id
SKRIPSI
Disusun oleh
HIDAYATUR RIYANA
C0208067
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
SWT atas limpahan nikmat, rahmat, inayah, hidayah dan karunia-Nya kepada
dorongan yang telah diberikan oleh semua pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, peneliti dengan segala
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik dan Ketua Jurusan
Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Dra. Murtini, M.S. selaku dosen pembimbing bagi peneliti yang telah dengan
4. Drs. Wiranta, M.S. selaku dosen penelaah bagi peneliti yang telah membantu
5. Kedua orangtuaku Umi dan Abi tersayang, atas dukungan materi dan kasih
sayang yang tak pernah putus sepanjang perjalanan hidup peneliti. Abang
peneliti seorang muslimah berjiwa mulia dan adinda Al-Amalus Sulwana yang
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
M. Fuad, Kartina Devianti, mami Anna, dan warek-warek IPA 3.Juga sahabat-
8. Seluruh keluarga besar kos Raihana dan kos Azzahra atas dukungan dan
10. Teman-teman organisasi BEM FSSR dan BEM UNS kabinet Perlawanan.
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah
sempurna, untuk itu peneliti dengan kerendahan hati menerima saran dan kritik
yang bersifat membangun. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Peneliti
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
C. Perumusan Masalah………………………………………….............. 7
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Populasi ......……………………………………………………... 24
2. Sampel .........................………………………………………….. 25
1. Data .........………………………………………………………... 25
BAB IV PEMBAHASAN
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN …………………………………………………………. 91
B. SARAN ……………………………………………………………… 97
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN LAMPIRAN
Halaman
Lampiran VI Beberapa Kisah dan Puisi Dialog Cinta Oase Samudra Biru 119
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
erat kaitannya dengan penciptaan karya sastra yang berkualitas, yaitu karya sastra
persoalan hidupnya, maka antara karya sastra dengan manusia memiliki hubungan
yang tidak dapat dipisahkan. Sastra merupakan pencerminan dari segi kehidupan
(Sumardjo dan Saini, 1986:16). Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang
studi sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatifnya (kajian semi-
pengarang yang telah dimasak dan diendapkan dalam waktu yang relatif panjang
sehingga menjadi pendorong yang kuat bagi lahirnya karya sastra (Suwardi
Endraswara, 2011:29).
karya-karya ekspresif dalam setiap karyanya. Hal ini mengingat sebuah karya
sastra juga merupakan sebuah aktivitas proses kreatif pengarang, yaitu ketika
Demikian juga yang terdapat dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru
Karya Dinda Natasya dan Anto HPrastyo. Penelitian ini difokuskan kajian pada
proses kepengarangan Dinda Natasya, meski karya tersebut ditulis berdua dengan
Anto Hprastyo. Hal itu karena Dinda Natasya lebih kuat dalam persoalan-
persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta pada karyanya. Anto HPrastyo yang
dikenal dengan nama Samudra Biru dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru,
merupakan kesatuan dari sang Oase yaitu Dinda Natasya. Pertemuan Dinda
Natasya dengan Samudra Biru di situs jejaring sosial facebook, telah memberi
komentar dalam bahasa cinta. Tidak pernah terpikir di benak keduanya bahwa
dalam kehidupan sosial manusia modern. Dinda Natasya yang terlahir dengan
pribadi dengan profesi Dokter Cinta Pertama di Indonesia. Dinda Natasya adalah
permasalahan remaja dan rumah tangga khususnya yang disebabkan oleh urusan
tersebut dimaknai bahwa cinta itu sangat penting karena segala persoalan
kehidupan berawal dari hati dan perasaan, kedua hal tersebut yang menjadi
yang diasumsikan sebagai orang yang mampu menyembuhkan luka hati karena
Dinda Natasya juga seorang penyiar di PAS FM Radio Bisnis Jakarta dan
siaran langsung setiap malam mengudarakan program Curhat mulai pukul 00.00-
dari “pasien-pasien” dan pendengar setianya inilah yang juga menginspirasi Dinda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
Cinta Oase Samudra Biru ini menarik untuk diteliti dengan pendekatan ekspresif.
Selain itu juga karena menyajikan beberapa persoalan sosial yang disebabkan oleh
cinta berupa:
(1) hubungan manusia dengan Tuhannya dalam puisi Kalah (hal 70-71)
(2) hubungan cinta kasih antara remaja dalam puisi Puisi Para Mantan (hal 112)
(3) hubungan dan konflik sosial antara sesama manusia dalam puisi Mimpi 18
hari (hal 15-16), Penjara Cinta, Lewat Tengah Malam (hal 17-18), KPK Untuk
Siapa Kau Ada? (hal 101), Kisah Seorang Pramuria (hal 19), Sombong (hal
(4) konflik dengan batinnya sendiri, dalam puisi-puisi berikut: Cinta Tak Bertuan
Antara Oase, Samudra Biru dan Pandeka (hal 96), Romansa (hal 75), Dialog
Tanpa Suara (hal 64), dan Menunggu Cintaku 1 & 2 (hal 84-85).
Juga beberapa kisah dan puisi yang mendukung analisis dalam penelitian
ini yaitu kisah Tentang Cinta dan Persahabatan 1 dan 2 (hal 5-9), kisah Catatan
Lain Tentang Penjara (hal 12-14), Dialog Oase dan Samudra Biru 1 sampai 4
(hal 27-57), puisi Jatuh Hati (hal 74), puisi Catatan Untuk Putriku Ulang Tahun
Keyko Ke 21 9 Desember 2009 (hal 78-79), Samudra Biru (hal 89), Menyapa
dengan Cinta (hal 93), dan Memilih Cinta (hal 98). Beberapa kisah dan puisi
tersebut yang kemudian dijadikan sampel dalam penelitian ini. Isi dari Dialog
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Cinta Oase Samudra Biru ini juga sarat akan unsur-unsur psikologi, namun
peneliti ingin mencoba untuk lebih mengungkap proses kreatif. Penelitian ini
bertitik tumpu pada proses kreatif dengan meneliti Dialog Cinta Oase Samudra
sendirinya hanya orang yang jiwanya berisi saja yang mampu mengeluarkan
sesuatu dari dalam dirinya. Manusia kosong tidak dapat mengekspresikan apa-
apa. Karya sastra seseorang mencerminkan isi kepribadian orang itu. Pribadi
dan tulus hatinya, akan tercermin dalam karya-karya sastranya (Sumadjo dan
Sebagai salah satu bentuk karya sastra, prosa dan puisi, pada awalnya
masalah yang terdapat di lingkungannya. Puisi ekspresif adalah puisi lirik yang
lambang-lambang, dan persoalan yang dilontarkan dalam sajak adalah milik khas
penyairnya yang akan berubah pula kalau kepribadiannya juga berubah (Sumardjo
karyanya Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang mampu melahirkan pemikiran
ekspresif.
Dialog Cinta Oase Samudra Biru dapat memikat pembaca dengan keindahan
sosial yang disebabkan oleh cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru
yang dijadikan sampel untuk memahami aspek hidup dan kehidupan melalui
Samudra Biru karya Dinda Natasya dan Anto HPrastyo dengan judul ”Proses
Kreatif Dinda Natasya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru: Sebuah
Pendekatan Ekspresif”.
B. Pembatasan Masalah
kepengarangan Dinda Natasya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru untuk
menemukan keekspresifannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
C. Perumusan Masalah
penyempurnaan?
cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru karya Dinda Natasya?
D. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga hasil dari
penelitian dapat diketahui. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut.
penyempurnaan.
cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru karya Dinda Natasya.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
1. Manfaat Teoretis
Samudra Biru.
2. Manfaat Praktis
oleh cinta yang diungkap dalam penelitian ini, pembaca jadi mudah
F. Sistematika Penulisan
penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini menjelaskan tentang arah penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
yang berusaha mengamati proses kreatif Dialog Cinta Oase Samudra Biru dalam
menentukan keekspresifan Dinda Natasya. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai
Bab II merupakan kajian pustaka dan kerangka pikir yang terdiri dari
tinjauan pengarang berupa riwayat hidup pengarang dan studi terdahulu maupun
juga membahas tentang teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu mengenai
Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian,
populasi dan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
bersumber dari Dialog Cinta Oase Samudra Biru dan hasil wawancara dengan
Dinda Natasya.
Bab IV merupakan inti dari penelitian yaitu analisis data. Berupa analisis
proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya mulai dari tahap persiapan, masa
Bab V adalah penutup yang berisi simpulan dan saran yang merupakan
akhir dari penelitian. Penelitian ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan
lampiran yang berisi email hasil wawancara dan karya yang diambil dari Dialog
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
BAB II
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Pengarang
pengarang adalah metode tertua dan paling mapan dalam studi sastra (Wellek dan
Warren, 1993:82).
pengarang. Pendekatan ekspresif dalam penelitian ini juga dikaji melalui proses
kreatif kepengarangan Dinda Natasya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru.
Dinda Natasya adalah Dokter Cinta kelahiran Salatiga, 16 Mei 1968, terlahir
dengan nama Rr. Putri Dwirahayu Sipmi Cahayaningsih. Seorang pribadi dengan
profesi Dokter Cinta Pertama di Indonesia, karena Dinda Natasya adalah orang
dan rumah tangga khususnya yang disebabkan oleh urusan cinta (Dinda Natasya
cinta itu sangat penting karena segala persoalan kehidupan berawal dari hati dan
penyebutan dirinya sebagai “dokter cinta” yang diasumsikan sebagai orang yang
yang disiarkan secara langsung mulai pukul 00.00-02.00 WIB. Di waktu yang lain
menyediakan obat-obatan herbal yang baik untuk kesehatan jiwa dan raga. Dinda
Natasya juga sibuk di organisasi yang dipimpinnya yaitu Pondok Curhat Dinda
Natasya Indonesia. Dinda Natasya juga pernah bekerja sama dengan Yayasan
Padepokan Lindu Aji yang bergerak di bidang pendidikan dan olah raga, sosial
WIB).
dalam perjalanan hidupnya: rasa sendiri, bingung, kecewa dan putus asa mungkin
akan menjadi penyebab utama hancurnya sebuah kehidupan baik itu dalam hal
karir, prestasi maupun rumah tangga. Jika hati sedang gelap, pikiran tak bisa
digunakan dengan baik. Mata juga tak bisa melihat dengan baik, jika tak
menemukan orang-orang yang bisa dipercaya dan tak ada lagi solusi yang
ditemukan maka hal-hal yang muncul justru akan semakin memperburuk keadaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
Akhirnya seseorang yang tengah putus asa lebih memilih mati saja karena sudah
hatinya tetap ada semangat untuk paling tidak berusaha menemukan seseorang
seseorang yang membuatnya tetap sadar dan terjaga untuk menghadapi masalah,
bertemu dengannya. Dinda Natasya adalah sebuah pribadi, manis, baik hati, dan
tidak sombong yang dapat dijadikan teman, sahabat, kakak, Ibu, bahkan kekasih.
Dinda Natasya adalah orang yang mampu memberikan kesejukan bagi orang lain
hanya mulalui suara dan kata-katanya. Dinda Natasya mampu mengenali pribadi
karakter dan masalah yang dihadapi oleh seseorang hanya dari membaca
tulisannya. Karena semua kepekaan dan kebaikan hatinya itulah, Dinda Natasya
mampu menjadikan dirinya sebagai penerang dan penyejuk hati bagi siapa saja
WIB).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
Perempuan Jawa yang suka tirakat ini mudah beradaptasi, suka berbagi,
dan memiliki hobi di bidang sosial. Dinda Natasya juga berkarya sambil beramal
sekaligus belajar, karena itu mendengarkan dan mempelajari karakter orang lain
sudah menjadi kesenangan yang juga sudah menjadi bagian hidup Dinda Natasya.
Menjunjung tinggi tata krama, budaya dan budi pekerti, menikmati semua seni
budaya anak manusia tanpa terkecuali sebagai bagian dari ekspresi diri, cinta
terhadap sesama manusia dan lainnya. Hal-hal yang berkaitan dengan kodrat
wanita adalah perhatian utama, menjadi wanita ratu rumah tangga itulah cita-
citanya. Seperti lilin yang bersinar sampai padam walau meleleh, seperti karang
tetap tegar diterpa ombak itulah semboyan hidup Dinda Natasya (Dinda Natasya
Dialog Cinta Oase Samudra Biru (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:2).
