Anda di halaman 1dari 8

KERUSAKAN TANAH AKIBAT PENGGUNAAN PUPUK KIMIA

BERLEBIH PADA LAHAN PERTANIAN

Oleh :
ANDRI PUTRA KESMAWAN
20121040071

Oleh:
YOGA ADHI WIJAYA
20121040091

PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara agraris dimana banyak sekali lahan pertanian yang dapat
digunakan untuk membudidayakan tanaman. Sebagai upaya kegiatan budidaya ini petani
sangat membutuhkan sarana produksi yang dapat membantu produktivitas lahan dan tanaman.
Salah satu saprodi yang sering digunakan petani adalah pupuk.
Penggunaan ketergantungan petani akan pupuk kimia semakin besar. Hal tersebut
berdampak pada penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan
berbagai masalah. Masalah umum yang sering dihadapi seperti kesuburan tanah yang dalam
hal ini berhubungan dengan tanaman yang dibudidayakan. Karena begitu pentingnya
kesuburan tanah bagi petani, maka masalah ini perlu mendapat perhatian khusus.
Beberapa tahun pertama memang peningkatan panen sangat terasa manfaatnya.
Program modernisasi pertanian mampu menjawab satu tantangan ketersediaan kebutuhan
pangan dunia yang kian hari terus meningkat. Namun setelah belasan tahun penerapan pupuk
kimia, penggunaan pupuk kimia mulai terlihat dampak dan efek sampingnya. Bahan kimia
sintetik yang digunakan dalam pertanian seperti pupuk dan pestisida telah merusak struktur,
kimia dan biologi tanah. Bahan pestisida diyakini telah merusak ekosistem dan habitat
beberapa binatang yang justru menguntungkan petani sebagai predator hama tertentu. Di
samping itu pestisida telah menyebabkan imunitas pada beberapa hama. Lebih lanjut resiko
kerusakan ekologi menjadi tak terhindarkan dan terjadinya penurunan produksi membuat
ongkos produksi pertanian cenderung meningkat. Akhirnya terjadi inefisiensi produksi dan
melemahkan kegairahan bertani.
Pupuk kimia yang sebelumnya berhasil meningkatkan produksi pertanian mulai
menunjukkan penurunan hasil. Untuk mengembalikan produktivitas, petani mulai menambah
dosis pupuk kimianya sehingga lama kelamaan biaya operasional jadi meningkat, dan
keuntungan petani semakin merosot. Dari tahun ke tahun hasil produksi menyusut bahkan kini
di beberapa daerah hasil pertanian sudah lebih rendah daripada sebelum menggunakan pupuk
kimia saat beberapa puluh tahun lalu.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah penggunaan pupuk kimia di Indonesia?
2. Apa dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia?
3. Bagaimana upaya pencegahan kerusakan tanah pada lahan pertanian?
1.3 Tujuan
1. Memahami tentang pupuk kimia.
2. Mengetahui dampak penggunaan pupuk kimia.
3. Mengetahui upaya pencegahan penggunaan pupuk pada lahan pertanian.
BAB 2. PEMBAHASAN

1. Sejarah Penggunaan Pupuk Kimia di Indonesia


Di Indonesia, penggunaan pupuk kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau, sebuah
proyek pada masa pemerintahan Orde Baru untuk mendorong produktivitas pertanian dengan

menggunakan teknologi modern, yang diadakan sejak tahun 1990‑an. Gebrakan revolusi hijau

di Indonesia memang terlihat pada dekade 1980‑an. Waktu itu, pemerintah mengkomando

penanaman padi, pemaksaan pemakaian bibit impor, pupuk kimia, dll. Indonesia yang Berjaya
saat itu sempat mengalami swasembada beras. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Pada

