id
KAJIAN STILISTIKA
PANYANDRA PENGANTEN JAWA
ADAT SURAKARTA
SKRIPSI
Disusun oleh :
ENY PUSPITOSARI
C0107019
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Apabila dikemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi
tersebut.
Eny Puspitosari
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
serta Almamaterku.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat dan
Stilistika Panyandra Penganten Jawa Adat Surakarta”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah,
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, dengan penuh kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan
1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa beserta
2. Drs. Imam Sutarjo, M.Hum selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Jurusan Sastra Daerah yang telah
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kepada penulis selama studi di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
6. Segenap staf Perpustakaan Pusat UNS serta para petugas Fakultas Sastra dan
7. Bapak, Ibu, Mertua dan Suamiku tercinta, yang telah membantu doa dan
8. Teman-teman Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa semuanya
9. Sahabat terbaikku Betha Ericka Ayu, E.B Taqwdaswintrani, dan Tina Subekti
atas dukungan dan semangat yang diberikan, tak lupa Dhagan Widyaloka
karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
Eny Puspitosari
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
PERNYATAAN............................................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
BAGAN ........................................................................................................... xi
ABSTRAK ....................................................................................................... xv
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Antonim ....................................................................... 55
4. Sinonim ........................................................................ 57
5. Kata-kata Kawi............................................................. 61
6. Afiksasi ........................................................................ 63
C. Gaya Bahasa ............................................................................. 71
a. Anastrof .................................................................... 71
b. Asidenton ................................................................. 73
c. Pleonasme................................................................. 74
d. Erotesis ..................................................................... 74
e. Hiperbola .................................................................. 75
2. Gaya Bahasacommit
Kiasan .....................................................
to user 76
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Simile ....................................................................... 76
b. Metafora ................................................................... 79
c. Personifikasi ............................................................. 81
d. Eponim ..................................................................... 81
LAMPIRAN ..................................................................................................... 88
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAGAN
Halaman
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TANDA
LAMBANG
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Eny Puspitosari. C0107019. 2011. Kajian Stilistika Panyandra Pengaten Jawa Adat
Surakarta. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif mengenai Kajian
Stilistika Panyandra Penganten Jawa Adat Surakarta. Masalah yang dikaji dalam
penelitian ini: (1) Bagaimanakah penggunaan aspek-aspek bunyi dalam Panyandra
Penganten Jawa Adat Surakarta?, (2) Bagaimanakah pilihan kata atau diksi dalam
Panyandra Penganten Jawa Adat Surakarta?, (3) Bagaimanakah gaya bahasa dalam
Panyandra Penganten Jawa Adat Surakarta?. Tujuan yang dicapai dalam penelitian
ini adalah mendeskripsikan aspek-aspek bunyi, pilihan kata atau diksi dan gaya
bahasa dalam Panyandra Penganten Jawa Adat Surakarta.
Data dalam penelitian ini berupa data tulis yaitu kalimat panyandra dalam
buku Panyandra Penganten Jawa Adat Surakarta dan data lisan yaitu kalimat
panyandra dalam rekaman pernikahan yang menggunakan adat Surakarta. Sumber
data berasal dari buku dan tuturan panyandra penganten Jawa adat Surakarta.
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penyediaan
data dilakukan dengan teknik pustaka, teknik rekam dan teknik catat. Analisis data
dengan menggunakan metode distribusional dan metode padan.
Metode distribusional digunakan untuk menganalisis aspek-aspek bunyi dan
pilihan kata atau diksi dengan teknik dasar BUL (Bagi Unsur Langsung) dan teknik
lanjutan berupa teknik interpretasi. Sedangkan metode padan digunakan untuk
menganalisis gaya bahasa.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
Pemanfaatan atau pemilihan bunyi-bunyi bahasa yang dipergunakan dalam PPJAS
ditemukan adanya purwakanthi yaitu purwakanthi swara „asonansi‟, purwakanthi
sastra „aliterasi‟, purwakanthi lumaksita. (2) Pemilihan kata atau diksi dalam PPJAS
yaitu digunakannya (a) tembung rangkep yang meliputi dwipurwa, dwilingga,
dwilingga salin swara, (b) tembung garba „sandi‟, (c) antonim, (d) sinonim, (e) kata-
kata kawi, (f) afiksasi arkhais. (3) Pemakaian gaya bahasa dalam PPJAS adalah gaya
bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yaitu (a). gaya bahasa retoris : anastrof,
asidenton, pleonasme, erotesis, hiperbola, (b). gaya bahasa kiasan : simile, metafora,
personifikasi, eponim. Pemakaian gaya bahasa memberikan kesan yang lebih indah
dan estetis.
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
perkawinan merupakan salah satu upacara yang sampai saat ini masih
yang bersifat mistik dan religius. Dari ketiga peristiwa tersebut peneliti hanya
mengkaji tentang manten. Manten (menikah) adalah salah satu peristiwa penting
mengenal adanya tanggal, hari, dan bulan dalam kalender Jawa yang
Tanggal dan hari yang dihindari adalah tanggal dan hari yang merupakan waktu
dihindari adalah bulan suro karena bulan tersebut dianggap sakral oleh
masyarakat.
Selain itu banyak tahapan yang harus dilalui dalam sebuah acara
perkawinan adat Jawa, yaitu nontoni, lamaran, paningset, gethak dina, pasang
tarub, siraman, paes, midodareni, ijab qobul yang menjadi inti acara pernikahan
commit to user
dan acara panggih sebagai puncak resepsi perkawinan. Pada acara resepsi
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
mempelai serta para pengiringnya dengan menggunakan bahasa yang indah atau
indahnya pesta, panyandra itu hanya pantas jika digunakan dalam suasana yang
penuh dengan kebahagiaan dan rasa suka, misalnya pada pesta pernikahan.
Panyandra berasal dari kata candra yang artinya cerita tentang sifat sesuatu
yaitu upacara panggih yang dilakukan setelah upacara ijab qobul. Pelaksanaan
upacara panggih melalui berbagai tahapan, antara lain upacara balang gantal
(melempar sirih yang diikat dengan benang), mecah tigan (memecah telur), mijiki
wacana monolog yang dituturkan untuk satu orang. Sebagai wacana monolog
yang digunakan dalam upacara perkawinan yang dianggap sakral, maka wacana
arkais, bahasa arkais selain digunakan dalam karya sastra juga digunakan dalam
serta lawan bicara. Bahasa panyandra termasuk bahasa rinengga/ bahasa indah.