2. Penelitian Terdahulu
dipublikasikan diantaranya:
Judul penelitian “Proses Kreatif Riri Riza dalam Penulisan Skenario Film
ELIANA” oleh Riri Riza. Dengan rumusan masalah dalam penelitian (1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
ELIANA, ELIANA” ditinjau secara umum, yaitu mulai dari munculnya ide,
kebudayaan dan sistem nilai bangsanya baik yang homogen maupun yang
berbentuk puisi atau prosa, dan menandai ciptaannya ini dengan citra
disimpulkan beberapa hal: (1) ide cerita “ELIANA, ELIANA” tumbuh karena
ketertarikan Riri Riza tentang sosok wanita Minang yang dikenalnya, yaitu
dari bulan Juni 2000 sampai bulan Agustus dibantu Prima Rusdi. Tahapan
proses kreatif Riri Riza menganut Triangel System, yaitu sutradara, penulis
skenario dan produser film duduk dalam satu kursi. Pada tahap
pemotongan adegan, (2) dalam menulis skenario film “ELIANA, ELIANA”, Riri
terjadi saat Eliana dan Bunda bertemu. Film karya Riri Riza tidak sedang
menjual mimpi, tidak ada jagoan, juga tidak ada tokoh utamanya menderita
comberan, kamar kontrakan yang mirip kapal pecah, suasana toko-toko setelah
tutup, atau gudang tua dengan dinding yang penuh dengan grafiti di daerah
Kota Jakarta.
b. Skripsi Budi Waluyo C0294009 (2000), Sastra Indonesia FSSR UNS, dengan
judul “Obsesi Pengarang dalam Naskah Lakon Pedati Kita di Kubangan Karya
kehidupan yang tak mampu dipahami oleh manusia yang berada di dalamnya.
Sumber data primer adalah naskah lakon “Pedati Kita di Kubangan” yang
diterbitkan oleh ISI Press Surakarta, sedangkan sumber data sekunder berasal
deskriptif yaitu suatu metode yang berusaha untuk menjabarkan apa yang
Pendekatan ini mendefinisikan puisi atau karya sastra sebagai sebuah ekspresi
curahan atau ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi pengarang yang
Dari analisis dapat disimpulkan bahwa ekspresi pengarang dalam naskah lakon
ini meliputi lima hal yaitu: gaya bahasa dan gaya penulisan, obsesi tentang
B. Landasan Teori
1. Pendekatan Ekspresif
and The Lamp: Romantic Theory and The Tradition menyimpulkan bahwa secara
umum kecenderungan utama teori ekspresif dapat dirangkum dengan cara ini:
sebuah hasil seni pada dasarnya sesuatu dari dalam yang dibuat eksternal, dari
hasil proses kreatif yang bekerja di bawah dorongan perasaan yang diwujudkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
dalam hasil kombinasi persepsi, pemikiran, dan perasaan seorang penyair (M. H.
Abrams, 1971:22).
elemen dalam situasi total suatu karya seni yang dideskriminasi dan dibuat
menonjol oleh satu sinonim atau lainnya, dalam hampir semua teori yang
First, there is the work, the artist product itself. And since this is a human
product, an artifact, the second common element is the artificer, the artist.
Third, the work is taken to have a subject which, directly or deviously, is
derived from existing things-to be about, or signify, or reflect something
which either is, or bears some relation to, an objective state of affairs. This
third element, whether held to consist of people and actions, ideas and
feelings, material things and events, or super-sensible essences, has
frequently been denoted by that word-all-work, „nature‟; but let us use the
more neutral and comprehensive term, universe, instead. For the final
element we have the audience: the listeners, spectators, or readers to whom
the work of art is addressed, or to whose attention, at any rate, it becomes
available (Abrams, l971:6).
Melalui teori di atas, kita mengetahui bahwa pertama, ada suatu karya
sastra (karya seni); kedua, ada pencipta (pengarang) karya sastra; ketiga, ada
semesta (alam) yang mendasari lahirnya karya sastra; dan keempat, ada penikmat
karya sastra (pembaca). Menurut Abrams keempat hal ini dapat dijadikan sebagai
teori perbandingan agar lebih mudah untuk menganalisis dalam ranah kritik seni
Berdasarkan teori di atas, karya sastra dapat dipandang dari empat sudut
pandang: (a) mimetik (b) pragmatis (c) ekspresif dan (d) objektif (M. H. Abrams,
1971:8-29). Cara pandang terhadap karya sastra semacam itu dalam memahami
atau menelaah karya sastra bisa difokuskan pada: (a) penjelasan seni sebagai dasar
commit
tiruan dari aspek-aspek alam adalah to user mimetik, (b) efek karya sastra
pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
(c) pengarang bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ekspresif, dan
(d) karya sastra sebagai karya yang mandiri adalah pendekatan objektif. Tetapi
sebagai sebuah ekspresi, curahan atau ucapan perasaan, atau sebagai produk
itu melihat ke dalam karya sastra untuk menerangkan tabiat khusus dan
pengalaman. Pengalaman di sini ialah jawaban (response) yang utuh dari jiwa
utuh karena tidak hanya meliputi kegiatan pikiran atau nalar, akan tetapi juga
kegiatan perasaan dan khayal atau imajinasi (Sumardjo dan Saini, 1986:10).
dan Sejarah bahwa seorang pengarang berhadapan dengan suatu kenyataan yang
bentuk realitas objektif yang ada dalam masyarakat. Apabila seorang pengarang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
merasa tidak puas dengan realitas objektif itu, mungkin saja pengarang lalu
tidak memuaskan atau penuh dengan ketidakadilan. Setelah ada suatu sikap, maka
realitas objektif yang sementara ini ditolak pengarang. Hal inilah yang kemudian
Pengarang ingin berpesan kepada pihak-pihak lain tentang sesuatu yang dianggap
dunia rekaan sang penciptanya. Karya sastra novel misalnya, menyuguhkan cerita.
Tokoh-tokoh berikut perilaku yang menyertai dan segala aspek pendukung cerita
itu merupakan hasil kreasi dari pengarangnya. Sebagai karya seni, karya sastra
diciptakan dengan menonjolkan aspek seninya (aspek estetis) dalam upaya untuk
WIB).
2. Proses Kreatif
yang tidak bisa diabaikan, karena hal itu menentukan mutu karya ciptaannya
kreatifnya lebih suka menyinggung prosedur teknik yang dilakukan dengan sadar
karya, atau karyanya sebagai cermin atau prisma dari pribadi mereka. Cukup jelas
alasan seniman-seniman yang sadar diri untuk menyatakan bahwa karya mereka
bersifat tidak personal. Jadi seakan-akan mereka memilih tema seperti seorang
editor yang menghadapi masalah estetika (Rene Wellek dan Austin Warren,
1993:101).
penciptaan karya sastra. Tetapi biografi dapat juga dinikmati karena mempelajari
intertektualnya, yang tentu menarik. Biografi dapat juga dianggap sebagai studi
yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatif (Rene Wellek dan
itu, karya sastra adalah karya yang ditulis oleh pengarang. Pengarang tidak
terlepas dari latar belakang sosial budayanya. Maka semuanya itu tercermin dalam
seluruh tahapan, mulai dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra
pengarang, justru bagian akhir ini merupakan tahapan yang paling kreatif (Wellek
Williem Miller dalam buku Jakob Sumardjo yang berjudul Catatan Kecil
terkenal, yaitu menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi
gagasan. Banyak yang melakukan secara spontan, tetapi juga ada yang berkali-
kali mengadakan koreksi dan penulisan kembali. Artikel ini ditulis sekitar sejam,
tapi ada juga penulis yang melakukannya berhari-hari. Potensi dan tabiat orang
memang tidak sama. Namun dalam kerja menulis, cepat atau lamban, selalu
empat tahap proses kreatif menulis. Pertama, tahap persiapan, dalam tahapan ini
seorang penulis telah menyadari apa yang akan dia tulis dan bagaimana ia akan
menuliskannya. Apa yang akan ditulis adalah gagasan, isi tulisan. Sedang
bagaimana ia akan menuangkan gagasan itu adalah soal bentuk tulisannya. Soal
Kedua, tahap inkubasi (masa pengendapan atau meditasi). Pada tahap ini
pengendapan ini biasanya konsentrasi penulis hanya pada gagasan itu saja. Di
menggelisahkan. Inilah saat “Eureka” yakni saat yang tiba-tiba seluruh gagasan
menemukan bentuknya yang amat ideal. Gagasan dan bentuk ungkapnya telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
jelas dan padu. Ada desakan kuat untuk segera menulis dan tidak bisa ditunggu-
tunggu lagi. Kalau saat inspirasi ini dibiarkan lewat, biasanya bayi gagasan akan
segeralah lari ke mesin tulis atau komputer atau ambil bolpoin dan segera
menulis. Keluarkan segala hasil inkubasi selama ini. Tuangkan semua gagasan
yang baik atau kurang baik, muntahkan semuanya tanpa sisa dalam sebuah bentuk
tulisan yang direncanakannya. Rasio belum boleh bekerja dulu. Bawah sadar dan
kesadaran dituliskan dengan gairah besar. Hasilnya masih suatu karya kasar,
ini berupa tulisan, maka istirahatkanlah jiwa dan badan anda. Biarkan tulisan
masuk laci. Kalau saat-saat dramatis melahirkan telah usai dan otot-otot tak kaku
lagi, maka bukalah laci dan baca kembali hasil kasar dulu itu. Periksalah dan
nilailah berdasarkan pengetahuan dan apresiasi yang kau miliki. Buang bagian
yang dinalar tak perlu, tambahkan yang mungkin perlu ditambahkan (Jakob
Sumardjo, 1997:69-72).
C. Kerangka Pikir
berikut.
Natasya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
4. Tinjauan pengarang atau riwayat hidup pengarang juga dijadikan sebagai acuan
Bagan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menurut Atar Semi dalam
penelitian kualitatif dalam kajian sastra, antara lain: (1) peneliti merupakan
instrumen kunci yang akan membaca secara cermat sebuah karya sastra, (2)
penelitian dilakukan secara deskriptif, artinya terurai dalam bentuk kata-kata atau
gambar jika diperlukan, bukan berbentuk angka, (3) lebih mengutamakan proses
mengundang penafsiran, (4) analisis secara induktif, dan (5) makna merupakan
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah Dialog Cinta Oase Samudra Biru. Adapun populasi
sampling dari penelitian ini adalah beberapa puisi dan kisah yang diambil dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang berkaitan erat dengan latar belakang
masalah.
1. Sampel
bukanlah duplikat atau “replika” yang cermat, melainkan hanya sebagai “cermin
sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-
sifat yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan populasi yang sudah
sosial yang disebabkan oleh cinta. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah
beberapa puisi dan kisah yang diambil dari Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang
1. Data
Data yang digunakan adalah data kualitatif yaitu data yang disajikan
dalam bentuk kata verbal, bukan dalam bentuk angka. Data dalam bentuk kata
commit to user
verbal sering muncul dalam kata yang berbeda dengan maksud yang sama, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
sebaliknya; sering muncul dalam kalimat panjang lebar, yang lain singkat
melainkan perlu dilacak kembali maksudnya:dan banyak lagi ragamnya. Data kata
verbal yang beragam tersebut perlu diolah agar menjadi ringkas dan sistematis
kalimat, dan diksi), perilaku masyarakat, buku-buku, dokumen, arsip dan lain-
lain. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa kisah dan
puisi dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru untuk menentukan proses kreatif
2. Sumber Data
yang kemudian dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Data-data penelitian
itu juga berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Data-
data yang diperoleh dalam penelitian ini mempunyai sumber yang jelas dan pasti.
a. Informan
Sumber data dalam penelitian ini adalah informan, yaitu Dinda Natasya.
