Kayra namanya. Gadis bermata coklat yang selalu menunjukan sorot ketegasan,
begitulah pendapat dari kebanyakan orang saat pertama kali bertemu dengannya. Setelah
mengenal lebih jauh, orang-orang akan berpendapat bahwa Kayra merupakan sosok dengan
jiwa kepemimpinan yang kuat sehingga sangat mudah orang-orang percaya padanya. Namun
dibalik semua kelebihannya, ia hanyalah sesosok perempuan berumur tujuh belas tahun dengan
hati yang rapuh, saking rapuhnya ia selalu membentengi dirinya agar tak ada satupun yang bisa
masuk dan mengobrak-abrik pertahanannya. Tapi tanpa ia sadari, suatu ketika hatinya sudah
tertuju pada satu orang yang berpotensi untuk menghancurkan hatinya...
Kapten tim basket yang terkenal dengan sejuta pesonanya, Keanu. Siapa yang tak kenal
dia, salah satu most wanted boy disekolahnya. Bahkan kabar tentang ketampanannya sudah
tersebar hingga ke sekolah-sekolah lain. Keanu yang selalu ramah dan sopan kepada siapapun
membuat dirinya digemari oleh hampir semua penghuni berjenis kelamin perempuan di
sekolahnya, bahkan guru-guru mengidolakannya. Tapi di balik itu semua, Keanu menyimpan
banyak sekali rahasia. Sampai suatu hari ia bisa menemukan seseorang yang benar-benar ia
percaya...
Keduanya bertemu dengan tidak sengaja.
Sore itu, kala langit mendung dan menunjukan tanda-tanda akan hujan, Kayra masuk
ke coffee shop milik kakaknya. Ia memang suka mampir ke tempat ini untuk meghabiskan akhir
pekannya. Membaca novel yang tertunda atau bahkan menyelesaikan tugas sekolahnya yang
berada di ambang deadline.
Hari ini agendanya adalah menyelesaikan novel fiksi, hadiah ulang tahunnya yang ke
tujuh belas dari kakaknya tersayang. Sebelum menjalankan ‘ritual’ yang akan dilakukannya
selama dua jam kedepan, seperti biasa Kayra masuk ke dapur coffe shop untuk membuat
minuman kesukaannya, Vanilla Frappucino dengan ekstra whipped cream. Ia sengaja membuat
minuman sendiri karena tidak ingin merepotkan para barista yang selalu sibuk menyelesaikan
pesanan pengunjung.
Kayra membawa gelas berisikan Vanilla Frappucino ke meja kebangsaannya di pojok
ruangan. Sofa yang diletakan melekat dengan dinding, terletak disebelah jendela kaca lebar
sehingga ia bisa melihat bebas pemandangan di luar. Tapi langkahnya terhenti saat melihat
seorang laki-laki telah menduduki kursinya. Seakan sadar dengan kedatangannya, laki-laki itu
memutar tubuhnya kemudian mata mereka bertemu. Tiba-tiba jantungnya berdetak tak keruan,
dia hanya diam, berusaha menenangkan debarannya. Setelah berhasil mengembalikan detak
jantungnya menjadi ‘mode’ normal, Kayra membuka suara, “Sorry¸ meja ini udah ada
penghuninya”, ia mengucapkan dengan nada tegas seolah-olah debaran jantung yang tak
1
berada di sebelah Kayra. Ia sangat senang mengetahui fakta ini, walaupun perasaan itu tak ia
Page
tunjukan. Ia tetap tenang saat sudah duduk ke kursi, mencoba mendengarkan penjelesan dari
Aldi – sang ketua Osis.
Sepanjang rapat berlangsung, Keanu mencoba mencuri-curi pandang ke sebelahnya. Ia
melihat Kayra yang sedang berkonsentrasi penuh dengan laptopnya. Sesekali perempuan itu
memainkan bolpoinnya sebelum kembali menarikan jari lincahnya di atas keyboard laptop.
Rapat ini berjalan cukup lama. Dua jam mereka membahas keterkaitan setiap
ekstrakulikuler dalam pembuatan buku tahunan dan bagaimana teknisnya. Ketika dirasa
semuanya sudah paham akan tugas masing-masing, rapat pun ditutup.
“Terimakasih atas waktu yang sudah teman-teman luangkan, untuk rapat selanjutnya
akan diberitakuan secepatnya”. Aldi menutup rapat pada saat jam di dinding sudah menunjukan
pukul lima sore.
Satu persatu orang meninggalkan ruangan ini dan saling berpamitan. Tak terkecuali
Keanu. Sebenarya ia masih enggan untuk pulang karena dilihatnya Kayra masih bertahan di
ruangan itu dan sibuk membereskan barang bawaannya. Sebelum pamit, ia tadi menawarkan
diri untuk membantu Kayra, namun perempuan itu menolaknya dengan halus. Padahal ia
berencana untuk mengajak pulang Kayra bersama.
