Frekuensi ibuang air kecil yang melebihi normal dengan jumlah sedikit.
Rasa sakit atau sensasi terbakar (perih) saat buang air kecil.
Urine keruh atau berbau tajam.
Nyeri pada perut bagian bawah.
Darah pada urine.
Tubuh terasa kurang sehat atau demam.
Cystitis pada anak-anak dapat menimbulkan gejala berupa demam dengan suhu
tubuh melebihi 38 derajat Celcius, selera makan berkurang, lemas, muntah, sering
mengompol, serta rewel.
Penyebab dan Faktor Risiko Cystitis
Cystitis terjadi saat bakteri yang biasanya hidup dalam usus atau kulit masuk
dan berkembang biak dalam saluran kemih. Bakteri dapat masuk ke saluran
kemih melalui uretra melalui berbagai cara, misalnya ketika berhubungan
seksual, akibat kebiasaan menyeka anus ke arah vagina, atau saat
menggunakan kateter.
Bakteri yang menjadi penyebab pada sebagian besar kasus cystitis adalah
Escherichia coli (E. coli). Risiko infeksi bakteri dalam saluran kemih dapat
semakin besar saat seseorang mengalami gangguan mengosongkan kandung
kemih, menopause, atau menderita penyakit diabetes.
Selain dipicu oleh berbagai hal di atas, cystitis juga dapat dipicu oleh faktor-
faktor seperti:
Penggunaan obat-obatan kemoterapi, misalnya cyclophosphamide
atau ifosfamide.
Radioterapi.
Penyakit tertentu, misalnya batu ginjal, pembesaran prostat, dan
peradangan kronis pada saluran kemih (interstitial cystitis).
Bahan kimia, misalnya sabun pembersih daerah intim.
Diagnosis Cystitis
Pengobatan
Kasus cystitis ringan biasanya dapat pulih tanpa pengobatan dalam waktu
beberapa hari.
Beberapa langkah penanganan mandiri guna mengurangi gejala cystitis, antara
lain adalah dengan banyak minum untuk membantu membersihkan infeksi dari
saluran kemih, mengompres perut dengan air hangat atau di antara kedua paha
guna mengurangi rasa tidak nyaman, serta mengonsumsi obat pereda nyeri jika
dibutuhkan (paracetamol atau ibuprofen). Selain itu, dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual dulu sementara waktu agar kondisi infeksi tidak semakin
parah.
Jika cystitis tidak kunjung mereda, penanganan yang dapat dilakukan adalah
melalui pemberian obat antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri. Dosis
antibiotic dapat ditetapkan sesuai bakteri yang terdapat dalam urine dan
tingkat keparahan cystitis. Antibiotik biasanya diresepkan untuk waktu 3-7 hari
dan pasien dianjurkan untuk menghabiskan seluruh obat antibiotik yang
diresepkan agar infeksi dapat hilang seluruhnya. Untuk kasus cystitis yang
berulang, dokter dapat menganjurkan untuk mengonsumsi antibiotik lebih lama.
Namun yang terpenting adalah evaluasi lebih dengan dokter spesialis urologi,
untuk mengetahui penyebab dari cystitis berulang.
Komplikasi Cystitis
Jika diabaikan atau tidak ditangani secara benar, penyakit cystitis berisiko
menimbulkan komplikasi. Contoh komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit
ini adalah perdarahan saluran kemih (hematuria) dan infeksi ginjal
(pyelonephritis).
Pencegahan Cystitis
Cystitis yang sering kambuh tentu sangat mengganggu kenyamanan sekaligus
aktivitas sehari-hari penderitanya. Terdapat beberapa langkah sederhana
yang bisa diterapkan guna menghindari peradangan, sekaligus mencegah
kekambuhannya, di antaranya:
Jangan menahan keinginan untuk buang air kecil dan upayakan
mengosongkan kandung kemih setiap mengeluarkan urine. Selain
itu, usahakan untuk membuang air kecil setelah berhubungan
seksual.
Hindari membersihkan organ intim dengan sabun mandi atau
sabun pembersih organ intim yang mengandung parfum.
Banyak minum guna mencegah perkembangbiakkan bakteri dalam
kandung kemih.
Membiasakan diri menyeka anus atau dubur ke arah belakang,
bukan ke arah vagina.
ORCHITIS
Orchitis adalah suatu inflamasi testis (kongesti testikular), biasanya disebabkan oleh
faktor-faktor piogenik, virus, spiroseta, parasit, traumatis, kimia atau faktor yag tidak
diketahui
Etiologi : Penyebab orchitis bisa piogenik bakteria, gonokokokus, basil tuberkal, atau
virus seperti paramiksovirus, penyebab dari gondongan (parotitis). Sekitar 20% dari
orchitis timbul sebagai komplikasi dari gondongan (parotitis) setelah pubertas
Faktor resiko
1. Faktor resiko untuk orchitis yang tidak berhubungan dengan penyakit
menular
seksual adalah :
Imunisasi gondongan yang tidak adekuat
Usia lanjut (lebih dari 45 tahun)
Infeksi saluran berkemih berulang
Kelainan saluran kemih
2. Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual
adalah:
Berganti-ganti pasangan
Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan
Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya
Patofisiologi
Kebanyakan penyebab orchitis pada laki-laki yang sudah puber adalah
gondongan (mumps), dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak
dalam 3 sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar parotis.
Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orchitis sekitar 15 % – 20% pria
menderita orchitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra
pubertas dengan orchitis parotitika dapat diharapkan untuk sembuh tanpa
disertai disfungsi testis.
Pada pria dewasa atau pubertas, biasanya terjadi kerusakan tubulus
seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig, sehingga
terjadi hipogonadisme akibat defisiensi testosteron.
Ada resiko infertilitas yang bermakna pada pria dewasa dengan orchitis
parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar melalui darah biasanya
berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk nodula-
nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat
menyebar melalui fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih
lanjut terjadi pada epididimis dan testis kontralateral, kandung kemih, dan
ginjal.
Manifestasi klinis
Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.
Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat.
Kelelahan / mialgia
Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan
Demam dan menggigil
Mual
Sakit kepala
Pembesaran testis dan skrotum
Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.
Pembengkakan KGB inguinal
Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis
Komplikasi
Testis yang mengecil (Atrofi)
Abses (Nanah) pada kantong testis
Infertilitas (Sulit memiliki keturunan), terutama jika orkhitis terjadi
pada kedua
testis.
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan urin kultur
Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)
Pemeriksaan darah CBC (complete blood count)
Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan
diagnosa dan
mendeteksi adanya abses pada skrotum
Testicular scan
Analisa air kemih
Pemeriksaan kimia darah
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan discharge uretra untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab
Sistoskopi, pielografi intravena, dan sistografi dapat dilakukan jika dicurigai
adanya patologi pada kandung kemih.
Penatalaksanaan medis
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting adalah
membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip. Tidak
ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus.
Pada pasien
dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara seksual, dapat diberikan
antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan klamidia) dengan ceftriaxone,
doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan Fluoroquinolon tidak lagi
direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk
pengobatan gonorrhea karena sudah resisten.
Contoh antibiotik:
Ceftriaxone
Doxycycline
Azitromisin
Trimetoprim-sulfametoksazol
Ciprofloxacin
Prognosis
Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam 3-10
hari.
Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri dapat
sembuh tanpa komplikasi.