Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KEGIATAN FIELD LAB

OBSERVASI PATIENT SAVETY DI RST DR. SOEPRAOEN MALANG

Nama Dosen Pembimbing : dr. Doby Indrawan, MMRS

Ketua Kelompok : Ika Nurnaila Syakhsiyah (17910043)

Sekertaris : Khilmi Ainun Nadliroh (17910048)

Anggota : Ahmad Agil Aulia Wafda (17910006)

Azka Faradiba Anjani H (17910038)

Mutiara Nor Afifah (17910039)

Fahriza Abid Sonia (17910040)

Nur Fadilla Mansyur (17910042)

Alya Labibah (17910044)

Zidnal Mafaz (17910046)

Muhammad Aldyan Yudha (17910051)

PROGRAM PENDIDIKAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
1.2 Profil Tempat Pelaksanaan ........................................................................................................ 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Kegiatan .................................................................................................. 5
1.4 Kontribusi dan Relevansi Terhadap Perkembangan Institusi dan Mahasiswa .................... 6
BAB II ....................................................................................................................................... 7
2.1 Gambaran Kegiatan ................................................................................................................... 7
2.2 Alat dan Bahan............................................................................................................................ 7
2.3 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan ................................................................................................ 7
2.4 Susunan Acara ............................................................................................................................ 8
2.5 Biaya yang Dibutuhkan .............................................................................................................. 8
BAB III...................................................................................................................................... 9
3.1 Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................................... 9
3.2 Sasaran Output dan Outcome ................................................................................................. 12
3.3 Keberlanjutan ........................................................................................................................... 13
3.4 Rekomendasi ............................................................................................................................. 13
LAMPIRAN............................................................................................................................ 14

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan hasil kunjungan lapangan di Rumah
Sakit Tentara (RST) Dr. Soepraoen Malang. Keberhasilan penulisan ini tentu tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Bambang Pardjianto, Sp.B, Sp.BP-RE (K) selaku dekan fakultas
kedokteran dan ilmu-ilmu kesehatan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. dr. Nurlaili Susnti, M.Biomed selaku ketua jurusan fakultas kedokteran dan ilmu-ilmu
kesehatan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. dr. Doby Indrawan, MMRS selaku dosen pembimbing penulisan laporan, sampai
penulisan laporan ini dapat diselesaikan.
4. Dan kedua orangtua yang selalu mendukung.

Penulisan laporan kunjungan mahasiswa ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mohon saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi
kebaikan laporan kunjungan mahasiswa ini untuk selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan – rekan mahasiswa pada khususnya dan para
pembaca pada umumnya.

Batu, 26 februari 2018

Tim Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah
sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah
sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien.
Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah adalah dengan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang antara lain dapat dicapai
dengan penggunaan obat obatan yang rasional dan berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
(Siregar, 2004).
Setiap obat jika salah penggunaannya dapat membahayakan pasien, bahkan
bahayanya dapat menyebabkan kematian atau kecacatan pasien, terutama obat obat yang
perlu diwaspadai. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang
meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada
pasien.
Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas

1. obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau kemoterapeutik;
2. obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama (look-
alike), bunyi ucapan sama (sound-alike), seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine
dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM);
3. elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih
dari 2 mEq/ml,potasiumfosfat dengan konsentrasisama atau lebih besar dari 3
mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium
sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih.