b. Kepustakaan
Samudra Biru karya Dinda Natasya dan Anto Hprastyo yang diterbitkan pada
tahun 2010 oleh Mata Aksara dan hasil wawancara dengan Dinda Natasya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
memperoleh data yang berkualitas. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini
adalah melalui penggolongan klasifikasi Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang
sesuai dengan tujuan penelitian dan wawancara terhadap pengarang (teknik kerja
logis, analisis dengan logika, dengan induksi, deduksi, analogi, komparasi dan
sejenis itu (Tatang M. Amirin, 1990:95). Sesuai dengan penelitian ini yang berupa
penelitian kualitatif, maka teknik analisis data dari penelitian ini berupa
pendeskripsian data penelitian secara kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini
faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungannya dengan fenomena
yang diteliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
Dalam penelitian ini data dianalisis dari segi proses kreatif pengarang
Tahap ini adalah tahap untuk memberikan penjelasan arti bahasa sastra
dengan sarana analisis, parafrase, dan komentar, biasanya terpusat terutama pada
1995:93).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
kesimpulan ini melalui ragam induktif, yaitu teknik penarikan kesimpulan yang
generalisasi yang mempunyai sifat umum. Dalam generalisasi semacam ini sudah
tentu hal-hal atau peristiwa-peristiwa khusus yang dijadikan dasar generalisasi itu
masih termasuk dalam daerah generalisasi yang dianggap benar itu. Artinya, jika
generalisasi itu diambil, maka harus ada kococokan hakekat (Sutrisno Hadi,
1983:42).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Tahap Persiapan
pada sejauh mana pemikiran dan pengalaman yang dialami oleh pengarang. Karya
sastra yang berkaitan erat dengan latar belakang kehidupan pengarang juga tidak
terlepas dari peran pengarang dalam mengolah tahapan ini. Peran pengarang
Tahap persiapan, dalam tahapan ini seorang penulis telah menyadari apa
yang akan dia tulis dan bagaimana ia akan menuliskannya. Apa yang akan ditulis
adalah gagasan, isi tulisan. Sedang bagaimana ia akan menuangkan gagasan itu
adalah soal bentuk tulisannya. Soal bentuk tulisan inilah yang menentukan syarat
karyanya nanti. Meski tidak banyak persiapan yang dilakukan Dinda Natasya
dalam proses perciptaan karya sastranya. Dinda Natasya menulis hanya karena
apa yang dilihat dan didengarnya. Dinda Natasya selalu menempatkan dirinya
pada posisi mereka yang menjadi inspirasinya agar dapat ikut merasakan apa yang
mengaku dirinya lebih cepat berbicara daripada menulis. Bagi Dinda Natasya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
begitu ada topik yang “dilemparkan” untuknya maka dengan cepat sajak-sajak
akan mengalir dari ucapannya. Hal ini disebabkan dari kebiasaan Dinda Natasya
sebagai penyiar yang telah terlatih untuk bereaksi spontan terhadap suatu masalah
Spontan adalah serta merta; tanpa dipikir; atau tanpa direncanakan lebih
dulu; melakukan sesuatu karena dorongan hati, tidak karena dianjurkan dsb
puisi yang terdapat dalam judul dan lariknya. Seperti dalam puisi PadaMu (hal
72), Tak Sepi (hal 73), dan Romansa (hal 75). Judul-judul dan larik-larik yang
bahwa puisi tersebut memang merupakan puisi yang bersifat ekspresi spontan dari
Dinda Natasya. Berikut kutipan salah satu dari ketiga puisi di atas yang
ROMANSA
Di dinding kamarku
Putih susu
Diam memandang
Kala mataku pejam.
Disudut ranjangku
Bayang keemasan
Hangat menyusup
Saat tubuhku tergetar
Di langit-langit malamku
Romansa tertinggal
Penuh bisik lirih
Saat anganku terkenang
Wangi cendana membingkai indah
commit to user
Wajah cinta dalam rona pelangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Indah tercium
Walau hasrat tengah tenggelam
Wahai
Kidung asmarandana
Kau di sini
Tinggal di kamar hati
Menebar romansa asmara
dengan profesinya sebagai penyiar yang terbiasa berpikir cepat dan dapat
diberikan untuknya. Sama halnya ketika dalam tahap persiapan ini, Dinda Natasya
tidak memerlukan banyak persiapan untuk menulis. Karena sebagai penyiar yang
sudah cukup berpengalaman selama lebih dari 25 tahun, Dinda Natasya juga
banyak menyimpan pengalaman, baik itu dari dirinya maupun dari pendengarnya
Jadi, ketika itu Bunda tulis peristiwanya, hal-hal yang penting apa. Nanti
kalau sudah ada waktu, tidak lama sih, maksudnya beberapa waktu kalau itu
pagi atau malamnya yang penting tidak jauh dan masih ingat langsung
dibikin. Tapi, tulisan tangan itu ya dicatatan...
Karena Bunda dipakai siaran, dipakai siaran itu tidak menganggap. Beda ya,
jadi ga pakai laptop, kalau orang kan tulis dulu di .... terus pakai laptop.
Ngomongnya kita cepat ya kalau nulis, dalam hitungan menit kita harus
sudah, ada kasus hitungan menit, Bunda harus On Air lagi. Jadi kalau ada
ide sekelebat masuk ya langsung catat, sampaikan, nanti kan kalau itu
penting ke belakangnya itu baru dikembangkan di..di apa, ditulis lebih luas
gitu kan wawasannya ditambahin supaya membaca juga itu bisa jadi ilmu
gitu (Wawancara Dinda Natasya, 31 Maret 2012).
ini untuk menciptakan karya-karyanya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru,
commit
terutama persoalan-persoalan sosial to user
yang disebabkan oleh cinta. Cinta dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
pengertian yang luas yaitu cinta kepada Tuhan, sesama mahkluk sosial, kisah
kasih pria dan wanita, orang tua kepada anak, dan sebagainya. Hal tersebut
Ya Allah
Padamu bersimpuh di ujung sajadah
Menggenggam tasbih
Pejam tertunduk
Hingga basah mata
Mengigil ngilu
Merindui hadirmu di setiap waktuku
Engkaulah hidupku... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:72)
Wujud cinta kepada Tuhan sangat terlihat dalam kutipan puisi PadaMu
di atas. Dinda Natasya mengungkapkan bahwa wujud cinta itu dilakukan dengan
diakhiri dengan membaca tasbih yang tampak dalam puisi tersebut merupakan
wujud nyata kecintaan Dinda Natasya pada Tuhannya. Wujud cinta Dinda
Natasya yang lain yaitu sesama mahluk sosial tampak dalam kutipan berikut.
sosial juga tampak dalam kutipan puisi Cinta Tak Bertuan Antara Oase, Samudra
Biru dan Pandeka, yaitu “...Dan sesungguhnya cinta tak bertuan. Ia milik siapa
commit to2010:96).
saja” (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
Maksud dari judul dan kutipan puisi yang saling berkaitan di atas adalah
cinta Dinda Natasya, Samudra Biru, dan Pandeka dapat dimiliki oleh siapa saja.
Hal ini barkaitan dengan profesinya sebagai “dokter cinta” yang menerima dengan
tangan terbuka bagi siapa saja yang datang padanya untuk mencurahkan isi
hatinya. Dinda Natasya selain menjadi pendengar setia, ia juga mampu memberi
percintaan antara pria dan wanita. Hal tersebut tampak dalam kutipan puisi
Aduhai
Betapa indah cinta menyapa dunia
Santunmu sesakkan dada
Bukan lembut buai angin menerpa ilalang
Senja itu milikku, biarlah kubingkai dengan hatiku...
(Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:93)
seseorang yang sedang jatuh cinta kepada lawan jenis atau dapat dikatakan mabuk
cinta. Mabuk adalah berbuat di luar kesadaran; sangat gemar (suka); tergila-gila;
dengan hal ini kisah percintaan tak selalu sesuai harapan, ada yang patah hati
karena cinta. Hal tersebut tampak dalam judul puisi Puisi Para Mantan, yang
commit to user
mencerminkan tentang kisah cinta yang sudah berakhir sehingga orangnya disebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
dengan mantan (misalnya mantan kekasih). Mantan adalah bekas (Dendy Sugono,
2008:514), sedangkan kekasih merupakan (orang) yang dicintai; buah hati (Dendy
ditujukan untuk pacar tetapi juga merupakan istilah penyebutan bagi bekas atau
cinta hadir kapan saja, kepada siapa saja, dan di mana saja. Termasuk cinta orang
tua kepada anaknya yang tidak pernah pudar dan tercermin dalam puisi berjudul
Untuk Kedua Puteraku (hal 104-106) dan Catatan Untuk Putriku Ulang Tahun
Dari judul puisinya saja sudah sangat terlihat bahwa Dinda Natasya ingin
menunjukkan betapa besar rasa cintanya untuk kedua anaknya. Menuliskan puisi
khusus untuk anak-anak istimewanya itu. Cinta Dinda Natasya juga layaknya
cinta seorang ibu sepanjang masa, hal tersebut tampak dalam kutipan puisi
yaitu“...May Allah bless you: little princess. Cinta ibu hidup dalam jiwamu tak
Dinda Natasya untuk kedua anaknya. Pada larik “...May Allah bless you: little
bahwa Dinda Natasya mendoakan anaknya yang pada saat itu sedang berulang
tahun di usia 21 tahun. Meski putrinya telah memasuki usia dewasa Dinda
Natasya masih menganggapnya sebagai putri kecil atau “little princess” karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
rasa sayangnya yang tidak pernah berkurang sejak putrinya berusia dini hingga
dewasa.
Demikian itu pengertian cinta yang luas, cinta yang tak mengenal ruang,
jarak, dan waktu. Cinta yang dapat singgah di hati siapa saja, kapan saja, dan di
dari pendengar pada acara siaran langsungnya di PAS FM Radio Bisnis Jakarta
dan orang-orang yang sudah sering membaca beberapa petikan tulisan Dinda
tulisan-tulisannya.
sastra sebelum akhirnya menuliskan apa yang telah menjadi gambaran pengarang.
dengan yang lain agar dapat berkumpul, (3) mengolah adalah memasak
lebih sempurna, dan (4) memikirkan di sini adalah mencari upaya untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
menuliskan. Tidak sulit bagi Dinda Natasya untuk mencari dalam tahapan ini,
karena ia banyak mendapat inspirasi dari pengalaman hidup baik diri sendiri
dengan tidak disadari telah terkumpul banyak hal sehingga menjadi konsep
dalam tulisan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Salah satu
yang menjadi cerminan dari hal tersebut terdapat dalam pernyataan Dinda Natasya
dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru yaitu Catatan Lain Tentang Penjara.
puisi Mimpi 18 Hari (hal 15) dan kisah Catatan Lain Tentang Penjara (hal 12-14)
Kedua, tahap inkubasi (masa pengendapan atau meditasi). Pada tahap ini
mana saja dia berada dia memikirkan dan mematangkan gagasannya (Jakob
Sumardjo, 1997:70).
pikiran negatif menjadi lebih bermanfaat untuk orang lain dan juga dirinya secara
selain membaca kembali beberapa kali sambil meneliti apakah pesan yang
disampaikan lewat tulisannya itu sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pemikiran
Dinda Natasya atau tidak. Juga apakah bisa dipahami atau dicerna dengan mudah
atau tidak oleh pembaca (Email Dinda Natasya, 3 Februari 2012 pukul 21.59
WIB).
sebagai salah satu penyeimbang untuk mendapatkan katarsis yaitu penyucian diri
yang membawa pembaruan rohani dan pelepasan diri dari ketegangan (Dendy
sebagai pengalihan dari pikiran negatifnya terhadap suatu keadaan yang kemudian
pembacanya. Namun tidak semua pemikiran setiap pembaca itu sama, karena
pembaca memiliki cara pandang yang berbeda. Cara pandang tersebut juga
dengan hal tersebut, peneliti dapat menangkap hal positif dari hasil bacaannya
sehingga dapat menjadi hal yang lebih bermanfaat dan dijadikan sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
pengalaman yang dialami oleh diri sendiri, kita juga dapat belajar dari
pengalaman orang lain. Bagi peneliti, orang yang tidak memiliki banyak
Hal di atas tercermin dalam puisi Dinda Natasya yaitu Kalah (hal 70-71)
KALAH
Ya Allah
Engkau mengajariku cinta
Dalam kegalauan mencoba mencari
Apa makna yang telah kau beri
Tentang memberi dan menerima
Tentang ketulusan dan keikhlasan
Ya Allah
Hari ini aku tersesat jauh
Dalam perjalananku meraih cintamu
Seseorang datang menghadang langkahku
Aku gagal mendapatkanmu
Karena aku memberi seluruh cintaku
Dan menerima fatamorgana ini
Yang telah menjauhkanku darimu
Ya Allah
Inilah tipu muslihat cinta
Yang ku lihat adalah kesenangan dunia
Kebahagiaan semu yang ternyata membuatku menderita
Karena cintaku telah melebihi persembahanku padamu
Ya Allah
Jika akhirnya tangis dan sesal
Tak bisa lagi menolong
Siapakah yang akan selamatkanku dari siksa ini
Jika bukan karena kasih sayangmu
Ampunilah aku ya Tuhanku
Karena cinta ini telah membutakan matahatiku
Ya Allah
commit
Bebaskan aku dari penjara cinta ini to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
tentang kekalahan manusia, ketika manusia itu kalah dalam menempatkan dirinya
di posisi sebagai manusia. Karena hidup, mati, rezeki, dan terutama jodoh adalah
milik Tuhan artinya manusia semestinya tunduk dan patuh terhadap takdir yang
menjadi kehendak Tuhan. Kemudian dalam puisi Kalah (hal 70-71), Dinda
terhadap nafsunya sendiri. Dalam menulis puisi tersebut, Dinda Natasya banyak
tertekan dan bersalah atas apa yang terjadi dengan hatinya. Maka dari itu, puisi
tersebut juga merupakan doa yang disampaikan Dinda Natasya dalam memohon
ampun dan petunjuk kepada Tuhan agar manusia tersebut dapat kembali menjadi
makhluk yang bertakwa, yaitu terpeliharanya sifat diri untuk tetap tata
pembacanya atau orang lain. Hal tersebut tentunya dengan tujuan agar pembaca
dapat mengambil sisi positif dari tulisan Dinda Natasya dan dapat dijadikan
sebagai pembelajaran dan doa. Seperti yang diungkapkan Dinda Natasya berikut.