Keanu berdiri sambil bersandar di mobilnya, sudah hampir lima belas menit dia
menunggu. Niatnya untuk mengajak Kayra pulang bersama masih belum hilang. Setelah
bantuannya di tolak, Keanu masih berusaha untuk menarik perhatian Kayra. Padahal selama
ini ia tidak pernah harus berusaha sekeras ini.
Menarik... pikirnya dalam hati sambil menghisap rokok yang sekarang hanya tersisa
setengahnya. Ia menghembuskan asap dari mulutnya secara perlahan, mencoba menikmati
sensasi yang ditimbulkan. Sedetik kemudian, ia mendengar suara tawa seseorang, yang tidak
bukan adalah milik Kayra. Keanu membuang rokoknya yang masih setengah itu ke tanah
kemudian menginjaknya hingga mati. Ia membalikan badan dan menemukan pemandangan itu.
Kayra dan Aldi yang sedang tertawa lepas. Mereka berpandangan sejenak, kemudian seperti
membicarakan sesuatu dan sedetik setelah Aldi menyelesaikan kalimatnya, Kayra kembali
tertawa. Mereka terlihat nyaman satu sama lain dan bahagia...
Keanu bergegas masuk ke dalam mobilnya, sebelum kedua orang itu menyadari
keberadaannya. Dari interaksi Kayra dan Aldi, Keanu bisa melihat betapa dekatnya mereka
satu sama lain. Ada rasa aneh yang tiba-tiba merayap di hatinya, entah apa. Bukan cemburu...
perasaan itu lebih dominan ke perasaan iri, iri melihat seberapa dekatnya mereka, dan betapa
bahagianya mereka...
Keanu menolak untuk menelaah perasaan itu lebih lanjut, ia memutuskan untuk pergi
dari situ. Dinyalakannya mesin mobil, kemudian segera berlalu. Mengemudikan mobilnya
bergabung bersama kendaraan lain yang sudah lebih dahulu memadati jalan.
***
Kayra membaringkan diri di kasur empuknya. Tubuhnya terasa sangat lelah, tapi yang
5
lebih lelah adalah pikiran dan perasaannya. Akhir-akhir ini ia otaknya terlalu sering
Page
sekolah dan lingkungan bermainnya, tak ada yang mampu ia percayai. Ia takut saat ia mulai
Page
percaya dengan orang, orang itu akan pergi meninggalkannya. Lagi. Membuat luka di hatinya
semakin dalam.
Ia masih mempunyai keluarga. Namun apakah seseorang tetap dapat kau anggap
sebagai keluarga saat ia tak pernah perduli. Bahkan saat Keanu memutuskan untuk tinggal di
apartemen sendiri, sang Ayah tak mempertanyakan alasannya dan langsung memberikan ijin.
Hatinya sakit kala itu, kenyataan itu begitu menyakitinya. Apa bedanya ia dengan yatim piatu
saat ini, tinggal sendiri dan tak merasakan kasih sayang.
Tapi semakin lama Keanu semakin kebal, sampai-sampai hatinya mati rasa. Ia mulai
menyusun kembali hidupnya yang sempat hancur semenjak kejadian itu. Kejadian masa lalu
yang merenggut kedua orang yang sangat ia sayang dan membuat hidupnya berjalan seperti
ini.
Ia mengeluarkan handphonenya dari saku celana. Membuka salah satu social media
yang saat ini sedang digandrungi oleh kebanyakan remaja. Social media ini memberikan
fasilitas bagi penggunanya untuk membagikan foto maupun video kepada para pengikut
pengguna. Keanu mengetikan nama Kayra di fitur pencarian. Tak sampai dua detik, hasilnya
keluar. Kayra Renata Adiatama, nama itu terletak di paling atas dari hasil pencarian. Dengan
satu gerakan, Keanu membuka profil gadis itu. Private. Tanpa pikir panjang, Keanu menekan
tombol follow, kemudian menyimpan hpnya kembali ke kantong celananya. Ia melanjutkan
makan malamnya yang sempat tertunda.
***
Hari-hari berlalu seperti biasa, tidak ada kisah menarik beberapa hari belakangan ini.
Kayra sebisa mungkin menghindari kemungkinan terjadinya pertemuan dengan Keanu. Ketika
matanya menangkap sosok laki-laki berbadan tegap dan tinggi itu, di manapun ia berada, pasti
ia segera bersembunyi atau pergi secepatnya yang dia bisa seperti orang bertemu hantu. Ia juga
bingung mengapa ia melakukan itu. Apalagi semenjak notifikasi social media miliknya masuk,
menandakan bahwa seseorang baru saja mengikuti akunnya, orang itu adalah Keanu.
Pagi ini, Kayra terpaksa merelakan hari liburnya yang biasanya ia dedikasikan untuk
tidur sampai siang. Karin memaksanya untuk ikut pergi ke salah satu pusat perbelanjaan besar
di kota mereka.
Dan di sinilah ia berada, di depan cermin yang kira-kira tingginya dua meter, cermin
ini diletakan di sudut ruangan bersebelahan dengan rak baju kayu tempat jaket ataupun outer
digantung. Kayra memperhatikan sejenak penampilannya di kaca. Setelah cukup puas dengan
boyfriend ripped jeans dan kemeja yang kerahnya berpotongan lebar sehingga menampilkan
bahu mulusnya. Rambutnya sengaja ia cepol tinggi dengan sedikit berantakan, ia terlalu malas
untuk keramas pagi ini.
