak enak, malah ditraktir gini”, ujar Karin saat mereka bertiga sudah keluar
dari restoran.
“Gak papa. Lain kali gantian”, canda Keanu.
“Oh iya, kalian pulang naik apa?”, tanya Keanu. Matanya menatap Kayra yang dari tadi
lebih banyak diam. Tidak seperti dia dan Karin yang sibuk berbincang. Ia kira Kayra akan
tertarik untuk berbicara lebih banyak, tapi dugaannya salah. Walaupun bersama temannya,
Kayra terlihat sangat tidak nyaman berada di dekatnya. Hal itu sudah ia sadari saat Kayra selalu
menghindari pertemuan dengannya. Ia tahu Kayra sengaja melakukan itu. Tapi ia tidak punya
hak untuk menanyakan alasannya. Entah sejak kapan ia perduli dengan apa yang Kayra
lakukan, dan mendapati fakta bahwa Kayra berusaha menghindarinya sedikit melukai egonya.
Padahal ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ia tidak pernah pusing karena orang-orang lah
yang mendekatkan diri padanya tanpa diminta. Tapi perempuan ini sedikit berbeda...
“Kita naik mobil”, jawab Kayra dengan singkat dan padat. Ia merasa berkeharusan
menjawab karena Keanu menatapnya.
“Oh. Kalau gitu hati-hati ya”.
Pertemuan mereka berakhir sampai di situ. Mereka berpisah ke arah yang berlawanan.
Kayra dan Karin pulang sedangkan Keanu berjalan menuju jalan yang langsung
menghubungkan mall ini dengan apartemennya.
*****
Malam harinya...
Karin added Kayra to suprise. Karin added Keanu to suprise.
Karin : Hai guys!!! [2 read]
Keanu : Hai guys!!! (2) [2 read]
Karin : Jadi rencananya besok gue bakal kasih suprise setelah kalian ngerjain dia?
Gimana? [2 read]
Keanu : Boleh. Kalian tunggu di Sekretariat Basket aja dulu sambil nungguin kita selesai
latihan. [2 read]
Karin : gpp? [2 read]
11

Keanu : santai aja rin. [2 read]


Page
Karin : waa gak salah gue minta tolong sama lu Ken. Hehehehe Makasih banget yaa [2
read]
Karin : @Kayra jangan cuma read aja!!! [2 read]
Keanu : iya sama-sama. [2 read]
Kayra : Gue ngikut aja. [2 read]
Karin : -_- lu mah selalu gitu sama gue. [1 read]
Keanu : 
12
Page
2
Tanpa aku sadari kau sudah mencuri. Hati. Tanpa aku mengerti kau sangat berarti.
Mengalahkan sunyi.
Hari ‘eksekusi’
Karin sudah heboh semenjak pagi. Entah sudah ke berapa kalinya Kayra menerima
telpon dari Karin yang terus-terusan mengingatkannya. Selain itu tidak lupa ia membombardir
grup mereka untuk mengkonfirmasi ulang rencananya. Mau tak mau Kayra mengambil langkah
ekstrim dengan mematikan telepon selularnya. Ia memutuskan untuk menghabiskan novelnya
yang belum sempat ia sentuh semenjak minggu kemarin. Hari di mana ia bertemu dengan
Keanu dan resmi berkenalan.
Kayra tahu Keanu. Tapi Kayra tidak menyangka Keanu mengetahui namanya. Ia cukup
terkejut saat itu hingga tak bisa merespon perkataan Keanu dengan benar, sehingga memilih
untuk diam. Selain itu, ia berusaha menenangkan debaran jantungnya dengan fokus ke novel
di hadapannya. Ia bukannya tidak tertarik dengan lelaki yang saat itu berada di hadapannya,
malah dia sangat tertarik. Tapi karena rasa ketertarikan yang begitu besar itulah ia memutuskan
untuk menjaga jarak. Ia tidak ingin hatinya terlanjur jatuh dan mempermaikan otakknya. Untuk
itu ia bersembunyi di balik ‘tembok’. Karena ia sadar ia hanyalah seorang pengecut.
Pikirannya tiba-tiba buyar saat pintu kamarnya tiba-tiba dibuka. Seseorang
menghambur masuk ke kamarnya. Siapa lagi kalau bukan Karin.
“Ra, lo apa-apaan sih? Kenapa gue telpon gak aktif?”, ujar Karin dengan nada merajuk.
Kayra bisa melihat betapa kesal sahabatnya saat ini. Tapi ia tidak perduli, ia memutuskan untuk
kabur masuk ke kamar mandi. Menolak memberikan alasan kepada Karin.
“KAYRAAAAA....”, teriak Karin sebagai wujud protesnya karna diabaikan.
15 menit kemudian Kayra keluar dari kamar mandi. Ia mendapati Karin duduk di
kasurnya sambil sibuk mengotak atik handphonenya. Sesekali keningnya berkerut,
menandakan ia sedang berpikir keras, seakan-akan ia sedang memikirkan kesejahteraan suatu
negara.
Tanpa berniat untuk menegur Karin, Kayra mengambil sehelai kaos berwarna putih di
tumpukan paling atas dalam lemarinya tak lupa ia membawa serta celana bahan kain berwarna
nude. Kemudian kembali masuk ke kamar mandi untuk mengganti sehelai handuk yang saat
ini menutupi tubuhnya. Tak sampai lima menit ia keluar kemudian menemukan kamarnya
kosong. Ia membubuhkan sedikit bedak ke wajahnya kemudian mengoleskan liptint berwarna
merah dan menyapukan blush on berwarna peach, membuat wajahnya ‘hidup’ namun tetap
natural.
Setelah memasukan cardholder dan beberapa barang penting lainnya kedalam slingbag
berwarna hitam yang diproduksi oleh salah satu merk fashion ternama, Kayra menghampiri
Karin yang dapat dipastikan lagi nangkring di dapur. Benar saja dugaannya, Karin sedang sibuk
13