Ciri bahasa indah bahasa Jawa adalah adanya bentuk-bentuk kawi atau arkais
Contoh :
pramudita, lubering sih darma saking andika sadaya ingkang sampun kapareng
akrama, temah jumbuh ingkang sami ginayuh, sembada ing sami sinedya, lestari
ingkang sami kaesthi, hinaywan dening Gusti Ingkang Maha Hayu, umiring puji
tumpahnya kasih sayang dari Anda semua yang sudah bersedia untuk membantu
dan memberi doa restu agar memberi kekuatan kepada anak saya pengantin
berdua, yang sudah pandai menerima ikatan pernikahan sehingga tercapai apa
yang diharapkan, tercapai yang diinginkan, disetujui oleh Tuhan Yang Maha
Pemberi Selamat, diiringi doa dan restu selamat, selamat, selamat dalam segala
Kata-kata yang sifatnya arkais adalah kata rat pramudita „bumi atau
dunia‟. Hal ini juga berlaku pada bentuk morfologisnya yaitu penggunaan prefiks
(a-) seperti pada kata anambut „menerima‟ dan infiks (-in-) seperti dalam ginayuh
memiliki nilai rasa yang lebih dibanding dengan afiks yang lain. Struktur kalimat
dalam contoh (1) merupakan jenis kalimat majemuk yang terdiri dari beberapa
klausa.
atau asonansi yaitu pengulangan bunyi vokal /a/ yang terdapat pada bagian akhir
suku kata.
kreatif berbahasa untuk menggambarkan suatu hal seperti panyandra, dapat dikaji
bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra atau dapat dikatakan sebagai telaah
bahasa yang indah dan unik untuk diteliti, 3) bahasa panyandra penganten
tidak asal-asalan serta gaya bahasa yang dapat menambah keindahan bahasa
panyandra penganten.
1) Kajian Stilistika Bahasa Jawa dalam Lagu-Lagu Karya Koes Plus oleh Rani
yang berupa parikan, wangsalan, kekhasan bentuk morfologi, dan pola rima.
dan makna yang tergantung dengan konteks sesuai dengan kenyataannya, serta
fungsi lirik lagu bahasa Jawa dalam lagu-lagu karya Koes Plus yakni fungsi
pendidikan, nilai bagi penguasa, nilai untuk kekayaan, dan nilai moral
pergaulan.
Stilistika) oleh Priyanto tahun 2008. Penelitian ini berisi pembahasan tentang
IV.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
dilakukan sehingga menarik untuk diteliti. Adapun penelitian ini diberi judul
B. Pembatasan Masalah
keluar dari sasaran yang akan dicapai. Masalah pada penelitian ini dibatasi pada
kajian stilistika. Stilistika tersebut meliputi aspek-aspek bunyi, diksi dan gaya
C. Rumusan Masalah
berikut:
2. Bagaimanakah pilihan kata atau diksi (masalah ini perlu dikaji untuk
D. Tujuan
berikut :
tidaknya makna: gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan) dalam
E. Manfaat Penelitian
dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh: (1) para
penelitian dan bahan acuan untuk penelitiannya; (4) guru untuk menambah materi
F. Sistematika Penulisan
sistematika penulisan.
Bab III. Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian, data dan sumber data, alat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
Bab IV. Analisis data dan Pembahasan, mengenai aspek-aspek bunyi (asonansi/
Bab V. Penutup, berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
yaitu gaya yang mempunyai hubungan yang erat dengan konteks teks dan konteks
situasi (Sujono dkk, 1988:4). Dalam kajian pustaka ini dijelaskan tentang
pengertian stilistika, panyandra, aspek-aspek bunyi, pilihan kata dan gaya bahasa
dalam PPJAS.
1. Pengertian Stilistika
Pada masa ini style diartikan sebagai teknik serta bentuk gaya bahasa
seseorang dalam memaparkan gagasan sesuai ide dan norma yang digunakan
bahasa), adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang
Stile ditandai ciri-ciri formal kebahasaan seperti pilihan kata, struktur kalimat,
menurut (Leech, 1981 dalam Burhan 1995:277), suatu hal yang pada umumnya
10
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
perpomansinya secara terencana maupun tidak, baik secara lisan maupun tertulis
(Soeparno, 2002:74).
Kata stilistika berhubungan dengan kata Style asal kata stilistics. Pada
perkembangan bahasa Latin kemudian muncul kata stylus dan memilki arti khusus
dalam arti memanfaatkan unsur dan sarana atau kaidah-kaidah kebahasaan, serta
mencari efek yang dapat ditimbulkan dari penggunaan bahasa dalam karya sastra.
Pada prinsipnya pusat perhatian stilistika adalah style atau gaya bahasa, yaitu cara
gaya bahasa dalam karya sastra. Dapat dikatakan bahwa stilistika adalah proses
medium karya sastra yang digunakan oleh sastrawan, sehingga terlihat bagaimana
gagasannya. Semua proses yang berhubungan dengan analisis bahasa karya sastra
seperti diksi, penggunaan bahasa kias, bahasa figuratif, struktur kalimat, bentuk-
bentuk wacana dan sarana retorika lainnya (Edi Subroto dkk, 1997:26).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
saja, melainkan juga studi gaya bahasa pada umumnya walaupun terdapat
variation in the use of language” (Stilistika adalah bagian dari linguistik yang
memusatkan diri pada variasi dalam penggunaan bahasa). (Turner. G.W dalam
serta bentuk tanda lain yang dapat dianalogikan sebagai kata-kata (Aminuddin,
dengan retorika, tetapi tanpa aspek normatifnya; stilistik, ilmu gaya bahasa, juga
pemakaian bahasa yang khas atau istimewa, yang merupakan ciri khas seorang
penulis, aliran sastra dan lain-lain atau pula yang menyimpang dari bahasa sehari-
hari atau dari bahasa yang dianggap normal, baku dan lain-lain (Teeuw, 1984:72).
Sehingga dapat dilihat bagaimana bahasa yang digunakan dalam karya sastra dan
ilmu yang mengkaji karya sastra dengan berorientasi pada ciri-ciri formal
penggunaan kohesi dan lain-lain. Adapun tujuan telaah kajian stilistika yaitu (a)
mencari fungsi estetik karya sastra dan (b) mencari bukti-bukti linguistik. Untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
2. Panyandra
berasal dari kata candra yang artinya cerita tentang sifat sesuatu dengan
bab atau indahnya pesta. Struktur panyandara berbeda dengan strukstur pidato
bahasa yang indah agar lebih menarik. Struktur wacana panyandra tidak terbagi
atas bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian penutup karena isi dari panyandra
3. Aspek-aspek Bunyi
Aspek-aspek bunyi yang dimaksud dalam karya sastra bisa disebut dengan
perulangan bunyi. Adanya pengulangan bunyi akan lebih indah untuk dibaca.
Purwakanthi merupakan hasil dari kesusastraan Jawa, berupa runtutan suara baik
suara kang mburi karo suara kang wis kacetha ing ngarep. „Purwakanthi berasal
dari kata purwa yang berarti permulaan. Sedangkan kanthi berarti teman
pertama dan terakhir serta perulangan vokal u pada suku kata terakhir.
sajak aliterasi yaitu sajak yang berdasarkan pada persamaan suku kata
2005:130). Aliterasi adalah ulangan bunyi konsonan, pada awal kata yang
Misalnya;
suku kata akhir dengan suku kata awal yang bertuturan atau persamaan
huruf akhir dengan huruf awal yang berturut-turut dalam suatu bait/baris
Contohnya;
abdi „hamba‟.
