Anda di halaman 1dari 16

Nama :Yeheskheil Luki w

Nim :14430004
Kls/smt :5a/5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


02

Satuan Pendidikan : SMA/SMK


Mata Pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas/semester :X/2
Materi Pokok : Crita Wayang
Pembelajaran ke- :2
Alokasi waktu : 4 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 3 Memaham, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan

B. Kompetensi Dasar
KD 1.2 Menerima, mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa bahasa Jawa dalam
bentuk petikan teks crita wayang
KD 2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Jawa melalui petikan teks crita
wayang
KD 3.2 Memahami isi teks crita Mahabharata (Dewa Ruci)
KD 4.2 Menulis sinopsis teks cerita teks Mahabharata (Dewa Ruci) dan menyajikannya

C. Indikator
1.2.1 Membedakan bahasa ragam ngoko dan krama
1.2.2 Bangga atas anugrah bahasa jawa ragam ngoko dan karma
1.2.3 Dapat melaksanakan salah satu perintah tuhan lewat ajaran yang ada dalam cerita wayang
(Dew) Ruci)
2.2.1 Dapat menggunakan ragam bahasa dalam pergaulan sehari-hari secara santun seperti yang
dicontohkan dalam cerita wayang (Dewa Ruci)
2.2.2 Menunjukan prilaku jujur menggunakan bahasa jawa dalam synopsis crita wayang (Dewa
Ruci)
2.2.3 Bertanggung jawab dalam membuat synopsis crita wayang (Dewa Ruci)
2.2.4 Memiliki rasa peduli, santun, responsip dan pro aktif dalam menggunakan bahasa jawa
melalui teks crita wayang (Dewa Ruci)
3.2.1 Mengidentifikasi unsurpembangun yang terdapat dalam petikan teks crita wayang Dewa Ruci
3.2.2 Menganalisis pitutur luhur yang ada dalam petikan teks crita wayang Dewa Ruci
3.2.3 Mengevaluasi relevansi dengan masa kini pitutur luhur yang ada dalam petikan teks crita
wayang Dewa Ruci
4.2.1 Menulis kembali synopsis crita wayang Dewa Ruci
4.2.2 Menceritakan synopsis crita wayang Dewa Ruci
4.2.3 Menanggapi penceritaan kembali isi petikan teks crita wayang Dewa Ruci dengan
menggunakan ragam bahasa sesuai dengan konteks dan norma

D. Materi Ajar
1. Fakta
Teks Crita Wayang (Dewa Ruci)
2. Konsep
Pangertene crita wayang
3. Prinsip
Unsur crita wayang
4. Prosedur
Cara nulis lan tuladha crita wayang

E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


- Pendekatan : Scientific
- Model Pembelajaan : Inquiry, Project Based Learning, Discovery Learning
- Metode : inkuri, diskusi, praktek, penugasan (bisa disesuaikan)

F. Media dan Sumber Belajar


Media : Player VCD, CD/VCD, power point
Alat : LCD, Laptop, Teks Crita Wayang
Sumber Belajar :
1. Widaryatmo, Gandung dkk. 2013. Prigel Basa Jawa Jilid 1. Jakarta: Erlangga
2. Sasangka, Sry Satriya TW. 2011. Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa. Jakarta: Paramalingua
3. Darminto, dkk. 2010. Kamus Besar Bausastra Jawa. Jakarta: Kharisma
4. Sudiyatmana, Dr.HC dkk. 2012. Kabeh Bisa Basa Jawa. Jakarta: Yudhistira
5. H.G, Irawan. 2005. Kulina Basa Jawa. Klaten: Intan Pariwara

G. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan ke 1
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
Pendahuluan  Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan 10 menit
dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya
 Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
 Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat,
dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
 Apersepsi dan Motivasi.
 Contoh crita wayang Dewa Ruci digunakan sebagai stimulan
dengan sejumlah pertanyaan untuk memasuki kegiatan ini
Isi Mengamati 60 menit
(kegiatan Inti)  Kelas dibagi menjadi 6 kelompok
 Tiap-tiap kelompok mencoba mencermati dan
mendokumentasikan temuannya sesuai kaidah.
 Secara individu siswa berkontribusi dalam mengidentifikasi
menemukan ciri-ciri crita wayang Dewa Ruci berdasarkan teks
yang dicermatinya dengan acuan kata tanya fakta
Menanya
 Antar siswa dalam kelompok saling bertanya dan berkonfirmasi
tentang ciri-ciri yang ditemukan dalam crita wayang Dewa Ruci
untuk dibahas jika terdapat perbedaan atas temuan masing-
masing.
 Setiap siswa mendeskripsi crita wayang Dewa Ruci
 Dalam kelompok, subkelompok siswa membaca konsep tentang
karakteristik crita wayang Dewa Ruci untuk dicocokkan dengan
ciri-ciri yang ditemukan atas pengamatan dan tanya jawabnya.
Mencoba
 Siswa mencoba merumuskan unsur pembangun crita wayang
Dewa Ruci yang dikaji dan dibahasnya
 Siswa bertukar temuan bersama anggota kelompok
 Siswa perwakilan kelompok menguraikan unsur pembangun
crita wayang Dewa Ruci dari teks yang dikajinya untuk bahan
bahasan dengan kelompok lain
Mengasosiasi
 Siswa mengelompokkan unsur pembangun crita wayang Dewa
Ruci berdaasarkan naskah hasil tukar gagasan bersama
kelompok lainnya.
 Siswa mencoba menyimpulkan dan mengestimasikan tambahan
karakter pada konsep yang dibacanya atas dasar kajian naskah
yang dibahas.
Mengomunikasikan
 Perwakilan tiap-tiap kelompok (bisa dipilih dan ditunjuk oleh
guru) menyampaikan/menayangkan simpulannya.
 Melaporkan hasil penelitian dan pengembangan (tertulis/lisan)
tentang unsur pembangun crita wayang Dew Ruci.
Penutup  Bersama siswa menyimpulkan unsur pembangun crita wayang 20 menit
Dewa Ruci.
 Memberikan tugas mencari contoh crita wayang Dewa Ruci.
 Melaksanakan tes