1
Ada banyak obat yang termasuk dalam kelompok NORUM. Nama-nama yang
membingungkan ini umumnya menjadi sebab terjadi medication errordi seluruh dunia.
Penyebab hal ini adalah
1) pengetahuan tentang nama obat yang tidak memadai;
2) ada produk baru;
3) kemasan dan label sama;
4) indikasi klinik sama;
5) bentuk, dosis, dan aturan pakai sama;
6) terjadi salah pengertian waktu memberikan perintah.
Daftar obat yang perlu diwaspadai (high alert medication) tersedia di berbagai
organisasi kesehatan seperti the World Health Organization (WHO) dan Institute for Safe
Heatlh Medication Practices(ISMP), di berbagai kepustakaan, serta pengalaman rumah
sakit dalam hal KTD atau kejadian sentinel.
Kesalahan dapat terjadi jika petugas tidak memperoleh orientasi cukup baik di unit
perawatan pasien dan apabila perawat tidak memperoleh orientasi cukup atau saat keadaan
darurat. Cara paling efektif untuk mengurangi atau menghilangkan kejadian ini adalah
dengan menetapkan proses untuk mengelola obat yang perlu diwaspadai (high alert
medication) dan memindahkan elektrolit konsentrat dari area layanan perawatan pasien ke
unit farmasi.
Rumah sakit membuat daftar semua obat high alert dengan menggunakan informasi atau
data yang terkait penggunaan obat di dalam rumah sakit, data tentang “kejadian yang tidak
diharapkan” (adverse event) atau “kejadian nyaris cedera” (near miss) termasuk risiko
terjadi salah pengertian tentang NORUM. Informasi dari kepustakaan seperti dari Institute
for Safe Health Medication Practices (ISMP), Kementerian Kesehatan, dan lainnya. Obat-
obat ini dikelola sedemikian rupa untuk menghindari kekurang hati-hatian dalam
menyimpan, menata, dan menggunakannya termasuk administrasinya, contoh dengan
memberi label atau petunjuk tentang cara menggunakan obat dengan benar pada obat-
obathigh alert.
Untuk meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai, rumah sakit perlu
menetapkan risiko spesifik dari setiap obat dengan tetap memperhatikan aspek peresepan,
menyimpan, menyiapkan, mencatat, menggunakan, serta monitoringnya. Obat high alert
harus disimpan di instalasi farmasi/unit/depo. Bila rumah sakit ingin menyimpan di luar
lokasi tersebut, disarankan disimpan di depo farmasi yang berada di bawah tanggung
jawab apoteker.

2
Elemen penilaian dalam sasaran keselamatan pasien meningkatkan keamanan obat-obat
yang harus diwaspadai(high alert medications) diantaranya :

1. Ada regulasi tentang penyediaan, penyimpanan, penataan, penyiapan, dan


penggunaan obat yang perlu diwaspadai.
2. Rumah sakit mengimplementasikan regulasi yang telah dibuat.
3. Di rumah sakit tersedia daftar semua obat yang perlu diwaspadai yang disusun
berdasar atas data spesifik sesuai dengan regulasi.
4. Tempat penyimpanan, pelabelan, dan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai
termasuk obat NORUM diatur di tempat aman.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam sasaran keselamatan pasien meningkatkan keamanan


obat-obat yang harus diwaspadai(high alert medications) diantaranya :

1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,


lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai
2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja
di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi label
yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).

1.2 Profil Tempat Pelaksanaan

Alamat : Jl. Sudanco Supriadi No. 22, Sukun, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
No. Telepon : (0341) 325112
Kode Pos : 65112
Rumah Sakit Tentara dokter Soepraoen Malang adalah salah satu rumah sakit
tingkat II di Malang. Rumah Sakit ini beroprasi dibawah kendali kesdam V/Brawijaya.
Dulunya, rumah sakit tentara ini merupakan Rumah Sakit Kristen milik Zending,
sebuah lembaga penyebaran agama Kristen Protestan. Kala itu, rumah sakit ini dibuka
untuk umum alias melayani seluruh warga Malang. Sementara pada zaman itu, Rumah
Sakit Celaket (sekarang Rumah Sakit Umum Daerah dokter Saiful Anwar) masih
menjadi rumah sakit untuk tentara.

