Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Jantung merupakan mesin pompa darah yang berukuran kira-kira sebesar
kepalan tangan kanan, dan berbentuk seperti kerucut. Jantung terbagi menjadi empat
ruangan yaitu dua ruangan atas yang disebut atrium (serambi) dan dua ruang bawah
yang disebut ventrikel (bilik), (Irawan, 1998). Menurut WHO Coronary Heart
Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan jantung, akut maupun kronik yang timbul
karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses
penyakit pada sistem nadi koroner dan menurut American Heart Organitation
(AHA), PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner
dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak yang
akan mengganggu aliran darah ke otot jantung. Kemudian terjadi kerusakan otot
jantung yang akibatnya dapat menggangu fungsi jantung, (Fahmi, 2004).
Penderita penyakit jantung mempunyai resiko mengalami kematian mendadak,
sehingga penyakit ini tergolong berbahaya. Upaya menurunkan resiko terjadinya
panyakit jantung, terjadinya kematian akibat penyakit jantung, serta upaya
penyembuhan penyakit jantung secara bertahap dapat dilakukan melalui beberapa
cara, salah satunya yaitu dengan cara mengatur diet pasien. Untuk pengaturan diet
diperlukan pengetahuan tentang berbagai menu yang cocok diberikan pada penderita
penyakit jantung koroner. Sehingga penulis pada makalah ini akan membahas
berbagai menu tentang penyakit jantung koroner.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner?
2. Faktor resiko apa saja yang menjadi penyebab timbulnya Penyakit Jantung
Koroner?
3. Bagaimanakah pengaturan diet pada penderita jantung Koroner?
4. Makanan apa sajakah yang boleh dan tidak boleh diberikan bagi penderita
Penyakit Jantung Koroner?
5. Apa sajakah jenis menu untuk penyakit jantung koroner?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi Penyakit Jantung Koroner.


2. Untuk mengetahui faktor-faktor resiko penyebab Penyakit Jantung Koroner.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan diet pada penderita Jantung Koroner.
4. Untuk mengetahui makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan bagi penderita
Penyakit Jantung Koroner.
5. Untuk mengetahui berbagai jenis menu untuk penyakit jantung koroner.

2
BAB II

PEBAHASAN

A. Definisi Penyakit Jantung Koroner


Jantung merupakan mesin pompa darah yang berukuran kira-kira sebesar
kepalan tangan kanan, dan berbentuk seperti kerucut. Jantung terbagi menjadi empat
ruangan yaitu dua ruangan atas yang disebut atrium (serambi) dan dua ruang bawah
yang disebut ventrikel (bilik), (Irawan, 1998).
Menurut WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan
jantung, akut maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada
miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner dan
menurut American Heart Organitation (AHA), PJK merupakan kelainan pada satu
atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam
pembuluh darah disertai adanya plak yang akan mengganggu aliran darah ke otot
jantung. Kemudian terjadi kerusakan otot jantung yang akibatnya dapat menggangu
fungsi jantung, (Fahmi, 2004).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang diakibatkan oleh penyempitan
pembuluh darah arteri koroner yang memeberi pasokan zat makanan dan O2 ke otot-
otot jantung terutama bilik kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh, (Sani,
2001).
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-
beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya, perlu dilakukan pemeriksaan yang
seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit,
pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, dan pemeriksaan
enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK, (Joewono, 2003).
Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pectoris, infark miokardium
(akut miokard infark), payah jantung (iskemic heart diseases) dan mati mendadak
(sudden death). Pada umumnya gangguan suplai darah arteri koronaria dianggap
berbahaya bila terjadi penyempitan sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau
cabang utama arteri koronaria. Penyempitan yang kurang dari 50% kemungkinan
belum menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada

3
beratnya arterisklerosis dan luasnya gangguan dan apakah serangan itu lama atau
masih baru, (Bustan, 2000).