Pertemuan ke 2
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
Pendahuluan  Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru 10 menit
berhubungan dengan crita wayang Dewa Ruci.
 Siswa menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya (unsur pembangun crita wayang
Dewa Ruci) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
 Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan,
manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
 Apersepsi dan motivasi
 Contoh teks crita wayang Bima digunakan sebagai stimulan
dengan pertanyaan untuk memasuki kegiatan Inti
Isi Mengamati 60 menit
 Kelas dibagi menjadi 6 kelompok
(kegiatan Inti)
 Masing-masing kelompok membaca dan mencermati
(mencari dan menemukan kata-kata sulit yang ada dalam
teks) dan mendokumentasikan hasil penemuannya sesuai
dengan teks baru yang dibacanya.
 Secara individu mengidentifikasi hasil temuannya tentang
pengertian crita teks wayang berdasarkan naskah yang
dicermatinya
Menanya
 Antarsiswa dalam kelompok saling bertanya, konfirmasi
tentang pengertian crita wayang ditemukan untuk dibahas
jika ada perbedaan atas temuan masing-masing.
 Mendefinisikan atas dasar temuannya.
 Membaca konsep tentang karakter tokoh-tokoh wayang
untuk dicocokkan dengan ciri-ciri hasil temuan atas
pengamatan dan tanya jawabnya
Mencoba
 Siswa mencoba untuk menceritakan kembali isi naskah
menggunakan bahasa sendiri dan bertukar temuan
bersama anggota kelompok.
Mengasosiasi
 Siswa mencoba menyimpulkan dan mengestimasikan hasil
pekerjaannya.
Mengomunikasikan
 Perwakilan masing-masing kelompok (bisa dipilih dan
ditunjuk guru) menyampaikan/menayangkan hasil
kesimpulannya.
 Melaporkan hasil penelitian dan pengembangan
(tertulis/lisan) tentang menceritakan kembali crita wayang
Dewa Ruci.

Penutup  Bersama siswa menyimpulkan isi dari crita wayang Dewa 20 menit
Ruci.
 Melaksanakan tes

Pertemuan ke 3
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
Pendahuluan  Siswa merespon salam dan mengondisikan kelas 10 menit
 Tanya jawab tentang karakteristik tokoh-tokoh crita wayang
Dewa Ruci.
 Siswa menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya (karakteristik crita wayang Dewa
Ruci) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
 Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan,
manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
 Apersepsi dan motivasi
Isi Mengamati 60 menit
 Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok
(kegiatan Inti)
 Masing-masing kelompok diberi data hasil menceritakan
kembali siswa.
 Secara individu di tiap kelompok mencermati hasil karya
siswa yang dibagikan guru
 Dengan kemampuan individu, masing-masing siswa mencari,
menemukan, menuliskan ciri tiap penggalan yang
dicermatinya.
Menanya
 Antarsiswa dalam kelompok saling bertanya, konfirmasi
tentang hasil menceritakan kembali crita wayang Dewa
Ruci untuk dibahas jika ada perbedaan atas temuan
masing-masing.
 Mendefinisikan atas dasar temuannya.
Mencoba
 Siswa memberikan tanggapan dari hasil karya temannya
berupa tulisan.
 Menyiapkan alasan dan penjelasan atas tanggapan yang
dibuat.
Mengasosiasi
 Siswa mencoba mengestimasi tentang isi crita wayang
Dewa Ruci menurut versi kelompok dengan mengacu
pada konsep yang dibahasnya.
 Mengevaluasi relevansi pitutur luhur yang terdapat pada
petikan teks cerita wayang.
 Meniterpretasikan isi crita wayang yang terdapat pada
petikan teks crita wayang
 Menyiapkan deskripsi hasil menceritakan kembali
berdasarkan estimasi kelompoknya.
Mengomunikasikan
 Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
deskripsi dan estimasinya tentang hasil pekerjaan
temannya.
Penutup 20 menit
 Umpan balik antarsiswa, antara siswa dengan guru
tentang kesimpulan crita wayang Dewa Ruci.
 Penilaian performen, lisan, kerja kelompok, pengamatan,
sikap dilakukan dalam dan selama proses kegiatan inti

