Oleh :
ANDRI PUTRA KESMAWAN
20121040071
Oleh:
YOGA ADHI WIJAYA
20121040091
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
BAB 1. PENDAHULUAN
menggunakan teknologi modern, yang diadakan sejak tahun 1990‑an. Gebrakan revolusi hijau
di Indonesia memang terlihat pada dekade 1980‑an. Waktu itu, pemerintah mengkomando
penanaman padi, pemaksaan pemakaian bibit impor, pupuk kimia, dll. Indonesia yang Berjaya
saat itu sempat mengalami swasembada beras. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Pada
dekade 1990‑an, petani mulai kelabakan menghadapi kesuburan tanah yang merosot,
ketergantungan pemakaian pupuk kimia ( anorganik) yang makin meningkat, dll. Revolusi
hijau memang pernah meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia. Untuk penggunaan
pupuk anorganik, hal ini berdampak:
1. Berbagai organisme penyubur tanah musnah karena pupuk anorganik
2. Kesuburan tanah yang merosot / tandus.
. Keseimbangan ekosistem tanah yang rusak.
4. Terjadi peledakan dan serangan jumlah hama.
Pupuk adalah bahan kimia/organisme yang menyediakan unsur bagi tanaman, baik
secara langsung atau tidak langsung. Sedangkan pupuk anorganik atau yang lebih dikenal
dengan pupuk kimia seperti Urea, NPK, KCl adalah hasil rekayasa industri secara kimia, fisik,
dan biologis. Kandungan dalam pupuk kimia bermacam-macam dan sebagian besar
mengandung unsur pembawa. Unsur pembawa tersebut berupa molekul kimiawi yang
diketahui berdampak buruk bagi kesuburan tanah. Seperti yang telah diketahui bahwa pupuk
kimia adalah zat subtitusi yang dibutuhkan tanaman, sehingga sangat penting keberadaannya.
Tidak semua zat tersebut dapat diserap oleh tanaman, sebagian molekul kimiawi akan merusak
regenerasi humus dan sebagian yang lainnya akan hilang karena penguapan dan pencucian
yang terbawa oleh air hujan (run off).
yang terus‑menerus akan mempercepat habisnya zat‑zat organik, merusak keseimbangan zat‑
zat makanan di dalam tanah, sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman. Pupuk kimia
adalah zat substansi kandungan hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Akan tetapi seharusnya
unsur hara tersebut ada di tanah secara alami dengan adanya siklus hara tanah misalnya
tanaman yang mati kemudian dimakan binatang pengerat/herbivora, kotorannya atau sisa
tumbuhan tersebut diuraikan oleh organisme seperti bakteri, cacing, jamur dan lainnya. Siklus
inilah yang seharusnya dijaga, jika menggunakan pupuk kimia terutama bila berlebihan maka
akan memutuskan siklus hara tanah tersebut terutama akan mematikan organisme tanah,
jadinya akan hanya subur di masa sekarang tetapi tidak subur di masa mendatang.
Untuk itu sebenarnya perlu dijaga dengan pola tetap menggunakan pupuk organik
bukan pupuk kimia. Dampaknya zat hara yang terkandung dalam tanah menjadi diikat oleh
molekul molekul kimiawi dari pupuk sehingga proses regenerasi humus tak dapat dilakukan
lagi. Akibatnya ketahanan tanah/daya dukung tanah dalam memproduksi menjadi kurang
hingga nantinya tandus. Tak hanya itu penggunaan pupuk kimiawi secara terus‑menerus
menjadikan menguatnya resistensi hama akan suatu pestisida pertanian. Masalah lainnya
adalah penggunaan Urea biasanya sangat boros. Selama pemupukan Nitrogen dengan urea
tidak pernah maksimal karena kandungan nitrogen pada urea hanya sekitar 40‑60% saja.
Jumlah yang hilang mencapai 50% disebabkan oleh penguapan, pencucian (leaching) serta
terbawa air hujan (run off).
Efek lain dari penggunaan pupuk kimia juga mengurangi dan menekan populasi
mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanah yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Lapisan tanah yang saat ini ada sudah parah kondisi kerusakannya oleh karena pemakaian
pupuk kimia yang terus menerus dan berlangsung lama, sehingga mengakibatkan:
a. Kondisi tanah menjadi keras
b. Tanah semakin lapar dan haus pupuk
c. Banyak residu pestisida dan insektisida yang tertinggal dalam tanah
d. Mikroorganisme tanah semakin menipis
e. Banyak Mikroorganisme yang merugikan berkembang biak dengan baik
f. Tanah semakin miskin unsur hara baik makro maupun mikro
g. Tidak semua pupuk dapat diserap oleh tanaman.
3. Upaya Mencegah Kerusakan Tanah Akibat Penggunaan Pupuk Kimia
Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pencemaran
tanah oleh pupuk kimia antara lain:
a. Menggunakan pupuk sesuai takaran,
b. Peningkatan efisiensi produk pupuk dengan menggunakan mikroorganisme.
c. Mengurangi penggunaan pupuk kimia.
d. Memadukan penggunaan dengan pupuk organik.
e. Harus cermat dalam memilih serta menggunakan pupuk kimia.
f. Penggunaan pestisida antara lain dengan menggunakan beberapa jenis tanaman
maupun biji untuk dimanfaatkan sebagai pestisida nabati.
3.1 Kesimpulan
1. Di Indonesia, penggunaan pupuk kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau, sebuah
proyek pada masa pemerintahan Orde Baru untuk mendorong produktivitas pertanian
dengan menggunakan teknologi modern, yang diadakan sejak tahun 1990‑an. Pupuk adalah
bahan kimia/organisme yang menyediakan unsur bagi tanaman, baik secara langsung atau
tidak langsung. Sedangkan pupuk anorganik atau yang lebih dikenal dengan pupuk kimia
seperti Urea, NPK, KCl adalah hasil rekayasa industri secara kimia, fisik, dan biologis.
Kandungan dalam pupuk kimia bermacam-macam dan sebagian besar mengandung unsur
pembawa. Unsur pembawa tersebut berupa molekul kimiawi yang diketahui berdampak
buruk bagi kesuburan tanah.
habisnya zat‑zat organik, merusak keseimbangan zat‑zat makanan di dalam tanah sehingga
3.2 Saran
Para petani hendaknya tidak menggunakan pupuk kimia dengan berlebihan dan
memadukan penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik. Pemerintah juga sepatutnya
mengadakan penyuluhan mengenai penggunaan pupuk bagi para petani dan menghimbau
pemakaian pupuk organik pada tanaman dan lahan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Romli,Musta’in. 2012. Dampak Negatif Pupuk Kimia Terhadap Kesuburan Tanah. Politeknik
Negeri Lampung. https://www.academia.edu Diakses 7 April 2019