3
Dalam perkembangannya, pada saat Belanda kembali menduduki Malang, Rumah
Sakit Kristen milik Zending itu dijadikan Rumah Sakit Tentara Belanda. Hal tersebut
dilakukan lantaran mereka gagal menduduki Rumah Sakit Celaket yang masih dikuasai
para pejuang dan digunakan sebagai rumah sakit tentara Indonesia. Lima tahun setelah
kemerdekaan Republik Indonesia, Belanda melakukan serah terima kedaulatan negeri
ini kepada Pemerintah Indonesia. Belanda pun turut melepaskan cengkeramannya dari
RST tersebut. Status kepemilikannya pun dikembalikan kepada Zending sebagai
pemilik awal.
Jenderal Gatot Soebroto, selaku Pimpinan Hankam di tahun 1960 meninjau Rumah
Sakit Tentara milik Zending ini. Usulan agar RST tersebut tetap dipakai oleh TNI
darinya pun mencuat. Zending pun diusulkan untuk diberi ganti rugi yang layak, agar
dapat mendirikan bangunan rumah sakit baru di tempat lain, sebagai ganti RS Kristen
tersebut. Kemudian, sebagai langkah tindak lanjut, ketiga belah pihak, yakni
Departemen Kesehatan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Zending mengadakan
musyawarah. Mereka pun mencapai kesepakatan. Ada tiga poin penting dalam
kesepakatan dalam pertemuan antara ketiga belah pihak itu.
Pertama, TNI bisa tetap menggunakan bangunan RS Kristen di Sukun milik
Zending sebagai Rumah Sakit Tentara. Kedua, RST Celaket milik TNI dijadikan
Rumah Sakit Umum Daerah, dan TNI pun mendapatkan ganti rugi dari pemerintah.
Ketiga, Zending mendapatkan ganti rugi atas bangunan RS Kristen yang ada di Sukun.
Serah terima tukar-menukar antara RSUD dengan RST dilaksanakan saat Rumah Sakit
Tentara dipimpin oleh Kolonel dr. Soeparno. Serah terima dilakukan oleh Gubernur
Jawa Timut kala itu, Wahono dengan Pangdam V/Brawijaya, Mayjen Syaiful Sulun
pada tahun 1984.
Di era kepemimpinan Brigjen dr. Sambiyono selaku Kepala Rumah Sakit Tentara,
nama rumah sakit ini diganti. Namanya yang semula Rumah Sakit Teritorium menjadi
Rumah Sakit Tentara Dam VIII/Brawijaya. Pada tahun 1961, nama Rumah Sakit
Tentara Dam VIII/Brawijaya kembali diganti menjadi Rumah Sakit Soepraoen Dam
VIII/Brawijaya. Pergantian ini dilakukan pada masa Kepala Rumah Sakit Tentara
dijabat oleh Brigjen dr. Piet Mamahit, sesuai dengan usulan Kakesdam VIII/Brawijaya
(Brigjen dr. Moehardono) kepada Pangdam VIII/Brawijaya Nomor: K/270/Ap.20/1969
tanggal 20 September 1969.
Nama Soepraoen ini diambil untuk mengabadikan nama Almarhum Mayor dr.
Soepraoen, seorang Perwira Kesehatan yang gugur sebagai korban pertama Kesad

4
dalam perang kemerdekaan di daerah Jawa Timur. Perubahan nama tak cukup sampai
di situ, di masa kepemimpinan Kolonel Ckm dr. Poernomo Kasidi (tahun 1982-1984),
nama Rumah Sakit Soepraoen Dam VIII/Brawijaya diubah lagi menjadi Rumah Sakit
Tingkat II dr. Soepraoen.

1.3 Tujuan dan Manfaat Kegiatan

Tujuan kegiatan :

1. Mengetahui secara nyata penerapan patient safety pada suatu instansi


kesehatan.
2. Mengetahui prosedur pelaksanaan patient safety oleh tenaga kesehatan,
khususnya tenaga medis.
3. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan patient safety.
4. Memahami insiden keselamatan pasien berdasarkan triase UGD dengan
pemberian gelang yang berbeda warna sebagai simbol identifikasi pasien.

Manfaat kegiatan :

1. Bagi mahasiswa
a. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan mengenai patient safety dan
identifikasi pasien serta memaparkan hasil pengamatan sebagai sarana
mencari solusi menangani permasalahan pada bidang yang terkait.
Menambah wawasan dan orientasi sebagai pembekalan pada masa
perkuliahan Serta dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
perkembangan pelaksanaan identifikasi pasien pada proses patient safety.
b. Memantapkan mahasiswa dalam memahami praktik nyata patient safety,
sehingga untuk kedepannya prinsip patient safety dapat terlaksana dengan
sebaik-baiknya.
2. Bagi instansi terkait
a. Hasil dari pengamatan mahasiswa dapat menjadi masukan tersendiri bagi
upaya mempertahankan dan meningkatan mutu pelaksanaan patient safety
di Rumah Sakit Tentara Dr. Soepraoen Malang.
3. Bagi pasien

5
a. Pengamatan ini dapat memberikan dan menambah wawasan pengetahuan
pasien tentang hak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman.