penggunaan ejaan yang salah pada kata ganti “-Mu” dalam larik: “…Dalam
Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:70-71). Kata ganti “-Mu” dalam larik-larik
depan huruf “m”. Hal tersebut merupakan kesalahan editor dalam menafsirkan
puisi dari rekaman siar Dinda Natasya ke dalam tulisan saat menyusun buku
Dialog Cinta Oase Samudra Biru. Karena seharusnya kata ganti tersebut ditulis
menggunakan huruf “m” kapital dengan tanda hubung (-) di depan huruf “m”
kapital. Jadi, kata ganti “-Mu” tersebut sebenarnya dimaksudkan untuk semua
kebesaran dan segala milik Tuhan, sehingga “-Mu” adalah Tuhan. Hal tersebut
juga karena penulisan “Mu” tanpa tanda hubung (-) yang dilakukan oleh Dinda
Natasya dapat diartikan sebagai penyatuan yang sangat antara mahluk dan
Kalau dipenulisan, sorry, kalau Bunda itu kan menulis gunanya untuk
disiarkan ya. Di siaran itu tidak bisa dibaca antara “Mu” besar “Mu” kecil,
jadi kalau misalnya kitanya sudah disiarkan direkam kemudian di, ee
sesuatu yang direkam kemudian ditulis. Ejaan dibaca sama ejaan ditulis kan
tidak, tidak bisa dimengerti oleh orang yang mengedit...”
Bunda kan biasa menggunakan tulisan untuk siaran, untuk audio bukan
visual jadi karena kebiasaan bekerja di radio kadang-kadang orang selalu
akan salah menafsirkan kata-kata “Mu” besar “Mu” kecil kecuali kalo diapa
ya, ditunjukkan dalam kalimat yang memang diartinya ada perbedaan antara
menulis “Mu” besar dan “Mu” kecil. Semua kata “Nya”, “Mu” atau yang
menjadi nama dengan huruf besar pasti adalah katakan di Tuhan, kan gitu.
Ya, penafsiran editornya saya rasa yang berbeda (Wawancara Dinda
Natasya, 31 Maret 2012).
Kompensasi lain yang dilakukan oleh Dinda Natasya sebagai salah satu
commit
Mana janji manismu, cinta setia to user
sampai mati
Kini tak ada tersisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
tentang kisah cinta seseorang yang sedang patah hati. Dinda Natasya
sehingga mampu membangkitkan semangat meski telah patah hati. Seperti dalam
penyiar selama lebih dari 25 tahun menjadi pendukung utama dalam terciptanya
Dialog Cinta Oase Samudra Biru. Hal tersebut diakuinya karena bahasa yang
digunakan seorang penyiar adalah bahasa tutur, sehingga jarang menulis. Dinda
Natasya juga mengakui bahwa Dialog Cinta Oase Samudra Biru adalah buku
pertama dan untuk pertama kalinya ia menulis dan mencoba memindahkan apa
yang biasa disampaikan di udara ketika sedang siaran ke dalam tulisan (Dinda
kutipannya.
...Saya lebih cepat bicara dari pada menulis. Bisa seketika saya lakukan
begitu ada topik yang menggelitik pikiran saya. Mungkin kebiasaan saya
siaran yang menyebabkan saya terlatih untuk bereaksi spontan terhadap
suatu masalah. (Email Dinda Natasya, 3 Februari 2012 pukul 21.59 WIB).
atau dapat dikatakan juga memiliki wawasan yang luas. Maka saat Dinda Natasya
ingin menulis atau diberi suatu topik sebagai bahan pembahasan, ia akan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
cepat mengutarakan dan mengeluarkan satu per satu pendapat dan curahan
hatinya.
Karya sastra merupakan satu hal yang tidak terlepas dari proses kreatif
tentang suatu realitas objektif tersebut akan memunculkan inspirasi atau ide untuk
inspirasi yang dituangkan ke dalam karya oleh Dinda Natasya. Realitas objektif
Realitas objektif tersebut tampak dalam Kisah Seorang Pramuria di atas yaitu
pekerjaan tersebut karena mudah dan cepat mendapatkan uang serta tidak capek.
amat ideal. Gagasan dan bentuk ungkapnya telah jelas dan padu. Ada desakan
kuat untuk segera menulis dan tak bisa ditunggu-tunggu lagi. Kalau saat inspirasi
ini dibiarkan lewat, biasanya bayi gagasan akan mati sebelum lahir. Gairah
menuliskannya lama-lama akan mati. Dalam tahap inspirasi atau munculnya ide
ini, Dinda Natasya juga melakukannya dengan spontan seperti pada tahapan-
tahapan sebelumnya. Hal tersebut tampak dalam kutipan hasil wawancara melalui
Engga, biasanya ada ide dikit, ada ide langsung sedikit baru ditulis, ditulis
bentuk puisinya sesudahnya, jadi engga seketika. Yang seketika itu biasanya
ide, karena kan disaat seketika muncul. Kalo Bunda tuh ngeliat orang,
bicara sama orang, terus melihat berita atau wajah-wajahnya, kebetulan
mengalami sesuatu Bunda bisa merasakannya secara emosional jadi otak
masuk secara emosi seolah ikut terlibat, merasakan betul gitu, gitu kan. Jadi,
ketika itu Bunda tulis peristiwanya, hal-hal yang penting apa. Nanti kalo
sudah ada waktu, engga lama sih, maksudnya beberapa waktu kalau itu pagi
atau malamnya yang penting tidak jauh dan masih inget langsung dibikin.
Tapi, tulisan tangan itu ya dicatatan... (Wawancara Dinda Natasya, 31 Maret
2012).
Karya Dinda Natasya dan Anto HPrastyo dalam bukunya Dialog Cinta
mula ketertarikan Dinda Natasya dalam dunia kepenulisan adalah bermula dari
pertemuannya dengan Anto HPrastyo atau dikenal dengan nama Samudra Biru
dalam buku Dinda Natasya melalui situs jejaring sosial facebook. Anto telah
banyak memberi perubahan cara pandang Dinda Natasya terhadap dunia tulis
menulis. Dalam siaran langsungnya di PAS FM Radio Bisnis Jakarta, cinta adalah
pokok bahasan utama yang harus selalu ada dalam setiap pembicaraan Dinda
beberapa komentar dalam bahasa cinta (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
2010:viii). Bahasa cinta hanya merupakan istilah yang digunakan oleh Dinda
Natasya, karena yang dimaksudkan bahasa cinta adalah isi tulisan-tulisan Dinda
Natasya yang berkaitan erat dan membahas semua hal tentang cinta.
mendapatkan pesan melalui SMS dan facebook dari pendengar dan teman-teman
facebooknya yang berisi tentang seputar kisah kasih mereka. Kisah-kisah itulah
yang menjadi salah satu inspirasi Dinda Natasya dalam memunculkan ide untuk
setiap karyanya. Dalam proses pemunculan ide Dinda Natasya juga banyak
dan penyair yang sudah cukup dikenal banyak orang dan telah menerbitkan buku
Masa pubertas biasanya terjadi di usia 13 tahun pada remaja putri dan 14
tahun pada remaja putra. Pada masa ini seorang anak mengalami masa peralihan
dari anak-anak ke masa remaja. Dalam masa peralihan ini anak-anak juga
mengalami pencarian jati diri dan melewati proses sebagai pendewasaan bagi
anak-anak. Pencarian jati diri biasa dilakukan dengan mencoba segala hal yang
berasal dari rasa ingin tahunya yang besar. Pendewasaan adalah proses, cara
Puberty age: roughly, about age 14 in boys and 13 in girls, though with wide
variations.
Puberty rites: in cultural anthropology, the ceremonies of initiation whereby
the elders of tribe recognize the new status of these who have reached the
puberal growh stage (Harriman, 1963:146).
Natasya berikut.
Dari judulnya saja puisi tersebut sebenarnya dapat diperuntukkan secara umum,
kekasih”, tapi dapat juga sebagai “mantan istri/suami”. Namun pada larik-lariknya
“...Untuk yang patah hati : Bangun!” bahwa yang sedang mengalami kegagalan
dalam percintaan dan dirundung patah hati. Karena dalam masa pubertas tersebut,
remaja lebih mudah patah semangat hidupnya setelah mengalami patah hati oleh
karena pada usia ini mereka cenderung masih labil. Namun Dinda Natasya
mengemas nasihatnya dengan apik bahwa justru dengan patah hati seseorang
dapat kembali bangkit menjadi pribadi yang kuat. Seperti dalam kutipan “…Roda
memang telah berputar. Musim telah berganti” bahwa kesedihan akan berganti
dengan kebahagiaan karena roda kehidupan terus berputar. Pada larik tersebut
juga menunjukkan bahwa kesedihan pun dapat diolah menjadi power atau
seseorang dapat kembali bahagia, namun ada proses yang harus dilalui untuk
bahagia, tergantung orang tersebut memilih larut dalam kesedihan atau segera
bangkit. Dinda Natasya menggunakan puisi ini sebagai pengingat untuk remaja
agar mampu mengendalikan diri sehingga tidak lari pada hal-hal negatif dan dapat
Dari judul puisi di atas juga dapat dilihat penggunaan tanda baca yang
belum lazim digunakan oleh kebanyakan penulis yaitu tanda titik dua (:) seperti
dalam larik “...Untuk yang patah hati : Bangun!”. Tanda titik dua (:) seharusnya
digunakan yaitu (1) pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
atau pemerian, (2) tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan, (3) dipakai sesudah kata atau
ungkapan yang memerlukan pemerian, (4) dipakai dalam teks drama sesudah kata
judul puisi yang berbeda dengan kefungsian tanda titik dua (:). Dinda Natasya
“Bangun”, karena menurutnya itu adalah hal yang paling penting dari
keseluruhan isi puisi tersebut yaitu bangun dari keterpurukan yang disebabkan
oleh cinta. Dinda Natasya mengeksplorasi tanda titik dua (:) sebagai jeda
beberapa puisi berikut yang menggunakan tanda baca titik dua (:) secara tidak
lazim.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
MEMILIH CINTA
Walau hati berkata
Lillahita‟ala: kupilih dia karena agamanya
Bagaimanapun pilihan harus diambil… (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,
2010:98)
karya dengan spontan. Hal ini disebabkan dari kebiasaan Dinda Natasya sebagai
penyiar yang telah terlatih untuk bereaksi spontan terhadap suatu masalah. Jadi,
saat ide muncul Dinda Natasya dapat melakukannya dengan cara spontan pula.
Bahkan ia mengaku dirinya lebih cepat berbicara daripada menulis. Bagi Dinda
Natasya, begitu ada topik yang “dilemparkan” untuknya maka dengan cepat sajak-
sajak akan mengalir dari ucapannya (Email Dinda Natasya, 3 Februari 2012 pukul
21.59 WIB).
terjadi pada tahap ini. Namun dalam tahap ini kespontanan Dinda Natasya lebih
diolah untuk memunculkan ide. Kespontanan tersebut tentu tidak terjadi begitu
Dinda Natasya sehingga ketika ada topik yang berkaitan dengan pengalamannya,
itu terbukti dalam beberapa puisi Dinda Natasya yaitu Dialog Cinta Oase dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
dirinya sebagai Oase dan Anto HPrastyo sebagai Samudra Biru. Berikut kutipan
SAMUDRA BIRU:
Hai! Gadis di awan malam, kemarilah!