dengan bakwan jagung yang baru saja dimasak oleh Bi Atun.


Page
“Jadi berangkat gak? Malah asik makan ni anak”, Kayra yang sudah sampai di dapur
mengoceh tidak sabaran.
“Siapa suruh lama”, jawab Karin tak mau kalah.
Mereka berdua bukannya benar-benar berkelahi. Adu pendapat seperti ini sangat wajar
terjadi di antara mereka berdua. Beginlah bentuk pertemanan mereka. Mereka memilih untuk
berbicara sekasar-kasarnya di hadapan masing-masing daripada harus membicarakan
keburukan sang teman di hadapan orang lain. Munafik. Kata yang mereka hindari dalam
hubungan pertemanan mereka selama ini.
Hari ini mereka berangkat menggunakan jasa taksi online. Sebelum menuju sekolah –
tempat eksekusi dari suprise ulang tahun Daffa – mereka berdua mampir ke salah satu cake
shop ternama. Karin sibuk memilih kue sedang Kayra mengantri untuk memesan kopi dan
sandwich. Karin memilih keik rasa red velvet dengan pinggiran bertabur remahan kacang dan
di atasnya dihiasi tulisan ucapan selamat ulang tahun dengan krim. Kayra juga sudah
mendapatkan pesanannya, segelas ice caramel machiatto dan tuna sandwich. Mereka pun
melanjutkan perjalanan dan sampai satu jam setelahnya. Akhir pekan ditambah sebuah
kecelakaan lalu lintas di jalan yang mereka lewati, mengharuskan mereka untuk sedikit
bersabar menghadapi kemacetan ini. Berutung Karin menjemput Kayra lebih cepat, sehingga
mereka tidak terlambat dari waktu yang telah direncanakan.
Karin dan Kayra masuk ke ruang sekretariat basket melalu pintu selatan. Terdapat dua
akses untuk masuk ke dalam ruangan ini. Melalui pintu selatan yang menghubungkannya
langsung dengan koridor atau pintu yang lain, yang menghubungkan ruangan dengan gor mini
milik sekolah mereka.
Ketika mereka masuk, pintu ruangan ini tidak dikunci, sesuai dengan yang telah
dijanjikan oleh Keanu. AC pun sudah dalam keadaan menyala, jadi mereka tidak merasa
kegerahan selama menunggu latihan tim basket usai dan mulai menjalankan misi yang telah
disusun sedemikian rupa oleh Karin dan Keanu serta bantuan doa oleh Kayra yang hanya
mengirimkan emotikon jempol terangkat menunjukan ‘sip’.
Kayra dan Karin sibuk dengan ponsel masing-masing, sesekali bergantian menunjukan
sesuatu yang menarik dari social media yang mereka mainkan. Keduanya sama-sama berusaha
membunuh waktu tanpa menimbulkan keributan yang dapat memicu kecurigaan orang-orang
yang sedang sibuk berlatih. Gesekan sol karet sepatu basket dan lapangan terdengar sangat
jelas menimbulkan bunyi berdecit. Menandakan bahwa masih berjalanannya sesi latihan.
Tim basket sekolah mereka saat ini sedang berlatih mati-matian untuk mencapai target
tahun ini. Merebut mendali di kejuaraan tingkat sekolah menengah atas antar provinsi setelah
tahun kemaren mengalami kekalahan dengan skor yang sangat tipis.
Jam sudah menunjukan pukul lima sore saat Keanu tiba-tiba masuk ke ruang sekretariat.
Kayra dan Karin terlonjak kaget dari tempat duduknya karena suara pintu dari arah gor terbuka.
“Hampir aja jantung gue copot”, ujar Karin dengan gaya lebaynya. Keanu hanya tersenyum
minta maaf menanggapinya. Dia melirik ke Kayra yang tidak menunjukan ekpresi maupun
14

