Anda di halaman 1dari 4

Setelah membuat Anamnesa pasien, seorang dokter menentukan Diagnosis,

Prognosis serta Therapi;terapi dengan Obat perlu diwujudkan dalam bentuk resep
yang lengkap dan rasional.
Efek therapi optimal.
Efek samping minimal
Sesuai pasien.

R/ Obat / kombinasinya
Dosis
Bentuk sediaan
Aturan pakai.

Fakto-faktor yang menentukan bagi dokter dalam memilih bentuk sediaan yang tepat
untuk suatu bahan obat tergantung pada :
1. Berbagai faktor bahan obat itu sendiri
2. Berbagai faktor penderita yang ikut menentukan sehingga obat tersebut dapat
“diterima” oleh penderita.

Faktor-faktor bahan obat yang menentukan pemilihan bentuk sediaan obat


dalam penulisan resep (R/):

1. Sifat-sifat fisiko-kimia bahan obat:


a. Bahan padat higroskopis: R/ Bentuk cair ,Natrii Bromidum harus
diberikan dalam bentuk solutio/obat minum.
b. Bahan obat tidak terlarut air: R/ Umumnya diberikan dalamBentuk padat:
Pulveres, Tablet, Kapsul; misalnya Acetosal, Chloramphenicol dsb.
c. Bahan obat dirusak oleh getah lambung:R/ Bentuk Injeksi; misalnya
Penicillin G dan Adrenaline HCL

Sifat Fisiko = Kimia obat >< Bentuk sediaan

Bahan Padat

Hidroskopis Tidak Hidroskopis

Solutio Larut air Tidak larut air

Puyer,Cap, Tab, Solutio


Puyer, Cap, Tab, Susp, Mixtura Agitanda

Bahan Cair

Larut Campur Air Bahan Lemak / tidak larut air.

Emulsi Capsul

2. Hubungan aktivitas/struktur kimia obat/ Starcer Activiti Relation (SAR).


a. Derivat barbiturat Thiopental (Ultra short – acting): R/ Bentuk Injectie.

1
b. Derivat barbiturat Phenobarbital (Long – Acting): R/ Umumnya Oral dalam
bentuk tablet, kapsul atau puyer.
3. Sifat Farmakokinetik bahan Obat
Obat yang mengalami “ lintas efek pertama “ pada hati kurang efektif bila
diberikan dalam salah satu bentuk sediaan oral
Misalnya : Nitroglycerin dan Isosorbide dinitras untuk angina fectoris, dipilih
bentuk tablet sub-lingual.

4. Bentuk Sediaan yang paling Stabil.


Contoh : Vitamin C mudah larut dalam air, tetapi tidak diberikan dalam bentuk
obat minum karena tidak stabil dalam bentuk larutan. Dalam hal seperti ini
dipilih bentuk sedian padat (tablet) yang lebih stabil.

Faktor faktor Penderita yang menentukan Pemilihan Bentuk sediaan Obat.

1. Umur Penderita.
a. Balita : Oral cair (solutio, suspensi, emulsi)
b. Dewasa : Oral padat (tablet atau kapsul).
c. Geriatrik : Oral Cair (solutio, suspensi, emulsi).

2. Lokasi/bagian tubuh dimana obat harus bekerja


a. Efek Lokal R/ bentuk solutio, mixtura, unguentum/criem, pasta.
b. Penyerapan/Panetrasi obat melalui kulit: R/ bentuk Injeksi, atau
linimentum/unguentum/cream dengan vehikulum tertentu.
c. Efek Sistemik: R/ Injeksi atau salah satu sediaan bentuk cair atau padat per
oral atau rectal. Penggunaan cara oral lebih mudah bagi penderita dari pada
cara rektal.

3. Kecepatan dan Lama kerja obat yang dikehendaki.


a. Obat bentuk Injeksi lebih cepat diabsorpsi daripada bentuk sediaan peroral atau
per rektal.
b. Obat yang “Sustained release” (berupa tablet atau kapsul) bekerja lebih lama
dari tablet atau kapsul biasa; pemberian cukup satu atau dua kali dalam sehari.