Agar kudapat berenang di telaga matamu
Lelahku luluh hilang terangkan terangkum angan malam
Hingga jelang di sepertiga jalan nanti
Kan kukecup nafasmu hingga didih darah dalam nadiku
OASE:
Kan kujawab segera wahai yang menunggu
Berenanglah engkau malam ini di telaga mataku
Tenggelamlah engkau di malamku
Sebab kini kupenuhi dunia dengan roh cinta jika saja kau mau... (Dinda
Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:27)
pikiran kalut, mudah emosi, suka berbohong, berani dan durhaka kepada orang
tua, putus sekolah dan hamil di luar nikah, kehilangan masa depan dan semangat
hidup sehingga ingin bunuh diri. Banyak pula perbuatan mereka melanggar
kesusilaan serta hukum. Semua disebabkan oleh putus cinta (Dinda Natasya dan
Hal-hal yang berkaitan dengan hal di atas tampak dalam kutipan puisi
Jatuh Hati (hal 74), yaitu “...Itulah kenapa aku tak mau. Jatuh hati..!” (Dinda
Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:74). Dari larik tersebut dapat dilihat bahwa
pengalaman buruk tentang percintaan di masa lalu dapat membuat seseorang atau
anak remaja menjadi berpikiran sempit, tidak bersemangat atau lemah sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
Tentang Cinta dan Persahabatan 1 (hal 5-6) dan kisah Tentang Cinta dan
cinta. Perasaan cinta mampu menguasai orang yang merasakannya sehingga hal-
hal tersebut dapat terjadi. Perasaan cinta yang dapat menimbulkan hal-hal negatif
berupa sakit hati, lemah sehingga patah semangat, dsb. Dari kutipan “Cinta
membuatmu ingin mengatur. Dan cinta bisa membuatmu buta...”, tampak sekali
bahwa perasaan cinta yang menguasai seseorang dapat membuat orang tersebut
menjadi buta atau tidak dapat melihat kebenaran atau kebaikan dalam suatu
hubungan. Orang yang sedang dibutakan oleh cinta juga menjadi over protective
Namun perasaan cinta yang terkesan negatif tersebut tidak melulu buruk,
melainkan ada juga sisi positif darinya. Kesan negatif yang dimunculkan sesudah
orang merasa sakit hati dan lemah, maka akan timbul semangat baru dalam
kehidupan orang tersebut. Seperti yang tampak dalam kutipan puisi Puisi Para
Puisi di atas menyampaikan pesan bahwa kegagalan dalam suatu hubungan tidak
lantas membuat hidupnya berhenti. Karena semangat hidupnya orang akan dapat
tersebut membuatnya selalu tergelitik untuk menuangkan segala hal yang menjadi
Wahai
Tak berotakkah kau
Bengis dan sombong
Keji picik menghujam perih
Di setiap laku dan ucapmu
Bak sumpah serapah
Pendusta penjilat nista
Jika tak disebut munafik
Sungguh kesal...
...Sisakan jiwa suci
Agar hidup lebih berarti
Bertobatlah segera
Sungguh mulia (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:68-69).
sekitarnya, yaitu orang-orang yang sombong dengan harta dan kekuasaannya agar
segera bertobat. Karena, harta dan kekuasaan tidak lantas menjadikan hidup
sosial lain, Dinda Natasya merasa gelisah dan menyampaikan pesan agar segera
bertobat. Persoalan sosial lain yang tampak dalam puisi tersebut berupa
commit
penggambaran orang yang munafik, to user dan dari kutipan “...Keji picik
pendusta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
menghujam perih. Di setiap laku dan ucapmu...” juga mencerminkan orang yang
seluruh waktu dan pikirannya untuk mereka. Tidak lain agar mereka mampu
berpikir positif, bermental andal dan selalu memiliki semangat, cita-cita yang
tinggi dengan segudang prestasi serta tidak mudah menyerah dalam berbagai
ini demi terciptanya generasi penerus bangsa yang lebih baik lewat tulisan dan
Pada tahap ini, Dinda Natasya menuliskan dengan cepat dan spontan.
Barangkali jika tidak, maka kemungkinan besar ide yang baru saja muncul akan
cepat hilang atau mati. Bagi Dinda Natasya tidak perlu waktu berlama-lama lagi
untuk menuliskan ide atau gagasannya. Karena seperti yang telah dibahas dalam
Hal tersebut juga dikarenakan profesinya sebagai penyiar yang dituntut serba
cepat dalam berpikir dan lebih banyak bicara. Berikut kutipan hasil wawancara
Iya, kayak gini, kadang-kadang kayak gini, kalau puisi seketika itu pada,
pada artinya mungkin bisa langsung lebih tajam ya karena kan seketika itu
kan murni, orisinil gitu. Tapi kalau digubah, kepentingannya kan estetika
untuk kepenyiarannya. Harus ada suara yang, untuk cara membacanya di
radio itu didengarkan itu nyaman, enak, lurus tidak kudruh atau ruwet gitu
loh. Jadi, sesuatu yang mudah dicerna dan enak untuk dinikmati walaupun
itu sebuah kalimat yang dibaca dengan bergaya kan gitu. Jadi kalo, puisi
mungkin Bunda kan tidak berpuisi seperti para puitis ee apa ya itu para ee
itulah seniman yang begitu puitis di panggung seperti itu ya karakternya.
Kalo Bunda kan suaranyacommit to userhanya karakter suaranya karena
betul-betul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
menampilkan orang tanpa ee apa namanya ee figur ya, sosok, jadikan benar-
benar hanya duduknya sangat santai ya jadi penguasaan suara itu yang
penting (Wawancara Dinda Natasya, 31 Maret 2012).
Pada tahap penulisan, kalau saat inspirasi telah muncul maka segeralah
lari ke mesin tulis atau computer atau ambil bolpoin dan segera menulis.
Keluarkan segala hasil inkubasi selama ini. Tuangkan semua gagasan yang baik
atau kurang baik, muntahkan semuanya tanpa sisa dalam sebuah bentuk tulisan
yang direncanakannya. Rasio belum boleh bekerja dulu. Bawah sadar dan
kesadaran dituliskan dengan gairah besar. Hasilnya masih suatu karya kasar,
masih sebuah draft belaka. Spontanitas amat penting di sini (Jakob Sumardjo,
1997:71-72).
pesan yang disampaikan lewat tulisannya itu sesuai dengan yang dimaksudkan
oleh pemikiran Dinda Natasya atau tidak dan bisa dipahami atau dicerna dengan
mudah atau tidak oleh pembaca. Proses penyempurnaan yang dilakukan Dinda
Natasya ini juga terkait dengan tahap inkubasi atau pengendapan. Hal tersebut
tampak dalam kutipan email yang dikirimkan oleh Dinda Natasya kepada peneliti
berikut.
Saya termasuk orang yang bisa menulis secara spontan. Saya tak banyak
melakukan proses pengendapan selain membaca kembali beberapa kali
sambil meneliti apakah pesan yang saya tulis sesuai dengan maksud saya
atau tidak dan apakah bisa dipahami atau dicerna dengan mudah atau tidak.
Saya lebih cepat bicara dari pada menulis. Bisa seketika saya lakukan begitu
ada topik yang menggelitik pikiran saya. Mungkin kebiasaan saya siaran
yang menyebabkan saya terlatih untuk bereaksi spontan terhadap suatu
masalah (Email Dinda Natasya, 03 Februari 2012 pukul 21.59 WIB).
Dinda Natasya menulis karena apa yang dilihat dan apa yang didengarnya. Dinda
objek pemikirannya dan berusaha ikut merasakan apa yang sedang mereka
melainkan mata pena (Email Dinda Natasya, 3 Februari 2012 pukul 21.59 WIB).
kekhasan tersendiri bagi Dinda Natasya sebagai seorang penulis yang berprofesi
penyiar dan konsultan persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta. Sedikit banyak
Dinda Natasya selain memiliki banyak pengalaman dan bertemu banyak orang, ia
lain tentang kehidupan mereka. Dari hal tersebut Dinda Natasya juga banyak
dan pikirannya sehingga saat Dinda Natasya diberi topik atau pertanyaan maka
akan dengan cepat Dinda Natasya mengekspresikan dalam bentuk puisi. Selain
karya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembacanya seperti yang telah
Dinda Natasya dalam tahap ini tampak dalam ungkapannya pada kutipan hasil
wawancara berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
ee..apa..ee ada sih, catetannya kalo tak copyin, tapi kalo diKalah itu ga ada
gantinya gitu, Kalah itu asli, asli sekali tulis langsung jadi tanpa ralat. Kalo
ga salah ada, kalau ga salah ada...
...atau mungkin satu aja, satu aja udah cukup kalo „Kalah‟ paling karena itu
coretan tangan ya. Kalau misalnya garis-garis atau apa itu (Wawancara
Dinda Natasya, 31 Maret 2012).
penyempurnaan, yaitu puisi Kalah (hal 70-71), Puisi Penjara Cinta, Lewat
Tengah Malam (17-18), dan puisi KPK Untuk Siapa Kau Ada? (hal 101-103).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
KALAH
Ya Allah
Engkau yang mengajariku cinta
Dalam kegalauan mencoba mencari
Apa makna yang telah kau beri
Tentang memberi dan menerima
Tentang ketulusan dan keikhlasan
Ya Allah
Hari ini aku tersesat jauh
Dalam perjalananku meraih cintamu
Seseorang datang menghadang
langkahku
Aku gagal mendapatkanmu
Karena aku memberi seluruh cintaku
Dan menerima fatamorgana ini
Yang telah menjauhkanku darimu
Ya Allah
Inilah tipu muslihat cinta
Yang kulihat adalah kesenangan dunia
Kebahagiaan semu yang ternyata
membuatku menderita
Karena cintaku telah melebihi
persembahanku padamu
Ya Allah
Jika akhirnya tangis dan sesal
Tak bisa lagi menolong
Siapakah yang akan menyelamatkanku
dari siksa ini
Jika bukan karena kasih sayangmu
Ampunilah aku ya Tuhanku
Karena cinta ini telah membutakan
matahatiku
Ya Allah
Bebaskanlah aku dari penjara cinta ini
Biarkan aku kembali padamu
Jangan kau hokum aku atas semua
kesalahan ini
Karena mencintainya melebihi cintaku
padamu
Seperti yang seharusnya
(Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,
2010:70-71)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
KPK, oh KPK
Apakah engkau ini sebenarnya
Seperti tsunami memporak-porandakan
tatanan
Begitu banyak kehidupan yang engkau
renggut
Begitu banyak harapan kau sirnakan
Apakah engkau ini musibah
Apakah engkau ini anugerah?
KPKku malang
Kemanakah nurani jika mata tak lagi
melihat
Kemanakah serunai jika telinga tak lagi
mendengar
Apakah engkau ini buta
Apakah engkau ini pekak?
KPK, oh KPK
Aku bicara atas nama cinta
Ketika gerhana tiba dan gelap melanda
Kau tak akan mengalahkanku
KPK, oh KPK
Jubah mana yang kau kenakan
Apakah kau ini malaikat
Apakah kau ini petunjuk
Kemanakah perginya sang penyeru
Pemberi ingat jiwa yang lupa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
KPK, oh KPK
Kemanakah hatimu
Jika nurani terbelenggu jeruri besi
Dimanakah tempatmu?
Jika saja engkau bermata
Maka siapakah engkau ini sebenarnya
6 Januari 2008
(Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,
2010:101-103)
Tampak jelas dari perbandingan ketiga puisi di atas dan dari pemaparan
oleh Dinda Natasya. Ada beberapa perubahan dalam teknis penulisan yaitu berupa
penggunaan tanda baca, eksplorasi tanda baca titik dua (:), dan perubahan kata.
Seperti pada judul puisi Kalah, yang dilakukan penghilangan dua tanda seru (!!)
dan tanda tiga titik (…) dari tulisan asli yaitu pada larik “Ya Allah…” pada saat
dicetak menjadi “Ya Allah”, hal tersebut merupakan perbedaan penulisan pada
tulisan asli dan pada saat dicetak. Tanda tiga titik (…) sebenarnya merupakan
tanda baca yang penting dalam larik puisi karena tanda tiga titik (…) dapat
dikatakan juga sebagai pendukung estetika dalam puisi. Dalam tulisan aslinya,
puisi Kalah dituliskan tidak berjarak atau tidak ada pembaitan, namun pada saat
commit to user
dicetak lariknya ditulis dengan pembaitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
Begitu juga pada tulisan asli puisi Penjara Cinta, Lewat Tengah Malam,
judul dalam tulisan asli dituliskan tanpa tanda koma (,) namun pada cetakan
ditulis dengan tanda koma (,) yaitu ada di antara kata “Penjara Cinta” dan “Lewat
Tengah Malam”. Kemudian juga terdapat perbedaan pada judul tulisan asli dan
cetakan yaitu dalam tulisan asli “Penjara Cinta”dituliskan hanya pada huruf “P”
dan “C” saja yang menggunakan hurul kapital, sedangkan pada cetakan judulnya
TENGAH MALAM”. Pada tulisan asli puisi tersebut lajur baitnya dituliskan tidak
berjarak atau dapat dikatakan tidak ada pembaitan, sedangkan pada cetakan
dituliskan berjarak atau terdapat pembaitan. Dalam puisi tersebut juga terdapat
penghilangan tanda tiga titik (…) pada larik “hatiku melayang entah kemana…”
dan “bisu…”, hal tersebut merupakan hal yang sama seperti pada puisi Kalah.