Pertemuan ke 4
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
Pendahuluan  Siswa merespon salam dan dilanjutkan dengan pengondisian 10 menit
kelas
 Tanya jawab tentang karakteristik crita wayang Dewa Ruci
 Siswa menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya (unsur-unsur pembangun crita
wayang) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
 Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan,
manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
 Tanya jawab tentang kondisi anak muda sebagai apersepsi
dan bahan motivasi.
Isi 60 menit
Mengamati
(kegiatan Inti)
 Secara individu siswa mencatat karakter tokoh dan unsure
pembangun dalam crita wayang.
Menanya
 Siswa dapat mengkomunikasikan teks secara logis
 Tiap siswa mencocokkan ciri /karakter tokoh dan unsur
pembangun wayang dengan temannya
Mencoba
 Masing-masing siswa mulai mencari nilai-nilai yang terdapat
dalam crita wayang Dewa Ruci.
 Tiap siswa mencoba menyiapkan komentar tentang nilai-
nilai atau pitutur dalam crita wayang Dewa Ruci.
Mengasosiasi
 Tiap siswa mengestimasikan nilai-nilai yang terkandung
dalam crita wayang Dewa Ruci.
Menyajikan
 Menuliskan synopsis cerita wayang Dewa Ruci berdasarkan
unsure-unsur pembangunnya
Penutup 20 menit
 Umpan balik antarsiswa, antara siswa dengan guru tentang
kesimpulan tentang nilai-nilai dalam crita wayang Dewa
Ruci.
 Penilaian performen, lisan, tulisan, kerja kelompok,
pengamatan, sikap dilakukan dalam dan selama proses
kegiatan inti.

Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian
a. Kompetensi Sikap:
 Observasi
 Penilaian diri
b. Kompetensi Pengetahuan:
 Tes tertulis
 Tes lisan
c. Kompetensi Keterampilan:
 Tes praktik,
 Projek, dan
 Portofolio.
2. Bentuk instrumen dan instrumen
3. Pedoman penskoran

Rubrik Instrumen
a. Peniaian Sikap

Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik


Sikap

Ramah dengan teman


Ketekunan belajar

Tanggung jawab
Menepati janji
Tenggang rasa

Hormat pada
Keterbukaan

Kedisiplinan

Kepedulian
Kerjasama

orang tua

Kejujuran
Kerajinan
No.

Nama

1
2
3
4
5

Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d 5.
1 = sangat kurang;
2 = kurang konsisten;
3 = mulai konsisten;
4 = konsisten; dan
5 = selalu konsisten.
Lembar Observasi

LEMBAR PENGAMATAN OBSERVASI

Mata Pelajaran : Bahasa Jawa


Kelas/Program : X / IPA-IPS
Kompetensi : Sikap
Materi : Cerita Wayang Dewa Ruci

Sikap Pribadi Sikap Ilmiah


Jml Nilai
No Nama Siswa Jujur Displ Tgjwb Kritis Objek Tolr
Skor
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 1 Wati 4 4 3 4 3 3 21

2. 2 Adi

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Keterangan pengisian skor


4. Sangat baik
3. Baik
2. cukup
1. Kurang
Soal tes lisan
1. Apa kang kok ngreteni babagan Crita Wayang?
2. Sebutna unsur-unsur Crita Wayang?
3. Aweha panemu tumrap andharan wos surasane Crita Wayang kang dijlentrehake dening kancamu!
Kinerja Presentasi Keter
N Jumlah Skor Nilai angan
Nama Siswa
o pengi
kelancaran Kebahasaan sistematis
1. 1 sian
skor
2
4.
2. 3
Sanga
3. 4
t
4. 5
tinggi
3. Tinggi
2. Cukup tinggi
1. Kurang

Soal tes tertulis


4. Tulisen banjur critakna Crita Wayang kasebut ing ngarep klas!
Cethaning
Swara Ekspresi Penjiwaan
No Nama pangucap
(10-20) (10-25) (1-5)
(10-20)
1
2
3
4
5
Ket :
1 : tidak baik : < 60
2 : cukup baik : 61 – 70
3 : baik : 71 – 80
4 : sangat baik : 81 – 100

