PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
nafas yang disebabkan oleh virus Campak dan Rubella (IDAI, 2017). Batuk dan
bersin dapat menjadi jalur masuknya virus campak maupun rubella (WHO, 2017).
Morbillivirus (Kutty, dkk., 2013). Gejala campak muncul sekitar 10 hari setelah
infeksi, dan ruam coklat kemerahan muncul sekitar 14 hari setelah infeksi
kemerahan pada kulit (rash) dapat disertai batuk dan atau pilek maupun
merupakan masalah kesehatan yang mempunyai berbagai dampak klinis dan dapat
memberikan dampak buruk baik berupa mortalitas dan morbiditas (Nazme, dkk.,
2014).
memberikan dampak buruk apabila terjadi pada ibu hamil trimester pertama yaitu
Syndrom (CRS) seperti kelainan jantung dan mata, ketulian dan keterlambatan
1
pemerintah melaksanakan kampanye vaksinasi MR (MMR VIS - Indonesia,
diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan (Ditjen
P2P, 2016). Terdapat 83 kasus pasti CRS pada tahun 2015-2016 diantaranya 77%
menderita kelainan jantung, 67,5% menderita katarak dan 47% menderita ketulian
terhadap semua anak yang lahir dari bulan januari 1991 hingga bulan desember
1998. Penelitian ini di ikuti oleh 537.303 anak, sebanyak 82% di antaranya telah
Profil Kesehatan Kemenkes mencatat jumlah kasus suspek Campak dan Rubella
dalam 5 tahun terakhir, sejak 2014 sampai dengan 2018 adalah 57.056 kasus
(8.964 posistif Campak dan 5.737 positif Rubella). Pada tahun 2010 sampai 2015,
terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella di Indonesia (Ditjen P2P,
2016). Kasus campak tertinggi menurut provinsi adalah Sulawesi Tengah (15,64),
Jambi (14,43), dan Papua (13,27) (Kemenkes RI, 2016). Di provinsi Bengkulu
pada tahun 2018 terdapat 337.749 anak atau 73,46% dari target 514.204 anak
bentuk serbuk dan pelarutnya. Vaksin MR diberikan pada anak usia 9 bulan
2
mempunyai tujuan khusus yaitu mengurangi angka kematian bayi dibawah usia 5
Menurut data profil kesehatan Rejang Lebong pada tahun 2018 terdapat
cakupan imunisasi campak sudah tinggi tetapi belum mencapai 100%. Menurut
total hasil pelaksanaan dan sweeping Vaksin MR di sekolah dengan wilayah kerja
Puskesmas Bangun Jaya sebanyak 2008 sasaran atau 97,334 % serta pelaksanaan
di posyandu sebanyak 1036 sasaran atau 97,185 %. Jadi, total capaian Vaksin MR
pendidikan ibu (Senewe, et al., 2017). Pengetahuan tentang vaksinasi yang baik
kepada anaknya serta memperhatikan waktu yang tepat, begitu juga sebaliknya
ibu dengan pengetahuan rendah tidak akan mengetahui imunisasi apa yang
Pendidikan ibu merupakan salah satu proses tingkah laku, semakin tinggi
3
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi MMR (mumps,
measles, rubella), pada bayi secara umum termasuk kedalam kategori kurang baik
yaitu sebanyak 43.3% dengan jumlah responden 18, sedangkan rata-rata tingkat
pengetahuan ibu tentang imunisasi MMR pada bayi dengan jumlah responden 18
mengenai pengertian pada C1 adalah 50% dengan kategori cukup, cara dan waktu
pemberian C1 dan C2 adalah 40.95% dengan kategori kurang baik, efek pada C1
dan C2 adalah 44.4% dengan kategori kurang baik serta manfaat pada C1 dan C2
adalah 44.4% dengan kategori kurang baik juga (Rohani, 2005). Berdasarkan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Lebong.
4
2. Tujuan Khusus
Rejang Lebong.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan
vaksinasi MR.
2. Bagi Stikes Tri Mandiri Sakti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
terutama pada ibu yang mempunyai bayi agar membawa bayi untuk di
berikan imunisasi.
4. Bagi penelitian lain, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti
lain agar dapat melakukan penelitian dengan judul pengetahuan dan sikap
berbeda.