Kemudian dalam puisi tersebut terdapat penggantian kata yaitu pada larik tulisan
aslinya “…aku merasa diriku melayang di atasnya…” lalu pada saat dicetak
pada beberapa larik puisi, yaitu (a) pada larik tulisan aslinya “…hatiku bebas tak
ada beban…” lalu pada saat dicetak lariknya mengalami penambahan kata “lagi”
“…hatiku bebas tak ada lagi beban…”. (b) pada larik tulisan aslinya “…di ruang
ini…” lalu pada saat dicetak lariknya mengalami penambahan yaitu “…di ruang
ini lewat tengah malam…”. Selain itu juga terdapat penghilangan kata dalam
larik tulisan aslinya “…jam satu pagi dini hari…” lalu pada saat dicetak lariknya
mengalami penghilangan kata “pagi” yaitu menjadi “…jam satu dini hari”.
Sama halnya dengan kedua puisi di atas, puisi KPK Untuk Siapa Kau
Ada? ada penambahan tanda tanya (?) setelah pada kata “ada” yaitu “KPK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
UNTUK SIAPA KAU ADA?”. Pada puisi tersebut juga terdapat penghilangan
tanda tiga titik (…) dalam beberapa larik puisi yang dapat dilihat pada halaman
depan dan terdapat pembaitan pada cetakan, tidak seperti tulisan aslinya yang
tidak terdapat pembaitan. Pada judul puisi tersebut juga terdapat perubahan yaitu
penghilangan tanda titik dua (:) yang seharusnya ada di antara kata “KPK” dan
“Untuk” saat dicetak. Kemudian dalam puisi tersebut juga terdapat satu
penggantian kata, yaitu pada larik sebelumnya adalah “…apakah engkau ini
Digantinya kata “anugerah” yang pada mulanya Dinda Natasya berkesan positif,
lalu karena persoalan sosial yang dicerminkan oleh puisi tersebut berkesan
KPK” dalam tulisan asli dituliskan dengan tanda dua titik (..) setelah kata “KPK”,
namun terjadi perubahan pada saat dicetak yaitu diganti dengan tanda koma (,)
yaitu “KPK, oh KPK”. Terdapat juga penambahan kata dan tanda, larik dalam
tulisan aslinya “…Jubah mana kau kenakan…” kemudian ditambah dengan kata
“yang” di antara kata “mana” dan “kau” yaitu “…Jubah mana yang kau
kenakan…”. Selain itu juga terdapat kata yang diganti dalam tulisan aslinya yaitu
perbedaan yang peneliti temukan saat membandingkan kedua tulisan, yaitu tulisan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
Samudra Biru
yang ada di sekitarnya. Terlebih lagi profesinya sebagai penyiar dan “dokter
sosial itulah yang kemudian dimunculkan sebagai karya sastra oleh Dinda
Natasya.
melalui tulisan ke dalam karya. Dinda Natasya juga menuliskan pengalaman dan
kondisi dari sistem di tempat masyarakat hidup yang mengancam nilai-nilai suatu
sebab ekstrinsik berasal dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Misalnya
mana pada suatu kondisi tertentu kedua persoalan tersebut dapat saling
tampak dalam Kisah Seorang Pramuria (hal 19-22) berikut yang juga merupakan
penjaja seks yang terjadi dalam masyarakat di jalan Hayam Wuruk. Sebagian
besar dari mereka terdesak oleh kebutuhan ekonomi atau karena kemiskinan dan
sebagian lain karena tidak memiliki pekerjaan. Seperti yang tampak dalam
kutipan “...kebanyakan perempuan yang saya temui, 90% terjun sebagai penjaja
cinta karena faktor ekonomi...” (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:20).
Dari pekerjaan menjadi penjaja seks itu mereka juga tidak terhindarkan dari
resikonya juga besar, dari mulai penyakit kelamin, ancaman garukan dan juga
Hal di atas merupakan karya Dinda Natasya yang merasa gelisah akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
secara berani dan tegas (tentang tradisi, adat, kebiasaan) (Dendy Sugono,
2008:180-1107).
kutipan karyanya dalam puisi Mimpi 18 Hari (hal 15-16), puisi Sombong (hal 68-
69), dan puisi KPK Untuk Siapa Kau Ada? (hal 101-103) berikut.
MIMPI 18 HARI
Suatu hari terasa tubuh begitu letih
Deru kehidupan dunia membuat perih tak berasa lagi
Mata telinga mulut terkunci
Jantung berdegup kencang saat prahara datang
Aksi dorong mendorong memaksaku menyerah pada nasib
Dilorong kehidupan antara mimpi dan kenyataan
Dipintu kematian antara hukuman dan pengampunan
Kubiarkan tubuh ini terbaring
Menikmati mimpi 18 hari... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:15)
SOMBONG
Wahai
Tak berotakkah kau
Bengis dan sombong
Keji picik menghujam perih
Di setiap laku dan ucapmu
Bak sumpah serapah
Pendusta penjilat nista
Jika tak disebut munafik
Sungguh kesal
Wahai
Berlari menghindar maut
Sembunyilah dari kematian jika kau bisa
Bawa anak istrimu serta
Kemas semua harta benda dan tahta
Bawa jika kau bisa
Jika kau pergi akankah ada yang turut
Sungguh sombong… (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:68)
KPK UNTUK SIAPA KAU ADA?
KPK, oh KPK
Apakah engkau ini sebenarnya
Seperti tsunami memporak-porandakan tatanan
Begitu banyak kehidupan yang kau renggut
Bagitu banyak harapan kau sirnakan
Apakah engkau ini musibahcommit to user
Apa engkau ini anugerah? (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:101)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
media. Dinda Natasya memprotes karena merasa ada ketidakadilan dalam hukum
negara yang ditunjukkan dalam puisi Mimpi 18 Hari (hal 15-16) berikut “Dipintu
yang tidak adil. Persoalan sosial lain yaitu adanya kesenjangan sosial berupa
“...Kemas semua harta benda dan tahta. Bawa jika kau bisa...”. Dinda Natasya
puisinya yang juga digunakan untuk mengingatkan para penguasa yang sombong
agar segera bertaubat. Kemudian juga persoalan sosial mengenai peran KPK yang
Korupsi yang seharusnya memberantas para koruptor, dewasa ini banyak media
kesalahan atau tidak terlibat dalam skandal korupsi menjadi tersangka. Maka dari
itu Dinda Natasya mencoba mendobrak atau menghapuskan tatanan yang sudah
yang ditemukannya. Dinda Natasya juga ingin berpesan kepada pihak-pihak lain
tentang sesuatu yang dianggap sebagai masalah atau persoalan manusia tersebut.
Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang bersangkutan dapat mendengar dan
melihat kebenaran dengan benar. Namun bagi Dinda Natasya, ia hanya sekedar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
menuliskan dan meluapkan apa yang ada di sekitarnya dengan ikut merasakan apa
yang terjadi. Dinda Natasya juga tidak banyak berharap tulisannya akan dibaca
Berkaitan dengan hal tersebut, telah diketahui dalam penelitian ini Dinda
sosial yang disebabkan oleh cinta dan konkretisasinya dalam Dialog Cinta Oase
yang intim dengan Tuhannya. Hubungan ini termasuk ke dalam persoalan sosial
karena seperti yang telah dikemukan di atas bahwa masalah sosial muncul dari
individu sendiri (intrinsik) yang kemudian menjadi masalah dan berdampak besar
bagi luar individu (ekstrinsik). Misalnya ketika dalam keadaan sedang sendiri di
malam hari yang hening seseorang merasa sedih, bersyukur dan bahkan bahagia,
yang vertikal atau garis tegak lurus dari bawah ke atas atau sebaliknya dengan
posisi secara pribadi adalah cinta yang oleh kalangan ahli sufi dikategorikan
sebagai buah mahabbah (cinta) adalah rasa mahabbah (cinta) kepada Allah atau
Al-Uns yaitu puncak rasa suka cita dalam jiwa. Pada hakikatnya Uns adalah rasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
suka dan kegembiraan yang tiada tara karena terjadinya mukasyafah kepada
seorang hamba dibukakan pesona Al-Haq dan ia tenggelam di dalamnya maka itu
disebut wushul. Karena ia memandang kepada yang dipandang, maka tiada lain
kecuali Tuhan. Jika memandang pada cita-cita tujuannya, tiada pula cita-cita itu,
selain Tuhan. Hal tersebut karena wushul adalah buah dari musyahadah yaitu satu
memiliki hubungan dekat dengan kata cinta (Asrifin, 2001:197). Itulah secara
teori, cinta di antara hubungan manusia dengan Tuhannya dalam posisi sosial.
Tidak terlepas dengan Dinda Natasya juga merasakan hal yang sama.
Dinda Natasya adalah seseorang yang suka tirakat dan ia akan merasa teramat
dekat dengan Tuhannya saat melaksanakan dua rakaat pada sepertiga malam.
Karena di saat itulah ia merasa dapat berdoa dengan khusyuk untuk memohon
mengasingkan diri ke tempat yang sunyi (di gunung dsb) (Dendy Sugono,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
2008:1472). Dinda Natasya menjadi suka tirakat saat dirinya masih bekerja sama
dengan Padepokan Lindu Aji seperti yang telah di bahas pada pembahasan
air untuk mencari ketenangan dengan berusaha menyatukan jiwanya dengan alam.
tentang sifat dasar manusia, ajaran budi luhur, dan keyakinan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam pengaruhnya terhadap cara orang bertahan hidup dan
WIB). Hubungan Dinda Natasya dengan Tuhannya tampak dalam puisi Kalah
(hal 70-71) dan PadaMu (hal 72). Dalam sepenggal puisi Kalah, Dinda Natasya
...Ya Allah
Bebaskan aku dari penjara cinta ini
Biarkan aku kembali padamu
Jangan kau hukum aku atas semua kesalahan ini
Karena mencintainya melebihi cintaku padamu
Seperti yang seharusnya (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:71)
Barangkali Dinda Natasya ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain
yaitu mencintai sesuatu atau seseorang melebihi cintanya kepada Tuhan. Maka
dari itu, Dinda Natasya merasa telah ikut bersalah dan puisi tersebut dijadikan
sebagai doa olehnya untuk memohon ampunan bagi dirinya maupun orang lain.
Sang Penciptanya.
Bagi Dinda Natasya, mencintai sesuatu atau seseorang melebihi cinta kita
commit
kepada Tuhan, maka hanya akan ada to user dan air mata di sepanjang hidup
penderitaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
kita. Oleh karena bahagia hanya dapat diraih dengan pemahaman cinta yang benar
dan harus bermuara pada sang pemilik cinta sejati yaitu Tuhan. Sebab Dialah
hakikat cinta yang sesungguhnya (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:x).
Rasa cinta Dinda Natasya pada Tuhannya juga tampak dalam puisi
Ya Allah
Padamu bersimpuh di ujung sajadah
Menggenggam tasbih
Pejam tertunduk
Hingga basah mata
Mengigil ngilu
Merindui hadirmu di setiap waktuku
Engkaulah hidupku
Bila nafas terucap namamu
Bila mati pula untukmu
Di sajadah biruku
Dalam tidur yang panjang
Biarlah jangan bangunkan
Karena hanya engkau yang bisa (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,
2010:72)
Dari puisi di atas, Dinda Natasya terlihat ingin menjadi manusia yang pandai
bersyukur, taat, dan menjadi muslimah sejati. Hatinya dipenuhi kepiluan akan
Puisi tersebut mencerminkan keseharian Dinda Natasya yang merasa dapat begitu
seorang muslim yaitu salat. Salat adalah salah satu cara terbaik yang
dilakukannya, kemudian melafazkan bacaan tasbih dan berdoa. Semua itu karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
sedang mengalami masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa
remaja yang mencari jati diri. Mereka mengirimkan banyak pesan kepada Dinda
Natasya melalui SMS dan inbox di facebooknya yang berisi seputar kisah
percintaan mereka seperti hubungan antar teman dan kekasih. Selain itu kisah
tersebut tidak hanya didapat dari para remaja, tetapi juga kisah cinta dari
kehidupan rumah tangga suami istri, antara anak kepada orang tua dan sebaliknya.