4. Diksi
Diksi berasal dari bahasa latin dicere, dictum yang berarti to say
atau penulisan (Scoot, 1980:170). Pengertian pilihan kata atau diksi lebih luas dari
apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologis, gaya bahasa dan
untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai
perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan perbendaharaan kata atau kosa kata
suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa. (Gorys
Keraf, 2005:24).
Diksi atau pilihan kata memegang peranan penting dan utama dalam
gagasan memang bukan hal yang mudah. Banyak orang yang menggunakan kata
yang boros dan mewah, akan tetapi tidak ada isinya dan tidak dapat mewakili
perasaan sehingga orang yang diajak komunikasi pun tidak dapat menangkap
maksud dan tujuan dari perkataannya. Oleh karena itu, ketepatan memilih kata
sangatlah diperlukan dalam komunikasi agar gagasan yang disampaikan tepat dan
sesuai dengan maksud yang diharapkan. Hal-hal yang harus diperhatikan agar bisa
mencapai ketepatan pilihan kata menurut Gorys Keraf (2006:88) adalah sebagai
berikut:
6) kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatik,
dikenal,
Penggunaan diksi atau pemilihan kata yang akan dikaji dalam PPJAS
adalah (a). tembung rangkep/ reduplikasi, (b). tembung garba, (c). antonim, (d).
sinonim, (e). kosakata kawi, (f). afiksasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
akhir suku kata‟ (4) dwilingga salin swara „perulangan kata berubah bunyi‟.
atau lebih menjadi satu kata. Dalam linguistik tradisional persandian identik
tembung loro utawa luwih banjur luluh dadi siji „kata garba adalah kata yang
terjadi karena pertemuan dua kata atau lebih lalu lebur menjadi satu‟
Persandian ini terjadi apabila kata yang pertama berakhir dengan bunyi vokal
dan kata yang kedua berawal dengan bunyi vokal pula. Dengan adanya
persandian ini terjadilah pengurangan jumlah suku kata (Sujono dkk, 1988:
42). Misalnya kata tekèng „datang di‟ berasal dari kata {teka + ing}, Murbeng
„menguasai di‟ berasal dari kata {murba + ing}, jayeng „menang akan‟ berasal
berubah menjadi è. Sireki „kamu ini‟ berasal dari kata {sira + iki}, yeku „ya
itu‟ berasal dari kata {ya + iku}, kedua sandi tersebut dapat dirumuskan a + i
= e, maksudya bahwa kata pertama berakhir dengan a dan kata kedua berawal
„ketika mendapat‟ berasal dari kata {dupi + antuk} kata dupyantuk merupakan
(c) Antonim
Antonim yaiku tembung, frasa, utawa ukara kang duwe teges walikan
karo tembung, frasa, utawa ukara liyane „antonim yaitu kata, frase, atau
kalimat yang memiliki makna berlawanan dengan kata, frase, atau kalimat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
Keraf (2005:39) Antonim adalah kata yang berlawanan atau sering disebut
lawan kata.
Antonim dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang
lain; satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan satuan
lingual yang lain. Antonim disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi
dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1) oposisi mutlak yaitu pertentangan
makna secara mutlak, misalnya: urip >< mati „hidup >< mati‟, obah ><
mandhek „bergerak >< diam‟. (2) oposisi kutub yaitu oposisi makna yang
tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat gradasi, misalnya: sugih >< mlarat „kaya
>< miskin‟, dawa >< cendhak „panjang >< pendek‟. (3) oposisi hubungan
yaitu oposisi makna yang bersifat melengkapi, masalnya: rama >< ibu „bapak
>< ibu‟, guru >< murid „guru >< murid‟. (4) oposisi hirarkial yaitu oposisi
makna yang menyatakan jenjang atau tingkatan, misalnya: SD >< SLTP ><
SMU >< PT, detik >< menit >< jam, hari >< minggu >< bulan >< tahun. (5)
oposisi majemuk yaitu oposisi makna yang terjadi pada beberapa kata (lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
dari dua), misalnya: berlari >< berjalan >< melangkah >< berhenti. (
Sumarlam, 2009:40-44)
merupakan kata yang maknanya berlawanan antara kata yang satu dengan kata
yang lain.
(d) Sinonim
Sinonim yaiku rong tembung utawa luwih kang wujud lan panulise
beda, nanging duwe teges padha, utawa meh padha „sinonim yaitu dua kata
atau lebih yang wujud dan penulisannya berbeda, tetapi memiliki makna yang
sama, atau hampir sama‟ (Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, 2008: 223).
Menurut Gorys Keraf (2005, 35-36), ada tiga faktor penyebab terjadinya
sinonim, yaitu proses penyerapan, tempat tinggal, makna emotif dan evaluatif.
Dua ujaran dalam bentuk morfem terikat, kata, frasa, atau kalimat yang
bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan
itu berlaku bagi kata, kelompok kata atau kalimat, walaupun yang dianggap
sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama; atau ungkapan yang
satuan lingualnya sinonim dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
kamu = …mu. (2) sinonim kata dengan kata, misalnya: bayaran = gaji, putra =
siwi = atmaja = kulup = yoga „anak‟. (3) sinonim kata dengan frase atau
sebaliknya, misalnya: hujan dan badai = musibah. (4) sinonim frasa dengan
frasa, missal: pandai bergaul = beradaptasi dengan baik. (5) sinonim klausa
persoalan itu.
adalah satu kata atau lebih yang memiliki makna yang sama.