dekade 1990‑an, petani mulai kelabakan menghadapi kesuburan tanah yang merosot,

ketergantungan pemakaian pupuk kimia ( anorganik) yang makin meningkat, dll. Revolusi
hijau memang pernah meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia. Untuk penggunaan
pupuk anorganik, hal ini berdampak:
1. Berbagai organisme penyubur tanah musnah karena pupuk anorganik
2. Kesuburan tanah yang merosot / tandus.
. Keseimbangan ekosistem tanah yang rusak.
4. Terjadi peledakan dan serangan jumlah hama.
Pupuk adalah bahan kimia/organisme yang menyediakan unsur bagi tanaman, baik
secara langsung atau tidak langsung. Sedangkan pupuk anorganik atau yang lebih dikenal
dengan pupuk kimia seperti Urea, NPK, KCl adalah hasil rekayasa industri secara kimia, fisik,
dan biologis. Kandungan dalam pupuk kimia bermacam-macam dan sebagian besar
mengandung unsur pembawa. Unsur pembawa tersebut berupa molekul kimiawi yang
diketahui berdampak buruk bagi kesuburan tanah. Seperti yang telah diketahui bahwa pupuk
kimia adalah zat subtitusi yang dibutuhkan tanaman, sehingga sangat penting keberadaannya.
Tidak semua zat tersebut dapat diserap oleh tanaman, sebagian molekul kimiawi akan merusak
regenerasi humus dan sebagian yang lainnya akan hilang karena penguapan dan pencucian
yang terbawa oleh air hujan (run off).

2. Dampak Negatif Penggunaan Pupuk Kimia


Alasan utama kenapa pupuk kimia dapat menimbulkan pencemaran pada tanah karena
dalam prakteknya, banyak kandungan yang terbuang. Penggunaan pupuk buatan (an‑organik)

yang terus‑menerus akan mempercepat habisnya zat‑zat organik, merusak keseimbangan zat‑

zat makanan di dalam tanah, sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman. Pupuk kimia
adalah zat substansi kandungan hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Akan tetapi seharusnya
unsur hara tersebut ada di tanah secara alami dengan adanya siklus hara tanah misalnya
tanaman yang mati kemudian dimakan binatang pengerat/herbivora, kotorannya atau sisa
tumbuhan tersebut diuraikan oleh organisme seperti bakteri, cacing, jamur dan lainnya. Siklus
inilah yang seharusnya dijaga, jika menggunakan pupuk kimia terutama bila berlebihan maka
akan memutuskan siklus hara tanah tersebut terutama akan mematikan organisme tanah,
jadinya akan hanya subur di masa sekarang tetapi tidak subur di masa mendatang.
Untuk itu sebenarnya perlu dijaga dengan pola tetap menggunakan pupuk organik
bukan pupuk kimia. Dampaknya zat hara yang terkandung dalam tanah menjadi diikat oleh
molekul molekul kimiawi dari pupuk sehingga proses regenerasi humus tak dapat dilakukan
lagi. Akibatnya ketahanan tanah/daya dukung tanah dalam memproduksi menjadi kurang

hingga nantinya tandus. Tak hanya itu penggunaan pupuk kimiawi secara terus‑menerus

menjadikan menguatnya resistensi hama akan suatu pestisida pertanian. Masalah lainnya
adalah penggunaan Urea biasanya sangat boros. Selama pemupukan Nitrogen dengan urea

tidak pernah maksimal karena kandungan nitrogen pada urea hanya sekitar 40‑60% saja.