4. Keadaan umum penderita.


a. Pasien tidak sadar: R/ diberikan dalam bentuk Inj atau Suppositoria
b. Pasien rawat inap : R/ diberikan dalam bentuk Inj atau Suppositoria
Pasien rawat jalan : R/ diberikan dalam bentuk Oral
c. Pasien muntah & pasien post operasi saluran makanan : R/ diberikan dalam
bentuk Inj atau Suppositoria

5. Bentuk terapeutik obat yang optimal dan Efek Samping yang Minimal bagi
penderita.
a. Emetin HCl, Morphin HCl : R/ diberikan dalam bentuk Inj karen per oral
muntah
b. Vitamin C dalam bentuk obat minum akan terurai : R/ diberikan dalam bentuk
tablet.

6. Bentuk Sedian yang Paling “Enak/cocok” Bagi Pasien


a. Bahan obat yang sangat pahit : R/ diberikan dalam bentuk tablet/capsul.
Bentuk obat minimal terasa pahit.
b. Bahan obat yang rasa “Amis” : R/ diberikan dalam bentuk tablet/capsul/Dragee
(tablet salut)
Mis : Susfas Ferros, Oliom Lecoris Aselli (minyak Ikan).

2
Cara Pemberian Obat & efek Samping

I. Parenteral.
A. Injectie
1. Intra Vena
Mula kerja obat (MKO) paling cepat
Bicavailabilitas 100%
Obat dalam larutan air
Pada bentuk IV fat emulsi, Partikel minyak < eritrosit.
2. Intra Musculair.
Obat yang tidak diabsosbsi per oral.
MKO bervariasi
- Larut dalam air > minyak > propylenglycol > suspnsi.
- Pada sups : partikel makanan kecil MKO cepat.
Misalnya : Zine insulin Amorf : MKO ½ - 1 jam , LKO 10 – 16jam
Krist : MKO 4 – 6 jam, LKO 24 – 36 jam.
DPT UNT Depo > cepat.
3. Subcutan.
MKO yang larut air > suspensi
Absorbsi dipercepat Hyaluronidase ; diperlambat adrenalin.

B. Pellet / tab Implantasi.


Variasi Inj
Panjang : 8 mm = : 3 mm
Controled Release Susp
Contoh : Destradiol fellet = 10 mg
Oral / inj = ½ gr

II. Oral.

A. Bentuk Cair.
1. Solutio = larutan
Campuran cair + padat yg larut
MKO cepat.

2. Suspensi
Campuran cair + padat yang tidak larut + suspensator.
MKO lebih lambat.
Makanan halus partikel makan cepet MKO.

3. Emulsi.
Biasanya oil / water > minyak jarak.
MKO lebih lambat.

B. Bentuk setengah padat.


PDU tidak untuk oral.
1. Linimentum ialah bentuk sediaan kental/cair yang
dioleskan/digosokkan
2. Unguentum & Cremor (mengandung air yang dapat
memberikan perasaan sejuk/dingin pada kulit).
3. Pasta (lebih kenyal dari Unguentum dan tidak
memberikan rasa berminyak).

3
4. Sapo atau sabun.
5. Emplastrum dan collemplastrum
C. Bentuk padat.
1. Pulvis & pulveres
Perlu disolusi.
MKO tergantung pada ukuran partikel.
Mudah dibasahi dan mudah diserap.
2. Capsulae.
MKO > lama dari pada Pulvis & pulveres, perlu disolusi & disintegrasi
Pecahnya Gelatin = 10 – 20 menit
Enteric Coated Caps tidak pecah dilambung.
3. Tabulae Compressae = Compressi = Tablet.
MKO > lambat dari pada kapsul
MKO tergantung kekerasan tab
Modifikasi : tab sub lingual
4. Dragee ( tab salut ).
MKO tergantung bahan salut.
5. Tab Khusus
misalnya : Sustained Release, prolonged action, repeated action.
6. Pilulae :
= 5 mm dibuat manual.
MKO > lama dari pada tab.
Lama .. jadi keras & terjamin.

III. Suppositoria Rektal.


PDU untuk lokal ; Haemoroid, fissura ani ; laxans
Indikasi sistematik.
- tak dapat menelan, muntah.
- obat dirusak asam lambung
- tidak kooperatif
1. Padat : suppositoria Aminophilin sistemik.
2. Cair : enema/clysma lokal.

IV. Topikal.
Absorbsi transdermal bergantung Vehikulum:
Adeps lanae & emulsi W/O Contoh; Nitradisc, Feldene & Voltaren gel

Anda mungkin juga menyukai