berkata apa-apa.
Page
“Jadi anak-anak udah pada ngelancarin aksinya, mereka lagi ngikatin Daffa di tiang
basket”, ujar Keanu. Dia sedang memaparkan situasi di lapangan terkini. Hal itu diperjelas oleh
teriakan makian Daffa serta suara tawa yang saling bersahutan, suara-suara itu terdengar
semakin jelas karena keadaan pintu yang tidak tertutup rapat, menyisakan celah.
Karin bergerak mengintip dari jendela yang ada, menyibakan tirai sedikit saja agar
keberadaan mereka tidak diketahui oleh Daffa. Karin menutup mulutnya dengan tangan,
menahan tawanya agar tidak pecah saat melihat Daffa yang sibuk bersumpah serapah karena
diikat di tiang ring basket tanpa menggunakan baju. Salah seorang temannya memegang
kemoceng, mencoba menggoda Daffa – fyi Daffa phobia terhadap kemoceng berbulu ayam
karena sewaktu kecil ia pernah di patuk ayam.
Daffa berteriak minta tolong dan meminta ampun agar teman-temannya berhenti
menggoda dia dengan benda terkutuk itu.
Karin, Kayra dan Daffa keluar dari ruangan sekretariat dengan perlahan. Meminimalisir
keberadaan mereka bertiga diketahui Daffa, terutama Karin yang semalam sudah mengerjai
nya terlebih dahulu, pura-pura merajuk kepada Daffa, tak satupun pesan yang dibalas. Karin
merasa tak tega pada awalnya, tapi ia harus menguatkan tekad agar rencananya berhasil.
Daffa tak bisa melihat kedatangan mereka bertiga karena posisinya yang terikat
menghadap ke lapangan, membelakangi ruang sekretariat. Mereka bertiga semakin menipiskan
jarak dengan tempat kejadian, suara teriakan Daffa makin jelas terdengar.
“AWAS AJA LO SEMUA!!! Beraninya keroyokan...”, teriakan Daffa menggema di
seluruh gor dibarengi dengan tawa teman-teman timnya. Pelatih mereka hanya geleng-geleng
kepala di pinggir lapangan melihat kelakuan anak asuh timnya.
Karin berjalan sambil membawa sebuah kue. Di atasanya sudah dinyalakan lilin angka
satu dan tujuh. Saat dirasa jarak sudah cukup dekat dengan Daffa, ia menyanyikan lagu selamat
ulang tahun x happy birthday dengan suara cemprengnya. Tak lama semua orang yang ada
disitu membantu menyumbangkan suara mereka, membuat alunan lagu semakin keras
terdengar. Saat ini Karin sudah berdiri di hadapan Daffa. Daffa terlihat terkejut dengan
keberadaan sang pacar yang semalam ngambek berat terhadapnya.
Setelah lagu yang dinyanyikan usai, Karin menyodorkan kue meminta Daffa untuk
segera meniup lilin yang mulai meleleh. Sebelum meniup lilin, Daffa menutup mata
memanjatkan doa serta permohonanya. Setelah lilin padam dengan sempurna, Daffa maju
kedepan memeluk Karin. Menyalurkan rasa terimakasih dan sayangnya. Ikatannya sudah
dilepaskan semenjak tadi. Seketika semua orang berteriak, mencaci maki Daffa yang bisa-
bisanya pamer kemesraan bersama pacarnya. Karin hanya bisa tersipu malu diperlakukan
seperti itu.
Daffa menyuarakan kabar gembira untuk teman-temannya, bahwa ia sedang berbaik
hati dan akan mentraktir mereka semua di salah satu kafe yang letaknya di gang sebelah sekolah
mereka. Semua temannya bersorak-sorai menerima kabar bahagia tersebut. Kalau soal makan
gratis mereka semua nomor satunya. “Rejeki gak boleh ditolak”, ujar Danu.
15