Karin : 5 menit lagi gue nyampe!!
Setelah membaca pesan melalui pop up yang muncul di layar handphonenya, Kayra
mengambil parfum sebagai sentuhan terakhir. Menyemprotkan cairan bening di dalam botol
kaca itu ke beberapa titik di tubuhnya. Kemudian dengan segera ia keluar dari kamar tidurnya.
7
Page
Tepat pada saat ia selsai mengenakan sepatunya, sebuah moil berhenti di depan pagar
rumahnya. “Bi, Aya pergi dulu, main sama Karin”, pamitnya kepada sang asisten rumah tangga
yang sedang sibuk menjemur baju di samping rumah. Kayra langsung masuk ke dalam mobil
dan duduk di kursi penumpang. Di sebelahnya, Karin sudah duduk manis di belakang setir.
Setelah memastikan Kayra sudah memasang sabuk pengaman, ia melajukan mobilnya ke
tempat tujuan mereka sesuai yang sudah direncanakan.
“Tumben Kak Klara mempercayakan barangnya ke lo?”, tanya Kayra, ia sedikit
terkekeh mengejek. Pasalnya, ia tahu betapa kakak perempuan Karin itu sangat tidak percaya
kepada adiknya ini, wajar saja kalau diingat-ingat berapa barang yang selalu berujung naas jika
berada di tangan Karin.
“Gue peras dia”, kata Karin sedikit tertawa. Kayra hanya membalas dengan pandangan
bertanya ingin tahu kisah selanjutnya. Setelah berhasil menghentikan mobil dengan mulus di
lampu merah, Karin melanjutkan ceritanya. “Kemarin mantannya yang dari Australi datang ke
rumah, terus tadi gue ancem kalo dia gak mau minjamin mobilnya bakal gue lapor ke calon
kakak ipar gue, dan lo tau sendiri gimana cemburuannya calon kakak ipar gue itu”, Karin
menceritakan kejadian itu dengan nada puas. Akhirnya ia menemukan senjata untuk
mengancam kakaknya.
Tak sampai setengah jam perjalanan mereka berdua telah sampai di pusat perbelanjaan
tujuan. Keadaannya masih tergolong sepi walaupun hari ini adalah weekend. Wajar saja,
mereka datang disaat mall baru buka dan semua ini adalah ide siapa lagi kalau bukan Karin. Ia
bersikeras untuk datang sepagi ini dengan alasan agar bisa lebih bebas kalau mencari barang
yang ia inginkan. Hari ini agenda mereka adalah mencari hadiah ulang tahun untuk Daffa –
pacar Karin. Selain dipaksa untuk menemani Karin mencari kado, Kayra juga dipaksa untuk
terlibat dalam rencana suprise Karin untuk Daffa.
Karin dan Daffa sudah berpacaran selama satu tahun, bisa dibilang benih-benih cinta di
antara mereka berdua tumbuh karena terjebak dalam cinta lokasi, pada saat itu mereka
mendapatkan tugas studi lapangan ke salah satu pabrik susu dan mereka berdua tergabung
dalam satu kelompok. Mungkin dari terbiasa bersama mereka jadi merasa nyaman satu sama
lain. Walaupun sudah memilih Daffa dalam hatinya, namun Karin tetap saja tidak bisa tinggal
diam saat melihat cowok ganteng. Contohnya saat melihat Keanu. Tapi walaupun begitu, Karin
adalah pacar yang setia. Ia hanya suka memandangi deretan cowok tampan itu saja tanpa ada
maksud lain, semacam fangirl yang menyukai idol-idol dari negara yang terkenal dengan
boyband ataupun girlband-nya.
Setelah puas berkeliling ke outlet-outlet yang menyediakan sepatu untuk laki-laki di
mall ini, mulai dari lantai satu sampai lantai empat dan mendapatkan sepatu yang cocok untuk
hadiah Daffa mereka akhirnya memilih untuk beristirahat, memutuskan untuk makan siang
sejenak di salah satu restoran sushi.
Saat mereka sampai di depan restoran itu, terlihat antrian yang lumayan panjang. Kayra
menghampiri seorang pelayan yang bertugas untuk mencatat pesanan pengunjung yang masuk
ke dalam daftar tunggu. Ia menanyakan kira-kira berapa lama lagi mereka bisa mendapatkan
8
meja, Kayra berharap antrian sesungguhnya ini tidak sepanjang dan memerlukan waktu selama
Page
kelihatannya. Tapi hari ini sepertinya mereka kurang beruntung karena ternyata mereka dalam
daftar antrian nomor lima. Padahal Kayra dan Karin sudah sangat kelaparan hingga rasanya tak
sanggup untuk menunggu lebih lama lagi.