1. Angina Pectoris
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada
yang khas, yaitu seperti ditekan atau rasa berat di dada yang seringkali menjalar
ke lengan kiri. Hal ini sering timbul saat pasien melakukan aktifitas dan segera
hilang saat aktifitas dihentikan.
Angina pectoris biasanya berkaitan dengan PJK aterosklerotik tetapi dalam
beberapa kasus dapat merupakan kelanjutan dari aterosklerosis aorta berat,
insufiensi atau hipertropi kardiomiopati tanpa disertai obstruksi, aortitis
sifilitika, peningkatan kebutuhan metabolik (seperti hipertiroidisme atau pasca
pengobatan tiroid), anemia yang jelas takikardia proksimal dengan frekuensi
ventrikuler cepat, emboli atau spasme koroner), (Mansjoer, 2001).
Nyeri dada yang khas dari angina pectoris ialah rasa tertekan, seperti
merasa terpilin, sperti terbakar (panas yang berpusat di daerah retrostenal
(dibalik tulangsternum yang berada ditengah-tengah dada) yang bisa menjalar
kelengan kiri, leher, bahu dan punggung. Dalam hal ini angina pectoris bisa
digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
a) Angina pectoris stabil, yaitu gejala yang timbul frekuensinya tetap, baik
lamanya maupun kadar pencetusnya.
b) Angina pectoris tidak stabil, yaitu pola gejala yang timbul berubah-ubah,
baik frekuensinya, lamanya, maupun kenyerian yang dirasakan.
c) Angina prinzmental, yang biasanya timbul sewaktu sedang beristirahat.
Biasanya disebabkan oleh spasme pembuluh darah koroner.
Secara elektrokardiografi (EKG), timbulnya angina pectoris sering pula
dibarengi dengan depresi segmen ST dan inversi gelombang T. Kelainan segmen
ST (depresi segmen ST) sangat nyata pada pemeriksaan uji beban masuk
(Irawan, 1998).

4
2. Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infraction (serangan jantung)
Acute myocard infraction atau serangan jantung akut umumnya
disebabkan oleh penyumbatan pembuluh arteri koroner secara tiba-tiba, karena
pecahnya plak lemak ateroskeloris pada arteri koroner. Plak lemak tersebut
menjadi titik-titik lemah dari arteri itu dan cenderung untuk pecah. Pada waktu
pecah, gumpalan cepat terbentuk dan mengakibtkan penghambatan (okulasi)
arteri yang menyeluruh, serta memutuskan aliran darah ke otot jantung. Ini
mengakibatkan rasa sakit dada yang hebat pada pusat dada dan menyebar
sampai lengan atau leher (Joewono, 2003).

3. Ischemic Heart Disease (payah jantung)


Ischemic Heart Disease adalah suatu keadaan dimana terjadi
pengurangan oksigen secara temporer pada jantung yang disebabkan oleh
penyempitan pembuluhdarah atau karena penyakit tertentu. Ischemic ini ada
yang disebut sebagai silent ischemic dimana penderitanya tidak merasakan
gejala yang timbul (Andari, 2001).
Payah jantung terjadi karena denyut jantung sudah sedemikian lemahnya
sehingga jantung tidak lagi dapat memompa darah dengan baik. Rasa sakit
akibat payah jantung bertahan berjam-jam. Gejala yang timbul ialah gelisah,
pusing, keringat dingin, gangguan gastro intestinal (muntah, diare, mual) dan
shock yang menyebabkan tensi turun serta nadi cepat, (Bustan, 2000).
4. Kematian Mendadak (sudden death)
Kematian mendadak (sudden death) terjadi pada 50% penderita yang
tanpa keluhan sebelumnya. Sedangkan selebihnya disertai keluhan yang mati
mendadak 6 jam setelah keluhan. Proses mati mendadak ini dimulai dengan
trombosis pembuluh darah koroner yang disusul dengan nekrosis yang disertai
aritmia ventrikel (Bustan, 2000).
Salah satu unsur dalam makanan adalah lemak. Lemak tidak dapat larut
dalam darah kecuali terikat oleh protein tertentu. Lemak akan mengalami
pemecahan asam lemak bebas, trigliserida dan kolesterol.
Selama dalam peredaran darah ada kecenderungan kolesterol menempel
pada dinding pembuluh darah sehingga mempersempit pembuluh darah, menjadi

5
tidak lancar dan lemak terlarut dalam darah sehingga tidak mencukupi proses
metabolisme dan mengganggu keseimbangan kebutuhan oksigen dan
penyediaan oksigen. Penyempitan ini dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Bila penyumbatan ini terjadi di pembuluh koronaria dinamakan
penyakit jantung koroner.
B. Faktor-faktor Resiko Penyebab PJK

Faktor resiko adalah semua faktor penyebab (etiologi) ditambah dengan faktor
epidemiologi yang berhubungan dengan terjadinya suatu penyakit. Secara garis
besar faktor resiko dapat dibagi 2 (dua) yaitu, faktor resiko yang tidak dapat diubah
dan faktor resiko yang dapat diubah.

1. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable Risk Factors)

Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah terdiri dari keturunan, jenis
kelamin, umur dan stress.

a) Keturunan
Keturunan mengambil peranan penting dalam menentukan resiko alamiah
dari PJK. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai anggota
keluarga menderita PJK di bawah umur 55 tahun menunjukkan bahwa ada
anggota lain dari keluarga tersebut yang mempunyai penyakit jantung yang
bersifat premature.
Beberapa kelompok keluarga yang mempunyai predisposisi PJK adalah ayah
(37%), ibu (9,98%), saudara sekandung (27,6%), saudara kembar laki-laki (
43%) dan saudara kembar perempuan 21%, (Bustan, 2000).
b) Jenis Kelamin
Pria lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan wanita, setelah
manopause frekuensinya sama antara pria dan wanita. Pria beresiko terkena
PJK setelah berusia 40 tahun, sedangkan wanita setelah berusia 50 tahun.
Wanita lebih terlindungi dari PJK mungkin karena hormon estrogen pada
wanita (Soeharto, 200)
Pravalensi PJK lebih tinggi pada laki-laki dari pada wanita. Pada umur 45-54
tahun rasio terkena PJK pada laki-laki 6 kali dari pada wanita. Pada umur 50

6
tahun ASDR laki-laki dan wanita akibat PJK tidak berbeda, dan pada umur
80 tahun ASDR pada kedua jenis kelamin sama (Sitepu, M, 1997).
c) Umur
Umur merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap terjadinya PJK,
terutama terhadap terjadinya pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner.
Saluran arteri koroner ini dapat dibandingkan dengan saluran pipa ledeng,
makin tua umurnya makin besar kemungkinan timbulnya ”kerak” di
dindingnya, yang menyebabkan terganggunya aliran dalam pipa
(Soeharto,2000).
d) Stress
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang
tinggi dan dapat berakibat mempercepat kekejangan arteri koroner,
sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu. Dalam jangka panjang,
terlalu banyak peristiwa yang menegangkan dalam satu tahun dapat menjadi
awal serangan jantung (Payne, 1995).
2. Faktor Resiko yang Dapat Diubah (Changeable Risk Factors)
a) Kolesterol
Kolesterol dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan
kebutuhan, tubuh akan tetap sehat, tetapi kelebihan kolesterol dapat
mengendap di dalam pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan
penyempitan dan pengerasan yang dikenal aterosklerosis, sehingga
menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya sehingga
timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke
serangan jantung (Soeharto, 2000).
b) Pola Makan
Pola makan adalah frekuensi jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi.
Tujuannya untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi
optimal, untuk itu tubuh perlu mengkonsumsi makanan sehari-hari yang
mengandung zat-zat gizi yang seimbang sesuai Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS).

7
Yang dimaksud dengan PUGS adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang
yang disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan di
masyarakat secara baik dan benar.
Berdasarkan fungsi utama zat gizi makanan harus mengandung sumber
energi, sumber protein dan sumber zat pengatur. Untuk memudahkan
penyusunan menu sehari-hari yang bervariasi dan bergizi dapat digunakan
daftar bahan makanan penukar. Penukar ini dapat digunakan dalam keadaan
sehat maupun sakit (Almatsier, 2004).
c) Merokok
Asap merokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat
seperti adrenalin, zat ini merangsang denyutan jantung dan tekanan darah.
Asap rokok mengandung karbon monoksida (CO2) yang memiliki
kemampuan jauh lebih kuat dari pada sel darah merah untuk menyerap
oksigen, sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk
membawa oksigen ke jaringan-jaringan termasuk jantung (Irawan, 1998).
d) Diabetes melitus
Diabetes menyebabkan faktor resiko PJK yaitu bila kadar glukosa darah
naik, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, gula darah
tersebut dapat mendorong terjadinya pengendapan (arterosklerosis) pada
arteri koroner. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang
tinggi dalam darah cenderung menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida.
Kadar glukosa darah stabil berkisar antara 70-140 mg/dl. Jika kadar glukosa
darah melebihi angka tadi maka dapat dipastikan jika seseorang telah positif
menderita diabetes melitus (Vitahealth, 2004).
e) Kegemukan dan kurang aktivitas
Kegemukan dan kurang aktivitas merupakan salah satu faktor risiko PJK,
namun berbeda dengan faktor risiko yang lain, kegemukan mendorong
timbulnya faktor risiko yang lain seperti diabetes melitus, hipertensi yang
pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Tekanan darah tinggi tidak
jarang terjadi pada penderita obesitas. Kelebihan berat badan memaksa
jantung bekerja lebih keras. Adanya beban ekstra bagi jantung itu, ditambah