1.4 Kontribusi dan Relevansi Terhadap Perkembangan Institusi dan


Mahasiswa

Kegiatan ini akan sangat berkontribusi besar baik itu terhadap mahasiswa maupun
institusi FK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Bagi mahasiswa, mahasiswa akan
belajar lebih dalam mengenai materi patien safety sehingga dapat menerapkan ilmu
yang didapat di kelas. Selain itu juga akan melatih sifat kritis, kreatif, dan inovatif pada
mahasiswa. Mahasiswa akan belajar mengamati dan mengobservasi sehingga dituntut
untuk berpikir kritis serta menumbuhkan rasa keingintahuan. Selain itu, mahasiswa
akan berlatih tentang bagaimana menulis sebuah proposal dan laporan kegiatan ilmiah
sehingga nanti dapat berkembang menjadi sebuah tulisan yang bermanfaat bagi
masyarakat.
Sedangkan bagi institusi akan mendapatkan fasilitas pendidikannya serta dapat
mengukur kemampuan peserta didiknya jika berada dalam lapangan. Institusi juga
akan lebih dikenal dengan masyarakat terutama yang ada di rumah sakit. Dengan
adanya pengenalan institusi kepada masyarakat, institusi dapat menunjukkan dan
membuktikan kualitas terbaik kepada masyarakat sehingga integritas institusi terkesan
baik di masyarakat.

6
BAB II

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Gambaran Kegiatan

Kegiatan observasi patient safety ini dilakukan di Rumah Sakit Tentara Dr.
Soepraoen Malang pada tanggal 27 februari 2018. Mahasiswa dibentuk kelompok, masing-
masing kelompok beranggotakan 10 mahasiswa dan didampingi petugas kesehatan dari
RST Dr. Soepraoen Malang.
Dalam kegiatan ini mahasiswa mengamati langsung 6 sasaran utama patient safety
yang diterapkan di Rumah Sakit Soepraoen Malang serta menganalisis apa saja komponen
yang ada pada sasaran tersebut.

2.2 Alat dan Bahan

Alat
- Alat tulis dan buku catatan
- Kamera (dokumentasi)
Bahan

2.3 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Ketepatan identifikasi

Komunikasi efektif

Mahasiswa mengunjungi RST


Keamanan obat yang
Soepraoen Malang
perlu diwaspadai

Mahasiswa megamati penerapan Kepastian tepat-lokasi,


keselamatan pasien oleh petugas tepat-prosedur, tepat-
kesehatan pasien

Pengurangan resiko
infeksi

Pengurangan risiko
pasien jatuh

7
2.4 Susunan Acara

NO PUKUL NAMA KEGIATAN RINCIAN


Pengarahan kepada mahsiswa
mengenai pembagian tempat,
1 08.00 - 09.00 Pembukaan dan Pengarahan durasi waktu serta teknisi
pelaksanaan observasi patient
safety
Mahasiswa mengamati
2 09.00 - selesai Kegiatan field lab penerapan patient safety oleh
petugas kesehatan rumah sakit
Tabel 1.1 Susunan acara

2.5 Biaya yang Dibutuhkan


No Pengeluaran Jumlah Biaya (Rp) Pemasukan (Rp)
1. - - 0 0
Total 0 0
Tabel 1.2 Biaya yang dibutuhkan dan sumbernya

8
BAB III

LAPORAN KEGIATAN

3.1 Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

Unit farmasi pada RST tingkat II Dr. Soepraoen terdiri dari tujuh depo. Depo adalah bagian
dari rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien khususnya penyedian obat dan alat
kesehatan, diantaranya sebagai berikut:
1. Depo 1 merupakan depo farmasi bagian penyimpanan obat pasien swasta, BPJS, UGD, mata
dll. Depo 1 berdekatan dengan ruangan IGD. Dengan kata lain, depo ini merupakan depo yang
menampung jenis obat untuk berbagai pasien.
2. Depo 2 adalah tempat obat-obatan khusus pasien rawat inap.
3. Depo 3 menampung obat-obatan pasien rawat jalan atau BPJS. Dan merupakan depo paling
ramai jika dibandingkan dengan lainnya, karena termasuk ranah pasien rawat jalan.
4. Depo 4 untuk obat-obatan pasien OK (Operatie Kamer) atau operasi.
5. Depo 5 untuk obat-obatan pasien ICU (intensive care unit).
6. Depo 6 untuk obat-obatan HD (Hemodialisa). Hemodialisa adala suatu teknologi tinggi
sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia.
7. Depo 7 untuk obat-obatan dari dokter spesialis dan dibuka pada sore hari.