Saat ia ingin membalikan badan untuk pergi berencana mencari restoran lain, ia
merasakan namanya dipanggil oleh seseorang. Ah mungkin salah dengar¸ia tetap melanjutkan
langkahnya namun kemudian suara yang sama memanggil namanya lagi. Merasa sedikit ragu,
Kayra berbalik dan menemukan sumber suara yang dari tadi memanggil namanya itu, orang
itu adalah Keanu. Tiba-tiba jantungnya berhenti sedetik kemudian malah berdetak tak keruan
melihat Keanu yang sedang tersenyum manis sambil melambaikan tangan ke arahnya.
*****
Keanu memutuskan untuk makan siang di mall yang bersebelahan dengan
apartemennya. Setidaknya ia harus berada di keramaian setelah mengurung diri di apartemen
seharian dari pulang sekolah kemarin sampai siang ini. Ia memilih salah satu restoran sushi
yang sudah terkenal sebagai tempat makan siangnya.
Beruntung ia tidak perlu menunggu terlalu lama, walaupun tadi ia sempat berada dalam
daftar antri karena keadaan restoran siang ini sangat ramai. Wajar saja karena ini akhir pekan,
pasti semua orang menghabiskan waktunya bersama dengan orang yang disayang setelah lelah
bekerja ataupun sekolah.
Keanu mendapat meja yang terletak di tengah dan dekat dengan pintu keluar. Mejanya
berada di dekat ruang tunggu antrian, sehingga ia bisa melihat berapa banyak orang yang
mengantri setelahnya. Keanu menerima buku menu dari pelayan berseragam hitam saat
matanya menangkap sesosok yang ia kenal sedang berbicara bersama pelayan lain di ruang
tunggu.
“Kayra...”, panggilnya untuk mendapatkan perhatian perempuan itu. Tapi sosok itu
terus melanjutkan langkahnya, sekali lagi Keanu memanggil namanya tapi kali ini lebih keras.
Kayra berhenti sedetik kemudian berbalik ke arahnya. Keanu sengaja melambaikan tangannya
agar Kayra lebih mudah menemukan keberadaannya. Karena dilihatnya Kayra tetap
bergeming, ia memutuskan untuk menghampiri gadis itu.
“Mau makan disini juga?”, tanyanya. Pertanyaan itu terdengar konyol. Orang datang
kesini pasti karena ingin makan disini, memang ada tujuan lain.
“Iya. Tapi waiting list nya kelamaan. Kayaknya mau pindah restoran aja”, jawab Kayra.
Keanu hanya bisa membalas dengan mengangguk-ngangguk paham. “Gue duluan ya”,
pamit Kayra.
Sebelum Kayra berbalik, Keanu langsung berkata,“Kenapa gak gabung di meja gue
aja? Lagian gue sendirian”, tawarnya. Kayra menimbang-nimbang tawaran itu, terlihat dari
wajahnya. “Kalau lu cari restoran lain pasti sama penuhnya”, Keanu merasa sangat pintar saat
mengucapkan kata-kata yang menambah kuat ajakannya.
Keanu menunggu respon dari Kayra. Kenapa ia jadi deg-degan seperti ini ya?
9
“Tapi gue sama temen gue, gak papa kan?”, tanya Kayra sekali lagi.
Page
Keanu mengangguk dan memasang senyum menandakan dirinya tidak masalah dengan
keberadaan teman Kayra.
“Yaudah”, akhirnya Kayra memutuskan untuk bergabung. Senyum puas terukir di
wajah Keanu saat mendengar keputusan perempuan yang berdiri di depannya ini. Kayra
menghampiri temannya dan Keanu kembali ke mejanya setelah menunjukan keberadaan
mejanya kepada Kayra.
Tak sampai satu menit Kayra dan temannya datang menghampirinya yang sudah duduk
manis di meja sambil membolak-balikan menu. Keanu mengenali muka perempuan yang
sekarang duduk di sebelah Kayra saat ini. Ia menyodrkan buku menu ke dua gadis yang duduk
dihadapannya, mempersilahkan mereka untuk memilih makanan duluan. Setelah pelayan
mencatat pesanan mereka bertiga, Keanu mencoba untuk mencairkan suasana yang terasa
canggung ini.
“Hai gue Keanu”, katanya sambil menyodorkan tangan ke arah teman Kayra.
“Gue Karin”, balas perempuan di sebelah Kayra dengan senyum ramah. Oh namanya
Karin¸ kata Keanu dalam benaknya.
“Kalau gak salah, lo pacarnya Daffa kan?”.
Keanu ingat, perempuan ini pernah menemani Daffa saat latihan rutin mereka. Daffa
adalah salah satu pemain andalan dalam tim sekolah mereka. Ia dan Daffa pun cukup dekat.
Karin hanya memberikan senyum malu-malu. Kayaknya si Karin lebih bersahabat
untuk diajak ngobrol¸pikir Keanu. Seperti kebanyakan perempuan lain yang ia temui, semua
akan dengan mudahnya tertarik pada Keanu. Bukan berarti dia narsis, tapi begitulah
kenyataannya.
Sembari menunggu pesanan mereka datang, Keanu mencoba membuka obrolan.