Kunci soal
1. Wayang yaiku sawijining wujud seni pertunjukan kang awujud drama kang khas. Seni kang kamot sajroning
pertunjukan iki yaiku : seni swara, seni sastra, seni musik, seni tutur, seni lukis, lan sapanunggalane. Dene ana
sawetara pihak kang duwe panganggep menawa pertunjukan wayang ora mung kesenian, nanging ngemot
pralambang. Saora-orane wiwit abad kaping 19 nganti saiki, wayang wis dadi sasaran kajian lan didiskripsekake
dening para ahli.
2. Unsur-unsur pembangun crita wayang iku padha karo unsur-unsur crita liyane, yaiku tema, latar/setting,
penokohan, alur, pesen, punjering crita/sudut pandang, lan konflik, wos surasane crita, lan gawe ringkesan.
3. Kawicaksanan
4. Kawicaksanan
LAMPIRAN
1. Pangertene wayang
Wayang yaiku sawijining wujud seni pertunjukan kang awujud drama kang khas. Seni kang kamot
sajroning pertunjukan iki yaiku : seni swara, seni sastra, seni musik, seni tutur, seni lukis, lan sapanunggalane.
Dene ana sawetara pihak kang duwe panganggep menawa pertunjukan wayang ora mung kesenian, nanging
ngemot pralambang. Saora-orane wiwit abad kaping 19 nganti saiki, wayang wis dadi sasaran kajian lan
didiskripsekake dening para ahli.
Wayang akeh banget jenise minangka kesenian rakyat utawa kraton, ana wayang glek kang kagawe saka
kayu, ana wayang kulit kagawe saka kulit, wayang klithik kagawe saka kayu, wayang beber digambar ana ing
kertas utawa kulit lan sapiturute.Sumbere crita saka Ramayana lan Mahabarata, crita-crita Menak, crita-crita
Panji, syair-syair kepahlawanan utawa kreasi anyar kang nyritakake prastawa-prastawa anyar.
Saliyane kuwi werna-wernaning wayang iku uga ana kang sinebut wayang wong, kang dipragakake
dening uwong, lan wis ana wiwit abad kaping 18. Wayang iki entuk sambutan kang apik saka masyarakat, mula
ing jaman sateruse ketok akeh perkumpulan wayang wong. Ing pungkasaning jaman saiki wis akeh museum
wayang antarane ing Jakarta lan Ngayogyakarta. Sawetara panaliten nyimpulake, wayang minangka sarana
nggambarake alam pikirane piyayi Jawa kang dualistik. Ana rong prekara, pihak utawa klompok kang ora
cocok, beda, antarane apik lan ala, babagan lair lan batin, alus lan kasar, Pandawa lan Kurawa. Kalorone
nyawiji ana sajrone manungsa kanggo nggoleki keseimbangan. Wayang uga dadi sarana ngendhaleni sosial,
umpamane kanthi kritik sosial kang diwujudake lumantar banyolan.
Crita wayang iku duwe struktur formal. Struktur kuwi kedadeyan saka unsur-unsur kang padha gayut
antarane siji lan sijine. Unsur-unsure yaiku tokoh, watak,alur, tema, latar, lakon, pesen kang kamot, pitutur
(pesan moral) kang kakandhut sajroning crita wayang..

2. Unsurcrita wayang
Unsur-unsur pembangun crita wayang iku padha karo unsur-unsur crita liyane, yaiku tema, latar/setting,
penokohan, alur, pesen, punjering crita/sudut pandang, lan konflik, wos surasane crita, lan gawe ringkesan.

3. Tuladha crita wayang


BIMA BUNGKUS

Jejer Ngastina. Duhkitaning Prabu Pandu lan Dewi Kunti jalaran lahire ponang jabang bayi kang awujud
bungkus. Tan ana sanjata kang tumawa kanggo mbedah bungkus. Kurawa uga melu cawe-cawe arsa mecah
bungkus, sanadyan amung lelamisan, bakune arsa nyirnaake si bungkus. Wisiking dewa sang bungkus den
bucal ing alas Krendawahana..
Ing pertapan Wukir Retawu Bagawan Abiyasa kasowanan Raden Permadi kang kaderekaken repat
punakawan.
“Kanjeng Eyang, kadi pundi nasibipun Kakang Bungkus, sampun sawetawis warsa mboten wonten
suraos ingkang sae, bab menika Eyaang, andadosaken duhkitaning Kanjeng Ibu Kunti…”
Tartamtu Sang Winasis kang pancen luber ing pambudi sampun pirsa apa kang dadi lakon.
“Putuku nggeeer, Permadi, mangertiya jer kakangmu nembe nglakoni karmane, ing tembe kakangmu Si
Bungkus bakal dadi satriya utama, lan bakal oleh apa kang sinebut wahyu jati…”
Ing Suralaya, Batara Guru nimbali Gajahsena, putra sang batara kang awujud gajah, kinen mecah si
bungkus saengga dadi sejatining manungsa. Sang Guru ugi angutus Dewi Umayi kinen nggladhi kawruh
babagan kautaman marang si bungkus.
Purna anggennya peparing ajaran marang si bungkus, Dewi Umayi aparing busana arupa cawat bang
bintulu abrit, ireng, kuning, putih, pupuk, sumping, gelang, porong, lan kuku Pancanaka.
Salajengipun, Gajahsena mbuka bungkus. Pecahing bungkus dados sapatemon kekalihipun, kagyat
dados lan perangipun. Binanting sang Gajahsena. Sirna jasad sang gajah. Roh lan daya kekiyatanipun manjing
jroning angga sang bungkus.
Praptene Betara Narada.
Si Bungkus tumakon marang Sang Kabayandewa, “Heemmm, aku iki sopoh?”
“Perkencong, perkencong waru doyong, ngger, sira kuwi sejatine putra kapindho ratu ing Amarta Prabu
Pandudewanata. Sira lahir awujud bungkus, lan kersaning dewa sira kudu dadi satriya utama…, lan sira tak
paringi tetenger Bratasena ya ngger…”
Rawuhipun Ratu saking Tasikmadu kang nyuwun senjata pitulungan marang Bratasena kinen
nyirnakaken raja raseksa aran Kala Dahana, Patih Kala Bantala, Kala Maruta lan Kala Ranu. Para raseksa sirna.
Sekakawan kekiatan saking raseksi wau nyawiji marang Raden Bratasena, inggih punika kekiatan Geni, Lemah,
Angin lan Banyu.