Unit kefarmasian di depo 1 tersedia obat untuk pasien swasta, BPJS, UGD dan
sebagainnya. Pada depo 1 terdapat berbagai jenis obat high alert yaitu narkotik dan psikotropik,
cairan elektrolit pekat dan NORUM (nama obat rupa dan ucapan mirip)/LASA (look alike-sound
alike).

a) Obat jenis narkotik dan psikotropik disimpan di almari khusus dengan standarisasi yang telah
diatur dalam PERMENKES. Karena kedua jenis obat ini sering disalah gunakan, maka
penjagaan dilaksanakan dengan ketat serta adanya penjagaan setiap di pagi, siang dan malam
hari. Almari tempat penyimpanan obat jenis narkotik dan psikotropik mempunyai double pintu
dan lima kunci. Terdapat pintu luar yang memiliki dua daun pintu satu kunci dan pintu dalam
memiliki empat daun pintu empat kunci. Penguncian double pintu dipegang oleh orang yang
berbeda antara pemegang pintu luar dan pintu dalam. Penyimpanan kunci tidak diperbolehkan
di letakkan di saku, tas ataupun yang lainnya, penyimpanan kunci pada orang yang telah di
beri wewenang harus dikalungkan dan pengambilan obat-obatan jenis narkotik psikotropik
harus dua orang yang telah ditetapkan tersebut (tidak boleh diwakilkan). Jika di buka, terlihat
dari depan adanya dua kolom dan dua baris. Pada bagian atas sisi kiri bersimbolkan huruf A
dan sisi kanan bersimbolkan huruf B digunakan sebagai gudang stok obatnya. Di bagian A

9
berfungsi sebagai penyimpanan semua obat jenis psikotropik. Pada bagian B berfungsi sebagai
penyimpanan obat jenis narkotik. Di baris ke dua merupakan tempat penyimpanan obat untuk
penggunaan sehari hari yang telah diracik oleh orang khusus, artinya tiap ada permintaan obat
akan diambilkan dalam almari bagian bawah dengan kriteria pada sisi kiri bawah
bersimbolkan huruf C untuk obat psikotropik dan sisi kanan bawah bersimbolkan huruf D
untuk obat narkotik. Dalam pengambilan obat kedua jenis ini perlu diperhatikan keaslian
resepnya. Pada setiap pengambilan obat harus menuliskan nama pasien, jumlah obat dan
rekam medis disertai stempel asli dokter. Setiap membuka satu sisi brangkas, sebelum
membuka brangkas lainnya harus menutup pintu brangkas sebelumnya. Hal ini dilakukan
untuk meminimalisir resiko penyalahgunaan obat. Tepat dipintu luar brangkas ditempelkan
SPO (standar prosedur operasional). Setiap pengeluaran dan penambahan stok obat harus ada
pelaporan setiap bulannya. Kebijakan di RST Dr. Soepraoen ini menyatakan pelaporan
perbulannya paling akhir tanggal 5 ke BPOM dan dinas kesehatan. Adapun macam Obat
narkotik, yaitu:

1. Golongan I Bertujuan untuk pengembangan iptek, tidak untuk terapi/pengobatan,


Berpotensi adiksi.
Contohnya:-Papaverum somniverum+Produknya
-Erythroxylum coca + Produknya
-Canabis sativa + Produknya
2. Golongan II Untuk Pengembangan iptek, pengobatan, berpotensi adiksi.
Contohnya: Morfin, Petidin, Metadon, Opiumdihidro morfin.
3. Golongan III Untuk Pengembangan iptek, pengobatan dan banyak untuk terapi,
berpotensi adiksi ringan.
Contohnya : Kodein, ethyl morfin, acetyl hidrokodein, dihidro kodein.