Memulai dengan topik-topik ringan seputar keadaan mall. Keanu yang berada saat ini seperti
Keanu yang dikenal semua orang, Keanu yang ramah dan baik. Keanu sang laki-laki idaman
bagi semua perempuan.
Yang terlihat aktif dalam pembicaraan ini hanya Keanu dan Karin. Sedang Kayra lebih
banyak memperhatikan. Jika sesekali Keanu bertanya, ia hanya memberikan jawaban
seadanya. Mereka berbincang banyak hingga pesanan mereka datang.
Disaat mereka tengah menikmati hidangan di meja, tiba-tiba Karin bertanya, “Ken, lu
mau bantuin gue gak buat kasih suprise ke Daffa?”
“Bisa... Emangnya suprisenya rencananya kapan? Soalnya tradisi anak basket kalo ada
yang ultah pasti kita kerjain”, ujar Keanu dengan sedikit terkekeh. Membayangkan rencana
ekstrim untuk mengerjai teman satu tim nya itu.
“Emm... gue sih rencananya mau kasih suprise besok, habis kalian latihan”.
“Yaudah kalau gitu kita gabungin aja suprisenya? Biar lebih seru juga”, Keanu
10
memberikan ide dan langsung disambut dengan anggukan yang sangat antusias oleh Karin, tak
Page
lupa Karin mengucapkan terimakasih. Mereka bertukar kontak dengan alasan untuk
mempermudah komunikasi dalam menyusun rencana suprise besok.
Mereka melanjutkan makan mereka sambil membicarakan hal-hal ringan hingga tanpa
terasa makanan mereka ludes. Sebagai satu-satunya laki-laki, Keanu berinisiatif untuk
memanggil pelayan dan meminta bill, ia sejenak melihat jumlah yang tertera kemudian
meletakan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu. “Sisanya buat tip mas”. Si Pelayan yang
mendengar kata-kata itu langsung tersenyum lebar dua kali lipat.
“Wah jadi gak enak, malah ditraktir gini”, ujar Karin saat mereka bertiga sudah keluar
dari restoran.
“Gak papa. Lain kali gantian”, canda Keanu.
“Oh iya, kalian pulang naik apa?”, tanya Keanu. Matanya menatap Kayra yang dari tadi
lebih banyak diam. Tidak seperti dia dan Karin yang sibuk berbincang. Ia kira Kayra akan
tertarik untuk berbicara lebih banyak, tapi dugaannya salah. Walaupun bersama temannya,
Kayra terlihat sangat tidak nyaman berada di dekatnya. Hal itu sudah ia sadari saat Kayra selalu
menghindari pertemuan dengannya. Ia tahu Kayra sengaja melakukan itu. Tapi ia tidak punya
hak untuk menanyakan alasannya. Entah sejak kapan ia perduli dengan apa yang Kayra
lakukan, dan mendapati fakta bahwa Kayra berusaha menghindarinya sedikit melukai egonya.
Padahal ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ia tidak pernah pusing karena orang-orang lah
yang mendekatkan diri padanya tanpa diminta. Tapi perempuan ini sedikit berbeda...
“Kita naik mobil”, jawab Kayra dengan singkat dan padat. Ia merasa berkeharusan
menjawab karena Keanu menatapnya.
“Oh. Kalau gitu hati-hati ya”.
Pertemuan mereka berakhir sampai di situ. Mereka berpisah ke arah yang berlawanan.
Kayra dan Karin pulang sedangkan Keanu berjalan menuju jalan yang langsung
menghubungkan mall ini dengan apartemennya.
*****
Malam harinya...
Karin added Kayra to suprise. Karin added Keanu to suprise.
Karin : Hai guys!!! [2 read]
Keanu : Hai guys!!! (2) [2 read]
Karin : Jadi rencananya besok gue bakal kasih suprise setelah kalian ngerjain dia?
Gimana? [2 read]
Keanu : Boleh. Kalian tunggu di Sekretariat Basket aja dulu sambil nungguin kita selesai
latihan. [2 read]
Karin : gpp? [2 read]
11
berkata apa-apa.
Page
“Jadi anak-anak udah pada ngelancarin aksinya, mereka lagi ngikatin Daffa di tiang
basket”, ujar Keanu. Dia sedang memaparkan situasi di lapangan terkini. Hal itu diperjelas oleh
teriakan makian Daffa serta suara tawa yang saling bersahutan, suara-suara itu terdengar
semakin jelas karena keadaan pintu yang tidak tertutup rapat, menyisakan celah.
Karin bergerak mengintip dari jendela yang ada, menyibakan tirai sedikit saja agar
keberadaan mereka tidak diketahui oleh Daffa. Karin menutup mulutnya dengan tangan,
menahan tawanya agar tidak pecah saat melihat Daffa yang sibuk bersumpah serapah karena
diikat di tiang ring basket tanpa menggunakan baju. Salah seorang temannya memegang
kemoceng, mencoba menggoda Daffa – fyi Daffa phobia terhadap kemoceng berbulu ayam
karena sewaktu kecil ia pernah di patuk ayam.
