Anda di halaman 1dari 3

Kriteria diagnosis

Pada anamnesis adanya amenore pada masa reproduksi, perdarahan pervaginam disertai
jaringan hasil konsepsi, rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis. Pada pemeriksaan
dilakukan pemeriksaan panggul dan pemeriksaan dalam (vaginal toucher) untuk melihat apakah
leher rahim sudah mulai membesar. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, seperti
pemeriksaan darah rutin, hormon kehamilan, USG (ultrasonografi) untuk menilai denyut jantung
janin dan menentukan apakah embrio berkembang normal, serta pemeriksaan jaringan untuk
mengkonfirmasi bahwa terjadi keguguran telah dan menentukan penyebab dari perdarahan
kehamilan.11
Pada abortus iminens perdarahan sedikit, nyeri perut tidak ada atau ringan, ostium uteri
tertutup, dan besar uterus sesuai dengan umur kehamilan, dan pemeriksaan penunjang USG
transvaginal, pemeriksaan B-HCG serum, dan kadar progesteron. Abortus insipiens, perdarahan
dari jalan lahir disertai nyeri atau kontraksi rahim, ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam
rahim, dan ketuban utuh (mungkin menonjol). Abortus inkompletus atau abortus kompletus
perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), kontraksi rahim, dan bila perdarahan banyak dapat
terjadi syok, ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan. Missed abortion perdarahan bisa ada atau
tidak, fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi jantung janin tidak ada, pemeriksaan
penunjang USG, laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan
dan waktu protrombin). Diagnosa abortus habitualis dengan histerosalfingografi untuk mengetahui
ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital. Abortus septik ditandai dengan
adanya amenore, perdarahan, keluar jaringan, kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, tanda-
tanda infeksi seperti demam, nadi cepat, nyeri tekan dan leukositosis, tekanan darah turun sampai
syok.

Etika

Didalam kasus aborsi tersebut, aborsi boleh dilakukan jika membahayakan keselamatan
jiwa ibu. Yang dinyatakan dalam UU Kesehatan No.36 tahun 2009 tentang aborsi, bahwa tenaga
media diperbolehkan untuk melakukan aborsi legal pada perempuan hamil karena alasan medis
dengan persetujuan perempuan yang bersangkutan disertai suami dan keluarganya.
Pandangan Islam

 Menurut pandangan islam

Membicarakan aborsi sebenarnya membicarakan perempuan. Hal ini dapat dibenarkan


karena perempuan dipandang sebagai pelaku aborsi, yang secara faktual ini benar-benar terjadi
dan ada di masyarakat. Aborsi yang dilakukan oleh perempuan sebenarnya beresiko tinggi
terhadap kesehatan dan keselamatan jiwanya, namun tetap menjadi pilihan mereka dengan alasan
aborsi merupakan hak reproduksi atau bentuk otonomi perempuan atas tubuhnya. Dalam
pandangan hukum Islam aborsi hukumnya haram. Seluruh ulama sepakat bahwa aborsi setelah
kehamilan melewati masa 120 hari adalah haram, karena pada saat itu janin telah bernyawa. Boleh
dilakukan jika kondisi darurat, seperti apabila membahayakan jiwa si ibu. Sedangkan aborsi pada
usia kehamilan di bawah 40 hari hukumnya makruh. Inipun dengan syarat adanya keridhaan dari
suami dan istri serta adanya rekomendasi dari dua orang dokter spesialis bahwa aborsi itu tidak
menyebabkan kemudharatan bagi si ibu. Namun penulis sependapat dengan Imam Ghozali yang
menyatakan bahwa aborsi adalah tindakan pidana yang haram tanpa melihat apakah sudah ada ruh
atau belum, dengan argumen bahwa kehidupan telah dimulai sejak pertemuan antara air sperma
dengan ovum di dalam rahim perempuan.

 Menurut pandangan hukum

a. Pasal 347 KUHP :

Ayat (1) : Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan,
pidana penjara 12 tahun

Ayatt (2) : Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, pidana penjara 15 tahun

b. Pasal 348 KUHP :

Ayat (1) : Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, pidana penjara 5 tahun

Ayat (2) : Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, pidana 7 tahun

c. Pasal 349 KUHP :


“Apabila tindakan pengguguran kandungan sesuai pasal 346. 347 dan 348 dilakukan oleh dokter,
bidan atau juru obat maka pidananya diperberat dengan ditambah 1/3 dan dapat dicabut hak
profesinya”

d. Pasal 299 KUHP :

Ayat (1) : Sengaja mengobati seorang perempuan atau mengerjakan sesuatu perbuatan terhadap
seorang perempuan dengan memberitahukan atau menimbulkan pengharapan, bahwa oleh karena
itu dapt gugur kandungannya dihukum penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun.

Ayat (2) : Kalau Si tersalah melakukan pekerjaan itu karena mengharapkan keuntungan dan
menjadi kebiasaan dan dilakukan oleh tabib, bidan atau tukang pembuat obat maka hukumannya
dpt ditambah 1/3nya.

e. ABORSI à UU No.36/2009 TENTANG KESEHATAN

Pengecualian :

1. Berdasarkan Indikasi medis

2. Akibat perkosaan

Anda mungkin juga menyukai