Macam obat psikotropik, yakni :

1. Golongan I Belum/tidak mempunyai khasiat yang jelas


- disalah gunakanmerugikan kesehatan
- diawasi ketat penggunaannya
- Hanya untuk iptekbukan terapi
- berpotensi adiksi
Contohnya: - 3,4,methylen dioksi met-amphetamine (MDMA)
- methylen dioksi ethyl amphetamin (MDEA)
- methylen dioksi ampetamin (MDA)
- lysegic acid diethylamid (LSD)
- psilosibin

10
2. Golongan II:- Mempunyai khasiat pengobatan jelas
- disalahgunakan merugikan kesehatan
- diawasi ketat
- digunakan untuk pengobatan dan iptek
- berpotensi adiksi
Contohnya: ampetamin, met-ampetamin (shabu-shabu), deksampetamin, fenetilin,
pensiklidin (PCP)
3. Golongan III:-Mempunyai khasiat pengobatan jelas
-Disalahgunakan merugikan kesehatan
-diawasi
-Untuk pengobatan dan iptek
-potensi sedang untuk adiksi
Contohnya:- amobarbital, butalbital, flumitrazepam
- glutemide, pentobarbital, siklobarbital, katina
4. Golongan IV mempunyai khasiat pengobatan jelas, disalahgunakan merugikan,
diawasi, potensi ringan untuk adiksi.
Contohnya :- alpazolam, barbital, bromazepam
- fenobarbital, etinamat, flurazepam
- klordiazepoksida, lorazepam
- meprobamat, nitrazepam

b) Jenis obat high alert yang selanjutnya adalah jenis cairan elektrolit pekat. Obat jenis ini
disimpan di almari khusus, melekat pada dinding dan ada label merah pada pintu almari yang
menandakan bahwa obat ini adalah jenis high alert. Terdapat tulisan electrolit pekat double
check Yang menandakan bahwasannya seusai pengambilan obat high alert harus dicek ulang
kebenarannya sebanyak dua kali agar tidak menimbulkan kerugikan pada pasien karena
kesalahan pemberian obat, akan tetapi pada RST Dr. Soepraoen menetapkan kebijakan triple
check, antara orang yang mengambilkan, menyiapkan dan menyerahkan obat adalah orang
yang berbeda. Obat jenis ini dikemas pada botol plastik kemudian dibungkus plastik kembali
dan diberi label kecil bulat berwarna merah dengan tulisan high alert berwarna putih di
tenggahnya. Contoh cairan electrolit pekat yang disediakan yakni : Ca Gluconas, MgSO4 20%,
KCL, Meylon, D40%. Adapun obat yang dapat diracik yakni KCL saja dengan ketentuan
khusus dari resep dokter karena KCL masih menduduki tingat obat dengan permintaan
tertinggi. Peracikan KCL juga tidak sembarangan, ada ruangan khusus yang steril untuk
meracik obat dan dibawah pengawasan pihak yang berwenang.

11
c) Jenis high alert terakhir adalah NORUM (nama obat rupa dan ucapan mirip)/LASA (look
alike-sound alike. Tempat penyimpanannya di etalase besar yang masing-masing darinya
dimasukkan di keranjang kecil, diberi nama obat berwarna hitam dan milligramnya dengan
warna merah disertai sticker bulat bertuliskan NORUM berwarna hitam, background hijau.
Penataan pada NORUM/LASA di etalase di urutkan berdasarkan alphabet. Kemudian jika ada
nama obat yang sama tetapi miligramnya beda, maka harus diselingi dengan obat lain yang
Namanya beda untuk menghindari terjadinya kesalahan. Adapun jenis obat yang sama namun
kata keduanya berbeda maka ditulis dengan tulisan berwarna merah. Antara NORUM/LASA
untuk injeksi, tablet, dan cairan diletakkan pada etalase yang berbeda. Agar terhindar dari obat
yang telah kadaluarsa, maka setiap kedatangan stok obat harus diberi stiker expired date. Tiga
bulan sebelum tiba masa expired date obat harus dikembalikan ke pabrik. Suhu optimal
penyimpanan obat yakni 25oC. Adapun jenis obat high alert yang penyimpanannya harus pada
lemari es dengan suhu 2-8oC dengan suhu yang paling optimal adalah 4oC. Biasanya yang
disimpat pada lemari es adalah obat jenis insulin, selain insulin juga terdapat obat seperti:
Lantus, Lantus XR, Novorapid, Novomix dan obat tetes mata.