Daffa berteriak minta tolong dan meminta ampun agar teman-temannya berhenti
menggoda dia dengan benda terkutuk itu.
Karin, Kayra dan Daffa keluar dari ruangan sekretariat dengan perlahan. Meminimalisir
keberadaan mereka bertiga diketahui Daffa, terutama Karin yang semalam sudah mengerjai
nya terlebih dahulu, pura-pura merajuk kepada Daffa, tak satupun pesan yang dibalas. Karin
merasa tak tega pada awalnya, tapi ia harus menguatkan tekad agar rencananya berhasil.
Daffa tak bisa melihat kedatangan mereka bertiga karena posisinya yang terikat
menghadap ke lapangan, membelakangi ruang sekretariat. Mereka bertiga semakin menipiskan
jarak dengan tempat kejadian, suara teriakan Daffa makin jelas terdengar.
“AWAS AJA LO SEMUA!!! Beraninya keroyokan...”, teriakan Daffa menggema di
seluruh gor dibarengi dengan tawa teman-teman timnya. Pelatih mereka hanya geleng-geleng
kepala di pinggir lapangan melihat kelakuan anak asuh timnya.
Karin berjalan sambil membawa sebuah kue. Di atasanya sudah dinyalakan lilin angka
satu dan tujuh. Saat dirasa jarak sudah cukup dekat dengan Daffa, ia menyanyikan lagu selamat
ulang tahun x happy birthday dengan suara cemprengnya. Tak lama semua orang yang ada
disitu membantu menyumbangkan suara mereka, membuat alunan lagu semakin keras
terdengar. Saat ini Karin sudah berdiri di hadapan Daffa. Daffa terlihat terkejut dengan
keberadaan sang pacar yang semalam ngambek berat terhadapnya.
Setelah lagu yang dinyanyikan usai, Karin menyodorkan kue meminta Daffa untuk
segera meniup lilin yang mulai meleleh. Sebelum meniup lilin, Daffa menutup mata
memanjatkan doa serta permohonanya. Setelah lilin padam dengan sempurna, Daffa maju
kedepan memeluk Karin. Menyalurkan rasa terimakasih dan sayangnya. Ikatannya sudah
dilepaskan semenjak tadi. Seketika semua orang berteriak, mencaci maki Daffa yang bisa-
bisanya pamer kemesraan bersama pacarnya. Karin hanya bisa tersipu malu diperlakukan
seperti itu.
Daffa menyuarakan kabar gembira untuk teman-temannya, bahwa ia sedang berbaik
hati dan akan mentraktir mereka semua di salah satu kafe yang letaknya di gang sebelah sekolah
mereka. Semua temannya bersorak-sorai menerima kabar bahagia tersebut. Kalau soal makan
gratis mereka semua nomor satunya. “Rejeki gak boleh ditolak”, ujar Danu.
15
Pelatih mereka memilih untuk pulang duluan, beralasan bahwa ia sudah kangen dengan
Page
sang istri yang berada dirumah, dan lebih memilih untuk menghabiskan malam minggu
bersama sang istri daripada para laki-laki yang terlihat mengenaskan tanpa pasangan – minus
Daffa. Memang sebagian besar anggota tim basket menyandang status single, tapi bukan berarti
mereka tak punya gebetan. Malah kebalikannya, mereka suka terlihat jalan sama cewek yang
berbeda-beda. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menjomblo daripada harus mempunyai
pacar yang ngambek karena tak bisa malam minggu bersama. Mereka sangat mencintai
olahraga bernama basket sehingga mencurahkan seluruh perhatian mereka disitu. Namun ada
beberapa yang menambatkan hatinya pada satu perempuan, salah satunya Daffa. Daffa
memantapkan hatinya pada Karin karena merasa Karin berbeda dari cewek lain yang suka
menuntut waktunya dan tidak mengerti bahwa ia harus memfokuskan diri pada basket demi
mengharumkan nama sekolah mereka.
“Sayang, aku hari ini bawa motor, kamu sama Kayra naik apa kesini?”, tanya Daffa
saat mereka berjalan menuju parkiran. Sebelumnya, para cowok sudah mandi membersihkan
diri dari keringat mereka selama latihan berlangsung. Gor mereka memberikan fasilitas kamar
mandi di setiap ruang ganti lengkap dengan hairdryer.
“Aku sama Kayra tadi naik taksi online. Temen kamu gak ada yang bisa nebengin
Kayra gitu?”, tanya Karin. Tangannya terus menggenggam tangan Daffa. Sedang Kayra cukup
tahu diri dengan tidak menjadi obat nyamuk, dia berjalan di belakang mereka berdua.
Kayra sedikit terkejut saat seseorang berkata, “Kayra dengan gue aja gimana?”. Saat
Kayra menoleh ternyata orang itu adalah Keanu.
“Yaudah kalo gitu, udah beres masalahnya”, ujar Daffa santai.
Keanu memandang Kayra, seolah-olah meminta persetujuan darinya. Apakah Kayra
berkenan untuk ikut dengannya. Kayra hanya mengangkat bahu menandakan apa boleh buat.