DEWA RUCI

Madeg kraton Astinapura. Prabu Dhestarasta kaadhep dening putra mbarebe, Duryudana, Patih
Sengkuni lan Pandhita Krepo. Surasane rerembugan ana gandheng cenenge karo peprentahan Astina ing
tembe mburine marang para Kurawa, ngengeti para Pandawa wis wiwit dewasa. Duryudana ngesuk bapake,
kapan dheweke bakal winisuda dadi Ratu Anom ing Astina. Sawetara Sengkuni mbudidaya mbujuk Prabu
Dhestarasta, supaya hak tumrap keprabon lan kraton Astina tetep dadi duweke Kurawa. Sebab yen keprabon
lan kraton dibalekake marang Pandawa, kepiye nasibe para Kurawa kang cacahe ana satus bocah? Sawijining
cara yaiku ngelongi kuwatane Pandawa. Amarga kekuwatane Pandawa dumunung marang Bima, mula Bima
kudu disingkirake.
Dene ing keputren Astina. Dewi Gendari mahargya tekane Prabu Dhestarasta. Dewi Gendari nakokake
babagan rantaman wisudane Duryudana dadi Ratu Anom Astina. Prabu Dhestarasta ngendika lagi digolekake
wektu lan wayah kang trep supaya ora nuwuhake congkrah karo Pandawa. Dewi Gendari aweh panemu
Pandawa kudu disingkirake supaya keprabon Astina tetep dadi duweke Duryudana. Prabu Dhetarasta
nerangake lamun panemue Dewi Gendari wis kamot ana rancangane Sengkuni kang bakal ngelongi
kekuwatane Pandawa.
Sabanjure Duryudana lan Patih Sengkuni nganakake pasatemon karo Dursasana, Kartamarma, Citryuda,
Durmagati, Citraksi, lan saperangan Kurawa liyane. Patih Sengkuni nyaranake supaya Duryudana njaluk
pambiyantune Pandhita Durna kanggo nyingkirake Bima. Carane manut marang Pandhita Durna, kang baku
ora ngelok-ngelokake langsung para Kurawa. Sengkuni uga mrentah Kartamarma supaya ngerahake Kurawa
menyang Sokalima. Menawa Pandhita Durna gagal ngojok-ojoki Bima, Kurawa kudu tumindak cekat-ceket.
Kroyok lan pateni Bima ing Sokalima. Duryudana lan Sengkuni banjur budhal, banjur disusul dening Kurawa
liyane.
Lagya kang ana ing pertapan Sokalima. Pandhita Durna kaadhep dening anak siji-sijine, Aswatama. Ora
let suwe Duryudana lan Sengkuni teka. Sawise ngabarake keslametan, Duryudana ngandhakake niyate njaluk
pambiyantune Begawan Durna supaya nyingkirake Bima. Iki kanggo waluyaning keprabon Astina marang para
Kurawa. Wiwitane Begawan Durna kabotan. Nanging Sengkuni lan Duryudana ngesuk kanthi cara
ngundhamana dedununge Resi Durna ing Astina kang ora ucul saka lelabuhan lan lomane Prabu Dhestarasta.
Kasurung saka utang budi, Resi Durna tundhone saguh mujudi panjaluke Duryudana.
Sawise Sengkuni lan Duryudana lunga, Resi Durna banjur nyeluk Bima. Kanthi alesan kanggo ngluhurake
Pandawa, Bima dikongkon golek banyu panguripan Tirtapawitra menyang gunung Candradimuka. Bima
sanggup banjur enggal-enggal budhal.
Nalika semana kang ana ing pinggire gunung Candradimuka. Ing perenge gunung Candradimuka nalika
Bima lagi ngembrukake wit-wit gedhe lan njegol watu-watu gedhe nggoleki Tirtapawitra, njedhul buta loro
cacahe, Rukmuka lan Rukmakala. Kalorone buta mau nglarang ngrusak tatanan panguripan ing gunung
Candradimuka lan Tirtapawitra ora ana ing gunung kuwi. Dumadi gesehe panemu, banjur dadi bandayuda.
Amarga saka ampuhe kuku Pancanaka, Bima kasil mateni Rukmuka lan Rukmakala, sawise mati jasade badhar
dadi Bathara Indra lan Bathara Bayu.
Bathara Indra nerangake, lamun Tirtapawitra ora ana ing gunung Candradimuka. Bima didhawuhi bali
ngadhep marang Resi Durna njaluk katrangan kang cetha dununge Tirtapawitra. Bima manut. Dheweke bali
menyang Sokalima nemoni Resi Durna. Dene Bathara Indra lan Bathara Bayu bali menyang kahyangan.
Gumelar ing ereng-erenge gunung Cadradimuka. Arjuna lan Yamawidura ketemu karo rombongan
Kurawa. Dumadi bedaning panemu kang ndadekake pasulayan. Arjuna lan Yamawidura dikroyok dening
Kurawa. Bejane nalika Arjuna lan Yamawidura kadhesek, Bima teka langsung mbiyantu dheweke ngoyak
Kurawa. Bima ngomong marang Arjuna lan Yamawidura yen Tirtapawitra ora ana ing gunung Candradimuka.
Dheweke saiki arep bali menyang Sokalima arep njaluk kapesthen Resi Durna, ana ngendi mapane