Pelatih mereka memilih untuk pulang duluan, beralasan bahwa ia sudah kangen dengan
Page

sang istri yang berada dirumah, dan lebih memilih untuk menghabiskan malam minggu
bersama sang istri daripada para laki-laki yang terlihat mengenaskan tanpa pasangan – minus
Daffa. Memang sebagian besar anggota tim basket menyandang status single, tapi bukan berarti
mereka tak punya gebetan. Malah kebalikannya, mereka suka terlihat jalan sama cewek yang
berbeda-beda. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menjomblo daripada harus mempunyai
pacar yang ngambek karena tak bisa malam minggu bersama. Mereka sangat mencintai
olahraga bernama basket sehingga mencurahkan seluruh perhatian mereka disitu. Namun ada
beberapa yang menambatkan hatinya pada satu perempuan, salah satunya Daffa. Daffa
memantapkan hatinya pada Karin karena merasa Karin berbeda dari cewek lain yang suka
menuntut waktunya dan tidak mengerti bahwa ia harus memfokuskan diri pada basket demi
mengharumkan nama sekolah mereka.
“Sayang, aku hari ini bawa motor, kamu sama Kayra naik apa kesini?”, tanya Daffa
saat mereka berjalan menuju parkiran. Sebelumnya, para cowok sudah mandi membersihkan
diri dari keringat mereka selama latihan berlangsung. Gor mereka memberikan fasilitas kamar
mandi di setiap ruang ganti lengkap dengan hairdryer.
“Aku sama Kayra tadi naik taksi online. Temen kamu gak ada yang bisa nebengin
Kayra gitu?”, tanya Karin. Tangannya terus menggenggam tangan Daffa. Sedang Kayra cukup
tahu diri dengan tidak menjadi obat nyamuk, dia berjalan di belakang mereka berdua.
Kayra sedikit terkejut saat seseorang berkata, “Kayra dengan gue aja gimana?”. Saat
Kayra menoleh ternyata orang itu adalah Keanu.
“Yaudah kalo gitu, udah beres masalahnya”, ujar Daffa santai.
Keanu memandang Kayra, seolah-olah meminta persetujuan darinya. Apakah Kayra
berkenan untuk ikut dengannya. Kayra hanya mengangkat bahu menandakan apa boleh buat.
Ia juga tak mau menolak niat baik seseorang. Mereka berdua berjalan dalam diam melanjutkan
perjalanan menuju parkiran.
Keanu merasa keputusannya hari ini membawa motor sendiri tepat. Kayra naik ke
boncengan motor Keanu dengan perlahan. Sampai-sampai Keanu tidak merasa bahwa ada
beban lebih dibelakang yang dibawanya. “Udah siap?”, Keanu menoleh ke belakang,
memastikan Kayra sudah duduk dengan benar di boncengannya. “Jangan lupa pegangan ya,
gak usah sungkan, daripada lo terbang kebawa angin”, ujarnya lagi dengan nada jahil. Sedikit
bercanda mencoba meredakan kedinginan diantara mereka berdua.
Kayra yang mendengar ucapan Keanu hanya tersenyum tipis, ia mencoba mencari
pegangan di bagian belakang jok namun ternyata tidak ada. Mungkin karna motor ini adalah
motor sport. Mau tak mau Kayra memegang ujung jaket milik Keanu, “Sorry”, katanya seolah
meminta ijin kepada Keanu untuk memegang jaketnya.
Keanu memacu motornya menuju tempat tongkrongan mereka seusai latihan basket
biasanya. Sebuah kafe bergaya mediterania. Cahaya lampu berwarna kuning oren terpancar
dari jendela-jendela, memberikan kesan hangat. Daffa yang telah sampai terlebih dahulu,
meminta tempat yang cukup besar untuk rombongan mereka.
16