Ia juga tak mau menolak niat baik seseorang. Mereka berdua berjalan dalam diam melanjutkan
perjalanan menuju parkiran.
Keanu merasa keputusannya hari ini membawa motor sendiri tepat. Kayra naik ke
boncengan motor Keanu dengan perlahan. Sampai-sampai Keanu tidak merasa bahwa ada
beban lebih dibelakang yang dibawanya. “Udah siap?”, Keanu menoleh ke belakang,
memastikan Kayra sudah duduk dengan benar di boncengannya. “Jangan lupa pegangan ya,
gak usah sungkan, daripada lo terbang kebawa angin”, ujarnya lagi dengan nada jahil. Sedikit
bercanda mencoba meredakan kedinginan diantara mereka berdua.
Kayra yang mendengar ucapan Keanu hanya tersenyum tipis, ia mencoba mencari
pegangan di bagian belakang jok namun ternyata tidak ada. Mungkin karna motor ini adalah
motor sport. Mau tak mau Kayra memegang ujung jaket milik Keanu, “Sorry”, katanya seolah
meminta ijin kepada Keanu untuk memegang jaketnya.
Keanu memacu motornya menuju tempat tongkrongan mereka seusai latihan basket
biasanya. Sebuah kafe bergaya mediterania. Cahaya lampu berwarna kuning oren terpancar
dari jendela-jendela, memberikan kesan hangat. Daffa yang telah sampai terlebih dahulu,
meminta tempat yang cukup besar untuk rombongan mereka.
16
Mereka diarahkan ke bagian belakang kafe. Sebuah halaman luas dengan beberapa
pohon rindang di sisinya. Para pelayan menggabungkan meja dan kursi panjang yang di cat
Page
putih menjadi satu, agar muat untuk mereka yang berjumlah lima belas orang. Diatas mereka
terdapat lampu-lampu yang tergantung, diikatkan dari pohon satu ke yang lainnya, seolah-olah
halaman ini beratakan lampu.
Setelah para pelayan selesai menyusun tempat duduk, mereka segera mengambil
tempat masing-masing. Yang pasti Daffa bersebelahan dengan Karin. Kayra mengambil tempat
duduk tepat disebelah Karin, di sebelahnya diisi oleh Keanu. Sisanya Kayra tak begitu tau, ada
beberapa yang ia kenal, seperti Iko dan Puan, yang merupakan teman sekelasnya saat kelas
sepuluh dahulu.
Setelah semua nya puas menyebutkan menu pesanan masing-masing, kehebohan di
meja pun kembali terjadi. Akan ada saja salah satu dari mereka yang menjadi bahan ejekan.
Seperti saat ini, Iko menjadi bahan ejekan karena ada adik kelas yang nekat untuk menaruh
coklat dan surat cinta di loker di ruang ganti tim basket mereka. Yang menjadi masalah adalah
orang itu salah letak loker dan malah nyasar ke loker milih Danu. Danu yang mempunyai sifat
iseng nomor satu dalam tim langsung membuka surat dengan cap bibir dan membacakan
dengan keras isinya. Iko yang saat itu mendengar namanya dibawa-bawa langsung
mengentikan aksi mandinya dan keluar kamar mandi hanya dengan handuk yang terlilit
menutupi bagian bawah tubuhnya. Kayra hanya tertawa mendengar cerita tentang kekonyolan
mereka.
“Ken, lo gak mau kenalin cewek cantik yang duduk disebelah lo?”, celetuk Irfan
membuat semua orang otomatis mengarahkan pandangan mereka ke Kayra. Ada yang
menatapnya penasaran, bahkan ada juga yang memberi tatapan menggoda. Kayra hanya bisa
membalas tatapan-tatapan itu dengan senyum basa-basinya. Seperti nya mereka tetap kekeuh
memandanginya sampai ia atau Keanu membuka mulut. Kenapa juga ia harus disangkut
pautkan dengan Keanu, padahal mereka hanya tidak sengaja duduk bersebelahan. Kayra
paham, Irfan hanya ingin menggoda Keanu sebagai target kejahilannya selanjutnya.
“Gak usah pasang tampang jomblo kelaparan lo pada”, ujar Keanu. “Dia Kayra,
temannya Karin”.
“Hai, gue Kayra, temennya Karin bukan temannya Keanu”. Kayra mencoba
memperkenalkan dirinya seperti Kayra yang dikenal orang-orang, Kayra yang percaya diri
dengan keramahannya. Orang-orang yang ada disitu terbahak-bahak, memberi pandangan
kasian pada Keanu mendengar candaan Kayra yang seolah-olah tidak memperdulikan
keberadaan laki-laki tampan di sebelahnya. Berbanding terbalik sama cewek-cewek di luar
sana yang berebut untuk mendapatkan perhatian Keanu dengan berbagai cara.
“Aww.. it’s hurt dude”, kata Iko dengan ekspresi sedih yang sangat dibuat-buat.