Tirtapawitra. Katelune banjur pisah lakune. Bima menyang Sokalima, dene Arjuna lan Yamawidura bali
menyang kaputren Astina arep nemoni Dewi Kunti lan kluwarga Pandawa liyane.
Bali ing Pertapan Sokalima. Resi Durna nampa tekane Bima. Kanthi ringkes Bima ngandhakake lamun
Tirtapawitra ora ana ing gunung Candradimuka. Dheweke uga ketemu karo buta loro panjalmane Bathara
Indra lan Bathara Bayu. Dewe kalorone ngendika ing gunung Candradimuka ora ana sing jenenge Tirtapawitra.
Resi Durna ngandhakake, dheweke ndhawuhi Bima menyang gunung Candradimuka mung kanggo nguji
kesabarane Bima. Amarga Bima pancen santosa lan kuwat kekarepane, mula saiki dheweke nuduhake
panggonan mapane Tirtapawitra, yaiku ing dhasare samodra. Bima langsung pamit arep tumuju menyang
segara kidul.
Gelare kaputren Astina. Dewi Kunti lan Puntadewa nampa tekane Arjuna lan Yamawidura. Yamawidura
ngandhakake kabar ketemu karo Bima ing gunung Candradimuka. Bima durung kasil nemokake Tirtapawitra,
mulane dheweke bali menyang Sokalima nemoni Resi Durna. Ora let suwe Bima teka. Bima nyuwun donga
pangestune ibu kan sedulure arep nggoleki Tirtapawitra ing dhasare samudra cundhuk karo dhawuhe Resi
Durna. Dewi Kunti, Puntadewe, Yamawidura, lan Arjuna mbudidaya ngalang-ngalangi Bima supaya murungake
niyate golek banyu suci Tirtapawitra. Dewi Kunti ngandhakake yen barang kuwi ora ana. Kabeh mau mung
rekadayane Resi Durna kang arep nyilakani Bima. Nanging Bima tetep mantep marang kapercayane, lamun
minangka guru, Resi Durna ora bakal nyilakani muride dhewe. Dhawuhe guru kudu ditindakake dening murid.
Tundhone Bima budhal nggoleki Tirtapawitra ing dhasaring samodra. Dewi Kunti dhawuh marang Yamawidura
lan Arjuna ngawat-awati lakune Bima.
Ing dhasare samodra ana ula ngadhang lakune Bima. Pasulayan rame dumadi. Kalorone mbudidaya
nyilakani siji lan sijine. Tundhoning pasulayan, Bima mateni ula kuwi, nanging dheweke uga semaput kena
gitikane buntut ula mau. Bima klelep tekan dhasare samodra.
Katon Dewa Ruci lagi pasatemon karo Bima. Dewa Ruci takon apa kekarepane Bima njegur nganti ing
dhasaring samodra. Bima njlentrehake, yen dheweke nindakake dhawuhe gurune, Resi Durna supaya nggoleki
banyu panguripan Tirtapawitra. Dewa Ruci nerangake, dene Tirtapawitra ora mapan ana ing gunung
Cadradimuka, apa dene ing dhasare samodra. Tirtapawitra sejatine mapan ana ing dhiri pribadine Bima
dhewe, kang wujude inti niyat kanggo tumindak jujur lan berbudi luhur, sarta ngenggonake rasa kurmat
marang sapadhane. Nindakake kabecikan tanpa pamrih, tresna marang sapadhane kaya dene tresna marang
awake dhewe. Saka Dewa Ruci, Bima antuk ajaran / wejangan babagan ilmu kasampurnan, ing antarane
njlentrehake babagan asaling dumadi, sangkan paraning dumadi, lan tataraning dumadi.Bima banjur
didhawuhi bali menyang Astina nglumpuk karo ibune lan sedulure, amarga isih akeh kewajiban kang kudu
ditindakake.
Ana kedadeyan ing gisiking samodra. Arjuna lan Yamawidura geseh panemu maneh karo Kurawa kang
dipandhegani dening Sengkuni kang lagi gawe pager betis ing pinggire samodra. Pasulayan ora isa diendhani
maneh. Kurawa ngroyok Arjuna lan Yamawidura. Bejane nalika kalorone kepepet, Bima jumedhul saka
njeroning samodra. Ngreteni Arjuna lan Yamawidura dikroyok Kurawa, Bima banjur cekat-ceket mbiyantu.
Kurawa ora bisa nandhingi kridhane Bima, banjur kabeh padha mlayu salang tunjang. Banjur Bima, Arjuna, lan
Yamawidura bali menyang Astina.
Nalika semana madeg kaputren Astina. Dewi Kunti kaadhep dening para putrane, Puntadewa, Bima,
Arjuna, Nakula, lan Sadewa, sarta Yamawidura. Bima nyritakake pasatemone karo Dewa Ruci ing dhasare
samodra, lan entuk wejangan babagan sarining panguripan. Dewi Kunti syukur banget, dene Bima kasil slamet
lan lulus saka pacoban kang abot. Dewi Kunti banjur ngajak putra-putrane supaya ngaturake donga marang
Gusti Kang Maha Tunggal, supaya kluwarga Pandawa tansah antuk kawilujengan, rahmat lan hidayah-He..
4. Tuladha crita wayangtema tinamtu