8
dengan terjadinya pengerasan pembuluh darah arteri koroner, cenderung
mendorong terjadinya kegagalan jantung (Soeharto, 2000).
C. Pengaturan Diet pada penderita jantung Koroner
Pengaturan diet merupakan salah satu upaya strategis untuk memperkecil resiko
penyakit jantung koroner. Dengan memperhatikan faktor resiko penyakit jantung
koroner dan peranan gizi dapat mengurangi resiko tersebut. Syarat diet yang dapat
diterapkan untuk penderita penyakit jantung adalah sebagai berikut:
1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB
3. Lemak sedang yaitu 25-30% ari kebutuhan energi total, 10% berasal dari lemak
jenuh, dan 10-15% dari lemak tidak jenuh
4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia.
5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan sulemen kalium, kalsium, dan
magnesium jika tidak dibutuhkan.
6. Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi dan edema.
7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.

Sedangkan syarat diet yang dianjurkan untuk penderita jantung koroner menurut
Krisnatuti adalah sebagai berikut : rendah kalori (terutama bagi penderita yang
terlalu gemuk), protein dan lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, rendah garam
bila ada tekanan darah tinggi, mudah dicerna, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas, porsi kecil dan frekuensi pemberian tergolong sering (Krisnatuti
dan Yenrina, 1999).

Jenis diet yang diberikan untuk penyakit jantung adalah sebagai berikut:
1. Diet jantung I
Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Miokard
Infark (MCI) atau Decompensasio Kordis berat. Diet yang diberikan berupa 1-
1,5 liter cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet
ini sangat rendah energi dan semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan
selama 1-3 hari.

9
2. Diet jantung II
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung I atau setelah fase akut dapat
diatasi. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung II
garam rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium dan tiamin.
3. Diet jantung III
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet diberikan
sbagai perpindahan dari diet jantung II atau kepada pasien jantung dengan
kondisi penyakit jantung yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi
dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung III garam rendah. Diet ini rendah
energi dan kalsium, tetapi cukup zat gizi lain.
4. Diet jantung IV
Diet jantung IV diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien jantung dengan kondisi
yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan
sebagai diet jantung IV garam rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi lain
kecuali kalsium.

D. Makanan yang Boleh dan tidak Boleh Diberikan Bagi Penderita Penyakit Jantung
Koroner
Bahan makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber karbohidrat Beras ditim ata disaring; Makanan yang
roti, mie, kentang, mengandung gas atau
makaroni, biskuit, tepung alkohol, seperti: ubi,
beras/ terigu/ sagu/ aren/ singkong, tape singkong,
sagu ambon, kentang, gula dan tape ketan.
pasir, gula merah, madu
dan sirup.
Sumber protein hewani Daging sapi, ayam dengan Daging sapi dan ayam
lemak rendah; ikan, telur, yang berlemak, gajih,
susu rendah lemak dalam sosis, ham, hati, limpa,
jumlah yang sudah babat, otak, kepiting dan

10
ditentukan. karang-karagan, keju dan
susu penuh.
Sumber protin nabati Kacang-kacangan kering, Kacang-kacangan kering
sepert yang mengandung lemak
i: kacang kedelai dan hasil cukup tinggi seperti kacang
olahannya, seperti tahu dan tanah, kacang mete, dan
tempe. kacang bogot.
Sayuran Sayurn yang tidak Semua sayuran yang
mengandung gas, seperti: mengandung gas, seperti:
bayam, kangkung, kacang kol, kembang kol, lobak,
buncis, kacang panang, sawi, dan nangka muda.
wortel, tomat, labu siam
dan tauge.
Buah-buahan Semua buah-buahan segar Buah-buhan segar yang
seperti: pisang, pepaya, mengndung alkohol dan
jeruk, semangka, apel, gas seperti: durian dan
melon dan sawo. nangka matang.
Lemak Minyak jagung, minyak Minyak kelapa dan minyak
kedelai, margarine, kelapa sawit, santan kental
mentega dalam jumlah
terbatas dan tidak untuk
menggoreng tetapi untuk
menumis. Kelapa atau
santan encer dalam jumlah
terbatas.
Minuman Teh encer, cokelat, sirup Teh/kopi kental, minuman
yang mengandung soda
dan alkohol seperti bir dan
wiski
Bumbu Semua bumbu selain Lombok, cabai rawit, dan
bumbu tajam dalam jumlah bumbu lai yang tajam.
terbatas