tersebut dapat memancarkan kesan indah dalam puisi. Begitu pula bahasa
upacara perkawinan. Misalnya jalu „laki-laki‟, driya ‟hati‟, amba „aku‟. Kata-
(f) Afiksasi
dan konfiks, yaitu prefiks {ka-D} dan konfiks {(ka-D) (-an, -ing, -aken, -
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
i –aken}; prefiks {sa-D} dan sufiks {-ing}; prefiks {pa-paN-D} dan sufiks {-
an, -a, -ing}; prefiks {pi-D} dan sufiks {-ipun, -ku}; prefiks {pra-D} dan
sufiks {ing} Seselan „infiks‟ {-in-, -um-} dan konfiks yang meliputi (1) {in-
D} dan sufiks {-a, -an, -na}, (2) infiks {-um-D} dan sufiks {-ing, -ning, -a, -
in-} buka, „buka‟, binuka „dibuka‟. {-um-} tata „tata‟, tumata „kelihatan‟. {-
um-} silih „ganti‟, sumilih „berganti‟. Nuansa keindahan terasa bila afiks yang
fungsi dan maknanya sama dibandingkan, misalnya infiks {-in-} dengan {-di-
} pada kata buka, buka dengan menggunakan infik {– in} „binuka‟ terasa lebih
5. Gaya Bahasa
Stilistika adalah ilmu yang meneliti gaya bahasa, akan tetapi pengertian
bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style itu sendiri
merupakan kata Latin dari stilus yaitu semacam alat untuk menulis pada
lempengan lilin. Akan tetapi, pengertian mengenai gaya bahasa dapat dibatasi,
yaitu gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas
ragam bahasa, gejala bahasa, dan rasa bahasa. Dua istilah pertama memiliki
pengertian yang hampir sama yaitu bahasa dalam kaitannya dengan ciri-ciri
keindahan sehingga identik dengan gaya bahasa itu sendiri. Kualitas bahasa
pengetahuan. Ragam bahasa adalah jenis, genre (jenis sastra). Gejala bahasa
dalam sebuah kata, sedangkan dalam pengertian luas menyangkut berbagai bentuk
perubahan bahasa baik lisan maupun tulis, majas termasuk dalam gejala bahasa
yang paling khas. Rasa bahasa adalah perasaan yang timbul sesudah
Ratna, 2009:4). Gaya bahasa memiliki tujuan utama yaitu memunculkan aspek
keindahan. Dalam karya sastra gaya bahasa memegang peranan penting, karena
keindahan. Dalam hubungannya dengan gaya bahasa, karya sastra sebagai salah
satu genre hasil peradaban manusia dan merupakan hasil aktivitas pengarang,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
maka menggunakan bahasa sebagai media utama. Jadi gaya bahasa yang
dimaksudkan pada suatu karya sastra berkaitan erat dengan tujuan dan pribadi
pengarang.
bahasa atau style adalah (1) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang
dalam bertutur atau menulis; (2) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh
Pandangan terhadap gaya bahasa dapat dibedakan dari jenisnya dibagi menjadi
dua segi yakni segi non bahasa dan segi bahasa. Guna melihat gaya secara luas,
maka pembagian berdasarkan masalah non bahasa tetap diperlukan, namun gaya
gaya bahasa berdasarkan pilihan kata dibedakan menjadi gaya bahasa resmi, gaya
bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan, (b) gaya bahasa berdasarkan nada
terdiri dari gaya sederhana, gaya mulia dan bertenaga, dan gaya menengah, (c)
paralelisme, antitesis, dan repetisi, (d) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya
makna terdiri dari gaya bahasa retoris meliputi aliterasi, asonansi, anastrof,
dan gaya bahasa kiasan meliputi metafora, simile, alegori, personifikasi, alusi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Semua ragam gaya bahasa di atas, tidak semuanya yang tercantum ada
dalam PPJAS. Maka penelitian ini hanya mengacu dan menitik beratkan pada
pemakaian gaya bahasa yang terdapat dalam PPJAS yaitu gaya bahasa
Gaya bahasa retoris termasuk dalam gaya bahasa yang maknanya harus
diartikan menurut nilai lahirnya. Sehingga tidak akan timbul kesulitan dalam
memahami kata, frasa atau kalimat apabila pilihan kata tepat. Gaya bahasa retoris
sebagai berikut:
dalam sebuah kalimat, yang berbeda dari susunan biasa. Misalnya, mula
lunga saka papan iki, nyawang solah bawane ora seneng „maka pergi dari
tempat ini, melihat tingkah lakunya‟. Dari contoh tersebut kalimat yang
lebih tepat nyawang solah bawane ora seneng, mula lunga saka papan iki.
b. Asindenton yaitu gaya bahasa yang padat dan mampat, berupa beberapa
arta receh, beras, palawija, kacang kawak dhele kawak. „Segera pengantin
palawija, biji kacang tua dan biji kedelai tua‟. Dari contoh tersebut
beberapa benda seperti uang koin, beras, palawija, kacang tua dan kedelai
atau gagasan. Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu
dihilangkan dan acuan itu disebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu
direstui para orang tua, tetua, orang yang dianggap tua, saudara.‟. Kata
yaitu orang atau pihak yang dianggap tua atau dituakan sehingga menjadi
panutan bagi pihak lain. Begitu juga kadang bermakna sama dengan
efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
bertenaga‟ (pelan-pelan).
segara tansah sabar narima nalika ombak segara kerep nesu „batu karang
ing Pringgondani kang gagah prakasa otot kawat balung wesi ora tedhas
B. Kerangka Pikir
peneliti dalam memahami masalah yang akan diteliti. Objek dari penelitian ini
adalah Panyandra Penganten Jawa Adat Surakarta. Dari panyandra ini peneliti
bahasa dalam karya sastra yang berbentuk tulisan ini merupakan objek dari kajian
stilistika. Wujud pemakaian bahasa tersebut kemudian ditelaah pada aspek bunyi
bahasa, pemilihan kata atau diksi, dan gaya bahasa. Untuk lebih jelasnya dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
PPJAS
Bahasa Jawa
Kajian Stilistika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara, alat, prosedur dan teknik yang dipilih
penentuan sampel data, teknik pengumpulan data dan analisis data (Edi Subroto,
1992:31). Dalam metode penelitian akan dijelaskan mengenai tujuh hal, yaitu (1)
jenis penelitian, (2) sumber data dan data, (3) alat penelitian, (4) populasi dan
sampel, (5) metode pengumpulan data, (6) metode hasil analisis data, (7) metode
A. Jenis Penelitian
Jenis dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena
Dalam penelitian ini data yang terkumpul berbentuk daftar kata-kata. Penelitian
ini berusaha untuk mendeskripsikan data kebahasaan mengenai aspek bunyi, diksi
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
angka.
Sumber data merupakan bahan mentah data atau asal muasal data, bahan
mentah data yang dalam bentuk konkret tampak sebagai segenap tuturan apapun
yang dipilih oleh peneliti karena dipandang cukup mewakili, sumber data
merupakan penghasil atau pencipta data (Sudaryanto, 1990:33). Sumber data tulis
dalam penelitian ini berasal dari buku panyandra penganten Jawa adat Surakarta.
Sumber data lisan dalam penelitian ini berasal dari informan yang berupa tuturan
pambiwara dalam perkawinan Jawa adat Surakarta yaitu Bp. Suharsono yaitu
pambiwara pada perkawinan di Sadaan pada tanggal 15 Juli 2010, Bp. Subari
serta Bp. Joko yaitu pambiwara pada perkawinan di Tegal Gede pada tanggal 25
Oktober 2010.
ada dua yaitu data tulis dan data lisan. Data tulis berupa teks panyandra dalam
buku panyandara penganten Jawa adat Surakarta, sedangkan data lisan berasal
dari rekaman langsung pernikahan yang menggunakan adat Surakarta. Data dalam
penelitian ini adalah kalimat panyandra penganten yang terdapat pada data tulis
atau buku panyandra penganten Jawa adat Surakarta maupun kalimat panyandra
Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
C. Alat Penelitian
Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Disebut alat utama
karena alat tersebut yang paling dominan dalam penelitian, sedangkan alat bantu
penelitian ini adalah peneliti sendiri, sedangkan alat bantu adalah alat tulis, buku
catatan, computer, alat rekam, kertas HVS dan alat lainnya yang dapat membantu
tertentu, populasi merupakan tuturan yang dipilih sebagai sampel maupun tidak
semua kalimat panyandra yang terdapat pada buku panyandra penganten Jawa
adat Surakarta serta kalimat yang terdapat dalam rekaman panyandra penganten
ini adalah kalimat panyandra penganten Jawa adat Surakarta yang mengandung
aspek-aspek bunyi, diksi dan gaya bahasa. Adapun sampel data tulis yang
dimaksud:
1. Buku ‘Tuntunan Kagem Para Pranata Cara Tuwin Pamedar Sabda‘ karangan
Rama Sudi Yatmana, terbit tahun 2005, penerbit CV. Aneka Ilmu, Semarang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
4. Buku ‘Perkawinan Adat Jawa Lengkap’ karangan Andjar Any, terbit tahun
1. Panyandra pada resepsi pernikahan anak dari Bapak-Ibu Sawal Parto Wirejo-
Juli 2010.