Keanu tidak merasa malu. Bukan itu yang ia rasakan saat ini, ia malah semakin
penasaran dengan perempuan di sampingnya ini. Sejak pertama kali bertemu, ia seperti
memasang ‘kuda-kuda’ siap mengajak bertarung. Ia kira semua orang diperlakukan sama. Tapi
kesimpulan itu ternyata salah, dari interaksinya bersama anak-anak tim basket malam ini,
Kayra merupakan orang yang cukup ramah dan mengasikan. Tapi kenapa saat bersama dia
Kayra menjadi sedingin kutub utara, hal itu masih menjadi teka-teki.
17
makanan sambil terus bercanda. Malam ini Keanu menjadi lebih pendiam, dia sesekali tertawa
mendengar lelucon para teman-temannya, ketika menoleh ke samping ia sedikit terpana saat
mendapati tawa lebar dari Kayra. Kayra malam ini bukanlah seperti Kayra yang tak sengaja ia
kala itu di sebuah coffeshop, ataupun Kayra yang makan siang bersamanya dengan Karin di
mall. Kayra ini berubah seratus delapan puluh derajat, walaupun ia tetap tak banyak berbicara,
namun Kayra ini terlihat lebih berekspresi.
Saat teman-temannya sedang sibuk bercanda, ia perlahan-lahan mengangkat tubuhnya
dari duduk, berjalan menuju parkiran di halaman depan kafe. Ia menyalakan sebatang rokok
untuk mengalihkan pikirannya sejenak. Tak pernah ia merasa setertarik ini pada seseorang, ia
selalu berusaha menghindari perasaan semacam itu. Karna ia yakin perasaan semacam itu
hanya sementara, pada akhirnya ketika sudah merasa bosan, mereka atau salah satunya akan
mencari kesenangan dengan merasakan perasaan kepada orang yang baru. Tanpa mereka sadari
ada seseorang yang terluka karena mereka berusaha mencari kesenangan yang baru. Ya, Keanu
cukup mengenal rasa kesepian yang ditimbulkan oleh perceraian kedua orang tuanya.
Membuatnya tidak mau berurusan dengan sebuah perasaan yang sering dinamai cinta.
Kepercayaannya kepada orang pun meluntur kala ia melihat Ayahnya sedang bercumbu dengan
perempuan lain. Saat itu perceraian kedua orang tuanya belum ketuk palu di pengadilan, tapi
ayah dan ibunya sudah memilih untuk berpisah tempat tinggal. Ayah dan ibunya yang dulu
selalu terlihat penuh kasih sayang dan mengucapkan kata cinta kala ia kecil, seketika berubah
menjadi dua orang asing saat perasaan cinta mereka telah luntur. Kemudian puncaknya mereka
berdua saling mengkhianati satu sama lain. Untuk apa ada cinta kalau akhirnya harus berpisah
dan saling menyakiti, pikirnya. Apalagi menyakiti anak kecil dengan harapan indahnya tentang
gambaran keluarga bahagia kala itu.
Keanu menyesap dalam-dalam rokoknya, kemudian menghembuskan asapnya dengan
kasar. Mencoba menghilangkan bayang-bayang menyakitkan yang selalu menghantuinya.
“Hai, dude”. Keanu sedikit terkejut saat mendengar suara seseorang disebelahnya.
Menyapanya. Keanu menoleh dan mendapati Iko telah berdiri disampingnya, dengan sebatang
rokok menyelip di bibirnya. Ia hanya tersenyum membalas sapaan Iko.
“Kayra cantik ya”, ujar Iko tiba-tiba setelah berhasil menghembuskan asap rokok
dengan kepulan besar. Ya, Keanu dan Iko termasuk perokok aktif bila dibandingan dengan
teman-teman mereka yang lain. Hal itu sebagai bentuk pelarian mereka terhadap rasa stres dan
masalah yang menerpa.
Keanu yang sedikit terkejut dengan pernyataan Iko hanya bisa bergumam, berusaha
menebak ke arah mana pembicaraan ini berlanjut. Iko termasuk teman Keanu yang paling
dekat. Mereka berteman semenjak SMP, saat itu keduanya juga tergabung dalam tim basket.
Keanu SMP bukan seperti saat ini yang merupakan anak emas sekolah. Keanu SMP adalah
berandalan yang berusaha menarik perhatian orang dengan tingkah nakalnya. Iko sempat
terheran saat Keanu berubah seratus delapan puluh derajat di SMA. Ia mulai meninggalkan
kebiasaan bolos dan membuat onarnya seperti di SMP. Iko tau semua yang Keanu lakukan
adalah salah satu bentuk protesnya dan kecewanya saat kedua orang tuanya memilih untuk
berpisah. Walaupun Keanu tak pernah membicarakan masalahnya, Iko selalu berusaha untuk
18
Kayra : Jadi
Keanu : I’ll pick you up at 7 am?
Kayra : Okay.
Tak ada balasan lagi dari Keanu. Kayra memutuskan untuk memasukan ponselnya
kembali ke dalam tas dan menghabiskan hidangan penutup yang datang. Cheese cake
kesukaannya.
*****
22
Page