Jumlah yang hilang mencapai 50% disebabkan oleh penguapan, pencucian (leaching) serta
terbawa air hujan (run off).
Efek lain dari penggunaan pupuk kimia juga mengurangi dan menekan populasi
mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanah yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Lapisan tanah yang saat ini ada sudah parah kondisi kerusakannya oleh karena pemakaian
pupuk kimia yang terus menerus dan berlangsung lama, sehingga mengakibatkan:
a. Kondisi tanah menjadi keras
b. Tanah semakin lapar dan haus pupuk
c. Banyak residu pestisida dan insektisida yang tertinggal dalam tanah
d. Mikroorganisme tanah semakin menipis
e. Banyak Mikroorganisme yang merugikan berkembang biak dengan baik
f. Tanah semakin miskin unsur hara baik makro maupun mikro
g. Tidak semua pupuk dapat diserap oleh tanaman.
3. Upaya Mencegah Kerusakan Tanah Akibat Penggunaan Pupuk Kimia
Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pencemaran
tanah oleh pupuk kimia antara lain:
a. Menggunakan pupuk sesuai takaran,
b. Peningkatan efisiensi produk pupuk dengan menggunakan mikroorganisme.
c. Mengurangi penggunaan pupuk kimia.
d. Memadukan penggunaan dengan pupuk organik.
e. Harus cermat dalam memilih serta menggunakan pupuk kimia.
f. Penggunaan pestisida antara lain dengan menggunakan beberapa jenis tanaman
maupun biji untuk dimanfaatkan sebagai pestisida nabati.

Dengan berbagai langkah konkret tersebut diharapkan akan berhasil mengembalikan


kesuburan tanah seperti sedia kala.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Di Indonesia, penggunaan pupuk kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau, sebuah
proyek pada masa pemerintahan Orde Baru untuk mendorong produktivitas pertanian

dengan menggunakan teknologi modern, yang diadakan sejak tahun 1990‑an. Pupuk adalah

bahan kimia/organisme yang menyediakan unsur bagi tanaman, baik secara langsung atau
tidak langsung. Sedangkan pupuk anorganik atau yang lebih dikenal dengan pupuk kimia
seperti Urea, NPK, KCl adalah hasil rekayasa industri secara kimia, fisik, dan biologis.
Kandungan dalam pupuk kimia bermacam-macam dan sebagian besar mengandung unsur
pembawa. Unsur pembawa tersebut berupa molekul kimiawi yang diketahui berdampak
buruk bagi kesuburan tanah.

2. Penggunaan pupuk buatan (an‑organik) yang terus‑menerus akan mempercepat

habisnya zat‑zat organik, merusak keseimbangan zat‑zat makanan di dalam tanah sehingga

menimbulkan berbagai penyakit tanaman, terganggunya regenerasi humus, menguatnya


resistensi hama terhadap pestisida pertanian, mengurangi dan menekan populasi
mikroorganisme tanah, kondisi tanah menjadi keras, tanah semakin lapar dan haus pupuk,
banyak residu pestisida dan insektisida yang tertinggal dalam tanah, mikroorganisme tanah
semakin menipis, banyak Mikroorganisme yang merugikan berkembang biak dengan baik,
tanah semakin miskin unsur hara baik makro maupun mikro, dan tidak semua pupuk dapat
diserap oleh tanaman.
3. Usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pencemaran tanah oleh pupuk kimia
antara lain: menggunakan pupuk sesuai takaran, peningkatan efisiensi produk pupuk dengan
menggunakan mikroorganisme, mengurangi penggunaan pupuk kimia, memadukan
penggunaan dengan pupuk organik, harus cermat dalam memilih serta menggunakan pupuk
kimia, penggunaan pestisida antara lain dengan menggunakan beberapa jenis tanaman
maupun biji untuk dimanfaatkan sebagai pestisida nabati.

3.2 Saran
Para petani hendaknya tidak menggunakan pupuk kimia dengan berlebihan dan
memadukan penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik. Pemerintah juga sepatutnya
mengadakan penyuluhan mengenai penggunaan pupuk bagi para petani dan menghimbau
pemakaian pupuk organik pada tanaman dan lahan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Wardhana, Wisnu Arya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.

Nabila Nailatus Sakina. 2009. Pencemaran Tanah Oleh Pupuk. https://www.academia.edu


Diakses 7 April 2019.

Romli,Musta’in. 2012. Dampak Negatif Pupuk Kimia Terhadap Kesuburan Tanah. Politeknik
Negeri Lampung. https://www.academia.edu Diakses 7 April 2019

Anda mungkin juga menyukai