Pada suatu kondisi seseorang yang sedang mengalami kegagalan dalam urusan
“gelap” dan tidak dapat berpikir dengan baik. Mata juga tidak bisa melihat dengan
baik, jika tidak menemukan orang-orang yang bisa dipercaya dan tidak ada lagi
solusi yang ditemukan. Maka hal-hal yang muncul justru akan semakin
memperburuk keadaan.
Hal tersebut yang membuat Dinda Natasya terdorong untuk peduli dan
rumah bagi mereka yang ingin didengar dan ingin bicara tentang kata hati. Rumah
ini adalah rumah solusi, sebuah pondok yang dipenuhi aroma cinta dan kasih
hati tanpa rasa takut. Rumah ini bernama Pondok Curhat Dinda Natasya (Dinda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
Beberapa realita percintaan tersebut juga tidak luput dari sentuhan Dinda
Natasya, tampak dalam kutipan puisi Puisi Para Mantan (hal 112-113) dan
atau nasihat kepada pembacanya bahwa saat kisah cinta harus berakhir maka tidak
lantas membuat kita lemah, berhenti melangkah, meratapi yang telah terjadi, dan
terus mengingat masa lalu yang menyakitkan karena cinta. Seperti tampak dalam
larik “...Pergimu disaat ku jatuh sendiri terpuruk...” dan “Sakit Teriris hati, sepi
saat cinta pergi”. Tetapi dalam puisi tersebut juga terdapat larik menjadikan diri
kita sebagai pribadi yang tangguh terhadap cobaan sehingga dapat terus
melangkah menuju masa depan, yaitu “Tapi aku sudah berusaha”, “Sendiri
tanpamu tak buatku takut”, dan “Sedih itu tak sesatkan langkah”. Hal tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
juga tampak dalam bait “musim kini milikku...”, karena Dinda Natasya ingin
menunjukkan bahwa tidak ada kesedihan yang abadi, begitu juga dengan
kebahagiaan. Maka dari itu, setiap cobaan pasti akan ada hikmah sesudahnya dan
kesedihan akan berganti dengan kebahagiaan. Begitu juga dalam puisi Bingung
berikut.
tentang suatu hubungan percintaan yang tidak jelas atau tanpa status yang
seseorang yang seolah datang dan pergi dikehidupannya. Hal tersebut membuat si
“aku” kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Hubungan cinta
kasih antara pria dan wanita semacam ini banyak terjadi di lingkungan sosial
terutama kalangan yang sedang dalam masa pubertas. Oleh karena pada masa ini,
hidupnya tertutama dalam hal cinta yang masih ingin tahu dan mencoba segala hal
commit to user
seperti berganti-ganti pasangan atau pacar yang menurutnya cocok dengannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
memperlihatkan bahwa ada hubungan percintaan yang gagal dan menjadi patah
hati. Namun setidaknya pengalaman tersebut akan membuat seseorang tidak akan
mendapat ruang tersendiri di hati para pembacanya. Hal tersebut karena selain
perilaku, dan seterusnya. Hal tersebut juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
Konflik juga merupakan proses yang terjadi ketika tindakan satu orang
menganggu tindakan orang lain. Potensi konflik meningkat bila dua orang
menjadi saling interdependen. Saat interaksi lebih sering terjadi dan mencakup
lebih banyak aktivitas dan isu, ada lebih banyak peluang terjadinya perbedaan
konflik sosial ke dalam karyanya agar terarah ke arah yang lebih baik dengan
dan keagamaan, Dinda Natasya juga terjun dalam bidang sosial seperti
sekitarnya, baik itu rekan kerja, pasien, teman, keluarga, maupun orang-orang
yang baru ditemuinya. Dinda Natasya pun akhirnya banyak mengenali pribadi
tersebut peneliti menyatakan bahwa konflik-konflik sosial yang terjadi jika dapat
disikapi dengan baik maka akan membuat manusia dapat lebih menghargai
pertentangan dapat pula menghasilkan kerja sama, yang mana dengan terjadinya
Seperti yang telah dipaparkan pada bagian depan. Beberapa hal yang berkaitan
terhadap suatu kondisi sosial yang buruk, diabadikan oleh Dinda Natasya melalui
sebagian tulisannya yaitu puisi Mimpi 18 hari (hal 15-16), Penjara Cinta, Lewat
Tengah Malam (hal 17-18), KPK Untuk Siapa Kau Ada? (hal 101-103), Kisah
Seorang Pramuria (hal 19-22), Sombong (hal 68-69), dan Untuk Kedua Puteraku
(hal 104-106).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
cerminan dari rusaknya moral masyarakat itu sendiri. Meski begitu, ada juga
persoalan-persoalan sosial dalam ranah politik yang dialami oleh seseorang bukan
hasil dari ulahnya sendiri melainkan menjadi korban pemfitnahan atau kambing
hitam dari kesalahan orang lain, manipulasi hukum, dedikasi yang dipertanyakan
oleh lingkungannya, dan sebagainya. Hal tersebut tampak dalam puisi-puisi Dinda
Natasya berikut.
MIMPI 18 HARI
...Suatu pagi terbangun ditengah kebingungan
Dimana tubuhku terbaring
Tidurkah aku semalam ini
Mata telingan mulut terpana
Dilorong penjara seseorang memaksaku bangun
Dipintu besi berdiri orang-orang asing
Wajah-wajah polos senyum
Menyambut tubuh lemah ditempat yang begitu pengap
Selamat datang dunia mimpi
Ku nikmati rumah asing ini 18 hari... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,
2010:15)
masih adanya ketidakadilan hukum negara. Bagi yang tidak bersalah justru
commit
dipenjara, sedangkan yang bersalah tetapto bebas
user dengan kekuasaannya. Terlihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
bahwa orang-orang yang lemah dan tidak memiliki kekuasaan, hanya dapat
menerima dengan pasrah apa yang terjadi padanya. Peristiwa buruk yang tidak
pernah disangkanya. Berharap hal itu akan segera berakhir bagaikan mimpi yang
Mereka yang lemah itu terus berharap, dengan berangan neraca keadilan
tetap bisa ditegakkan dan kebenaranlah yang akan menang. Oleh karena penjara
itu hampir membuat mereka lupa pada wajah-wajah di masa lalunya. Sepetak
ruang yang pengap, yang telah memupuskan harapan karena harus menjalani
hukuman yang entah kesalahan apa yang telah mereka perbuat. Lain halnya
...KPK, oh KPK
Apakah engkau ini sebenarnya
Seperti tsunami memporak-porandakan tatanan
Begitu banyak kehidupan yang kau renggut
Bagitu banyak harapan kau sirnakan
Apakah engkau ini musibah
Apa engkau ini anugerah?
....
KPK, oh KPK
Jubah mana yang kau kenakan
Apakah kau ini malaikat
Apakah kau ini petunjuk
Kemanakah perginya sang penyeru
Pemberi ingat jiwa yang lupa... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,
2010:101-102)
kalangan masyarakat tertentu. Apakah neraca keadilan yang dipegang oleh KPK
seutuhnya adalah kebenaran, hal tersebut juga masih menjadi pertanyaan. Hal ini
juga disebabkan adanya eksplorasi hukum ketika ternyata masih ada ketidakadilan
di dalam hukum yang diberlakukan oleh KPK, lalu masyarakat akan memandang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
bahwa adanya KPK juga merupakan musibah bagi orang-orang yang jujur.
Kekuasaan juga masih digunakan di dalamnya, karena yang paling berkuasa yang
dibubarkan karena dianggap tidak begitu penting dan tidak banyak membantu
orang yang tidak bersalah. Meski begitu, hadirnya KPK untuk membasmi para
“tikus berdasi” atau koruptor di negara ini disambut hangat oleh sebagian
yang kau kenakan. Apakah kau ini malaikat?. Apakah kau ini petunjuk?”. Jubah
merupakan baju panjang (sampai di bawah lutut), berlengan panjang, seperti yang
dipakai orang Arab, padri, hakim (Dendy Sugono, 2008:590). Namun dalam
konteks larik puisi ini adalah jubah hitam yang juga biasanya digunakan oleh
dalam persidangan.
berikut. Sebuah kisah yang jauh dari bau politik, namun mereka merupakan
korban perpolitikan negara. Kisah ini adalah realitas objektif yang dilihat dan
Mereka ini beberapa saya kenal walau tidak terlalu dekat namun saya
berusaha untuk tidak mengabaikan mereka
...
Dan mereka ini kebanyakan adalah pasien-pasien yang datang pada saya
dengan kasus yang sama yaitu masalah remaja dengan krisis kepercayaan
diri dan masalah rumah tangga dengan segala persoalan di dalamnya.
Ini bukanlah solusi yang dapat memperbaiki semua keadaan seperti yang
saya sampaikan di atas, hanya saja saya sangat berharap:
SEANDAINYA:
Semua laki-laki di dunia ini menjalankan tanggung jawab dan kewajibannya
sebagai kepala rumah tangga dengan benar dan sebaik-baiknya sesuai
tuntunan agamanya masing-masing dan konsekuen tentu tidak akan seperti
ini jadinya... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:19-20).
mencekik keluarga mereka, memaksa para perempuan itu menjual harga diri.
Mereka memilih jalan pintas yang pada mulanya terpaksa namun pada akhirnya
pun menikmatinya karena mudah dan cepat mendapatkan uang untuk memenuhi
kebutuhan ekonominya. Seperti yang tampak dalam kutipan lain dari kisah ini
“Penjaja cinta mereka yang terpaksa menjual diri, terpaksa apa terpaksa? Lha
kok wajahnya senang dan menikmati profesi begitu to ya!” dan “Kebanyakan
perempuan yang saya temui, 90% terjun sebagai penjaja cinta karena faktor
toh mereka juga manusia yang berhak hidup. Hanya saja jalan kehidupan yang
mereka pilih itu salah di mata masyarakat. Pada larik “terpaksa apa terpaksa?
Lha kok wajahnya senang dan menikmati profesi begitu to ya!”, peneliti
lebih menarik di hadapan lelaki “hidung belang”, meski di sisi lain sebenarnya
mereka mengalami tekanan batin akan hal tersebut. Kemudian saat mereka ingin
kembali ke jalan yang benar dan kehidupan yang normal, sebagian besar dari
mereka tidak dapat diterima kembali oleh tanggapan di masyarakat tertentu itu
sehingga mereka memilih untuk tetap melakukan pekerjaan itu. Hal tersebut
merupakan hasil eksplorasi oleh Dinda Natasya terhadap lingkungan yang ada di
memperoleh pengalaman baru dari situasi yang baru (Dendy Sugono, 2008:359).
Eksplorasi yang dilakukan Dinda Natasya ini bukan dengan terjun langsung ke
lapangan, namun justru mereka para pelaku penjaja seks itulah yang mendatangi
Persoalan sosial ini terjadi juga tidak hanya karena ekonomi, namun
justru ada juga yang hanya untuk mencari kepuasan diri seperti kutipan berikut:
“Bahkan mereka para profesional, istri direktur, dan pejabat yang mencari
kepuasan batin diluar rumah,”. Tidak adanya keharmonisan dalam sebuah rumah
dibangun dengan pondasi komunikasi yang kuat, maka akan mudah runtuh seperti
di atas, bahwa hal tersebut dapat terjadi karena laki-laki yang seharusnya dapat
menjadi imam dan kepala keluarga yang baik untuk istri, anak, dan keluarganya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
namun justru mengabaikan tugas dan kewajibannya. Begitu juga dengan seorang
perempuan yang seharusnya menyadari fitrahnya sebagai seorang istri dan ibu.
SOMBONG
...Wahai
Berlari menghindar maut
Sembunyilah dari kematian jika kau bisa
Bawa anak istrimu serta
Kemas semua harta benda dan tahta
Bawa jika kau bisa
Jika kau pergi akankah ada yang turut
Sungguh sombong... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:68).
Puisi di atas dapat dikatakan merupakan sebagai cerminan realitas objektif yang
membuat orang lupa diri dan menjadi pribadi yang angkuh dan sombong. Padahal
harta dan kekuasaan bukanlah hal yang abadi, termasuk hidup ini. Setiap manusia
semasa hidupnya. Dinda Natasya ingin menunjukkan bahwa tidak ada yang kekal
di dunia ini. Harta dan kekuasaan tidak akan dibawa mati, hanya amalan kebaikan
kodratnya sebagai wanita dan sebagai ibu. Karena menjadi wanita ratu rumah
tangga merupakan cita-citanya. Seperti lilin yang bersinar sampai padam walau
meleleh dan seperti karang yang tetap tegar walau diterpa ombak, itulah
commit
semboyan hidupnya. Dinda Natasya to user perannya sebagai seorang ibu
melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
yang luar biasa dan mendidik kedua putranya dengan baik. Hal tersebut tampak
dalam penggalan puisi Untuk Kedua Puteraku (hal 104-106) sebagai berikut.