Mereka diarahkan ke bagian belakang kafe. Sebuah halaman luas dengan beberapa
pohon rindang di sisinya. Para pelayan menggabungkan meja dan kursi panjang yang di cat
Page

putih menjadi satu, agar muat untuk mereka yang berjumlah lima belas orang. Diatas mereka
terdapat lampu-lampu yang tergantung, diikatkan dari pohon satu ke yang lainnya, seolah-olah
halaman ini beratakan lampu.
Setelah para pelayan selesai menyusun tempat duduk, mereka segera mengambil
tempat masing-masing. Yang pasti Daffa bersebelahan dengan Karin. Kayra mengambil tempat
duduk tepat disebelah Karin, di sebelahnya diisi oleh Keanu. Sisanya Kayra tak begitu tau, ada
beberapa yang ia kenal, seperti Iko dan Puan, yang merupakan teman sekelasnya saat kelas
sepuluh dahulu.
Setelah semua nya puas menyebutkan menu pesanan masing-masing, kehebohan di
meja pun kembali terjadi. Akan ada saja salah satu dari mereka yang menjadi bahan ejekan.
Seperti saat ini, Iko menjadi bahan ejekan karena ada adik kelas yang nekat untuk menaruh
coklat dan surat cinta di loker di ruang ganti tim basket mereka. Yang menjadi masalah adalah
orang itu salah letak loker dan malah nyasar ke loker milih Danu. Danu yang mempunyai sifat
iseng nomor satu dalam tim langsung membuka surat dengan cap bibir dan membacakan
dengan keras isinya. Iko yang saat itu mendengar namanya dibawa-bawa langsung
mengentikan aksi mandinya dan keluar kamar mandi hanya dengan handuk yang terlilit
menutupi bagian bawah tubuhnya. Kayra hanya tertawa mendengar cerita tentang kekonyolan
mereka.
“Ken, lo gak mau kenalin cewek cantik yang duduk disebelah lo?”, celetuk Irfan
membuat semua orang otomatis mengarahkan pandangan mereka ke Kayra. Ada yang
menatapnya penasaran, bahkan ada juga yang memberi tatapan menggoda. Kayra hanya bisa
membalas tatapan-tatapan itu dengan senyum basa-basinya. Seperti nya mereka tetap kekeuh
memandanginya sampai ia atau Keanu membuka mulut. Kenapa juga ia harus disangkut
pautkan dengan Keanu, padahal mereka hanya tidak sengaja duduk bersebelahan. Kayra
paham, Irfan hanya ingin menggoda Keanu sebagai target kejahilannya selanjutnya.
“Gak usah pasang tampang jomblo kelaparan lo pada”, ujar Keanu. “Dia Kayra,
temannya Karin”.
“Hai, gue Kayra, temennya Karin bukan temannya Keanu”. Kayra mencoba
memperkenalkan dirinya seperti Kayra yang dikenal orang-orang, Kayra yang percaya diri
dengan keramahannya. Orang-orang yang ada disitu terbahak-bahak, memberi pandangan
kasian pada Keanu mendengar candaan Kayra yang seolah-olah tidak memperdulikan
keberadaan laki-laki tampan di sebelahnya. Berbanding terbalik sama cewek-cewek di luar
sana yang berebut untuk mendapatkan perhatian Keanu dengan berbagai cara.
“Aww.. it’s hurt dude”, kata Iko dengan ekspresi sedih yang sangat dibuat-buat.
Keanu tidak merasa malu. Bukan itu yang ia rasakan saat ini, ia malah semakin
penasaran dengan perempuan di sampingnya ini. Sejak pertama kali bertemu, ia seperti
memasang ‘kuda-kuda’ siap mengajak bertarung. Ia kira semua orang diperlakukan sama. Tapi
kesimpulan itu ternyata salah, dari interaksinya bersama anak-anak tim basket malam ini,
Kayra merupakan orang yang cukup ramah dan mengasikan. Tapi kenapa saat bersama dia
Kayra menjadi sedingin kutub utara, hal itu masih menjadi teka-teki.
17