Penilaian Proses dan Hasil Belajar


No Nama Kejujuran Kedisiplinan Tg.jawab Santun
1
2
3
4
5
Ket :
Siswa yang jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan bersikap santun : 1
Siswa yang tidak jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan bersikap santun : 0
Nilai 4 = Sangat baik, 3= baik, 2 = cukup baik, 0-1 = kurang

Penilaian Hasil
- Teknik : Tes Lisan, Produk, dan Kinerja
- Bentuk : Penugasan menulis dan membaca Crita Wayang
- Instrumen : Tes dan Nontes
- Kunci dan Pedoman penskoran

LEMBAR KERJA SISWA

I. Ing ngisor iki ana wangsulan sing bener, pilihen!


1. Nalika ngrungokake crita wayang kulit ing radhio, saben arep ganti adegan mesthi kawiwitan suluk lan
janturan kang nyritakake papan panggonan. Mula saka iku pamireng isa ngreteni babagan ....
a. tokoh d. alur
b. watak tokoh e. pesen/amanat
c. latar
2. Ing crita Dewa Ruci, Bima mituhu kabeh dhawuhe Durna minangka gurune sanajan anggone dhawuh iku
ngetohake nyawa, nanging Bima ora nggresula. Saka crita kasebut pamireng ngreti yen karep saka crita
iku supaya murid bekti karo gurune. Perangan iku mapan ana ing crita kang diarani ....
a. tokoh d. alur
b. watak tokoh e. pesen/amanat
c. latar
3. Sanajan Panakawan (Semar, Gareng, Petruk, lan Bagong) iku dadi batur lan drajate mung cendhek,
nanging disenengi dening para satriya kang duwe tindak laku utama. Kabeh iku kagawa saka tindak tanduk
lan pakarti kang ditindakake Panakawan sing jujur, prasaja, lan ora neka-neka. Pratelan kasebut nuduhake
unsur crita wayang sing diarani ....
a. tokoh d. alur
b. watak tokoh e. pesen/amanat
c. latar
4. Sasuwene ngrungokake crita wayang ing radhio utawa CD, nalika ngancik pathet sanga, satriya kang
sesirih ana ing satengahe alas sabubare rampung mesthi bandayuda karo rata denawa (buta, umume Cakil
lan wadyabalane). Pitutur kang kamot ing lelakon iku yaiku ....
a. satriya kudu wani perang
b. wong kang bakal mulya gedhe pacobane
c. ing alas iku panggonane bebaya
d. buta duwe watak seneng ganggu gawe
e. aja seneng mapan ing papan sepi
5. Ing crita wayang Bharatayuda Jayabinangun, prang antarane Pandawa lan Kurawa iku tundhone
dimenangake dening Pandawa. Sanajan cacahe mung lima, Pandawa isa ngasorake Kurawa kang cacah
satus. Wis kaloka ing jagad Pandawa iku pralambang tindak utama, dene Kurawa iku pangawak
kadurakan, mula ora mokal yen Pandawa iku menang ing yuda. Pitutur kang kamot sajronng crita iku yen
diparibasakake yaiku ....
a. ing ngarsa sung tuladha
b. teteken tekun bakal ketekan
c. titah tan kuwawa mbengkas pesthining Gusti
d. rawe-rawe rantas, malang-malang putung
e. becik ketitik ala ketara

Rungokna crita wayang ing ngisor iki!