3.2 Sasaran Output dan Outcome

Sasaran
Seluruh mahasiswa studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
(FKIK) Universitas Maulana Malik Ibrahim angakatan 2017 dalam hal ini mengamati panduan dan
prosedur mengenai obat-obat yang high alet minimal mancangkup identifikasi, lokasi, pelabelan,
dan penyimpanan obat high alert seperti :

 Narkotik dan Pisikotrofik


 Cairan elektrolit pekat
 LASA dan NORUM

Output

Output dari pelaksanaan kegiatan ini adalah

- Mahasiswa mengetahui langsung bagaimana sistem keamanan obat di depo obat


- Mahasiswa mampu menyebutkan syarat-syarat penyimpanan obat LASA
- Mahasiswa mampu menyebutkan syarat-syarat penyimpanan obat high alert
concentration
- Mahsiswa mampu menjelaskan kepada teman sebaya tentang apa yang dipelajari
dilapangan

12
Outcome

Outcome dari pelaksanaan kegiatan ini adalah

- Mahasiswa mampu menerapkan sistem penanganan obat saat menjadi dokter nanti
- Mahasiswa mampu menjawab soal UKMPPD saat seleksi dokter
- Hubungan rumah sakit dan institusi pendidikan FK UIN semakin baik

3.3 Keberlanjutan

Diharapkan seluruh mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang dapat memahami dan mengaplikasikan kegiatan patient safety seperti yang sudah
dilakukan pada kegiatan observasi RST Soepraoen. Terutama untuk kelompok 5 mengamati
sasaran ketiga yaitu “peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai” diharapkan dapat
mengetahui, memahami dan menjelaskan bagaimana praktik pada saat penyimpanan obat-obat high
alert tersebut. Mahasiswa menjadi memahami obat-obat apa saja yang perlu di amankan pada
praktik sebenarnya dan bagaimana cara penangannya.

3.4 Rekomendasi

Kunjungan kerumah sakit atau klinik sangat perlu dilakukan, karena dengan adanya
kunjungan ini mahasiswa mampu mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan yang
berkembang di rumah sakit. Dan mahasiswa dapat mengetahui lebih banyak hal yang
kenyataannya ada dilapangan. Rekomendasi untuk field lab selanjutnya adalah dilakukan
pergantian antar stase agar setiap mahasiswa mengetahui lebih jelas praktiknya di
lapangan, dan dapat menimba ilmu dari pengalaman tersebut. Untuk rekomendasi rumah
sakit dr. Soepraoen, karena rumah sakit dr. Soepraoen berakreditasi paripurna maka
pelaksanaan peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai dilaksankan dengan baik.

13
LAMPIRAN

Foto 2Lemari besi dengan 2 pintu dan 2 Foto 1 Pintu kedua dengan 4 pintu atas
kunci untuk obat jenis psikotropika dan bawah; atas untuk penyimpanan;bawah
Narkotika;terdapat tanda obat untuk kebutuhan sehari-hari
psikotropika dan narkotika

Foto 3 Struk berisi stok obat yang


disimpan; berisi nama pasien yang
membutuhkan obat; jumlah obat baru
yang datang

Foto 5Tempat obatkonsentrasi Foto 4 Isi tempat penyimpanan obat


tinggi;diberi label high alert warna konsentrasi tinggi
merah

14
Foto 6 Pemberian warna merah untuk membedakan obat high alert,
LASA/NORUM (tampak jauh)

Foto 7 Pemberian jarak terhadap obat


Foto 8 Pemberian warna merah pada
LASA/NORUM
setiap komposisi obat; Pemberian
tanggal kadaluarsa pada setiap kotak
obat

Foto 9 Tidak memberikan label warna merah pada obat non-High


Aler;memberikan kotak obat berbagai warna

15
Foto 11 Lemari Es paling atas digunakan untuk Foto 10 Lemari es tempat menyimpan obat
high alert LASA/NORUM tertentu pada suhu 2-8 oC

Foto 12 Tempat meracik obat

16

Anda mungkin juga menyukai