Semuanya tampak asik berbaur, ketika makanan datang mereka menghabiskan


Page

makanan sambil terus bercanda. Malam ini Keanu menjadi lebih pendiam, dia sesekali tertawa
mendengar lelucon para teman-temannya, ketika menoleh ke samping ia sedikit terpana saat
mendapati tawa lebar dari Kayra. Kayra malam ini bukanlah seperti Kayra yang tak sengaja ia
kala itu di sebuah coffeshop, ataupun Kayra yang makan siang bersamanya dengan Karin di
mall. Kayra ini berubah seratus delapan puluh derajat, walaupun ia tetap tak banyak berbicara,
namun Kayra ini terlihat lebih berekspresi.
Saat teman-temannya sedang sibuk bercanda, ia perlahan-lahan mengangkat tubuhnya
dari duduk, berjalan menuju parkiran di halaman depan kafe. Ia menyalakan sebatang rokok
untuk mengalihkan pikirannya sejenak. Tak pernah ia merasa setertarik ini pada seseorang, ia
selalu berusaha menghindari perasaan semacam itu. Karna ia yakin perasaan semacam itu
hanya sementara, pada akhirnya ketika sudah merasa bosan, mereka atau salah satunya akan
mencari kesenangan dengan merasakan perasaan kepada orang yang baru. Tanpa mereka sadari
ada seseorang yang terluka karena mereka berusaha mencari kesenangan yang baru. Ya, Keanu
cukup mengenal rasa kesepian yang ditimbulkan oleh perceraian kedua orang tuanya.
Membuatnya tidak mau berurusan dengan sebuah perasaan yang sering dinamai cinta.
Kepercayaannya kepada orang pun meluntur kala ia melihat Ayahnya sedang bercumbu dengan
perempuan lain. Saat itu perceraian kedua orang tuanya belum ketuk palu di pengadilan, tapi
ayah dan ibunya sudah memilih untuk berpisah tempat tinggal. Ayah dan ibunya yang dulu
selalu terlihat penuh kasih sayang dan mengucapkan kata cinta kala ia kecil, seketika berubah
menjadi dua orang asing saat perasaan cinta mereka telah luntur. Kemudian puncaknya mereka
berdua saling mengkhianati satu sama lain. Untuk apa ada cinta kalau akhirnya harus berpisah
dan saling menyakiti, pikirnya. Apalagi menyakiti anak kecil dengan harapan indahnya tentang
gambaran keluarga bahagia kala itu.
Keanu menyesap dalam-dalam rokoknya, kemudian menghembuskan asapnya dengan
kasar. Mencoba menghilangkan bayang-bayang menyakitkan yang selalu menghantuinya.
“Hai, dude”. Keanu sedikit terkejut saat mendengar suara seseorang disebelahnya.
Menyapanya. Keanu menoleh dan mendapati Iko telah berdiri disampingnya, dengan sebatang
rokok menyelip di bibirnya. Ia hanya tersenyum membalas sapaan Iko.
“Kayra cantik ya”, ujar Iko tiba-tiba setelah berhasil menghembuskan asap rokok
dengan kepulan besar. Ya, Keanu dan Iko termasuk perokok aktif bila dibandingan dengan
teman-teman mereka yang lain. Hal itu sebagai bentuk pelarian mereka terhadap rasa stres dan
masalah yang menerpa.
Keanu yang sedikit terkejut dengan pernyataan Iko hanya bisa bergumam, berusaha
menebak ke arah mana pembicaraan ini berlanjut. Iko termasuk teman Keanu yang paling
dekat. Mereka berteman semenjak SMP, saat itu keduanya juga tergabung dalam tim basket.
Keanu SMP bukan seperti saat ini yang merupakan anak emas sekolah. Keanu SMP adalah
berandalan yang berusaha menarik perhatian orang dengan tingkah nakalnya. Iko sempat
terheran saat Keanu berubah seratus delapan puluh derajat di SMA. Ia mulai meninggalkan
kebiasaan bolos dan membuat onarnya seperti di SMP. Iko tau semua yang Keanu lakukan
adalah salah satu bentuk protesnya dan kecewanya saat kedua orang tuanya memilih untuk
berpisah. Walaupun Keanu tak pernah membicarakan masalahnya, Iko selalu berusaha untuk
18

menjadi orang yang selalu ada bagi temannya ini.


Page

“Kayra itu anaknya baik ke semua orang dan ramah”.