Dinda Natasya ingin menyampaikan rasa kasih untuk kedua putra yang
sangat dicintainya itu. Pekerjaan yang menuntut Dinda Natasya untuk berada di
luar kota sehingga jauh dengan keberadaan anak-anaknya, tidak membuat rasa
cinta itu luntur. Justru Dinda Natasya semakin menanamkan cintanya kepada
kedua putranya melalui tulisan dan bait-bait doa untuk kebaikan keduanya yang
karirnya dan kedua putranya juga sedang berjuang di kota lain untuk
untuk saling menyayangi dan mendoakan. Itulah bentuk cinta kasih Dinda
dari individu sendiri (intrinsik). Karena pada suatu kondisi tertentu seseorang
pasti pernah mengalami tekanan batin atau dapat dikatakan sebagai konflik
dengan batinnya sendiri. Bagi sebagian besar orang, hal ini akan sangat
sedang dilanda kedukaan dalam perjalanan hidupnya berupa rasa bingung, merasa
sendiri, kecewa, dan putus asa yang mungkin akan menjadi penyebab utama
hancurnya sebuah kehidupan baik itu dalam hal karir, prestasi maupun rumah
tangga. Dalam kondisi frustrasi seperti itu seseorang tidak akan dapat berpikir
dengan baik dan tidak dapat menemukan solusi, kecuali dengan meminta bantuan
kepada orang lain untuk memberinya saran dan motivasi. Hal tersebut termasuk
untuk melukai atau menyerang pihak lain, atau untuk menekan dan
Demikian juga dengan Dinda Natasya sebagai manusia biasa yang dapat
merasakan realitas objektif yang ada di sekitarnya. Namun Dinda Natasya dapat
tulisan. Hal tersebut juga merupakan sifat filantropi dari Dinda Natasya yaitu ia
Dinda Natasya berharap, dengan membagi pikiran negatif dan pengalaman yang
dituliskannya tersebut dapat lebih bermanfaat untuk orang lain dan dirinya
pribadi. Karena dapat dijadikan sebagai pelajaran dan agar dapat lebih berempati
persoalan sosial termasuk konflik batin ini kepada Tuhan dan personal yang
pada pembahasan sebelumnya, karena hal ini juga berkaitan dengan hubungan
puisi berikut: Cinta Tak Bertuan (hal 95-96), Romansa (hal 75), Dialog Tanpa
Natasya merasa bahwa cintanya yang tidak bertuan atau tidak dimiliki oleh
seseorang saja itu sebenarnya milik siapa. Namun pada akhirnya Dinda Natasya
teman, sahabat, orang tua, dan siapa saja yang mengenal dirinya. Cinta Dinda
Natasya mungkin memang tidak bertuan namun cintanya berhak dimiliki untuk
siapa pun. Hal itu dikarenakan perannya sebagai “dokter cinta” yang dibutuhkan
Konflik batin lainnya yang dialami oleh Dinda Natasya juga tampak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
ROMANSA
Di dinding kamarku
Putih susu
Diam memandang
Kala mataku pejam.
Disudut ranjangku
Bayang keemasan
Hangat menyusup
Saat tubuhku tergetar
Di langit-langit malamku
Romansa tertinggal
Penuh bisik lirih
Saat anganku terkenang
....
Malam minggu sendiri.
Jakarta, 30 Januari 2010 (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:75)
Puisi tersebut merupakan curahan hati Dinda Natasya ketika sedang sendiri pada
malam minggu. Karena malam minggu merupakan kebudayaan para remaja untuk
memang suasana malam yang hening dapat memutar kembali semua kenangan
Pada suatu kondisi lain yang berbeda, Dinda Natasya mendapati konflik
batin yang luar biasa. Pergulatan batin yang dialaminya ini adalah bentuk betapa
membuat mereka jatuh cinta pada dirinya. Jatuh cinta dalam pengertian
menyayangi Dinda Natasya sebagai sosok ibu, kakak, dan sahabat atau teman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
orang jatuh hati pada sosoknya. Hal tersebut tampak dalam puisi berikut.
Kataku:
Hhh, kenapa kau maki aku
Jika aku mencuri perhatianmu
Melukai hatimu dengan sengaja
Aku pasti akan merasa bersalah
Jika begitu, hukuman dan penjara
Justru akan membuatku ingin mencuri dan melukai
Karena itu jangan tuntut aku
Bebaskanlah aku.
Dinda!, Aku tak bisa
Karena hatiku yang terpenjara
Karena hatiku telah dihukum
Karena mencintaimu! (Dinda commit to user
Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:64-65)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
konflik batin yang juga pernah dialami oleh setiap orang. Namun dengan
hati seseorang yang hanya dirinya sendiri yang dapat mengatasinya. Perasaan
memenangkan pemikiran logis untuk memikirkan apa yang harus dilakukan untuk
Dinda Natasya sebagai “dokter cinta” tentu bukan hal yang sulit untuk
pikiran negatif dapat menjadi lebih bermanfaat untuk orang lain jika disampaikan
dan diolah dengan bahasa yang apik. Agar pembaca juga dapat mengambil pesan
cinta. Cinta dapat membuat setiap orang rela berkorban dan melakukan apa saja
untuk orang yang dicintainya termasuk menunggu dalam jangka waktu yang
cukup lama misalnya. Seperti yang tampak dalam kutipan puisi berikut.
MENUNGGU CINTAKU 1
Orang dicintai, karena dia memang dicintai!
Tak perlu ada alasan untuk mencintai
Jangan tanyakan kenapa aku menunggumu
Sebab aku melihat kau adalah bagian hidupku
Kau adalah sebagian dari takdirku
Aku ingin memberimu kebebasan
Untuk meraih mimpimu sepenuhnya
Sama seperti yang engkau berikan padaku... (Dinda Natasya dan Anto
HPrastyo, 2010:84) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
kebahagiaan, misalnya kesuksesan bagi orang yang sedang merantau jauh demi
kedua putranya yang juga sedang berjuang untuk meraih cita-cita masing-masing.
Meski Dinda Natasya sangat mencintai keduanya dan sebenarnya ingin selalu
kehidupan di masa depan yang lebih baik. Hal tersebut tampak dalam kutipan
puisi berikut.
MENUNGGU CINTAKU 2
...Raihlah tujuanmu dan wujudkan mimpimu
Jika aku menjadi bagian dari hidupmu
Maka engkau akan melihatku di sepanjang perjalananmu
Jika kau membawa hatiku dalam keyakinanmu
Maka aku akan bersabar
Aku akan menunggumu, dengan penuh harap dan cinta... (Dinda Natasya
dan Anto HPrastyo, 2010:85)
tersebut untuk kedua putranya. Di balik penantian Dinda Natasya sebagai seorang
ibu juga tersimpan harapan besarnya akan kesuksesan kedua putranya. Dalam
Natasya juga menunjukkan betapa besar rasa cintanya untuk kedua putranya, rasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya mulai dari tahap persiapan, masa
a. Tahap Persiapan
karyanya nanti. Profesi Dinda Natasya sebagai penyiar dan “dokter cinta”
banyak berpengaruh terhadap karyanya sehingga dalam hal ini pun ia tidak
Natasya menempatkan dirinya pada posisi mereka agar dapat ikut merasakan
“dokter cinta” yang terbiasa berpikir cepat. Judul dan larik yang terdapat di
karya-karyanya yang lain, seperti tampak dalam puisi PadaMu (hal 72), Tak
Pada masa pengendapan ini, Dinda Natasya tidak memakan waktu yang
lama. Hal itu karena profesinya sebagai penyiar selama lebih dari 25 tahun
pengalaman. Pengalaman ia dapatkan dari dirinya sendiri dan orang lain yaitu
suatu pernyataan pada kisah Catatan Lain Tentang Penjara (hal 13-14) yang
tersebut membuat Dinda Natasya seperti memiliki gudang gagasan atau dapat
dikatakan juga memiliki wawasan yang luas. Maka saat Dinda Natasya ingin
menulis atau diberi suatu topik sebagai pembahasan, ia akan dengan cepat
bertobat. Persoalan sosial lain yang tampak berupa penggambaran orang yang
munafik, pendusta, dan dari kutipan “...Keji picik menghujam perih. Di setiap
laku dan ucapmu...” juga mencerminkan orang yang licik karena kekuasaan
sambil meneliti. Agar pesan yang disampaikan lewat tulisannya sesuai dengan
yang dimaksudkan oleh pemikiran Dinda Natasya dan bisa dipahami atau
dengan tahap inkubasi atau pengendapan. Hal tersebut tampak dalam kutipan
dan naskah yang telah dibukukan sebagai bukti pada pembahasan sebelumnya.
yang disebabkan oleh cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang dapat
garis tegak lurus dari bawah ke atas atau sebaliknya dengan Tuhannya. Dinda
Natasya juga suka tirakat dan mendekatkan diri kepada Tuhannya dengan
Rasa cinta Dinda Natasya pada Tuhannya tampak dalam puisi Kalah (hal
70-71) dan PadaMu (hal 72). Dalam puisi PadaMu Dinda Natasya terlihat
ingin menjadi manusia yang pandai bersyukur, taat, dan menjadi muslimah
merasa dapat begitu dekat dengan Tuhannya ketika melaksanakan salat dan
tirakat. Hal itu karena Dinda Natasya sangat mencintai Tuhannya sebagai
seorang hamba/manusia.
melewati masa pubertas yang cenderung masih labil, yaitu masa peralihan dari
Seperti yang tampak dalam puisi Bingung (hal 111) dan Puisi Para
Mantan (halaman 112-113). Dalam puisi Puisi Para Mantan Dinda Natasya
ingin menyampaikan pesan atau nasihat kepada pembacanya bahwa saat kisah
cinta berakhir maka tidak lantas membuat lemah, berhenti melangkah, dan
terus mengingat masa lalu yang menyakitkan karena cinta. Tetapi justru
menjadikan kesedihan sebagai kekuatan untuk diri kita menjadi pribadi yang
tangguh terhadap cobaan sehingga dapat terus melangkah menuju masa depan,
depan yang lebih baik dan tidak mengulang kesalahan yang menyebabkan
patah hati.
karyanya yaitu, (1) cinta seorang ibu dan anak yang tidak mengenal jarak dan
waktu dalam karyanya seperti tampak pada puisi Untuk Kedua Puteraku (hal
tampak dalam puisi Penjara Cinta, Lewat Tengah Malam (hal 17-18). (3)
tampak dalam Kisah Seorang Pramuria (hal 19-22). Hal-hal itulah yang
Pada persoalan ini Dinda Natasya sebagai manusia biasa yang pernah
yang dituliskannya tersebut dapat lebih bermanfaat untuk orang lain dan
dirinya pribadi. Karena dapat dijadikan sebagai pelajaran dan agar dapat lebih
berempati terhadap orang lain. Itulah mengapa tulisan Dinda Natasya tidak
hanya dikhususkan untuk dirinya sendiri melainkan juga bagi orang lain. Hal
sosial termasuk konflik batin ini kepada Tuhan dan personal untuk mendapat
penyelesaian.
batin dalam bentuk betapa besar cinta Dinda Natasya untuk orang-orang di
sekitarnya sehingga mampu membuat mereka jatuh cinta pada dirinya. Jatuh
cinta dalam pengertian menyayangi Dinda Natasya sebagai sosok ibu, kakak,
dan sahabat atau teman dalam persaudaraan. Kebaikan hati dan keramahannya
telah membuat banyak orang jatuh hati pada sosoknya. Hal tersebut tampak
dalam puisi Dialog Tanpa Suara (hal 64-65). Dalam puisi tersebut ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
B. Saran
berikut.
disebabkan oleh cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru telah memberi
dampak psikologis tersendiri kepada peneliti, yaitu peneliti dapat merasa lebih
peka terhadap lingkungan sekitar, mudah berempati, tidak menilai orang lain
hanya dari “luarnya” saja, dapat menjadikan persoalan orang lain sebagai
2. Peneliti berharap akan ada peneliti lain yang juga meluaskan penelitiannya
yang belum “mapan”, yaitu demi membuka peluang bagi mereka dalam
3. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari hasil yang sempurna, maka
peneliti berharap ada penelitian lebih lanjut mengenai buku Dialog Cinta Oase
Samudra Biru. Karena selain belum banyak yang meneliti buku ini, juga dapat
sisi psikologi.
commit to user