2. Panyandra pada resepsi pernikahan anak dari Bapak-Ibu Panut karto Suwito-
Murtini, di Tegal Gede Rt 01, Rw 05, Mayang, Gatak, Sukoharjo. Pada tanggal
25 Oktober 2010.
data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak atau
bahasa (Sudaryanto, 1988:2) adapun teknik dasar yang dipakai dalam penelitian
ini ada dua, yang pertama adalah teknik dasar teknik pustaka dengan teknik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
lanjutan berupa teknik catat. Kemudian yang kedua menggunakan teknik dasar
melakukan penyimakan secara cermat, terarah dan teliti terhadap sumber data
kemudian dicatat sebagai sumber data (Edi Subroto, 1992:42). Teknik tersebut
bahasa lisan yang bersifat spontan dengan menggunakan alat perekam (Edi
Subroto, 1992:36). Kegunaan teknik ini untuk memperoleh data lisan yaitu
1. Metode Distribusional
unsur dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1992:15). Teknik dasar yang digunakan
adalah teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik ini digunakan untuk membagi
satuan lingual data menjadi beberapa unsur dan unsur-unsur yang bersangkutan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
Interpretasi adalah mengguraikan segala sesuatu yang ada dibalik data yang ada
Pada data (3) terdapat asonansi berupa perulangan bunyi vocal a yang
berada pada awal kata yaitu kata arum ‘harum’, angambar ‘menyebar’ dan
(4) Satuhu sampun kembar tresnane, kembar kekarepe, kembar cipta, rasa,
karsane.
Pada data (4) terdapat alisterasi berupa perulangan bunyi konsonan k yang
berada pada awal kata yaitu kata kembar ‘sama’, kekarepe ‘keingginannya’ serta
pasangan dilapisi daun pisang raja, dengan kata lain nyata kalau pertemuannya
mandiri pada dirinya sendiri, ditambah pada kewibawaan, seperti sejajar Ratu
utama’
Pada data (5) tersebut terdapat banyak pilihan kata, antara lain:
utama’.
Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya diluar,
Teknik yang digunakan dalam metode padan adalah teknik Pilah Unsur Penentu
(PUP). Adapun alat yang digunakan adalah daya pilah yang bersifat mental yang
dimiliki oleh peneliti. Daya pilah yang digunakan adalah daya pilah referensial
karena yang diteliti adalah buku, daya pilah ortografis karena berupa tulisan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
(6) Weweging pranaja singset kapathet ing ageman, pindha cengkir gadhing
setubandaning sarira.
‘Payudara ketat tertahan oleh busana, sehingga terlihat keluar ibarat buah
kelapa gading yang masih kecil/ kuning, laksana akan merobek robek kutang
Pada data (6) terdapat gaya bahasa simile yang ditandai dengan kata
pindha ‘ibarat’ pada pindha cengkir gadhing piningit ‘ibarat buah kelapa gading
yang masih kecil dikarantina’ dan yayah ‘laksana’ pada kalimat yayah anjebol-
njebolna mekak madya ‘laksana akan merobek robek kutang’. Selain itu terdapat
metode informal. Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan secara informal
yaitu metode penyajian hasil analisis data yang menggunakan kata-kata biasa atau
sederhana agar mudah dipahami. Analisis metode informal dalam penelitian ini
agar mempermudah pemahaman terhadap setiap hasil penelitian. Selain itu, juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
(Sudaryanto, 1993:145).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Deskripsi hasil analisis pada bab IV ini merupakan inti dari pengkajian
PPJAS (Suatu Tinjauan Stilistika), yang meliputi (i) aspek-aspek bunyi, (ii)
A. Aspek-aspek Bunyi
sehari-hari. Hal itu dilakukan oleh seorang pambiwara untuk menimbulkan nuansa
ekspresi estetis, rasa indah agar lebih menarik dibaca dan didengar. Bahasa
konsonan‟ dan purwakanthi lumaksita „pengulangan kata atau suku kata yang
Jumlah vokal bahasa Jawa ada tujuh vokal, dengan perlambangan yang
ada enam yaitu legena /a/, wulu (…i /i/ ), suku (…u /u/), taling ([… /é/),
39
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
Pada data (07) merupakan bentuk pengulangan bunyi vokal /a/. Perulangan
bunyi vokal /a/ pada suku kata awal dan suku kata tengah pada kata panganten
perulangan vokal a yang terdapat pada suku kata awal yaitu pada kata kakung
Perulangan bunyi pada suku kata awal dan suku kata akhir terdapat pada kata
yang terjadi pada suku kata akhir saja terdapat pada kata wida „wewangian‟.
Pada data (09) sampai (11) merupakan bentuk pengulangan bunyi vokal
/O/. Perulangan bunyi pada suku kata akhir terdapat pada kata teja „sorotan‟,
maya „samar‟, saya „semakin‟, cetha „jelas‟, raharja „selamat‟, sirna „hilang‟,
Perulangan bunyi pada suku kata tengah dan suku kata akhir terdapat pada kata
(08) …, sulistya ing warni, mumpuni ing kardi, dhasar merak ati, atur
panembahe ing Gusti, angrungkebi jejering wanita jati, .…
(TKPP/05/96)
„…, cantik sekali, menguasai tugasnya, sungguh menarik hati,
sesungguhnya, ....‟
Pada data (13) dan (14) merupakan bentuk pengulangan bunyi vokal /i/.
Perulangan bunyi vokal /i/ terdapat pada suku kata akhir pada kata weninging
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
Pada data (15) merupakan bentuk pengulangan bunyi vokal /e/. Perulangan
bunyi vokal /e/ terdapat pada suku kata akhir yaitu kata pepaes „gambar di
kening‟. Pada suku kata tengah pada kata kresna „hitam‟ dan ireng „hitam‟, dan
pada suku kata awal pada kata meles „hitam pekat‟ dan menges „hitam pekat‟.