Keanu masih diam, bukan ia tak mendengar, cuma bingung harus memberikan respon
seperti apa.
“Tapi kayaknya dia anti gitu sama lo kalau gue liat”, Iko mengakhiri pernyataannya
dengan kekehan.
“Gue juga bingung”, ujar Keanu akhirnya. Ia menceritakan pertemuan mereka yang
terjadi dengan tidak sengaja hingga dua kali. Sikap Kayra yang ia kira memang cuek kepada
semua orang. Menyuarakan kebingungannya tentang dinginnya Kayra kepada dirinya sendiri.
Iko hanya menanggapi curhatan temannya dengan kekehan. Ia juga bingung melihat
Kayra yang sepertinya sangat anti kepada Keanu. Padahal selama setahun sekelas dengan
Kayra, ia tidak pernah melihat Kayra seperti itu dengan orang lain. Baru kali ini dan dengan
Keanu yang merupakan idola sekolah, bukan hanya murid namun guru.
*****
Keanu dan Iko kembali ke meja setelah masing-masing menghabiskan sebatang rokok.
Tepat pada saat mereka datang, Kayra bangkit dari tempat duduknya.
“Mau kemana Kay?”, sapa Iko yang kembali duduk ketempatnya semula.
“Gue pulang duluan. Soalnya udah ditungguin ada acara dirumah”.
“Wah tu kebetulan si Keanu katanya juga mau balik. Ken, sekalian antarin Kayra, kan
kasian cewek pulang sendirian”, celetuk Iko. Keanu memberikan tatapan bingung kepada Iko.
Perasaan dia gak ada niat untuk pulang. Dan Iko dengan santainya menambahkan, “Kan rumah
lo sejalan sama Keanu, itung-itung ngehemat duit pakai taksi. Bisa dipakai buat beli make up
baru”, saat dilihatnya Kayra ingin menolak ide dari Iko.
Keanu yang mulai tersedar dari ketidakpahamannya, mencoba ikut bermain dalam
situasi yang Iko ciptakan. “Iya Kay, gak baik cewek pulang sendiri malam-malam gini”.
Karin pun seakan mendukung ide itu dengan mendesak Kayra untuk menerima tawaran
dari Keanu.
“Yaudah”, akhirnya Kayra mengalah setelah menerima tatapan semua orang yang
seakan menyuruhnya mengikuti ide yang sangat briliant itu.
Setelah mengucapkan terimakasih dan memastikan Daffa mengantarkan Karin selamat
sampai rumah sebelum jam malam Karin, Kayra pamit kepada teman-teman yang sebagian
besar baru dikenalnya, berterima kasih karena telah menyambutnya seperti teman lama dengan
sangat ramah. Kayra berjalan duluan menuju parkiran, meninggalkan Keanu yang terlihat
masih berbicara dengan Iko. Entah apa.
Keanu datang dengan tas olahraga yang tersampir di bahu kirinya. Langkahnya
melewati motornya yang terparkir dan malah menuju ke sebuah mobil putih di sisi lain
parkiran. “Kita pakai mobil Irfan aja. Lagian lo gak bawa helm”, jelas Keanu. Kayra hanya
diam dan masuk ke dalam mobil setelah Keanu membuka kunci mobil.
19

Keanu menyalakan mesin mobil, membiarkan sejenak tidak langsung menjalankannya.