Pandu Jumeneng Nata ing Hastinapura

Negara Hastinapura kagungan putra calon gumanti Nata, yaiku kang pambareb Dhestrarastra,
panengahe Pandu, lan warujune Widura. Dhestrarastra, Pandu Dewanata, lan Widura digulawentah lan
digladhi dening Resi Bisma. Katelune iku kang bakal mbacutake keprabone dharah Kuru.Drestharastra
duwe kaluwihan prigel olah jaya kawijayan. Pandu prigel babagan olah kridhaning jemparing, dene Wisura
prigel babagan olah weliding pedhang lan sanjata.
Nanging kang jumeneng nata ing Hastina iku Pandu, jalaran Dhestarastra cacat netra, dene Widura
duwe cacat sukune dawa sesisih.Saka sarasehan agung netepake kang dijenengake nata Pandu.
Dhestarastra lila yen sing kawisudha dadi ratu iku Pandu, amarga dheweke nglenggana duwe kekurangan
kang ginaris dening Gusti Kang Murbeng Jagad. Miturut pemanggihe, nagara kang dipangarsani titah kang
cacat bakal nuwuhake swasana kang ora becik.
Dhestarastra krama karo Dewi Gendari (sedulure Sengkuni) putri ratu Basubala (Suwala) ing nagara
Gandara duwe putra cacah satus kang diwastani Kurawa. Pandu krama karo putri loro, yaiku Dewi Kunti
(Dewi Patra) putrine Prabu Kuntiboja peputra telu Yudhistira, Bima, lan Arjuna. Nanging sadurunge karo
Prabu Pandu, Dewi Kunti wis kagungan putra kang arane Karna. Dene garwa Pandu sijine asesilih Dewi
Madrim, putri Ratu Mandrapati ing Nagara Mandrawisaya (Mandaraka), peputra loro kembar Nakula lan
Sadewa. Widura krama karo Dewi Parasari, putra Maharaja Dewaka sarta kagungan putra kekasih
Wiyansampana (Sunjaya).
6. Paraga utama ing crita kasebut yaiku ....
a. Prabu Pandu d. Prabu Matswapati
b. Prabu Dhestarasta e. Prabu Salya
c. Widura
7. Latar crita iku yaiku ....
a. Mandaraka d. Gandara
b. Suwala e. Dewaka
c. Hastinapura
8. Putrane Prabu Pandu karo Dewi Kunti yaiku ....
a. Kurawa
b. Pandawa
c. Sunjaya lan Wiyansampana
d. Yudhistira, Bima, lan Arjuna
e. Nakula lan Sadewa
9. Undherane crita kang jumeneng nata Hastinapura yaiku ....
a. Prabu Pandu d. Prabu Matswapati
b. Prabu Dhestarasta e. Prabu Salya
c. Widura
10. Saka crita iku, miturut tata aturan ing sajroning karaton kang gumanti nata kudune putra jaler mbarep
sang nata. Nanging Dhestarastra ora gelem gumanti nata amarga ngrumangsani marang kekurangane.
Lelakon iku ngemot pitutur kang becik yaiku ....
a. aja rebutan panguwasa
b. nglengana marang kekurangane
c. negara kang adiluhung
d. ngalah dhuwur wekasane
e. nandur bakal ngundhuh

II. Essay
1. Rungokna crita wayang kang diwaos dening Bapak utawa Ibu guru iki!

PANDAWA LAN KURAWA MEGURU DURNA

Sumber: wayang wordpress.com


Sawise Pandawa lan Kurawa meguru marang Begawam Krepa, sabanjure meguru marang
Begawan Durna, ipenipun Krepa. Caritane mangkene.Begawan Durna iku putrane Resi
Baratwaja.Sawijining wektu Durna karo putrane kang namane Aswatama tumuju menyang nagara Pancala
bakal nemoni kadang sumitrane Sucitra, kang saiki jumeneng nata ing Pancala.Durna ora ditampa malah
kapulasara (dianiaya) dening Patih Gandamana nganti rusak sarirane. Kanthi nggawa lara atine, Durna
mbacutake laku bakal nemoni ipene Krepa Gajahoya. Ing samadyaning laku kepanggih karo Pandawa lan
Kurawa kang lagi dolanan yen jaman saiki bal-balan. Ndilalah bal sing dingo dolanan kecegur sumur, lan
ora ana kang wani njupuk. Kanthi pitulange Durna, bal isa dijupuk kanthi jemparing saka alang-alang. Para
Pandawa lan Kurawa padha kaget lan ngalembana kasektene Durna. Bab iku diaturake marang Bisma.
Miring atur iku Bisma seneng banget jalaran pancen lagi golek guru kang linangkung, mula Durna ditimbali
sarta kadhawuhan anggladhi Pandawa lan Kurawa supaya mundhak kaprigelan jurit lan wawasane.
Durna saguh paring piwucal, nanging kanthi bebena suk yen wisp inter ora kena nulak kabeh
pamundhute Sang Durna. Pandawa lan Kurawa ora wangsulan, mung Arjuna dhewe kang nyaguhi.
Bareng wis sawetara wektu, kabeh padha prigel olah kanuragan lan kawruh apa wae, semono
uga bab kang sinandi. Bima lan Duryudana pinter . Bima lan Duryudana prigel ngginakaken gada, Nakula
lan Sadewa prigel nggunakake pedhang. Yudhistira prigel perang kanthi numpak kreta, Aswatama prigel
ing gunabeksi (obat-obatan), Arjuna prigel jemparing.Ana ing pandadaran siswa Sokalima, Bima tandhing
yuda karo Duryudana, semono uga Arjuna tandhing Karna, sanyatane kabeh padha digdayane.
Sawijining dina Durna kepengin males lara atine marang Drupada kang rikala semana gawe serik
atine. Kabeh satriya diklumpukake, supaya ngrangket Drupada minangka tandha bektine marang
Guru.Para Kurawa ndhisiki nyerang, nanging isa dikalahake.Genti para Pandawa kang nyerang, wusanane
Drupada isa dirangket urip dening Arjuna, kang sabanjure dipasrahake marang Durna.Gandheng Drupada
kalah, Nagara Pancala separo sisih lor dijaluk Durna, dene sisih kidul diprenah Drupada.
Bareng perang wis paripurna, Pandawa lan Kurawa bali menyang Hastinapura. Prabu
Drestharastra seneng banget marang Yudhistira kang awatak adil lan utama, mula bakal dijumenengake
nata nggantekake Pandu.

2. Sebutnaparaga-paraga ing crita wayang iku!


3. Jlentrehna watak-watake para paraga ing crita iku!
4. Andharna wosing crita wayang ing ndhuwur!
5. Wedharna pitutur luhur apa kang bisa kapethik saka crita wayang iku!

Anda mungkin juga menyukai