(10) …, asri dinulu kadi wredhu lumaku ing wanci dalu. (TKPP/05/96)
„ …enak dilihat seperti berjalan pelan diwaktu malam.‟
Perulangan bunyi vokal /u/ terdapat pada suku kata akhir yaitu pada kata dinulu
Perulangan bunyi vokal /u/ terdapat pada suku kata awal yaitu pada kata mudha
dan tinggi. Bunyi konsonan /b, d, g, z, v, w/ adalah bunyi berat. Kombinasi bunyi-
dan bunyi liquida /r, l/ bunyi aspira /s, h/ dan bunyi sengau /m, n, ng, ny/
Aliterasi dalam PPJAS sangat banyak dan menyebar hampir dalam setiap
santunan, .…‟
konsonan k. Perulangan bunyi konsonan k terdapat pada awal kata yaitu pada kata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
.…‟
konsonan t. Perulangan bunyi konsonan t terdapat pada awal kata yaitu pada kata
Perulangan bunyi konsonan /p/ terdapat pada awal kata yaitu pada kata pepuji
konsonan /s/. Perulangan bunyi konsonan s terdapat pada awal kata yaitu pada
Perulangan bunyi konsonan /b/ terdapat pada awal kata yaitu pada kata bibit
keingginannya, .…‟
Perulangan bunyi konsonan /g/ terdapat pada awal kata dan akhir kata yaitu pada
kata gilig „matang pikiranya‟, golong „sudah berkumpul jadi satu‟, serta
pengulangan yang terdapat pada suku kata awal dan tengah adalah kata
gegelengane „keingginannya‟.
Perulangan bunyi konsonan /d/ terdapat pada suku kata tengah yaitu pada kata
„budaya‟.
Perulangan bunyi konsonan /w/ terdapat pada awal kata yaitu pada kata wulan
Perulangan bunyi konsonan /j/ terdapat pada awal kata yaitu pada kata jumangkah
konsonan /j/ yang terdapat pada suku kata awal dan tengah adalah kata jejeg
Perulangan bunyi konsonan /r/ terdapat pada tengah kata yaitu pada kata marbuk
konsonan l. Perulangan bunyi konsonan l terdapat pada awal kata dan tengah kata
yaitu pada kata Linali-lali „dilihat-lihat‟, ngalela „jelas‟, lila „rela‟, lamun
suku kata akhir dengan suku kata awal yang bertuturan atau persamaan huruf
akhir dengan huruf awal yang berturut-turut dalam suatu bait/baris tembang untuk
„pakaian‟.
(32) Saya caket saya caket saya ngalela tempuking catur netra, .…
(RTG/10/2)
„Semakin dekat semakin dekat semakin jelas pertemuan empat
mata, .…‟
Data (37) dan (38) terdapat perulangan bunyi kata yaitu kata sapa „siapa‟
pada data (37) serta kata saya „semakin‟ dan caket „dekat‟ pada data (38).
(36) Ing wuri para putri dhomas sumusul para kulawangsane sri
penganten, .… (SS/02/21)
„Di belakang para wanita pengawal pengantin diikuti para keluarga
pengantin, .…‟
gagahnya.‟
Data (40) sampai (46) adanya pengulangan bunyi kata yaitu pada data (40)
kata sapecak „selangkah‟. Data (41) mesem „senyum‟, data (42) para „para‟, data
(43) kembar „sama‟, (44) wisma „rumah‟, kata sangsaya „semakin‟ pada data (45)
B. Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang tepat, baik dalam kata, frasa maupun dalam
bentuk yang sesuai dengan situasi sehingga memperoleh efek tertentu. Pemakaian
diksi atau pilihan kata yang banyak terdapat dalam PPJAS adalah (1) tembung
rangkep ‟reduplikasi‟, (2) tembung garba ‟persandian‟, (3) antonim, (4) sinonim,
Tembung rangkep utawa reduplikasi dalam bahasa Jawa ada empat jenis
puitis. Deskripsi lebih jelas dapat diperhatikan dalam sajian data berikut ini.
dalam setiap bentuk tembang. Salah satu fungsi dwipurwa adalah untuk
dengan bunyi suku kata awal pada kata yang direkati dalam penulisannya
Pada data (47) selain berfungsi untuk penghias bunyi tanpa merubah kelas
namun merubah arti kata, yaitu membentuk kelas kata sifat (Aj) tetap menjadi
kata sifat (Aj). ...mamanis [memanis] (Aj) „keindahan‟…, terbentuk dari {me +
Pada data (48) selain berfungsi untuk penghias bunyi tanpa merubah kelas
juga tanpa merubah arti, yaitu membentuk kelas kata benda (N) tetap menjadi kata
benda (N). ...jajaka [jejaka] (N) „lelaki‟…, terbentuk dari {je + jaka (N)} „laki-
laki‟.
Pada data (49) selain berfungsi untuk penghias bunyi tanpa merubah kelas
dan arti kata, yaitu membentuk kelas kata kerja (V) tetap menjadi kata kerja (V).
pupuji [pepuji] „doa‟… (V) terbentuk dari {pe- + puji (V)} „doa‟.
Pada data (50) selain berfungsi untuk penghias bunyi tanpa merubah kelas
commit to user
namun merubah arti kata, yaitu membentuk kelas kata sifat (Aj) tetap menjadi
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
kata sifat (Aj). ...bebener [bebener] (Aj) „kebenaran‟…, terbentuk dari {be +
dan arti kata, yaitu membentuk kelas kata kerja (V) tetap menjadi kata kerja (V).
„mengarungi‟.
Pada data (52) membentuk kelas kata kerja (N) dari kata kerja (V) berubah
Pada data (53) selain berfungsi untuk penghias bunyi merubah kelas tanpa
merubah arti kata, yaitu membentuk kelas kata kerja (N) dari kata kerja (V)
menjadi kata benda (N). ...lilintu [lelintu] (N) „ganti‟…, terbentuk dari {le + lintu
(V)} „ganti‟.
Pada data (54) tetap membentuk kelas kata benda (N) dari kelas kata
Pada data (55) selain berfungsi untuk penghias bunyi tanpa merubah kelas
dan arti kata, yaitu membentuk kelas kata verba (V) dari kata benda (N) berubah
menjadi kata kerja (V). ...papaes [pepaes] (V) „gambar‟…, terbentuk dari {pe +
Pada data (56) selain berfungsi untuk penghias bunyi tanpa merubah kelas
dan arti kata, yaitu membentuk kelas kata kerja (V) dari kata benda (N) menjadi
kata benda (V). ...cucundhuk [cecundhuk] (V) „tusuk‟…, terbentuk dari {ce +
Pada data (57) membentuk kelas kata benda (N) dari kata sifat (Aj)
menjadi kata benda (N). ...kakasihe [kekasihe] (N) „kekasihnya‟…, terbentuk dari
Pada data (58) selain berfungsi untuk penghias bunyi merubah kelas dan
arti kata, yaitu membentuk kelas kata benda (N) dari kata sifat (Aj) menjadi kata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
benda (N). ...wawangi [wewangi] (N) „heharum‟…, terbentuk dari {we + wangi
(Aj)} „harum‟.