Page
“Rumah lo dimana Kay?”, tanya Keanu.
Kayra menjelaskan secara detail alamat rumahnya. Tidak seperti yang Iko katakan,
posisi rumah Kayra yaitu melewati apartemen yang Keanu tinggali.
Keanu pun menjalankan mobil milik Irfan, bergabung dengan kepadatan jalan di malam
minggu. Apalagi saat ini mereka berada tepat di pusat kota pada jam-jam padat. Keanu
membiarkan radio mengalun menemani kesunyian di dalam mobil. Tak ada yang memulai
pembicaraan, semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Hingga satu lagu dari penyanyi indie yang saat ini sedang booming diputar olah sang
penyiar radio. Refleks Keanu dan Kayra membuka suara ikut terlarut menyanyikan lagi itu,
sedetik setelah itu mereka sama-sama menoleh, berpandangan dengan senyum mengembang
di wajah. Kayra yang memutuskan pandangan itu duluan karena takut hanyut terlalu dalam.
“Lo tau lagunya?”, tanya Keanu. Tampak jelas nada penasaran terselip di dalamnya.
“Hmm.. salah satu penyanyi indie favorit gue”, jelas Kayra.
“Wah.. gak banyak orang yang gue kenal yang suka dan tau lagunya dia. Gue juga
senang, suaranya itu ngademin banget.”
Kayra mengangguk menyetujui pendapat Keanu.
“Minggu depan dia nyanyi di kafe brick, lo mau nonton gak?”. Keanu ingat waktu itu
teman SMP nya yang baru merintis usaha kafe memberikan dua tiket untuk nonton sang
penyanyi yang akan tampil di kafenya. Namun Keanu sempat lupa karena ia tidak berniat
datang, lagi pula teman-temannya tidak ada yang tertarik. Tapi mendengar bahwa Kayra suka
dengan penyanyi itu, sekalian saja dia menawarkan Kayra untuk ikut, siapa tau dia mau. Kan
sayang kalau mubazir, Keanu memberikan alasan bagi dirinya sendiri untuk membenarkan
tindakannya.
“Mau. Tapi setau gue kan tiketnya udah sold out”, ujar Kayra dengan nada yang benar-
benar kecawa.
“Gue ada tiketnya satu lagi, kebetulan dapat dari temen gue yang owner kafenya. Ya
kalo lo mau sih”, kata Keanu dengan nada berusaha acuh tak acuh. Ia tak mau terdengar begitu
memaksa.
“Mau”, secepat kilat Kayra menjawab ajakan Keanu. Ia tidak berpikir panjang. Yang
ia pikirkan adalah kesempatan untuk mendengarkan penyanyi favoritnya secara live yang tidak
tahu akan ia dapatkan kapan lagi.
Senyum Keanu seketika tercetak di wajah tampannya. Menambah pesonanya. Namun
tak cukup memikat untuk menaklukan Kayra pikirnya. Ia merasa senang, entah kenapa, seolah-
olah ada sesuatu yang berhasil ia menangkan. Padahal ia tidak sedang bertanding. Tapi melihat
Kayra mulai menurunkan sedikit benteng pertahanannya membuat suatu rasa asing menyelinap
di hatinya, entah itu apa, terasa menggelitik hatinya yang terbiasa sunyi.
20
Page
3
Keanu added you as friend by number.
Keanu : Kay
Kayra yang saat itu sedang makan malam di luar dengan keluarga besar mamahnya
sedikit terkejut karena nada dering ponselnya. Rupanya ia lupa mengalihkan ke mode diam. Ia
tambah terkejut saat membaca pesan yang muncul di bar notifikasinya.
“Kenapa?”, kata abangnya yang seakan bisa membaca keterkejutan di wajah sang adik.
“Gak ada apa-apa.”
Kayra memutuskan untuk menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas setelah
mengatur mode diam tanpa membalas pesan yang masuk. Jujur jantungnya sedikit berdegup
lebih kencang dari biasanya mendapati Keanu mengirimkan pesan. Ia mencoba mengusir rasa
itu. Mencoba mengalihkan perhatiannya dengan mendengarkan para sepupunya yang sedang
sibuk menggosipkan pertunangan Justin Bieber dan Haley Baldwin. Baru lima menit ia sudah
merasa bosan dan tambah tidak mengerti apa yang mereka ributkan. Yang satu mendukung dan
satunya lagi mengatakan bahwa Selena Gomez lebih baik. Dasar anak SMP, pikirnya.
Ia menoleh ke sebelah, mendengarkan abangnya yang ikut sibuk membicarakan
masalah kopi dengan pamannya yang memiliki usaha perkebunan kopi. Membahas keunggulan
dan cita rasa dari setiap biji kopi. Kayra makah tambah pusing mendengarkan hal yang tak ia
pahami.
Beginilah kalau ia tak punya sepupu yang sepantaran dengannya. Ia seperti terjebak di
suasana membosankan karena tidak ada yang ‘nyambung’ diajak berbicara. Akhirnya ia
tergoda untuk membalas pesan Keanu yang masuk tadi.
Kayra : Iya?
Keanu : Lagi apa?
Kayra sedikit terheran karena Keanu membalas pesannya kurang dari dua menit.
Kayra : Lagi makan.
Keanu : Sorry ganggu. Kalau gitu lanjutin makannya dulu, jangan sambil main
hp. Makan yang banyak 
Entah kenapa Kayra tersenyum mendapati balasan dari Keanu.
Kayra : Gpp. Barusan kelar. Knp?
Keanu : Besok jadi kan?
Kayra membiarkan pesan itu sejenak, sengaja tidak membacanya. Ia pikir Keanu hanya
basa-basi saat menawarkannya tiket itu kemaren. Lagipula Keanu tidak mengabarinya lagi
sampai hari ini, satu hari sebelum acara. Kayra terlalu malu untuk mempertanyakan perihal itu
21

walaupun dalam lubuk hatinya ia sangat ingin.


Page

Kayra : Jadi
Keanu : I’ll pick you up at 7 am?
Kayra : Okay.
Tak ada balasan lagi dari Keanu. Kayra memutuskan untuk memasukan ponselnya
kembali ke dalam tas dan menghabiskan hidangan penutup yang datang. Cheese cake
kesukaannya.
*****
22
Page

Anda mungkin juga menyukai