Anda di halaman 1dari 2

Pancasila adalah warisan dari jenius nusantara.

Sesuai dengan krakteristik lingkungan alamnya,


sebagai negeri lautan yang ditaburi pulau-pulau, jenius nusantara juga merefleksikan sifat lautan.

Sebagai “Negara kepulauan” terbesar didunia, yang membujur di titik strategis persilangan
antarbenua dan antarsamudra, dengan daya tarik kekayaan sumberdaya yang berlimpah, Indonesia
sejak lama menjadi titik temu penjelajahan bahari yang membawa berbagai arus peradaban. Maka,
jadilah nusantara sebagai tamansari peradaban dunia.

Istilah yang laqzim dipakai untuk melukiskan negara Indonesia adalah “negara kepulauan”, yang
mengandung bias daratan. Menarik bahwa soekarno pernah menyebut negara Indonesia sebagai
“negara lautan yang ditaburi pulau-pulau”. Hal itu lebih sesuai dengan istilah archipelago, yang
berarti “kekuasaan lautan”.

Etos pertanian masyarakat nusantara bersifat religious dan gotong royong, dalam rangka
meringankan penggarapan lahan secara bersama-sama. Nusantar sebagai pusat persemaian dan
penyerbukan silang budaya, yang mengembangkan berbagai corak kebudayaan yang lebih banyak
dibandingkan dengan kawasan asia manapun (Oppen heimer,2010:xxvII).

Penindasan ekonomi-politik oleh kolonialisme-kapitalisme memang banyak menggerus sifat-sifat


kemakmuran, cosmopolitan, religious, toleransi, dan kekeluargaan dari tanah air ini. Disisi lain,
kolonialisme-kapitalisme juga mengandung kontradiksi-kontradiksi internal tersendiri yang
membawa unsure-unsur emansipasi baru, seperti humanisme, perikebangsaan, demokrasi dan
keadilan, yang dapat memperkuat karakter keindonesiaan.

Maka, ketika Dr. Radjiman wediodiningarat, selaku ketua badan penyelidik usaha persiapan
kemerdekaan (BPUPK), pada 29 mei 1945, meminta kepada siding untuk mengemukakan dasar
Negara Indonesia merdeka, permintaan itu menimbulkan rangsangan anamnesis yang memutar
kembali ingatan para pendiri bangsa kebelakang; hal ini mendorong mereka untuk menggali
kekayaan kerohanian, keperibadian dan wawasan kebangsaan yang terpendam dalam lumpur
sejarah.

Alhasil, prinsip-prinsip dasar negara Indonesia merdeka yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa
itu tidaklah dipungut dari udara, melainkan digali dari bumi sejarah keindonesiaan, yang tingkat
penggaliannya tidak berhenti sampai zaman gelap penjajahan, melainkan menerobos jauh
kebelakang hingga ke zaman kejayaan nusantara.

Dengan demikian, betapapun rumusan dasar negra itu baru dikemukakan selama masa persidangan
BPUPK, bahan-bahan pemikirannya telah dipersiapkan sejak awal pergerakan kebangsaan Indonesia.

Fase “pembuahan”

Sejak 1924, perhimpunan Indonesia (PI), di belanda, mulai merumusan konsepsi ideology politiknya
bahwa tujuan kemerdekaan politik haruslah didasarkan pada empat prinsip: persatuan nasional,
solidaritas, non kooperasi, dan kemandirian.

Konsepsi ideologis PI ini pada kenyataannya merupakan sebuah sintesis dari ideology-ideologi
terdahulu. Persatuan nasional merupakan tema utama dari indische partij, non-kooperatif
merupakan platform politik kaum komunis, dan kemandirian merupakan tema dari sarekat islam.
Sementara solidaritas merupsksn simpul yang menyatukan ketiga tema utama tersebut.

Dalam pandangan soekarno, pergerakan rakyat Indonesia mempunyai tiga sifat : nasionalistis,
islamistis, marxistis. Paham-paham ini pula, menurutnya yang menjadi roh pergerakan-pergerakan di
asia.

Pada awal tahun 1930-an, dia mulai merumuskan sintesis dari substansi ketiga unsur ideology
tersebut dalam istilah “sosio-nasonalisme” dan “sosio-demokrasi”. Sosio-nasinalisme yang dia
maksudkan adalah semangat kebangsaan yang menjujung tinggi perikemanusiaan kedalam dan
keluar. Adapun sosio-demokrasi adalah demokrasi yang memperjuangkan keadilan social, yang tidak
hanya memperdulikan hak-hak sipil dan politik.

Monumen dari usaha intelektual untuk mencari sintesis dari keragaman anasir keindonesian itu
adalah “sumpah pemuda” (28 oktober 1928), dengan visinya yang mempertautkan segala
keragaman itu kedalam kesatuan tanah air dan bangsa dan dengan menjunjung bahasa persatuan.

Fase perumusan

Perumusan dasar negara Indonesia merdeka mulai dibicarakan pada masa persidangan pertama
BPUPK (29 mei – 1 juni 1945). BPUPK sendiri didirikan pada 29 April 1945, menyusun pernyataan
perdana menterijepang, kuniaki koiso, pada 7 September 1944, yang mengucapkan janji historynya
bahwa Indonesia pasti akan diberi kemerdekaan “pada masa depan”.

Pada awalnya, jumlah anggota BPUPK sebanyak 60 orang, ditambah satu orang ketua (radjiman
wediodiningrat) dan dua orang wakil ketua (itibangase yosio dan R.P soeroso), sehingga secara total
berjumlah 63 orang. Dalam perkembangan kemudian, bertambah 6 anggota, sehingga jumlah
keseluruhannya menjadi 69 orang. Jumlah ini ditamah 7 orang anggota istimewa yang terdiri dari
orang-orang jepang.

Adanya perwakilan perempuan dalam BPUPK merupakan suatu lompatan besar dalam sejarah politik
negeri ini. Bahkan diamerika serikat, hak politik perempuan dalam pemilihan baru diaktualisasikan
setelah perang dunia kedua.

Kelima prinsip yang menjadi titik persetujuan (common denominator) segenap elemen bangsa itu,
dalam pandangan bung karno meliputi:

 Pertama: kebangsaan Indonesia


 Kedua : internasionalisme, atau perikemanusiaan
 Ketiga : mufakat atau demokrasi
 Keempat : kesejahteraan social
 Kelima : ketuhanan yang berkebudayaan

Kelima perinsip itu disebut soekarno dengan panca sila. “sila artinya asas atau dasar, dan diatas
kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal, dan abadi.

Pase pengesahan

Anda mungkin juga menyukai