Pada data (59) membentuk kelas kata benda (N) tetap menjadi kata benda
(N). ...sesekaran [sesekaran] (N) „aneka macam bunga‟…, terbentuk dari {se +
tembung lingga iki ana kang karangkep wutuh lan ana kang karangkep
dasar yang dirangkap secara utuh dan ada yang dirangkap disertai
perubahan. Kata dasar yang dirangkap secara utuh disebut dwilingga dan
(57) commit
Gandrung-gandrung to user (TKPP/05/93)
kapirangu.…
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
sendiri-sendiri, .…‟
Pada data diatas berfungsi untuk penghias bunyi. Pada data (60)
c. Dwiwasana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
„dwiwasana adalah kata rangkap pada akhir suku kata. Dalam PPJAS tidak
dasar yang dirangkap secara utuh dan ada yang dirangkap disertai
perubahan. Kata dasar yang dirangkap secara utuh disebut dwilingga dan
„doa/harapan supaya….‟.
„serba‟.
penunjuk, persandian preposisi ing, dan persandian kata khusus. Berikut disajikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
kakek, .…‟
„sampai pada‟, data (72) jayeng „menang akan‟, terbentuk dari {jaya +
ing} „menang pada‟, data (73) suwaleng „berbeda dengan‟, terbentuk dari
terbentuk dari {tumama + ing} „terkena pada‟, data (75) tekeng „sampai
pada‟, terbentuk dari {teka + ing} „sampai pada‟, data (76) prayitneng
(77) tumibeng „jatuh pada‟, terbentuk dari {tumiba + ing} „jatuh pada‟.
(78) murweng „memulai pada‟, terbentuk dari {murwa + ing} „mulai pada‟
(79) pranawing „terang di‟, terbentuk dari {pranawa + ing} „terang di‟
3. Antonim
Antonim adalah kata yang berlawanan atau sering disebut lawan kata. Hal
(76) Nalika samana ana titahing Gusti ingkang asipat jalu lan
wanita…. (RTG/10/2)
„Dahulu kala ada ciptaan Tuhan yang bersifat pria dan wanita….‟
wanita, .…‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
tengkurap, ....‟
(81) …singkep sindur ingkang awarni rekta miwah seta dene rama
miwah ibu…. (RTG/10/2)
„…pada bahu diberi selendang berwarna merah dan putih oleh
….‟
pada data (81) kakung „pria‟ >< putri „wanita‟ merupakan antonim
mutlak, data (83) jejaka „perjaka‟ >< kenya „perawan‟ merupakan antonim
merupakan antonim mutlak, data (86) lair „lahir‟ >< batin „batin‟
merupakan antonim mutlak, data (87) rama „bapak‟ >< ibu „ibu‟
merupakan antonim hubungan, data (89) kaki „kakek‟ >< nini „nenek‟
4. Sinonim
Satu kata yang memiliki variasi nama lain yang banyak biasanya disebut
(87) Nalika samana ana titahing Gusti ingkang asipat jalu tanampi
wanita.… (TKPP/05/86)
„Dahulu kala ada ciptaan Tuhan yang bersifat pria berpasangan
dengan wanita….‟
pria….‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
yaitu untuk menyebut pria dengan sinonim atau kata lain yang sepadan
yaitu kakung „pria‟ (data 92), jalu „pria‟ (data 93), jejaka „pria‟ (data 94),
priya „pria‟ (data 95). Penggunaan sinonim pada data (92) sampai (95)
dihiasi, .…‟
wanita, .…‟
yaitu untuk menyebut wanita dengan sinonim atau kata lain yang sepadan
yaitu putri „wanita‟ (data 96), wanita „wanita‟ (data 97), kenya „wanita‟
(data 98), wanodya „wanita‟ (data 99), pawestri „wanita‟ (data 100).
Pada data (101) dan (102) terdapat dasanama bapak yaitu rama
„bapak‟ pada data (101) dan bapak „bapak‟ pada data (102). Sinonim yang
Kata Yang Maha „Tuhan‟ mempunyai sinonim antara lain Gusti Ingkang
Ywang Agung, Sang Kwaseng Gesang, Gusti Ingkang Maha Nasa, Gusti Ingkang
Maha Kawasa. Sinonim ini merupakan sinonim frasa dengan frasa. Dapat
Takdir.‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
Murah, ….‟
siwi, atmaja, anak, sinonin ini merupakan sinonim kata dengan kata yang terdapat
Dalam menyebut sinonim hati, terdapat beberapa sinonim yaitu driya, ati,
tyas, wardaya, kalbu, manah, nala, sinonim seperti ini merupakan sinonim kata
5. Kata-kata Kawi
analisis kata-kata Kawi yang merupakan kata benda, kata sifat dan kata kerja.
Kata-kata Kawi yang termasuk ke dalam kelas kata benda terdapat dalam
(122) Enget marang ibu ingkang wus kuwawa dadya papaning yoga
brata…. (TKPP/05/90)
„Ingat kepada ibu yang sudah kuat sebagai tempat bertapa….‟
Dalam data (124) sampai data (129) terdapat kosakata bahasa Kawi yang
termasuk dalam kata benda, yaitu praweswarinata „raja‟, kalbu „hati‟, narpati
„raja‟, drya „hati‟, yoga brata „tempat bertapa‟, wisma „rumah‟. Kata-kata dari
keindahan.
Kata-kata Kawi yang masuk kelas kata sifat yang terdapat dalam PPJAS
sebagai berikut.
.…‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id
Dalam data (130) sampai data (133) terdapat kosakata bahasa Kawi yang
termasuk dalam kata sifat, yaitu kresna „hitam‟, oneng „kangen‟ pekik „tampan‟,
panyandra untuk memperoleh efek keindahan. Dalam data (130) sampai data
(133) sudah jarang sekali digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Pada saat
sekarang kata-kata Kawi sudah banyak digantikan oleh bahasa Jawa baru. Seperti
sulistya „cantik‟ masyarakat sekarang lebih mengenal ayu „cantik‟. Maupun juga
6. Afiksasi
Afiksasi arkhais dalam PPJAS bertujuan untuk mebuat kata, frasa, kalimat
Prefiks {a-}
hitam….‟(SS/02/20)
„berwarna‟
„…membangun kerukunan….‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
„membangun‟
„…mendapatkan godaan.‟
„mendapatkan‟
Berasal dari kata {a-} pait (Aj) „pahit‟, apait (Aj). „sepait‟
ibu….‟ (TKPP/05/84)
(RTG/10/2)
pambuka(N) „pembuka‟
panindaking(N) „pelaksanaan‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
ibu….‟(TKPP/05/101)
„keindahan‟.
(TKPP/05/85)
commit to user
„kewibawaan‟
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
(TKPP/05/92)
„kehadiran‟
(TKPP/05/101)
„ketrampilan‟
(N)„kesantunan‟
(TKPP/05/102)
„berhak/kemurahan‟
waktu ini‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
Infiks {–um-}
(TKPP/05/84)
(UMJGS/94/162)
(TKPP/05/86)
(TKPP/05/86)
ibu.‟(TKPP/05/89)
(TKPP/05/101)
turun….‟(RTG/10/1)
Infiks {–in-}
(154) …, sarta pinilih suruh ingkang matemu rose, .... „…, serta
(TKPP/05/93)
.…‟(UMJGS/94/159)
„digambari‟
(TKPP/05/99)
(TKPP/05/101)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
berdua.‟ (RTG/10/2)
„pengantin‟
Sufiks {–ira}
(TKPP/05/88)
dhaupira„pertemuannya‟ (N)
(N)
„anaknya‟(N)
„ketampanannya‟ (N)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
„perbuatannya‟ (N)
(RSad/10/1)
„perjalanannya‟ (V)
C. Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan salah satu ciri penting di dalam teks sastra. Gaya
menghidupkan makna, memberi citra yang khas, membuat gambaran yang lebih
jelas, serta membuat kalimat-kalimat lebih dinamis dan hidup. Gaya bahasa
berdasarkan langsung tidaknya makna yang terdapat dalam PPJAS yaitu (a). gaya
a. Anastrof
dalam sebuah kalimat, yang berbeda dari susunan biasa. Di bawah ini
lampah…. (SS/02/15)
.…‟
putri dhomas, rama ibu ingkang jumeneng tansah tut wuri handayani
domas orang tua pengantin berdiri dengan doa restunya (tut wuri
dihiasi, …‟. Selain memberi efek yang lebih indah pada nada pengucapan,
gaya inversi pada data (176) dan (177) berfungsi untuk memberi penekanan
Kata-kata itu dianggap penting untuk diberi penekanan agar pesan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
b. Asidenton
beberapa kata yang sederajat berurutan atau klausa yang sederajat, tidak
ngengrenge. (PAJL/85/80)
(TKPP/05/99)
marah‟
pantes. (TKPP/05/95)
perasaan yaitu kogel „tak enak‟, mangkel „sakit hati‟, asemu anyel „marah‟.
commit to user
Begitu juga pada data (180) yang menyebutkan beberapa persamaan yaitu
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id
„pekat sekali‟.
c. Pleonasme
kata yang berlebihan yaitu kata eka berarti juga sawiji/siji „satu‟, adi berarti
dengan linuwih „lebih‟, dasa berarti juga sepuluh „sepuluh‟, dan purwa
d. Erotesis
(176) …, “Suk kapan bisa dadi manten kaya dina iki ?” tansah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
?”.‟
retoris tersebut memberi sentuhan kepada para tamu undangan terutama bagi
e. Hiperbola
sehingga kenyataan itu menjadi tidak masuk akal. Gaya bahasa hiperbola ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
indahnya pakaian.‟
terlihat sangat gemerlap sampai bisa menerangi seluruh ruangan pesta yang
a. Persamaan (simile)
sesuatu sama dengan hal yang lain. Simile banyak mempergunakan kata
commit
kadya, lir, kaya, pindha, dan tosebagainya.
user Dalam PPJAS banyak
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id
berikut.
(SS/02/16)
seperti bidadari….‟
(PAJL/85/85)
tengkurap, ….‟
Pola bahasa figuratif dalam data (187) dan (188) ditandai dengan kata
kadi „seperti‟. Hal ini dinyatakan bahwa putri dhomas kadi widodari
kecantikan para bidadari. Pada data (188) padha karepe kadi „sama
sirih tampak muka dan tampak belakang yang sama dan tidak ada bedanya.
pantese. (PAJL/85/80)
pantas.‟
yang menandai adanya gaya bahasa simile. Dalam data (189) terdapat
commit harimau
tuturan kaya macan luwe „seperti to user lapar‟. Maksud tuturan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
adalah seperti harimau lapar, harimau jika lapar maka jalannya sangat
pelan.
(TKPP/05/88)
Kata lir „seperti‟ dalam data (190) dan data (191) merupakan kata-kata
diibaratkan raja yang penuh wibawa. Dalam data (191) dinasehatkan bahwa
takdir yang diberi Tuhan itu tidak bisa berubah seperti halnya jodoh yang
pengantin berdua….‟
Kata kadya „seperti‟ dalam data (192) dan data (193) merupakan kata-
commit to
kata pembanding yang menandai user gaya bahasa simile. Data (192)
adanya
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
kewibawaan, ….‟
(UMJGS/94/163)
Waruju….‟
b. Metafora
secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Kiasan yang metaforik,
yakni kiasan yang bertumpu pada adanya kesejajaran ciri citraan antara
sesungguhnya tidak sama. Metafora adalah salah satu wujud kreatif bahasa
bahasa dapat memberi lambang baru pada referen tertentu. Metafora dapat
metafora hampir sama dengan gaya bahasa entar. Entar berarti pinjaman,
bahasa entar berarti bahasa pinjaman, yaitu bahas yang tidak bisa diartikan
secara utuh. Dengan kata lain bahasa entar memiliki arti kiasan.
(PAJL/85/81)
perkawinan, karena dalam sehari itu mereka berdandan ala seorang raja dan
commit to user
ragane .… (TKPP/05/90)
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
„mengukir jiwa raganya‟, frasa tersebut bukanlah arti yang sebenarnya, akan
kepribadian seseorang.
c. Personifikasi
perta, .…‟
d. Eponim
sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat. Di bawah ini merupakan
(SS/02/22)
Suwandageni….‟
karena itu, pemimpin kirab bisa dipercaya sebagai seorang penunjuk jalan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
swara ‘asonansi’ berupa vokal /a/, /O/, /i/, è/, /u/ yang paling produktif
digunakan dalam PPJAS adalah bunyi konsonan /k/, /t/, /p/, /s/, /g/, /d/,
berdasarkan persamaan kata, suku kata akhir dengan suku kata awal yang
bertuturan atau persamaan huruf akhir dengan huruf awal yang berurutan
yang terdapat dalam PPJAS yaitu perulangan kata, perulangan suku kata,
perulangan frasa.
‘sandi’ yang berfungsi untuk menyingkat bunyi agar terkesan singkat dan
lebih indah; (3) antonim agar lebih indah; (4) sinonim untuk memperkaya
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id
kosakata agar tidak monoton; (5) kata-kata Kawi; (6) Afiksasi Arkhais
3. Pemakaian gaya bahasa yang terdapat dalam PPJAS adalah gaya bahasa
B. Saran
dalam skripsi ini merupakan penelitian tahap awal dan belum dikaji secara
bahasa Jawa dalam lingkup karya sastra Jawa perlu diadakan penelitian lanjutan
secara komprehensif.
berada di beberapa buku dan sebagian panyandra yang masih digunakan dalam
masyarakat ditinjau dari segi stilistika. Oleh karena itu, diharapkan perlu diadakan
penelitian lebih lanjut dengan pendekatan wacana, semantik, sintaksis dan dengan
commit to user