11
Makanan yang menolong bagi penderita penyakit jantung koroner adalah
sebagai berikut (Wirakusumah, 2001) :
1. Sumber antioksidan, meliputi : a. Sumber B-Karoten, yaitu ubi jalar, wortel,
labu kuning, mangga bayam dan kailan
2. Sumber vitamin E, yaitu asparagus, taoge, minyak sayur dan kacang-kacangan
3. Sumber vitamin C, yaitu daun singkong, mangga, jeruk, brokoli, sawi dan jambu
biji.
4. Sumber asam lemak omega 3, yaitu jenis ikan laut (teri, sarden, tenggiri dan
tembang), serta minyak ikan.
5. Sumber asam folat, yaitu kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah dan
kacang polong), sari jeruk asli, bayam dan hati ayam.
6. Sumber vitamin B6, yaitu pisang, daging ayam tanpa lemak, beras merah,
oatmeal dan tuna putih dalam kaleng.
7. Sumber flavonoid, yaitu melon, anggur, jeruk, pepaya, mangga, kesemek dan
jambu biji.
8. Makanan tinggi serat, yaitu serealia, kacang-kacangan, labu, jagung, apel dan
sayuran.
9. Bawang putih
10. Sumberlycopene, yaitu tomat masak
11. Minyak zaitun.

Makanan yang harus dikurangi oleh penderita penyakit jantung koroner adalah
sebagai berikut : daging berlemak, telur, susu penuh (whole milk), jeroan, makanan
tinggi kolesterol dan lemak jenuh (Wirakusumah, 2001).
Banyak mengkonsumsi lemak hewani (lemak jenuh) akan meningkatkan
kolesterol dalam darah, dalam proses jangka panjang akan mengakibatkan
penimbunan (flak) di pembuluh darah sehingga aliran darah ke seluruh tubuh dapat
terganggu. Apabila perubahan ini terjadi pada pembuluh darah koronaria
menyebabkan PJK (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).

12
E. Berbagai jenis menu untuk penyakit jantung koroner
1. Menu sehari Diet Jantung II
Waktu Menu
Pagi Bubur nasi
Telur dadar
Sup wortel
Susu skim
Pukul 10.00 Selada buah
Siang Bubur nasi
Daging semur
Sayur bening bayam
Jeruk
Pukul 16.00 Apel
Malam Bubur nasi
Ayam panggang
Tumis kacang panjang
Pepaya
Sumber: (Almatsier, 2010)
2. Menu sehari Diet Jantung III
Waktu Menu
Pagi Nasi tim
Telur rebus
Tahu ungkep
Sayur bening labu siam
Teh encer
Pukul 10.00 Selada buah
Siang Nasi tim
Ikan panggang
Tempe bumbu kuning
Sup oyong

13
Apel
Pukul 16.00 Agar-agar buah
Malam Nasi tim
Daging rolade
Tahu bacem
Tumis wortel
Pepaya
Sumber: (Almatsier, 2010)
3. Menu sehari Diet Jantung IV
Menu yang diberikan sama dengan menu diet jantung III, yang diubah hanya nasi tim
menjadi nasi.
Sumber: (Almatsier, 2010)

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan
jantung, akut maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada
miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi. (Fahmi,
2004).
2. Faktor resiko penyebab Penyakit Jantung Koroner terdiri dari 2 faktor yaitu:
tidak dapat diubah (Unchangeable Risk Factors) dan yang dapat diubah
(Changeable Risk Factors)
3. Syarat diet yang dianjurkan untuk penderita jantung koroner menurut Krisnatuti
adalah sebagai berikut : rendah kalori (terutama bagi penderita yang terlalu
gemuk), protein dan lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, rendah garam
bila ada tekanan darah tinggi, mudah dicerna, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas, porsi kecil dan frekuensi pemberian tergolong sering
(Krisnatuti dan Yenrina, 1999).
4. Jenis diet yang diberikan untuk penyakit jantung adalah Diet Jantung I, Diet
Jantung II, Diet Jantung III, dan Diet Jantung IV.
B. Saran
1. Apabila belum terkena penyakit Jantung Koroner, sebaiknya pola makan
diatur dengan tidak mengonsumsi makanan yang berisiko menyebabkan
Penyakit Jantung Koroner secara berlebihan.
2. Apabila telah terkena Penyakit Jantung Koroner, sebaiknya mengikuti
prinsip dan syarat pemberian makan untuk penyakit Jantung Koroner, serta
tidak mengonsumsi makanan yang berisiko memperparah penyakit Jantung
tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga medical series: Depok

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. EGC: Jakarta

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia:
Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai